Anda di halaman 1dari 12

KEGIATAN KONSELOR TEMAN SEBAYA

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Dosen Pembimbing:
Kiswati SST., M.Kes

Disusun Oleh:
Reni Nur’Aini (P17312215120)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MALANG JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan dengan judul “Kegiatan Konselor Teman Sebaya”,


oleh Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Tahun Akademik 2021/2022
telah diperiksa dan disahkan pada tanggal:

Dosen Pembimbing

Kiswati,SST., M.Kes
NIP. 196807171 988032 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kebidanan


Poltekkes Kemenkes Malang Ketua Program Studi Profesi Bidan Malang

Herawati Mansur, SST., M. Pd., M.Psi Ika Yudianti, SST., M.Keb


NIP. 196501101985032002 NIP. 198007272003122002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan Satuan acara penyuluhan tentang “Kegiatan
Konselor Teman Sebaya” sebagai pemenuhan tugas dari kegiatan kelompok pada Stase 2 Pra
Konsepsi dan Kehamilan Sehat di Semester I Tahap Pendidikan Profesi pada Tahun Akademik
2021/2022.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kiswati, SST., M.Kes selaku pembimbing
PK pada Stase 2 Prakonsepsi dan kehamilan sehat serta semua pihak yang telah membantu
proses pembuatan makalah ini dari awal sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jember, 18 Oktober 2021

Penulis
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Pemberdayaan Klien dengan Kasus Infertilitas


Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian infertilitas
2. Faktor yang mempengaruhi
3. Cara mengatasi infertil
4. Pengaruh stress terhadap siklus menstruasi
5. Mengatasi stress dengan program mindfulness based
stress reduction (MBSR)
Sasaran : Wanita Usia Subur
Hari/Tanggal : Rabu/ 20 Oktober 2021
Waktu : 45 menit
Tempat : Jln. Tawang Mangu Gg 1 No. 86, Jember (Rumah Ny. N)

A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan kondisi yang umum ditemukan dan dapat disebabkan oleh
faktor perempuan, laki-laki, maupun keduanya. Infertilitas dapat juga tidak diketahui
penyebabnya yang dikenal dengan istilah infertilitas idiopatik. Masalah infertilitas
dapat memberikan dampak besar bagi pasangan suami-istri yang mengalaminya, selain
menyebabkan masalah medis, infertilitas juga dapat menyebabkan masalah ekonomi
maupun psikologis. Secara garis besar, pasangan yang mengalami infertilitas akan
menjalani proses panjang dari evaluasi dan pengobatan, dimana proses ini dapat
menjadi beban fisik dan psikologis bagi pasangan infertilitas.
Faktor yang dapat menyebabkan infertil sangatlah komplek, yang mana dapat
terjadi pada pria maupun perempuan ataupun pada kedua pasangan suami istri. Salah
satu yang dapat terjadi pada wanita infertil karena masalah ovulasi. Siklus menstruasi
idealnya teratur dengan rentang waktu 21-35 hari. Siklus menstruasi yang normal akan
mencerminkan organ reproduksi yang cenderung sehat. Siklus menstruasi dipengaruhi
oleh hormone dan system limbic dalam tubuh. Jika seorang wanita mengalami stress,
kemudian berpengaruh pada sistem limbiknya dan akan berdampak pada sistem kerja
HPO.
Sesuai dengan penjelasan diatas, maka asuhan yang dapat diberikan pada
pasangan suami istri yang mengalami infertilitas khusunya perempuan dengan siklus
panjang dan tidak teratur maka dapat diberikan penatalaksanaan yang sesuai seperti
dukungan mental, psikologis, dan metode yang dapat menurunkan stress. Oleh sebab
itu, perlunya dilakukan penyuluhan tentang pemberdayaan perempuan dengan masalah
infertilitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan infertilitas?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi infertil?
3. Bagaimana cara mengatasi infertilitas?
4. Bagaimana pengaruh stress terhadap siklus menstruasi?
5. Bagaimana cara mengatasi stress dengan program mindfulness based stress
reduction (MBSR)?
C. Prioritas Masalah
Pemberdayaan perempuan dengan masalah infertilitas dan pengaruh stress terhadap
siklus menstruasi yang dapat menyebabkan infertilitas pada pasangan suami istri.

D. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah pemberian edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja, perempuan
dapat berdaya dalam menghadapi kasus infertilitas dan mampu menjelaskan
Infertilitas

2. Tujuan Instruksional Khusus


 Peserta mampu mengetahui pengertian infertilitas
 Peserta dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi infertilitas
 Peserta mampu menjelaskan cara mengatasi infertil
 Peserta mampu menjelaskan pengaruh stress terhadap siklus menstruasi
 Peserta mampu mengerti cara mengatasi stress dengan program mindfulness
based stress reduction (MBSR)

E. Materi
 Pengertian infertilitas
 Faktor yang mempengaruhi infertilitas
 Cara mengatasi infertil
 Pengaruh stress terhadap siklus menstruasi
 Cara mengatasi stress dengan program mindfulness based stress reduction
(MBSR)

F. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab

G. Media
Buku saku dan leaflet

H. Rincian Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


Pembukaan 5  Mengucapkan salam  Menjawab salam
(10%) menit  Menjelaskan rundown acara penyuluhan  Mendengarkan
 Memperkenalkan diri rundown acara
 Menjelaskan hasil pemeriksaan
Pelaksanaan 33  Mendeskripsikan pengertian infertilitas  Mendengarkan
(75%) menit  Mendeskripsikan faktor dengan seksama
yang mempengaruhi  Menjawab
infertilitas pertanyaan
 Menjelaskan cara mengatasi infertil
 Menjelaskan pengaruh stress terhadap
siklus menstruasi
 Menjelaskan cara mengatasi stress
dengan program mindfulness based
stress reduction (MBSR)
Evaluasi dan 7  Mengevaluasi (melakukan brain  Menjawab
Penutup menit storming) pertanyaan dari
(15%)  Menjelaskan kesimpulan fasilitator
 Salam penutup  Menjawab salam

I. Evaluasi
1. Evaluasi proses
 Peserta terlihat antusias dan mendengarkan dengan seksama penjelasan dari
pemateri
 Keaktifan bertanya dari peserta mengenai materi yang disampaikan
2. Evaluasi hasil
 Peserta mampu menjawab pertanyaan dari pemateri
 Setelah dilakukan review peserta dapat menjelaskan jawaban dari pertanyaan
pemateri dengan baik.
 Pertanyaan:
- Bagaimana cara mengatasi stress dengan mindfulness based stress
reduction?
- Bagaimana pengaruh siklus menstruasi terhadap infertil?

J. Referensi
Agista, N. T. (2016). Psikologi Perempuan dengan Masalah Infertilitas Studi
Fenomenologi pada Wanita di Halim Fertility Center Tahun 2017. 38.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20120/157032070.pdf?s
equence=1&isAllowed=y
Ayu Safira, E. (2020). Dinamika Penerimaan Diri Pada Istri Dalam Pernikahan
Tanpa Keturunan. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/90248
Detricia Tedjawidjaja, M. S. R. (2015). Antara Harapan Dan Takdir : Resolution to
Infertility. Jurnal Experientia, 3, 109–119.
Lazim, O. K. dan. (2013). Menurunkan Infertility-Related Stress Dengan Program
Mindfulness Based Stress Reduction ( Mbsr ). Journal Tunas Bangsa, 13, 185–
197.
Maulana, Z., & Tanjung, T. (2021). Pengaruh Stres Terhadap Perubahan Siklus
Menstruasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera
Utara Angkatan 2020. Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis, 10(1), 67–71.
Soegiharto Soebijanto. (2013). Konsensus Penanganan Infertilitas daftar isi.
Konsensus Penanganan Infertil.
Susilawati, D. (2019). Hubungan Obesitas Dan Siklus Menstruasi Dengan Kejadian
Infertilitas Pada Pasangan Usia Subur Di Klinik dr. Hj. Putri Sri Lasmini SpOG
(K) Periode Januari-Juli Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Mercusuar, 2(1), 8.
https://doi.org/10.36984/jkm.v2i1.20
Lampiran Materi

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN KASUS INFERTILITAS


1. Pengertian Infertilitas
Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan kehamilan
sekurang-kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi,
atau biasa disebut juga sebagai infertilitas primer. Infertilitas sekunder adalah
ketidakmampuan seseorang memiliki anak atau mempertahankan kehamilannya
(Soegiharto Soebijanto, 2013).

2. Faktor yang Mempengaruhi Infertilitas


Berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infertilitas, yakni sebagai
berikut:
b. Berat badan.
 Perempuan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 29,
cenderung memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan kehamilan
(Susilawati, 2019).
 Tindakan menurunkan berat badan pada perempuan yang memiliki IMT > 29
dan mengalami anovulasi akan meningkatkan peluang untuk hamil.
 Laki-laki yang memiliki IMT > 29 akan mengalami gangguan fertilitas.
 Upaya meningkatkan berat badan pada perempuan yang memiliki IMT < 19
serta mengalami gangguan haid akan meningkatkan kesempatan terjadinya
pembuahan.
c. Stress
 Perasaan cemas, rasa bersalah, dan depresi yang berlebihan dapat
berhubungan dengan infertilitas, namun belum didapatkan hasil penelitian
yang adekuat (Maulana & Tanjung, 2021).
 Teknik relaksasi dapat mengurangi stress dan potensi terjadinya infertilitas
 Berdasarkan studi yang dilakukan, perempuan yang gagal hamil akan
mengalami kenaikan tekanan darah dan denyut nadi, karena stress dapat
menyebabkan penyempitan aliran darah ke organ-organ panggul.

Faktor yang mempengaruhi infertilitas pada perempuan yakni:


 Gangguan ovulasi: seperti SOPK, gangguan pada siklus haid, insufiensi ovarium
primer Infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan siklus haid, yaitu amenore primer atau sekunder. Namun tidak semua
pasien infertilitas dengan gangguan ovulasi memiliki gejala klinis amenorea,
beberapa diantaranya menunjukkan gejala oligomenorea. Amenorea primer dapat
disebabkan oleh kondisi hipotalamus, hipofisis, ovarium, uterus, dan penyebab
sistemik.
 Gangguan tuba dan pelvis. Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi
(Chlamidia, Gonorrhoea, TBC) maupun endometriosis.
Faktor yang mempengaruhi infertilitas pada laki-laki yakni:
 Kelainan pada urogenital kongenital atau yang di dapat
 Masalah pada sperma baik kualitas dan kuantitasnya.
 Adanya penyakit sistemik seperti terjadi tumor testis, limfoma, leukimia, dan
sarkoma.
 Adanya kelainan genetik seperti, sindrom klinefelter, XX male, sindrom kallmann
dan lain sebagainya.

3. Cara Mengatasi Infertilitas


Cara mengatasi infertilitas pada laki-laki maupun perempuan dapat dilakukan sesuai
dengan permasalahannya. Berikut cara menentukan penyebab infertilitas dengan
pemeriksaan medis (Soegiharto Soebijanto, 2013):
a. Pemeriksaan ovulasi: pemeriksaan riwayat menstruasi setiap bulannya dikarenakan
untuk memperkirakan waktu ovulasi, penatalaksanaan ultrasonografi transvaginal,
temperatur basal, biopsy endometrium, dan kadar hormon di dalam tubuh.
b. Pemeriksaan kelainan uterus dan tuba antara laian : pemeriksanaan HSG,
Histereskopi, Laparoskopi, USG transvaginal,
c. Pemeriksaan chlamydia Trachomatis: Pemeriksaan untuk Chlamydia trachomatis
sebaiknya dilakukan dengan teknik yang sensitive melalui sediaan darah atau urine.
Jika tes Chlamydia trachomatis positif, perempuan dan pasangan seksualnya
sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan pengobatan yalni Antibiotika profilaksis
sebagai upaya pencegahan penularan antara ibu dan bayi nantinya.
d. Penilaian lendir serviks pasca senggama: Pemeriksaan uji pasca-senggama
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus spermatozoa dalam lendir
serviks.

Setelah kita mengetahui penyebab terjadi infertil yang perlu dilakukan oleh pasangan
suami istri adalah:
a. Melakukan ikhtiar dengan tetap periksa ke dr.SpOG, melakukan program hamil, dan
konsultasi mengenai masalah kesehatan reproduksi yang berhubungan dengan
terjadinya infertil.
b. Penerimaan akan keadaan yang dialami serta berserah diri atau pun pasrah terhadap
kehendak Tuhan Yang Maha Esa dan memperbaiki relasi dengan Tuhan. Kepasrahan
bahwa situasi infertilitas tersebut tidak benar-benar buruk karena merupakan bagian
dari rencana Tuhan, maka akhirnya pasti indah (Detricia Tedjawidjaja, 2015). Tahap
penerimaan (acceptance) terhadap infertilitas. Untuk bisa masuk ke dalam tahap ini,
individu harus mengatasi terlebih dulu perasaan duka yang muncul pada tahap
sebelumnya, seperti perasaan menyangkal, marah, berduka, depresi, dan menerima.
Proses menerima bukanlah hal yang mudah khususnya pada wanita. Dalam beragama
islam seseorang diajarkan untuk bersifat qona’ah kepada Tuhan yang mana
menyerahan kepada Tuhan bahwa anak merupakan karunia Tuhan dan menghadapi
setiap kesulitan hidup dengan santai (enjoy) (Agista, 2016) (Ayu Safira, 2020).
c. Dukungan terhadap masing-masing individu (psikoterapi suportif pasangan adalah
terapi bicara dengan merancang seseorang untuk menyampaikan keluh kesah yang
dihadapinya. Setelah itu megajari untuk coping stress. Bentuk coping stress tersebut
masuk dalam emotional focused coping (Sarafino & Smith, 2011). Contoh coping
stress berupa pergi berlibur dengan suami atau sanak saudara, pergi bersama teman-
teman, dan lain-lain. Diharapkan dengan adanya coping stress wanita akan mengalami
perasaan tenang dan senang kembali (Detricia Tedjawidjaja, 2015).
d. Ketenangan jiwa/psikologis. Masalah infertilitas pada pasangan suami istri akan
berdampak terhadap psikologis keduanya terlebih lagi pada wanita, perasaan emosional
akan lebih sensitif terhadap pandangan dan komentar masyarakat sekitar. Oleh sebab
itu, penerimaan diri merupakan aktualisasi diri dan ketenangan yang merupakan salah
satu ciri dari kesehatan mental (Ayu Safira, 2020).

4. Cara Mengatasi stress dengan Mindfullnes


Mindfulness bermanfaat untuk membantu memperbaiki regulasi emosi yang
mengarahkan pada suasana hati yang positif dan kemampuan dalam mengatasi stres
(Feldman et al., 2010; Remmers et al., 2016) dalam (Lazim, 2013). Mindfulness juga
membantu membentuk perilaku adaptif terhadap stres sehari hari (Donald et al., 2016);
terbukti mampu memfasilitasi terciptanya kesadaran dalam menghadapi masalah (Donald
& Atkins, 2016) dibandingkan dengan menggunakan afirmasi diri positif. Selain itu,
mindfulness terbukti memberikan manfaat pada relasi dan pengembangan diri seseorang.
Berlatih mindfulness berarti mengembangkan tujuh sikap dasar (Bögels & Restifo,
2014; Kabat-Zinn, 2013). Sikap tersebut yaitu:
d. Nonjudging (tanpa menilai) merupakan sikap netral dengan terlebih dahulu menyadari
penilaian dan reaksi otomatis terhadap pengalaman individu. Sikap dasar ini
membantu untuk melihat apa adanya tanpa melalui prasangka.
e. Patience (kesabaran) merupakan salah satu sikap kebijaksanaan dengan menerima
kenyataan atau fakta yang ada. Melalui pemahaman tersebut, sikap kesabaran dapat
membantu untuk terbuka pada setiap keadaan dan tidak terburuburu dalam
memberikan tanggapan dengan menerima dan mengenali keadaan yang dialami saat
ini
f. Beginner’s mind (sikap pemula) merupakan sikap rasa ingin tahu atau menerima
segalanya sebagai suatu pengalaman yang baru dari waktu ke waktu.
g. Trust (kepercayaan) merupakan sikap menghormati dan menghargai perasaan, pikiran,
dan sikap terhadap diri sendiri. Seseorang belajar untuk bertanggung jawab terhadap
diri sendiri, mendengarkan diri sendiri, dan menghargai pencapaian diri sendiri.
Semakin dalam seseorang percaya terhadap diri sendiri maka semakin mudah orang
tersebut percaya dan melihat sisi kebaikan orang lain.
h. Nonstriving (tanpa ambisi) merupakan sikap tanpa ambisi, tujuan selama meditasi
dengan tidak mengejar hasil, namun fokus pada setiap proses dengan menjalani apa
yang dihadapi dari waktu ke waktu. Sikap ini tentu berbeda dengan sikap manusia
pada umumnya dengan mengejar hasil. Berlatih mindfulness tidak memiliki tujuan lain
selain menjadi diri sendiri sesuai dengan keunikannya. Sikap ini akan membantu untuk
mengungkap diri sendiri yang otentik.
i. Acceptance (penerimaan) merupakan sikap yang digali untuk dapat menerima secara
sadar apapun yang dijalani sebagai bagian dari proses penyembuhan. Acceptance
merupakan perpanjangan dari sikap nonjudging dengan menambahkan ukuran
kebaikan atau keramahan melalui proses yang ada.
j. Letting go merupakan sikap melepaskan diri dari keinginan atau kelekatan terhadap
pemikiran, perasaan dan juga pengalaman yang dihadapi. Sikap ini akan membantu
untuk melihat pengalaman sebagai sesuatu kejadian yang datang dan pergi dengan
waktunya masing-masing.

Leaflet Pemberdayaan Wanita dengan Kasus Infertilitas

Anda mungkin juga menyukai