Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN GIZI PENYAKIT SISTEM

PENCERNAAN (DISPEPSIA)
Mata Kuliah : Farmakologi Keperawatan
Dosen Pembimbing : Nadya Ulfa Safitri, S.Farm

Di susun oleh: kelompok 1 (1B)


1. Ainun Nadirah
2. Rauzatul Maula
3. Rahilatul Zahara
4. Rauzatul Jannah
5. Asmaul husna
6. Sarah
7. Suci lestari

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MEDIKA NURUL ISLAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Sigli, 10 Juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Sistem Pencernaan Manusia................................................................. 3
B. Definisi Dispepsia ................................................................................ 9
C. Patofisiologi Dispepsia ........................................................................ 10
D. Asuhan Gizi Pada Penyakit Dispepsia ................................................. 13
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan makanan yang diperoleh dari tumbuhan dan
hewan. Makanan yang kita makan harus dicerna atau dipecah menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil atau sederhana. Proses pencernaan
tersebut berlangsung di dalam saluran pencernaan atau organ-organ
pencernaan. Makanan dapat diserap oleh saluran pencernaan makanan dan
diedarkan ke seluruh tubuh setelah berbentuk molekul-molekul yang kecil.

Secara umum, pencernaan dibagi menjadi pencernaan secara


mekanik dan pencernaan secara kimiawi. Pencernaan secara mekanik,
adalah proses pengubahan makanan dari bentuk kasar menjadi bentuk kecil
atau halus. Proses ini dilakukan dengan menggunakan gigi di dalam mulut.
Sedangkan Pencernaan secara kimiawi, adalah proses perubahan makanan
dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan enzim,
yang terjadi mulai dari mulut, lambung, dan usus. Enzim adalah zat kimia
yang dihasilkan oleh tubuh yang berfungsi mempercepat reaksi-reaksi
kimia dalam tubuh. Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan
alat-alat pencernaan makanan. Alat-alat pencernaan makanan pada manusia
adalah organ organ tubuh yang berfungsi mencerna makanan yang kita
makan. Alat pencernaan makanan dibedakan atas saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Apabila sistem pencernan tidak berjalan dengan
baik, maka akan menimbulkan beberapa masalah pencernaan. Salah
satunya yaitu dispepsia.

Dispepsia adalah salah satu penyakit yang paling umum dari


usus (usus), yang mempengaruhi 20% diperkirakan orang di Amerika
Serikat. Mungkin hanya 10% dari mereka yang terkena dampak benar-

1
benar mencari perhatian medis untuk dispepsia mereka. Dispepsia bukan
istilah sangat baik untuk penyakit itu sejak menyiratkan bahwa ada
"dispepsia" atau abnormal pencernaan makanan, dan ini kemungkinan
besar tidak terjadi. Bahkan, nama lain umum untuk dispepsia adalah
gangguan pencernaan, yang karena alasan yang sama, tidak lebih baik
daripada istilah dispepsia. Dokter sering mengacu kepada kondisi sebagai
dispepsia non ulkus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sistem pencernaan manusia?
2. Apa itu penyakit dispepsia?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit dispepsia?
4. Bagaimana asuhan gizi pada penderita dispepsia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem pencernaan manusia.
2. Untuk mengetahui apa itu penyakit dispepsia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit dispepsia.
4. Untuk mengetahui bagaimana asuhan gizi pada penderita dispepsia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Pencernaan Manusia


a. Mulut
Proses pencernaan makanan dimulai sejak makanan masuk ke dalam
mulut, rongga mulut merupakan awal saluran pencernaan. Pada mulut
terjadi pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Di dalam mulut terdapat
lidah, gigi, dan kelenjar ludah. Lidah dan gigi berperan dalam
pencernaan makanan secara mekanik melalui kunyahan.
1. Lidah
Lidah (Lingua) berperan dalam pencernaan makanan secara mekanik.
Lidah membantu dalam proses mengunyah, menelan, mengenali
rasa, dan mengenali tekstur makanan. Selain itu, lidah juga berfungsi
sebagai alat pengecap yang dapat merasakan manis, asin, pahit, dan
asam. Saraf pada lidah juga sensitif terhadap panas, dingin, dan
tekanan. Bagian-bagian utama lidah adalah radiks, dorsum, dan apeks.
2. Gigi
Tanpa adanya gigi, manusia akan sulit memakan makanan yang
dimakannya. Gigi tumbuh di dalam lesung pada rahang dan memiliki
jaringan seperti pada tulang, tetapi gigi bukanlah bagian dari
kerangka. Menurut perkembangannya, gigi lebih banyak
persamaannya dengan kulit daripada dengan tulang. Gigi terletak
dirahang atas dan bawah, masing-masing membentuk sebuah arkus
dentalis. Arkus rahang atas (maxila) bentuknya seperti elips dan
rahang bawah (mandibula) seperti parabola, sehingga gigi- gigi tidak
bertemu tepat satu dengan yang lain. Posisi demikian sesuai dengan
fungsi gigi masing-masing. Gigi tersusun atas beberapa bagian,
yaitu mahkota, leher gigi, dan akar gigi. Mahkota merupakan bagian

3
gigi yang terlihat dari luar. Adapun bagian leher dan akar gigi,
tertutup oleh suatu lapisan yang disebut lapisan gusi. Gigi tersusun
atas empat macam jaringan, yaitu jaringan email, dentin, pulpa, dan
sementum. Jaringan email merupakan jaringan gigi yang paling keras.
Email ini melindungi mahkota gigi. Dentin merupakan komponen
utama pembentuk gigi. Pada bagian dalam gigi terdapat pulpa
(rongga gigi). Pulpa berisi pembuluh darah dan serabut saraf. Pada
manusia, gigi tumbuh pertama kali pada usia sekitar 6-8 bulan (gigi
seri). Gigi yang pertama kali tumbuh sering disebut gigi susu. Gigi susu
mulai tanggal diganti gigi tetap pada umur 6-8 tahun, pertamakali
adalah gigi seri dan diikuti gigi yang lain sampai umur +14 Tahun
yang mana gigi susu sudah diganti gigi tetap semua. Gigi geraham
akhir muncul pada umur 16-30 Tahun.
3. Kelenjar ludah
Kelenjar ludah menghasilkan ludah atau air liur (saliva). Ludah
berfungsi untuk melarutkan makanan, memudahkan penelanan, dan
melindungi selaput mulut terhadap panas, dingin, asam, dan basa. Di
dalam ludah terdapat enzim ptialin ( amilase) yang berfungsi
mengubah makanan dalam mulut yang mengandung zat karbohidrat (
amilum) menjadi gula sederhana jenis maltosa. Enzim ptialin bekerja
dengan baik pada pH antara 6.8 – 7 dan suhu 37 °C. Terdapat tiga
macam kelenjar ludah, yaitu: Kelenjar parotis, Kelenjar sublingualis,
Kelenjar submandibularis.
b. Kerongkongan (Esofagus)
Makanan setelah dicerna di dalam mulut akan bergerak masuk ke
dalam kerongkongan (esofagus). Kerongkongan memiliki bentuk
menyerupai selang air atau tabung dengan panjang sekitar +25-30 cm.
Pangkalnya adalah di leher, di belakang tenggorok, kemudian di daerah
dada di belakang jantung, menembus sekat rongga badan di depan tulang

4
belakang dan bermuara dalam lambung. Kerongkongan berfungsi sebagai
jalan bagi makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju ke lambung.

Pada kerongkongan tidak terjadi proses pencernaan. Bagian pangkal


kerongkongan (faring) berotot lurik dan bekerja secara sadar menurut
kehendak kita. Makanan berada di dalam kerongkongan hanya sekitar
enam detik. Makanan sebelum masuk ke dalam esofagus akan melewati
tekak atau faring. Faring merupakan pertemuan antara saluran pencernaan
dan saluran pernapasan. Agar makanan tidak masuk ke saluran pernapasan,
pada faring terdapat epiglotis. Pada saat menelan, epiglotis akan menutup
saluran pernapasan. Otot kerongkongan dapat berkontraksi secara
bergelombang sehingga mendorong makanan masuk ke dalam lambung.
Gerakan kerongkongan ini disebut gerak peristaltik. Gerak ini terjadi
karena otot yang memanjang dan melingkari dinding kerongkongan secara
bergantian.

c. Lambung
Lambung merupakan saluran pencernaan makanan yang melebar seperti
kantung, terletak di bagian atas rongga perut sebelah kiri, dan sebagian
tertutup oleh hati dan limpa. Lambung berbentuk menyerupai huruf J.
Lambung dapat mencerna makanan secara mekanik karena memiliki
lapisan-lapisan otot. Lambung tersusun atas tiga lapisan otot, yaitu bagian
dalam berserabut miring, bagian tengah berserabut melingkar, dan bagian
luar berserabut memanjang. Dengan adanya ketiga lapisan otot ini,
lambung dapat melakukan berbagai gerakan kontraksi. Gerakan
kontraksi tersebut berguna untuk mencerna makanan dan
mencampurkannya dengan enzim sehingga terbentuk bubur atau kim
(chyme).

5
d. hati
Hati terletak di bawah sekat rongga badan dan mengisi sebagian besar
bagian atas rongga perut sebelah kanan. Hati membuat empedu yang
terkumpul dalam kantung empedu. Empedu tersebut menjadi kental karena
airnya diserap kembali oleh dinding kantung empedu.

Pada waktu tertentu, empedu dipompakan ke dalam usus dua belas


jari melalui saluran empedu. Fungsi hati antara lain untuk memproduksi
enzim-enzim, merombak sel darah merah mati, menampung vitamin A, D,
E dan K yang berlebih, menyimpan cadangan gula dalam bentuk glikogen
dan mengubahnya menjadi glukosa bila diperlukan, mengubah kolesterol
dan asam amino menjadi glukosa dalam kondisi tubuh kehabisan glikogen,
serta menetralisasi zat-zat kimia berbahaya hasil metabolisme tubuh
sendiri maupun yang dari luar tubuh.

e. Kelenjar Pankreas

Kelenjar pankreas melintang pada dinding belakang perut dan ke kiri


sampai pada limpa. Ujungnya terletak dalam lengkung usus dua belas jari.
Saluran pankreas bermuara di dalam usus dua belas jari (duodenum)
bersama dengan saluran empedu. Setiap hari diproduksi + 1200-1500 ml
cairan pankreas, cairan ini terdiri dari air, garam, sodium bikarbonat dan
enzim. Sodium bikarbonat memberi sifat alkali (pH 7,1-8,2) pada cairan
pankreas yang dapat menghentikan kerja pepsin dari lambung dan
menciptakan suasana asam bagi usus. Enzim dari pankreas antara lain
amilase pangkreatik, tripsin. Kimotripsin dan karboksipolipeptidase,
lipase pangkreatik. Karena pepsin diproduksi dalam keadaan inaktif
(pepsinogen), enzim pencernaan protein pankreas, ini mencegah enzim
pencerna sel-sel pankreas. Tripsin disekresi dalam bentuk inaktif
(tripsinogen), pengaktifan menjadi tripsin terjadi di dalam usus kecil

6
karena sekresi mukosa. Enzim pengaktif ini disebut enterokinase.
Kimotripsin digiatkan oleh tripsin dari bentuk inaktif yang disebut
kimotripsinogen. Karboksipolipeptidase juga digiatkan oleh pepsin dalam
usus, bentuk inaktifnya disebut prokarboksipolipeptidase. Sekresi
pankreas, seperti pada lambung dikendalikan oleh mekanisme saraf
hormonal. Bila fase sepalik dan gastrik sekresi lambung terjadi, impuls
parasimpatik serentak dikirim sepanjang saraf vagus ke pankreas yang
berakibat sekresi enzim pankreas. Kolesistokinin dari duodenum juga
merangsang sekresi pancreas.

f. Usus Halus (Intestinum)


Makanan setelah dicerna di dalam lambung akan masuk ke dalam usus
halus (intestinum). Usus halus merupakan suatu saluran menyerupai selang
dengan diameter sekitar 2,5 cm. Jika dibentangkan, usus halus dapat
mencapai panjang sekitar 6 meter. Di dalam usus halus terdapat struktur
yang disebut dengan vili. Vili merupakan tonjolantonjolan yang
memperluas permukaan usus sehingga meningkatkan penyerapan. Pada
permukaan vili terdapat mikrovili.
Di dalam usus halus terjadi dua proses penting, yaitu pencernaan dengan
bantuan enzim dan penyerapan sari-sari makanan ke dalam pembuluh
darah. Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu:
 Duodenum (usus 12 jari) karena panjangnya sekitar 12 jari
orang dewasa yang disejajarkan.
 Jejenum (usus kosong) karena pada orang yang telah
meninggal bagian usus tersebut kosong.
 Ileum (usus penyerapan) karena pada bagian inilah zat-zat
makanan diserap oleh tubuh.

Dalam menjalankan fungsinya, usus halus dibantu oleh hati, pankreas, dan
kelenjar pada dinding usus halus. Setiap organ tersebut akan

7
mengeluarkan enzim yang membantu dalam pencernaan. Hati
menghasilkan empedu yang di dalamnya terdapat cairan empedu.

Cairan empedu tersebut memiliki fungsi memecah lemak agar mudah


dicerna. Empedu tidak mengandung enzim, namun berperan dalam
memecah lemak. Selain itu, hati merupakan tempat metabolisme protein,
lemak, dan karbohidrat. Pada saat proses pencernaan berlangsung,
kantung empedu akan melepaskan cairan empedu menuju duodenum
melalui saluran empedu.

Selain itu, pankreas membantu usus halus dalam proses pencernaan.


Pankreas memiliki dua fungsi utama, yaitu menghasilkan hormon yang
mengatur glukosa darah dan menghasilkan pancreatic juice. Pancreatic
juice merupakan sekresi pankreas yang bercampur dengan air. Pancreatic
juice ini akan masuk ke dalam duodenum melalui saluran pankreatik.
Pancreatic juice akan menetralkan kandungan asam pada makanan sebelum
masuk ke usus halus.

g. Usus Besar
Di sebelah kanan dalam rongga perut terdapat usus besar naik, dalam
rongga perut sebelah atas terdapat lanjutannya sebagai usus besar
melintang, dan dalam rongga perut sebelah kiri dijumpai usus besar turun
yang berlanjut sebagai usus besar bentuk “S”. Diameter usus besar dapat
mencapai sekitar 6,5 cm, sedangkan panjangnya sekitar 1,5 m. Pada usus
halus terjadi proses penyerapan zat-zat makanan. Adapun zat yang tidak
dapat diserap akan terdorong menuju usus besar. Di dalam usus besar, sisa
makanan akan diuraikan dengan bantuan bakteri Escherichia coli.
Salah satu fungsi usus besar adalah menyerap air yang masih tersisa pada
makanan. Sisa makanan yang siap dikeluarkan dari tubuh disebut feses.
Agar sisa makanan yang masuk ke dalam usus besar tidak kembali ke usus

8
halus, terdapat katup yang membatasi keduanya. Katup tersebut dinamakan
katup ileosekal. Setelah usus besar berbentuk S terdapat poros usus
(rektum). Di dalam usus besar sisasisa makanan yang tidak dapat
dicerna lagi menjadi kental, karena airnya diserap kembali oleh dinding
usus besar. Sisa makanan tersebut sampai ke dalam poros usus yang
terletak pada dinding belakang panggul kecil. Perjalanan makanan di
dalam usus besar dapat mencapai 4 – 5 jam. Namun, di usus besar
makanan dapat disimpan sampai 24 jam.
h. Anus (Rectum)
Di dalam usus besar, feses didorong secara teratur dan lambat oleh gerakan
peristaltik menuju ke rektum (poros usus) yang merupakan bagian
akhir dari saluran pencernaan. Bagian bawah poros usus itu akhirnya
bermuara pada lubang dubur yang nantinya mengeluarkan feses. Gerakan
peristaltik dikendalikan oleh otot polos (otot tak sadar). Akan tetapi, pada
saat buang air besar otot spingter di anus dipengaruhi oleh otot lurik (otot
sadar).
Jadi, proses defekasi (buang air besar) dilakukan dengan sadar, yaitu
dengan adanya kontraksi otot dinding perut yang diikuti dengan
mengendurnya otot spingter anus dan kontraksi kolon serta rektum.
Akibatnya, feses dapat terdorong ke luar anus.
B. Definisi Dispepsia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan
peptein(pencernaan). Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir
tahun 1980-an, yang menggambar keluhan atau kumpulan gejala (sindrom)
yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah,
kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang
menjalar di dada. Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh
berbagai penyakit, termasuk juga didalamnya penyakit yang mengenai
lambung atau yang dikenal sebagai penyakit maag. (Djojodiningrat, 2006).

9
C. Patofisiologi Dispepsia
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan
stress, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan
kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi demikian
dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam lambung, sehingga rangsangan di medula oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan. Lambung mempunyai fungsi yaitu fungsi motorik dan fungsi
pencernaan dan sekresi. Fungsi motorik lambung dibagi menjadi :
a) Fungsi menampung
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit
dicerna dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan
volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot
polos diperantarai oleh nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin.
b) Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang
mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur oleh suatu irama
listrik intrinsik dasar.
c) Fungsi pengosonan lambung
Diatur oleh pembukaan sfinger pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas,
volume, keasaman, aktivitas osmotik, keadaan fisik, serta oleh emosi,
obat-obatan dan olah raga. Pengosongan lambung diatur oleh faktor saraf
dan hormonal seperti kolesistokinin.
Fugsi pencernaan dan sekresi antara lain:
a) Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL, pencernaan karbohidrat
dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil peranannya.

10
b) Sintesa dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang
dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum dan rangsangan
vagus.
c) Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari
usus halus bagian distal.
d) Sekresi mukus membentuk selubung yang melindungi lambung
serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah
diangkut.
e) Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi gel mukus, berperan
sebagai barier dari asam lumen dan pepsin. (Price dan Wilson,
2006).

Asam klorida (HCL) di dalam lambung mempunyai fungsi sebagai


berikut :

a. Menggiatkan enzim-enzim pepsinogen yang dihasilkan getah


lambung menjadi pepsin yang berfungsi memecah protein menjadi
pepton.
b. Sebagai desinfektan atau pembunuh kuman (bibit penyakit) yang
masuk lambung.
c. Membantu dalam membuka dan menutup klep yang terdapat
diantara pilorus dan duodenum.
d. Merangsang pengeluaran (sekresi) getah usus.

Getah lambung yang dimaksud diatas (gastric juice) sekresinya dipengaruhi


oleh beberapa faktor yaitu faktor psikis dan hormonal.
a. Faktor psikis
Faktor ini sama dengan yang mempengaruhi kerja glandula saliva
(kelenjar ludah) yaitu reflek pikir, melihat atau mencium makanan yang
dapat merangsang keluarnya getah lambung.

11
b. Faktor hormonal
Ada dua tahapan
yaitu:
1. Tahapan gastrium, berdasarkan pada timbulnya rangsangan setelah
makanan masuk ke lambung, hormon gastrin terproduksi yang
berfungsi merangsang keluarnya getah lambung.
2. Tahapan intestinal berdasarkan timbulnya rangsangan chyme
memasuki mukosa duodenal akan mengeluarkan sekresi hormon ini
berfungsi merangsang keluarnya getah pankreatik dan empedu. Bila
terdapat lemak dalam makanan yang masuk ke usus maka akan keluar
hormon enterogaster yang berfungsi menghambat keluarnya cairan
lambung (HCL). Selain untuk dapat menghambat berlangsungnya
motilitas Gastro Intestinal Tract dengan demikian makanan yang telah
tercerna akan tertahan lebih lama dalam lambung dan usus.
(Kartasapoetra dan Marsetyo, 2005).
Gejala yang ditimbulkan oleh dispepsia antara lain berupa mual, muntah,
anoreksia dan diare. Mual merupakan sensasi subjektif yang tidak
menyenangkan dan sering mendahului muntah. Terjadinya muntah diawali
dengan berjalannya impuls-impuls aferen ke pusat muntah sebagai aferen
vagus dan simpatis. Impuls aferen ini berasal dari lambung atau duodenum
yang muncul sebagai respon terhadap stimulasi kimiawi oleh emetik (bahan
penyebab muntah). Apabila refleks muntah terjadi pada pusat muntah, terjadi
melalui aktifitas beberapa syaraf kranialis ke wajah dan kerongkongan serta
neuron motorik spinalis ke otot abdomen dan diaframa. Gejala-gejala yang
dapat terjadi sebelum muntah adalah mual, takikardi dan berkeringat.
(Corwin, 2009).

12
D. Asuhan Gizi Pada Penyakit Dispepsia

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien


dispepsia yang sistematis dimana
1. Pengertian
Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
membuat keputusan untuk menangani
masalah gizi sehingga aman, efektif dan
berkualitas

2. 1. Melanjutkan hasil Skrining perawat.


Asesmen/Pengkaj 2. Mengkaji data berat badan, tinggi badan,
ian Antropometri indeks massa tubuh

Mengkaji data laboratorium seperti HB, HT,


Asesmen/Pengkaj
Albumin, data laboratorium lain terkait gizi
ian Biokimia
(bila ada)

Asesmen/Pengk
Anoreksia, mual, nyeri ulu hati, perasaan tidak
ajian
enak di perut,
Klinis/Fisik

Asesmen/Pengka Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan


jian makan, bentuk makanan, rata-rata asupan
sebelum masuk RS, dll.
Riwayat Makan

Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat


Asesmen/Pengka
penyakit saat ini dan penyakit keluarga,
jian
riwayat penggunaan suplemen makanan, status
kesehatan mental serta status kognitif
Riwayat
Personal

1. Asupan makan per oral kurang berkaitan


dengan kesulitan makan, tidak napsu
3. Diagnosis Gizi
makan, mual, sakit perut ditandai dengan
asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-
2.1)

13
4. Intervensi Gizi
(Terapi Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan dan minuman
secukupnya agar tidak memberatkan
saluran cerna

b. Implementasi Syarat Diet Lambung :


1. Mudah dicerna porsi kecil sering
2. Energi dan Protein cukup disesuaikan
dengan kemampuan pasien
3. Lemak rendah bertahap dinaikan, rendah
Serat
4. Cukup cairan
5. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan
cair atau sesuai daya terima. bubur susu,
bubur saring, biskuit susu, makanan lunak
(oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai
kondisi klinis dan kemampuan
mengkonsumsi
6. Tidak mengandung bumbu2 yang
c. Edukasi
merangsang (cabe, merica, cuka,dll)
d. Konseling
Gizi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan
preskripsi diet Pemberian edukasi dan konseling
gizi kepada pasien, keluarga pasien dan
Koordinasi dengan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet
tenaga kesehatan lambung
lain
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga
kesehatan lain yaitu dengan dokter, perawat,
apoteker dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi
yaitu monitor hasil positif maupun negative dari
5. Monitoring dan :
Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat


6. Re-Asesmen keberhasilan intervensi (terapi gizi) dan
(Kontrol Kembali) kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang dari
rumah sakit
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
7. Indikator/Outcome
2. Status Gizi Normal berdasarkan
antropometri

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri
dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa
panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi
termasuk dyspepsia.
Dyspepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari
kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas,
perih, mual, yang kadang¬kadang disertai rasa panas di dada dan perut,
lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan
gas asam dari mulut.

B. Saran

Sebaiknya jaga asupan makan dan pola makan secara teratur dan
mengonsumsi makanan gizi seimbang

15
DAFTAR PUSATAKA

Abdullah M. dan Gunawan J. 2012. Dispepsia. Jurnal IDI Vol. 39 No. 9.

Ganong W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Corwin E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Djojodiningrat D. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Dispepsia Fungsional.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kartasapoetra G., dan Marsetyo H. 2005. Korelasi Gizi Kesehatan dan
Produktivitas Kerja. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Price S.A., dan Wilson L.M.. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Volume 1 Edisi 6. Jakarta : Penerbit EGC.

16
17
18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai