Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(Premenstruasi Syndrome Pada Remaja)

Pokok Bahasan : Premenstruasi Syndrome (PMS)

Hari/Tanggal : Rabu, 8 Juni 2022

Pukul : 16.30 – 17.00 WIB

Penyuluh : Ainun Nadirah

Sasaran : Remaja Putri Gampong Sagoe

Tempat : Balai Desa, Gampong Sagoe, Kecamatan Glumpang


Baro, Kabupaten Pidie

A. Latar Belakang Masalah


Premenstruasi Syndrome (PMS) merupakan salah satu gangguan
yang paling umum pada wanita. Sebanyak 30-50% dari wanita mengalami
gejala PMS, dan sekitar 5% merasakan gejala cukup parah yang
berdampak besar pada kesehatan fisik dan fungsi sosial mereka. Sebanyak
10% lainnya mengalami PMS yang sangat parah hingga menyebabkan
ketidakhadiran di sekolah ataupun tempat kerja selama 1-3 hari setiap
bulannya. PMS ditandai dengan perubahan yang cepat dalam suasana hati
(misalnya ketidaknyamanan payudara, nyeri pada perut, sakit kepala,
kembung, edema, kelelahan, insomnia) selama fase luteal akhir siklus
menstruasi. Memperbaiki gaya hidup dengan meningkatkan aktifitas fisik
dan pola makan yang sehat dapat mengurangi terjadinya PMS.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang
Premenstruasi Syndrome (PMS) diharapkan remaja putri Desa
Sagoe dapat memahami tentang Premenstruasi Syndrome (PMS)
dan dapat mengaplikasikan pencegahan dan penanganannya
sehingga tidak timbul dampak dari premesnstruasi sindrom yang
tidak tertangani.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan Premenstruasi Syndrome (PMS)
remaja putri Gampong Sagoe diharapkan mampu:
a) Menjelaskan kembali tentang definisi premenstruasi
sindrom.
b) Memahami konsep premenstruasi sindrom.
c) Mengaplikasikan penanganan dan pencegahan
premenstruasi sindrom.
d) Memahami tentang premenstruasi sindrom sehingga
masyarakat mampu meminimalisasi dampak kejadian
premenstruasi sindrom yang tidak tertangani dengan baik.
C. Isi Materi
1. Pengertian remaja
2. Pengertian Premenstruasi Syndrome (PMS)
3. Penyebab Premenstruasi Syndrome (PMS)
4. Gejala Premenstruasi Syndrome (PMS)
5. Tipe-tipe Premenstruasi Syndrome (PMS)
6. Pencegahan Premenstruasi Syndrome (PMS)
7. Penanganan Premenstruasi Syndrome (PMS)
8. Dampak Premenstruasi Syndrome (PMS)
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
E. Media
1. LCD dan Proyektor
2. Labtop
3. Booklet
F. Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan Penyuluhan Peserta waktu


1 Pembukaan:  Memberikan salam  Menjawab 2 menit
 Salam  Memperkenalkan salam
 Perkenalan diri  Mendengarkan
 Tujuan  Menjelaskan  memperhatikan
tujuan penyuluhan

2 Melakukan Bertanya, Menjawab, 5 menit


curah pendapat menyimpulkan memberikan
pendapat
3 Memberikan Menjelaskan materi Mendengarkan dan 15
materi tentang : memperhatikan menit
 pengertian remaja materi yang
 pengertian disampaikan
Premenstruasi penyuluh.
Syndrome (PMS)
 penyebab
Premenstruasi
Syndrome (PMS)
 gejala Premenstruasi
Syndrome (PMS)
 tipe-tipe
Premenstruasi
Syndrome (PMS)
 pencegahan
Premenstruasi
Syndrome (PMS)
 penanganan
Premenstruasi
Syndrome (PMS)
 dampak
Premenstruasi
Syndrome (PMS)
4 Evaluasi :  memberikan  Memberikan 5 menit
Tanya jawab kesempatan pada pertanyaan.
para remaja putri  Menyampaikan
untuk bertanya. kesimpulan
 Memberikan hasil
kesempatan pada penyuluhan
remaja putri
Gampong Sagoe
untuk
menjelaskan/menye
butkan kembali
kesimpulan dari
materi yang telah
disampaikan.
5 Penutup :  Membacakan  Mendengarkan 3 menit
 Kesimpulan kesimpulan materi  Menjawab
 Terima kasih kepada remaja putri salam
di Gampong Sagoe.
 Mengucapkan
terima kasih atas
peran masyarakat
Gampong Sagoe.
 Penutup.

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural:
a) Remaja putri Gampong Sagoe yang hadir di tempat penyuluhan
sesuai waktu yang dijadwalkan.
b) Penyelenggaraan dilaksanakan di balai desa, Gampong Sagoe.
c) Pengorganisasian penyelenggaraan dilaksanakan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses :
a) Sasaran antusias terhadap materi penyuluh.
b) Tidak ada masyarakat yang meninggalkan tempat penyuluhan
sampai acara berakhir.
c) Masyarakat mengajukan pertanyaan dan dapat menyimpulkan
hasil penyuluh.
3. Evaluasi Hasil:
Evaluasi pertanyaan lisan.

PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS) PADA REMAJA


A. Pengertian Remaja
Remaja adalah periode pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa. Masa remaja
merupakan masa peralihan yang ditandai dengan percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Batasan usia remaja
menurut WHO adalah usia 12-18 tahun. Selama periode reproduksi
kehidupan, seorang wanita akan mengalami haid atau menstruasi.
B. Pengertian Premenstruasi Syndrome (PMS)
PMS merupakan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait
dengan siklus menstruasi wanita, gejala biasanya timbul 6-10 hari sebelum
menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai.
Menurut El Manna premenstruasi sindrom merupakan suatu
keadaan yang menerangkan bahwa sejumlah gejala terjadi secara rutin dan
berhubungan dengan siklus mesntruasi. Biasanya, gejala tersebut muncul
pada 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi
dimulai.
C. Penyebab Premenstruasi Syndrome (PMS)
Banyak dugaan bahwa sindroma premenstruasi terjadi akibat
kombinasi dari berbagai faktor yang kompleks dimana salah satunya
adalah akibat perubahan hormonal yang terjadi sebelum menstruasi. Selain
faktor hormonal, peranan faktor gaya hidup diantaranya aktifitas fisik dan
mikronutrien juga tidak bisa diabaikan. Olahraga teratur dapat membantu
mengurangi sindroms premenstruasi selain memberikan tubuh yang sehat.
Penelitian Christiany, dkk (2009) mendapatkan hubungan yang bermakna
antara asupan kalsium. Penyebab sindroma premenstruasi berhubungan
dengan beberapa faktor diantaranya:
1. Faktor hormonal
Ketidakseimbangan kadar hormon esterogen dan progesteron
dimana esterogen sagat berlebih hingga melampaui batas normal
sedangkan kadar progesteronnya menurun.
2. Faktor kimiawi
Kadar serotonin yang berubah-ubah selama siklus menstruasi,
dimana aktivitas serotonin sendiri berhubungan dengan gejala depresi,
kecemasan, kelelahan, agresif dan lain sebagainya. Kadar serotonin
yang rendah ditemukan pada wanita dengan sindroma premenstruasi.
3. Faktor genetik
Insiden sindroma premenstruasi 2x lebih tinggi pada kelahiran
kembar satu telur (monozigotik) dibandingkan kelahiran kembar dua
telur (dizigotik)
4. Faktor psikologis
Stress sangat besar pengaruhnya terhadap sindroma premenstruasi.
Gejala-gejala sindroma premenstruasi akan makin nyata dialami oleh
wanita yang terus menerus mengalami tekanan psikologi.
5. Faktor aktifitas fisik
Kebiasaan olahraga yang kurang dapat memperberat sindroma
premenstruasi. Aktifitas fisik telah direkomendasikan untuk
mengurangi keparahan sindroma premenstruasi. Aktifitas fisik secara
teratur direkomendasikan untuk mengurangi kelelahan dan depresi
terkait sindroma premenstruasi. Beberapa sumber menyatakan latihan
aerobik adalah alternatif yang efektif untuk mengurangi sindroma
premenstruasi. Beberapa mekanisme biologis dapat menjelaskan
hubungan aktifitas fsik dengan sindroma premenstruasi. Aktifitas fisik
dapat meningkatkan endorphiin, menurunkan enstrogen dan hormon
steroid lainnya, meningkatkan transportasi oksigen dalam otot,
mengurangi kadar kartisol dan meningkatkan keadaan psikologis.
Semua mekanisme ini mendukung hubungan terbalik aktifitas fisik
dengan sindroma premenstruasi, dimana makin berkurangnya
keparahan sindroma premenstruasi. Menurut Dusek (2001) prevalensi
disminore/nyeri haid pada masa menjelang menstruasi jauh lebih tinggi
pada perempuan yang tidak berolahraga secara teratur. Secara
psikologi aktifitas fisik dapat membangun mood, meningkatkan rasa
percaya diri, dan meningkatkan kemampuan mengatasi tantangan.
6. Kalsium
Peneliti menunjukkan bahwa kalsium berpengaruh terhadap
gangguan mood dan perilaku yang berlangsung selama sindroma
premenstruasi. Gejala-gejala seperti gelisah, hidrasi dan depresi mulai
sembuh pada seseorang dengan sindroma premenstruasi yang
mengkonsumsi kalsium dengan tanpa efek samping. Asupan harian
yang direkomendasikan untuk kalsium adalah 1000mg/hari. Peneliti
Jacobs dan Susan (2000) juga menyatakan bahwa pemberian kalsium
murni terbukti secara signifikan menghasilkan 50% pengurangan
gejala sindroma premenstruasi. Asupan tinggi kalsium dengan jumlah
1336mg/hari dapat memperbaiki gejala-gejala gangguan mood,
perilaku, nyeri, dan retensi air selama siklus menstruasi. Sumber utama
kalsium berasal dari susu dan hasil olahan lainnya seperti yogurt dan
keju. Penting juga untuk memenuhi asupan 400-800 IU vitamin D
setiap hari bersamaan dengan kalsium untuk mendapatkan efek yang
maksimal.
7. Magnesium
Asupan magnesium yang cukup tiap harinya berpengaruh terhadap
sindroma premenstruasi yang dialami. Asupan harian yang
direkomendasikan untuk magnesium adalah 250mg/hari. Magnesium
yang diberikan selama fase luteal siklus menstruasi keluar terbukt
dapat mengurangi skor total gejala dan kelompok afeksi negatif.
Sumber magnesium terbaik adalah sayuran hijau seperti bayam.
Sumber lainnya adalah kacang, biji-bijian, gandum, oatmeal, yogurt,
kedelai, alpokat dan pisang.
8. Vitamin B
Vitamin B6 dapat membantu meringankan depresi dan gelisah
yang terkait dengan PMS. Hasil penelitian menunjukkan hubungan
yang signifikan antara pemberian vitamin B kompleks dengan
sindroma premenstruasi, ditandai dengan berkurang hingga hilangnya
keluhan fisik dan psikologi terkait sindroma premenstruasi, dosis
vitamin B6 yang direkomendasikan adalah 50-100mg/hari. Makanan
sumber utama vitamin B6 meliputi sereal, sayuran (wortel, bayam,
kacang polong) telur dan daging.
D. Tipe-Tipe Premenstruasi Syndrome (PMS)
Menurut Guy E Abraham et al gejala-gejala klinis yang dijumpai
pada sindrom premenstruasi dibagi menurut gejala yaitu : tipe A, H, C dan
tipe D. sekitar 80% merupakan gangguan premenstruasi sindrom tipe A,
sedangkan tipe H sekitar 60%, prementruasi sindrom tipe C sebanyak 40%
dan premenstruasi sindrom tipe D sebanyak 20% kadang-kadang seorang
wanita mengalami gejala gabungan misalnya tipe A dan D secara
bersamaan.
Adapun gejala dari setiap tipe premenstruasi sindrom, yaitu:
1) Tipe A (axienty) ditandai dengan gejala seperti cemas, sensitif,
saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami
depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala
ini timbul akibat tidak seimbangnya hormon enstrogen dan
progesteron, dan dijumpai kadar esterogen terlalu tinggi
dibandingkan hormon progesteron.
2) Tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan,
perut kembung nyeri pada payudara, pembengkakan tangan dan
kaki, peningkatan berat badan sebelum haid). Gejala dari tipe ini
dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe sindrom premenstruasi
tipe lain. Pembengkakan ini terjadi akibat berkumpulnya air pada
jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau
gula pada diet penderita. Terapi untuk tipe ini yaitu pemberian obat
diuretik untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium
pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada.
3) Tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi
makan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat
sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah
menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia
seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang
sampai pingsan. Hipoglikemi timbul karena pengeluaran hormon
insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin mengkonsumsi
makanan manis disebabkan stress, tinggi garam dalam diet
makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6) atau
kurangnya magnesium.
4) Tipe D (depression) ditandai dengan gejala depresi, ingin
menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, binggung, sulit dalam
mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang
muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya
premenstruasi sindrom tipe D berlangsung bersamaan dengan
sindrom premenstruasi benar-benar murni tipe A, hanya sekitar 3%
dari seluruh tipe sindrom premenstruasi benar-benar murni tipe D.
Sindrom premenstruasi tipe D murni disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon progesteron daan esterogen, dimana
hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan
dengan esterogennya. Kombinasi sindrom premenstruasi tipe D
dengan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stress,
kekurangan asam amino tyrosine, peneyrapan dan penimbunan
timbul ditubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B
terutama B.
E. Gejala Premenstruasi Syndrome (PMS)
Terdapat kurang lebih 200 gejala yang dihubungkan dengan PMS
namun gejala yang paling sering ditemukan adalah iritabilitas (mudah
tersinggung) dan disforia (perasaan sedih). Gejala mulai dirasakan 6-10
hari menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis yang
mengganggu aktifitas sehari-hari dan menghilang setelah menstruasi.
Gejala sindroma premenstruasi meliputi gejala fisik, emosi, prilaku.
Gejala fisik diantaranya: kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu)
acne (jerawat), nyeri pada kepala, punggung, perut bagian bawah, nyeri
pada payudara, gangguan saluran cerna (rasa kembung/penuh) konstipasi,
diare, perubahan nafsu makan, sering merasa lapar (food cravings). Gejala
emosi dan prilaku: mood menjadi labil (mood swings), iritabilitas (mudah
tersinggung), depresi, kecemasan, gangguan konsentrasi, insomnia (sulit
tidur). Tidak semua tanda dan gejala diatas selalu muncul, namun wanita
dikategorikan mengalami sindroma premenstruasi jika didapatkan satu
gejala emosi dan satu gejala fisik yang dialami saat premenstruasi (6-10
hari menjelang menstruasi) setidaknya dua siklus berturut-turut,
berdampak negatif terhadap aktifitas harian, dan gejala menghilang setelah
menstruasi berakhir.
F. Pencegahan Premenstruasi Syndrome (PMS)
Cara pencegahan premenstruasi sidrom yang dapat dilakukan menurut
Kinanti (2009):
1) Melakukan diet yang sehat, mengkonsumsi buah dan sayuran atau
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung cukup
vitamin dan mineral seperti vitamin A, B6, serata kalsium.
2) Melakukan olahraga seperti aerobik selama 30 menit sebanyak
empat hingga enam kali dalam seminggu. Aerobik melatih otot
besaryang mambantu meredakan ketegangan syaraf dan
kecemasan, serta retensi cairan yang menyebabkan perut terasa
penuh.
3) Menghindari dan mengatasi stress
4) Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebihan dapat
meningkatkan resiko menderita PMS
5) Mencatat jadwal siklus haid serta kenali gejala PMS
6) Memperhatikan apakah sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-
siklus datang bulan berikutnya.

G. Penanganan Premenstruasi Syndrome (PMS)


Adapun cara penanganan yang dapat dilakukan, yaitu:
1) Edukasi dan konseling
Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang
wanita bahwa wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang
sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus
menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang
wanita mengenai waktu terjadinya premenstruasi sindrom. Sangat
berguna bagi seorang wanita dengan premenstruasi sindrom untuk
mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi
waktu setiap bulannya ketidakstabilan emosi sedang terjadi.
2) Modifikasi gaya hidup
Waktu dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan
masalahnya dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman
maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengakaran dapat
dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali
penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.
3) Melakukan diet
Seperti mengurangi kafein (mengurangi rasa tertekan,
mudah tersinggung, dan gelisah) garam, termasuk kandungan
sodium pada makanan kemasan (mengurangi kembung)
mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks dan serat,
seperti roti gandum, pasta, sereal, buah dan sayura. Menambah
asupan protein pada menu makanan, mengkonsumsi makanan
kaya vitamin dan mineral, mengurangi gula dan lemak
(meningkatkan energy dan menstabilkan mood) dan menghentikan
konsumsi alkohol.
4) Obat-obatan
a) Mengkonsumsi pil kontrasepsi oral.
b) Obat anticemas, seperti selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs) yang dapat digunakan setiap hari atau
selama 14 hari sebelumnya menstruasi.
c) Obat nyeri the counter (OTC) yaitu obat-obatan penghilang
nyeri seperti asam asetilsalisilat, aseraminofen dan obat
antiinflamasi nonsteroid. Obat-obatan ini dapat membutuh
menyembuhkan gejala fisik yang sifatnya sedang, seperti
nyeri otot atau sakit kepala.
H. Dampak Premenstruasi Syndrome (PMS)
Menurut barizad (2005) dampak gejala PMS, yang tidak tertangani
dengan baik dapat mengakibatkan:
1. Mengakibatkan stress fisik dan psikis. Jika tidak dilakukan
penanganan terhadap stress tersebut maka dapat mengakibatkan
deplesimagnesium. Deplesi ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang
dan meningkatnya resiko osteoporosis. Jika hal ini telah terjadi maka
resiko patah tulang akibat tulang yang keropos menjadi lebih besar.
2. PMS yang sudah parah dan tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut
menjadi Pra menstrual Sysphoric Disorder (PMDD) menyatakan
bahwa wanita yang mengalami PMDD mengalami kegagalan
penyesuaian sosial dan pengurangan kualitas hidup. Kegagalan ini
berupa gangguan pada diri wanita itu sendiri yang berupa emosi yang
tidak stabil dan rasa cepat marah. Kondisi ini menyebabkan wanita
tersebut menjadi lebih sering marah ketika mengalami menstruasi
sehingga membuat orang lain tidak nyaman untuk berinteraksi.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ramadani, 2012. Premenstrual Syndrome (PMS).
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/103/109 diakses
pada tanggal 8 Juni 2022

N Mufidah. 2014. BAB II Kajian Teori Premenstrual Syndrome (PMS).


http://etheses.uin-malang.ac.id/769/6/10410127%20bab%202.pdf diakses
pada tanggal 8 Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai