Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan resiko tinggi merupakan kehamilan yang dapat

menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi sakit atau meninggal sebelum

kelahiran berlangsung. Karakteristik ibu hamil diketahui bahwa factor penting

penyebab risiko tinggi pada kehamilan terjadi pada kelompok usia <20 tahun

dan usia >35 tahun dikatakan usia tidak aman karena saat bereproduksi pada

usia <20 tahun dimana organ reproduksi belum matang sempurna dan umur

>35 tahun dimana kondisi organ reproduksi wanita sudah mengalami

penurunan kemampuan untuk bereproduksi, tinggi badan kurang dari 145 cm,

berat badan kurang dari 45 kg, jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang

kurang dari 2 tahun, jumlah anak lebih dari 4 (Saifuddin, 2016).

Dampak dari kehamilan resiko tinggi terhadap kehamilan yaitu dapat

menyebabkan terjadinya komplikasi yang dapat mempengaruhi kondisi ibu

dan janin dalam kandungan seperti abortus, Intra Uterine Fetal Death, dan

dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, bahkan sampai kematian.

Kehamilan resiko tinggi juga berdampak terhadap proses persalinan

diantaranya perdarahan, partus macet, dan sampai dengan kematian. Selain

berdampak terhadap kehamilan dan persalinan, kehamilan resiko tinggi akan

berdampak juga terhadap masa nifas yaitu ibu mengalami perdarahan post

partum. Adapun dampak kehamilan resiko tinggi terhadap bayi baru lahir

yaitu bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah ataupun bayi

1
2

lahir dengan berat badan lebih, dan kematian bayi baru lahir (Prawirohardjo,

2018).

Dampak tersebut dapat dicegah sedini mungkin melalui pemeriksaan

antenatal care secara teratur dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu

selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Pemeriksaan antenatal care pada ibu

hamil dapat mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai,

pertolongan persalinan yang bersih dan aman, serta pelayanan rujukan

kebidanan/perinatal yang terjangkau. Salah satu indikator yang peka terhadap

kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan Kesehatan adalah Angka

Kematian Ibu (AKI) (Kemenkes RI, 2020).

Berdasarkan data yang dimuat oleh World Health Organization

(WHO), angka kematian ibu (AKI) di dunia pada tahun 2020 mencapai 303

per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara ASEAN, angka kematian

ibu (AKI) mencapai 235 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2020).

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2021

diketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2020

sebesar 745 kasus, kemudian pada tahun 2021 angka kematian ibu (AKI)

mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 443 kasus sehingga total

angka kematian ibu pada tahun 2021 sebesar 1.188 kasus, tingginya kasus

kematian ibu di Indonesia pada tahun 2021 sebagian besar disebabkan karena

covid-19 dengan persentase sebesar 40% (Kemenkes RI, 2021).

Menurut data yang dirilis oleh Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB

pada tahun 2021 diketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) selama tiga

tahun terakhir yaitu mulai dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2021
3

mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2019

angka kematian ibu (AKI) mencapai 97 kasus, kemudian dari tahun 2020

sampai dengan tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 144 kasus.

Sedangkan di Kabupaten Lombok Timur, angka kematian ibu (AKI) pada

tahun 2021 mencapai 29 kasus (Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2021).

Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Kopang pada bulan

Januari sampai dengan Agustus 2022 diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang

datang berkunjung ke Puskesmas Kopang mencapai 1.092 ibu hamil dan yang

melakukan kunjungan ANC sebanyak 149 orang. Dari 149 ibu hamil yang

melakukan kunjungan ANC, 97 orang ibu hamil di ketahui mengalami risiko

tinggi yang terdiri dari risiko tinggi umur >35 tahun sebanyak 41 orang, ibu

hamil dengan paritas grandemultigravida (>4 kali) sebanyak 15 orang, jarak

kehamilan < 2 tahun sebanyak 13 orang, ibu hamil dengan kadar hemoglobin

(Hb) rendah yaitu : < 11 gr% sebanyak 11 orang, ibu hamil dengan lingkar

lengan (LILA)< 23,5 cm sebanyak 9 orang, ibu hamil risiko tinggi karena

perdarahan yang ditangani sebanyak 9 orang (Puskesmas Kopang, 2022).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan terhadap

10 ibu hamil diketahui bahwa 7 ibu hamil diantaranya mengatakan belum

mengerti tentang kehamilan resiko tinggi, hal ini disebabkan karena ibu

kurangnya tingkat kehadiran ibu pada saat dilakukan penyuluhan kesehatan

oleh petugas kesehatan, sehingga informasi didapatkan oleh ibu tidak dapat

menunjang pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang kehamilan resiko

tinggi. Kemudian 3 ibu hamil lainnya mengatakan sudah mengerti tentang

kehamilan resiko tinggi, hal ini disebabkan karena ibu selalu aktif mengikuti
4

berbagai macam penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan. Selain itu,

ibu juga sering berkonsultasi dengan petugas kesehatan yang ada di tempat

pelayanan kesehatan (Puskesmas Kopang, 2022).

Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil harus terpenuhi dengan baik,

salah satu pelayanan kesehatan yang diadakan oleh petugas kesehatan yaitu :

pelayanan antenatal care (ANC). Pemeriksaan antanatal care (ANC) pada ibu

hamil minimal dilakukan tiap trimester yaitu : minimal dua kali pada trimester

pertama (usia kehamilan 0-12 2 minggu), kemudian satu kali pada trimester

kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan tiga kali pada trimester ketiga (usia

kehamilan 24 minggu sampai menjelang persalinan). Hal ini sesuai dengan

yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bahwa

frekuensi kunjungan antenatal care minimal dilakukan sebanyak 6 kali selama

kehamilan, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi

kehamilan (Kemenkes RI, 2020).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik ingin meneliti tentang

hubungan pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan dengan

keteraturan kunjungan ANC di Puskesmas Kopang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu

“Apakah ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi

kehamilan dengan keteraturan kunjungan ANC di Puskesmas Kopang”?.


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang resiko

tinggi kehamilan dengan keteraturan kunjungan ANC di Puskesmas

Kopang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil yang meliputi: umur,

pendidikan dan pekerjaan

b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi

kehamilan

c. Mengidentifikasi keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil

d. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi

kehamilan dengan keteraturan kunjungan ANC

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca tentang hal-hal yang

berkaitan dengan resiko tinggi pada kehamilan dan manfaat keteraturan

kunjungan ANC bagi ibu hamil pada masa kehamilan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Stikes Hamzar

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah

bahan bacaan khususnya bagi mahasiswa program studi Pendidikan


6

Bidan tentang hubungan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan

resiko tinggi dengan keteraturan melakukan kunjungan ANC.

b. Bagi Ibu Hamil

Diharapkan dengan adanya penelitianini dapat memberikan

tambahan informasi bagi ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan

dan memperluas wawasan tentang resiko tinggi pada kehamilan dan

manfaat melakukan kunjungan ANC secara teratur untuk

meningkatkan kesehatan ibu dan janin selama kehamilan.

c. Bagi Puskesmas Kopang

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan acuan atau literatur serta refrensi bagi Puskesmas

Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas Kopang dalam rangka

meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya ibu

hamil dengan cara memberikan informasi melalui kegiatan penyuluhan

kepada ibu hamil tentang resiko tinggi pada kehamilan dan manfaat

melakukan kunjungan ANC secara teratur untuk menjaga kesehatan

ibu dan janin selama kehamilan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan acuan atau literatur bagi peneliti selanjutnya untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan ibu

hamil tentang resiko tinggi kehamilan dengan keteraturan kunjungan

ANC.
7

E. Keaslian Penelitaan

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Nama Judul Metode
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian
Wahidamuni Hubungan Metode Hasil penelitian Persamaan Perbedaannya
r (2019) tingkat penelitian menunjukkan ada dalam terletak pada
pengetahuan ibu yang hubungan penelitian variabel
hamil tentang digunakan pengetahuan ibu yaitu : pada dependent.
kehamilan adalah hamil tentang variabel Dimana pada
resiko tinggi survey kehamilan resiko independentnya penelitian yang
dengan analitik tinggi dengan sama-sama dilakukan oleh
kepatuhan dengan kepatuhan melakukan Retna variabel
kunjungan ANC desain cross kunjungan ANC di penelitian dependentnya
di Puskesmas sectional. Puskesmas Totoli tentang adalah kepatuhan
Totoli. Jumlah tahun 2019 dengan pengetahuan ibu kunjungan ANC
sampel yang nilai p value = hamil tentang sedangkan pada
digunakan 0,029 < 0,05. kehamilan penelitian yang
sebanyak 92 resiko tinggi. akan peneliti
orang Selain itu, lakukan variabel
metode dependentnya
penelitian yang adalah keteraturan
digunakan juga melakukan
sama. kunjungan ANC.
Selain itu, waktu
dan tempat
penelitiannya juga
berbeda.

Anggraeni Hubungan Jenis Hasil penelitian Pada Perbedaannya


(2019) pengetahuan ibu penelitian menunjukkan ada penelitian yaitu : metode
hamil dengan ini hubungan antara yang penelitian yang
keteraturan merupakan pengetahuan ibu dilakukan oleh digunakan
kunjungan ANC jenis hamil tentang Anggraeni, berbeda. Selain itu,
di PMB Ari penelitian antenatal care variabel waktu dan tempat
Saptuti survey dengan keteraturan dependentnya penelitiannya juga
Banyumas analitik kunjungan ANC di adalah berbeda.
Pringsewu dengan PMB Ari Saptuti pengetahuan,
pendekatan Banyumas begitu juga
cross Pringsewu tahun dengan
sectional, 2019 dengan nilai variabel yang
jumlah p value = 0,034 < peneliti teliti.
sampel 0,05.
yang
digunakan
sebanyak
55 orang.

Ni Ketut Hubungan Metode Hasil penelitian Persamannya Perbedaannya


Citrawati pengetahuan ibu penelitian menunjukkan terletak pada terdapat pada
8

(2021) hamil tentang yang bahwa ada variabel metode penelitian


ANC dengan digunakan hubungan independentnya yang digunakan,
kunjungan ANC adalah pengetahuan ibu yaitu sama- dimana pada
di Puskesmas analitik hamil tentang ANC sama meneliti penelitian yang
Tampaksiring II dengan dengan kunjungan tentang dilakukan oleh Ni
pendekatan ANC di Puskesmas pengetahuan ibu Ketut metode
cross Tampaksiring II hamil. penelitiannya
sectional. tahun 2021 menggunakan
Jumlah analitik sedangkan
sampel yang pada penelitian
digunakan yang akan peneliti
sebanyak 30 lakukan
responden menggunakan
metode survey
analitik. Selain itu,
waktu dan tempat
penelitiannya juga
berbeda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Dasar Kehamilan Resiko Tinggi

a. Definisi Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang kemungkinan

dapat menyebabkan terjadinya bahaya atau komplikasi baik terhadap

ibu maupun janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,

melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan

persalinan dan nifas normal (Maisuri T. Khalid, 2018).

b. Kriteria Kehamilan Risiko Tinggi

Menurut Rochjati (2016), kehamilan risiko tinggi dibagi

menjadi 3 kategori yaitu :

1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Merupakan kehamilan yang tidak disertai oleh faktor risiko

atau penyulit sehingga kemungkinan besar ibu akan melahirkan

secara normal dengan ibu dan janinnya dalam keadaan hidup sehat.

2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan skor 6-10

Merupakan kehamilan yang disertai satu atau lebih faktor

risiko/penyulit baik yang berasal dari ibu maupun janinnya

sehingga memungkinkan terjadinya kegawatan saat kehamilan

maupun persalinan namun tidak darurat.

9
10

3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRTS) dengan jumlah skor >12

Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) merupakan

kehamilan dengan faktor risiko:

a) Perdarahan sebelum bayi lahir, dimana hal ini akan

memberikan dampak gawat dan darurat pada ibu dan janinnya

sehingga membutuhkan rujukan tepat waktu dan penanganan

segera yang adekuat untuk menyelamatkan dua nyawa.

b) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, dimana tingkat

kegawatannya meningkat sehingga pertolongan persalinan

harus di rumah sakit dengan ditolong oleh dokter spesialis.

c. Faktor-faktor Kehamilan Risiko Tinggi

Faktor resiko adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat

menyebabkan kemungkinan resiko/bahaya terjadinya komplikasi pada

persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu

dan bayinya. Ciri- ciri faktor resiko:

1) Faktor resiko mempunyai hubungan dengan kemungkinan

terjadinya komplikasi tertentu pada persalinan.

2) Faktor resiko dapat ditemukan dan diamati/dipantau selama

kehamilan sebelum peristiwa yang diperkirakan terjadi.

3) Pada seorang ibu hamil dapat mempunyai faktor resiko tunggal,

ganda yaitu dua atau lebih yang bersifat sinergik dan kumulatif.

Hal ini berarti menyebabkan kemungkinana terjadinya resiko lebih

besar.
11

d. Bahaya Kehamilan Risiko Tinggi

Menurut Prawiroharjo (2018), dampak yang dapat ditimbulkan

akibat ibu hamil dengan risiko tinggi sendiri dapat berdampak antara

lain :

1) Dampak Kehamilan Berisiko bagi Ibu

Dampak kehamilan berisiko bagi ibu secara fisik adalah

sebagai berikut:

a) Keguguran (abortus)

Keguguran merupakan penghentian kehamilan sebelum

janin dapat hidup. Keguguran dini terjadi sebelum usia

kehamilan 12 minggu dan keguguran tahap lanjut terjadi antara

usia kehamilan 12 minggu-20 minggu.

b) Partus macet

Partus macet merupakan pola persalinan yang abnormal

dimana terjadi fase laten dan fase aktif memanjang/melambat

bahkan berhenti ditandai dengan berhentinya dilatasi serviks

atau penurunan janin secara total atau keduanya.

c) Perdarahan ante partum dan post partum

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang

terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak

dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum

28 minggu. Perdarahan postpartum merupakan perdarahan

lebih dari 500-6000 ml dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir.

Menurut waktu terjadinya perdarahan postpartum dibedakan


12

menjadi dua, yaitu: Perdarahan postpartum primer (early

postpartum hemorrhage) terjadi dalam 24 jam setelah anak

lahir. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum

hemorrhage) terjadi setelah 24 jam kelahiran, antara hari ke 5

sampai hari ke 25 postpartum

d) Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Intra Uterine Fetal Death (IUFD) merupakan kematian

janin dalam rahim sebelum terjadi proses persalinan, usia

kehamilan 28 minggu keatas atau berat janin 1000 gram dapat

juga mengakibatkan kelahiran mati. Ibu yang mengalami

kehamilan berisiko menyebabkan meningkatnya faktor risiko

terjadinya Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Bila janin dalam

kandungan tidak segera dikeluarkan selama lebih dari 4 minggu

dapat menyebabkan terjadinya kelainan darah

(hipofibrinogemia) yang lebih besar.

e) Keracunan dalam kehamilan (Pre eklamsia) & kejang

(Eklamsia)

Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan yang

biasanya terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga

muncul pada trimester kedua. Preeklamsia serta gangguan

tekanan darah lainnya merupakan kasus yang menimpa

setidaknya lima hingga delapan persen dari seluruh kehamilan.

Dua penyakit ini pun tercatat sebagai penyebab utama kematian

serta penyakit pada bayi dan ibu hamil di seluruh dunia. Dan di
13

Indonesia 3 kematian ibu terbesar salah satunya disebabkan

oleh preeklamsia/ eklampsia.

2) Dampak Kehamilan Berisiko bagi Janin

Menurut Prawiroharjo (2018), dampak kehamilan berisiko

bagi janin adalah sebagai berikut:

a) Bayi lahir belum cukup bulan

Bayi lahir belum cukup bulan dapat disebut bayi preterm

maupun bayi prematur. Bayi Preterm merupakan bayi yang

lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu, tanpa

memperhatikan berat badan lahir. Hal ini dapat disebabakan

oleh faktor maternal seperti toksemia, hipertensi, malnutrisi

maupun penyakit penyerta lainnya.

b) Bayi lahir dengan Bayi berat lahir rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat

lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam

setelah lahir. Penyebab paling besar lahirnya bayi Bayi berat

lahir rendah (BBLR) adalah masalah selama kehamilan pada

ibu, dapat berupa penyakit penyerta pada ibu, kurang nutrisi,

maupun usia ibu.

e. Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi

Menurut Widatiningsih dan Dewi (2017), pencegahan terjadinya

kehamilan risiko tinggi dapat dijabarkan sebagai berikut:


14

1) Penyuluhan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk kehamilan

dan persalinan aman tentang :

a) Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat

dilakukan di rumah maupun di polindes, tetapi penolong

persalinan harus bidan, dukun membantu perawatan nifas bagi

ibu dan bayinya.

b) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), memberi penyuluhan agar

pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas,

dipolindes atau puskesmas (PKM), atau langsung dirujuk ke

rumah sakit, misalnya pada letak lintang dan ibu hamil pertama

(primi) dengan tinggi badan rendah.

c) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan

dirujuk untuk melahirkan di rumah sakit dengan alat lengkap

dan di bawah pengawasan dokter spesialis.

2) Pengawasan Antenatal

Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai

kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehiingga dapat

diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam

pertolongan persalinannya, seperti:

a) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang

terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.

b) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,

persalinan, dan kala nifas.


15

c) Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga

berencana.

d) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

3) Pendidikan Kesehatan

Pendidikan Kesehatan yang dapat diberikan kepada ibu, yaitu

sebagai berikut:

a) Diet dan pengawasan berat badan

Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan

kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil. Kekurangan

nutrisi dapat menyebabkan anemia, partus rematur, abortus,

dan lain-lain, sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan

preeklamsia, bayi terlalu besar, dan lain-lain.

b) Kebersihan dan pakaian

Kebersihan harus selalu dijaga pada masa hamil, pakaian

harus longgar, bersih, dan mudah dipakai, memakai sepatu

dengan tumit yang tidak terlalu tinggi, memakai kutang yang

menyokong payudara, dan pakaian dalam selalu bersih.

c) Perawatan gigi

Wanita hamil pada trimester I mengalami mual dan

muntah (morning sickness). Keadaan ini menyebabkan

perawatan gigi yang tidak diperhatikan dengan baik, sehingga

timbul karies gigi, ginggivitis, dan sebagainya.


16

d) Perawatan payudara

Perawatan payudara ini bertujuan memelihara hyigiene

payudara, melenturkan/menguatkan putting susu, dan

mengeluarkan putting susu yang datar atau masuk ke dalam.

e) Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Imunisasi untuk melindungi janinnyang akan dilahirkan

terhadap tetanus neonatorum.

f) Wanita pekerja

Wanita hail boleh bekerja tetapi jangan terlampau berat.

Melakukan istirahat sebanyak mungkin. Menurut undang-

undang perburuhan, wanita hamil berhak mendapat cuti hamil

satu setengah bulan sebelum bersalin atau satu setengah bulan

setelah bersalin.

g) Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik

Ketiga kebiasaan ini secara langsung dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dan

menimbulkan kelahiran dengan berat badan lebih rendah, atau

mudah mengalami abortus dan partus prematurus, dapat

menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan

perkembangan mental.

h) Obat-obatan

Pengobatan penyakit saat hamil harus memperhatikan

apakah obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh

kembang janin.
17

f. Penatalaksanaan Kehamilan Risiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan

pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi yang

lebih difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu dan

bayi. Pengawasan antenatal menyertai kehamilan secara dini, sehingga

dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dan persiapan

persalinan. Anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan

antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 6 kali dengan 2 kali

pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 3 kali pada trimester III,

termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau

anggota keluarga.

g. Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi

Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang

dilaksanakan untuk menemukan penyimpangan secepat mungkin.

Deteksi dini kehamilan risiko tinggi adalah upaya penjaringan dan

penyaringan yang dilaksanakan untuk menemukan gejala kehamilan

risiko tinggi sejak awal. Hal-hal yang termasuk dalam deteksi dini

kehamilan risiko tinggi, yaitu usia ibu hamil kurang dari 20 tahun, usia

ibu hamil lebih dari 35 tahun, jumlah anak 3 orang atau lebih, Jarak

kelahiran kurang dari 2 tahun Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145

cm, Ibu dengan berat badan < 45 kg sebelum kehamilan, Ibu dengan

lingkar lengan atas < 23,5 cm, Riwayat kehamilan dan persalinan

sebelumnya (perdarahan, kejangkejang, demam tinggi, persalinan

lama, melahirkan dengan cara operasi, dan bayi lahir mati).


18

2. Konsep Dasar Antenatal care

a. Pengertian Antenatal Care

Antenatal Careadalah perawatan yang dilakukan atau diberikan

kepada ibu hamil mulai dari saat awal kehamilan hingga saat

persalinan (Rahmatullah, 2016).

Antenatal Care (ANC) adalah suatu pelayanan yang diberikan

oleh bidan kepada ibu hamil, seperti pemantauan kesehatan secara

fisik, psikologis,termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta

mempersiapkan prosespersalinan dan kelahiran supaya ibu siap

menghadapi peran baru sebagai orang tua(Wagiyo & Putrono, 2016).

b. Tujuan Pelayanan AntenatalCare

1) Tujuan Umum

Semua ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang

komprehensif dan berkualitas sehingga ibu hamil dapat menjalani

kehamilan dan persalinan dengan pengalaman yang bersifat positif

serta melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Pengalaman yang

bersifat positif adalah pengalaman yang menyenangkan dan

memberikan nilai tambah yang bermanfaat bagi ibu hamil dalam

menjalankan perannya sebagai perempuan, istri dan ibu. (Pedoman

Pelayanan Antenatal Terpadu Kemenkes Republik Indonesia,

2020)

2) Tujuan Khusus

Menurut Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaTahun

2018, tujuan khusus antenatal terpadu meliputi:


19

a) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan

berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,

konseling KB dan pemberian ASI.

b) Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam

mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan

berkualitas.

c) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang

diderita ibu hamil.

d) Melakukan intervensi terhadap kelaianan/penyakit/gangguan

pada ibu hamil sedini mungkin.

e) Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan

sesuai dengan sistem rujukan yang ada.

c. Jadwal Kunjungan AntenatalCare

Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan

agar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal enam kali

selama masa kehamilan. Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan

frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu minimal dua kali pada

trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali

pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal tiga

kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai

persalinan) (Kemenkes Republik Indonesia, 2018).

Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal care minimal enam

kali yaitu :
20

1) Kunjungan pertama/K1 (Trimester I)

K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan

ke pelayanan kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan

diharapkan dapat menetapkan data dasar yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan kesehatan

ibu sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

anamnesa, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus obstetri,

penilaian risiko kehamilan, menentukan taksiran berat badan janin,

pemberian imunisasi TT1, KIE pada ibu hamil, penilaian status

gizi, dan pemeriksaan laboratorium (Wagiyo & Putrono, 2016).

2) Kunjungan kedua /K2 (Trimester II)

Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kujungan

antenatal care minimal satu kali. Pemeriksaan terutama untuk

menilai risiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, atau cacat

bawaan. Kegiatan yang dilakukan pada masa ini adalah anamnesis

keluhan dan perkembangan yang dirasakan ibu, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan USG, penilaian risiko kehamilan, KIE pada ibu, dan

pemberian vitamin (Wagiyo & Putrono, 2016).

3) Kunjungan ketiga dan ke-empat/K3 dan K4 (Trimester III)

Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan

antenatal care setiap dua minggu sampai adanya tanda kelahiran.

Pada masa ini dilakukan pemeriksaan: anamnesis keluhan dan

gerak janin, pemberian imunisasi TT2, pengamatan gerak janin,

pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam hamil, penilaian


21

risiko kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan

laboratorium ulang (Wagiyo & Putrono, 2016).

d. Standar Asuhan Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018),

Standar pelayanan antenatal care meliputi minimal empat kali

(anamnesis,dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama), mengenali

kehamilan risiko tinggi/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,

hipertensi, IMS/ infeksi HIV,memberikan pelayanan imunisasi, nasihat

dan penyuluhan kesehatan, serta tugasterkait lainnya yang diberikan

oleh Puskesmas, data tercatat dengan tepat padasetiap kunjungan, bila

di temukan kelainan mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan

merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus sesuai

dengan standar dan memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut

(Kemenkes RI, 2018):

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

2) Pengukuran tekanan darah.

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).

4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

5) Penentuan status imunisasi tentanus dan pemberian imunisasi

tetanus toksoid sesuai status imunisasi.

6) Pemberian tablet tambah darah minmal 90 tablet selama

kehamilan.

7) Penentuan presentasi janin dan denyut janin (DJJ)


22

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling, termasuk keluarga berencana).

9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin

darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan

darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya)

10) Tatalaksana kasus

e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care

Kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal care

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pembagian faktor yang

memengaruhi perilaku kepatuhan ibu hamil dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan guna melakukan antenatal care mencakup hal-hal

sebagai berikut (Rachmawati, Puspitasari, &Cania, 2017) :

1) Usia

Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia

produktif (20-35 tahun) dapat berfikir lebih rasional dibandingkan

dengan ibu dengan usia yang lebih muda atau terlalu tua. Sehingga

ibu dengan usia produktif memiliki motivasi lebih dalam

memeriksakan kehamilannya.

2) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar

pengetahuan yang dimilikinya. ibu hamil yang berpendidikan

memiliki pemahaman yang lebih mengenai masalah kesehatan

sehingga mempengaruhi sikap mereka terhadap kehamilannya

sendiri maupun pemenuhan gizinya selama hamil.


23

3) Status pekerjaan

Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih

memilih untuk mementingkan karirnya dibandingkan dengan

kesehatannya sendiri,sehingga sulit untuk patuh dalam melakukan

kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang

memiliki waktu yang lebih luang untuk dapat mengatur dan

menjadwalkan kunjungan ANC secara optimal.

4) Paritas ibu hamil

Paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup yang

dialami oleh seorang wanita. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi

tidak terlalu khawatir dengan kehamilannya lagi sehingga

menurunkan angka kunjungannya, sedangkan ibu dengan

kehamilan pertama merasa ANC merupakan sesuatu yang baru

sehingga ibu memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam

pelaksanaannya.

5) Pengetahuan ibu hamil

Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan,

pengetahuan merupakan faktor penting yang memengaruhi

motivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC. Bagi ibu

dengan pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan kehamilan

menganggap kunjungan ANC bukan sekedar untuk memenuhi

kewajiban, melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk

kehamilannya.
24

6) Sikap ibu hamil

Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan

memengaruhi kepatuhannya dalam melakukan kunjungan ANC.

Sikap yang positif atau respon yang baik mencerminkan

kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan janinnya sehingga dapat

meningkatkan angka kunjunan. Sedangkan, sikap yang negative

membuat ibu hamil kehilangan motivasinya untuk melakukan

kunjungan.

7) Jarak tempat tinggal

Semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu

hamil serta semakin sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan

menurunkan motivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC.

Jauhnya jarak akan membuat ibu berfikir dua kali untuk melakukan

kunjungan karena akan memakan banyak tenaga dan waktu setiap

melakukan kunjungan. Ibu yang tidak menggunakan transportasi

dan harus berjalan kaki menuju ke tempat pelayanan kesehatan

mayoritas memiliki angka kunjungan kurang dari empat kali

selama masa kehamilan.

8) Penghasilan keluarga

Ibu hamil dengan penghasilan keluarga yang rendah lebih

memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pokok untuk keluarganya

sehingga hal lain menjadi terabaikan, termasuk kesehatan

kehamilannya. Sehingga, semakin rendah penghasilan keluarga


25

maka semakin rendah angka kunjungan ibu ke fasilitas pelayanan

ke sehatan untuk memeriksakan kehamilannya.

9) Sarana media informasi

Media informasi yang mencakup informasi mengenai

pentingnya pelayanan antenatal pada ibu hamil dapat

meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu dalam melakukan

kunjungan. Edukasi melalui media biasanya menjadi salah satu

cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengubah perilaku

masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang

rendah.

10) Dukungan suami

Sebagai calon seorang ayah, sikap suami terhadap ibu hamil,

yang dalam hal ini adalah istrinya, sangat menentukan rasa

sayangnya terhadap kesehatan istri dan calon anaknya. Melalui

dukungan suami yang baik sebagai pendamping terdekat ibu,

semakin tinggi dorongan yang didapatkan ibu hamil untuk menjaga

kehamilannya, sehingga ibu termotivasi untuk melakukan

kunjungan ANC.

11) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya. Sebagai lingkungan yang

terdekat dengan ibu hamil,dukungan dari keluarga memegang

peranan penting dalam mempengaruhi psikologi dan motivasi ibu

dalam melakukan perilaku kesehatan. Dengan dukungan yang baik


26

dari keluarga, ibu akan lebih memperhatikan kesehatan diri dan

janinnya, yaitu dengan secara rutin berkunjung ke fasilitas

pelayanan kesehatan untuk melakukan ANC. Dukungan dari

keluarga dapat berupa bantuan, perhatian, penghargaan, atau dalam

bentuk kepedulian terhadap ibu hamil.

12) Faktor dukungan dari petugas kesehatan

Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan

memengaruhi frekuensi kunjungan ANC ibu hamil. Semakin baik

sikap petugas kesehatan maka semakin sering pula seorang ibu

hamil menginjungi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan

kehamilannya. Belum meratanya petugas kesehatan yang ada

didaerah terpencil juga dapat menurunkan akses ibu hamil untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan.

3. Konsep Dasar Keteraturan

a. Pengertian Keteraturan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), keteraturan

adalah kesamaan keadaan, kegiatan, atau proses yang terjadi beberapa

kali atau lebih (keadaan atau hal teratur).

Keteraturan ANC merupakan kedisiplinan atau kepatuhan ibu

hamil untuk melakukan pengawasan sebelum anak lahir terutama

ditujukan pada anak. Dalam hal ini bagaimana ibu hamil

memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan kehamilan. Seorang

ibu dikatakan teratur jika melaksanakan ANC minimal 6x selama

kehamilannya. (Syaifuddin, 2017).


27

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan

Menurut Mubarak (2017), keteraturan kunjungan ibu hamil ke

pelayanan kesehatan erat kaitannya dengan perilaku kesehatan.

Perilaku kesehatan hakekatnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan ibu dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan balitanya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

keteraturan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC antara lain :

1) Faktor presdiposisi

a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

otang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu,

dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

b) Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan tinggi rendahnya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan kesehatan

yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga, pendidikan

itu sendiri sangat diperlukan seseorang agar lebih tanggap

tentang adanya informasi dan bisa mengambil tindakan

secepatnya. Kebutuhan akan informasi akan mempengaruhi

keteraturan ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilannya.


28

2) Faktor pemungkin

Faktor ini terwujud dalam lingkungan fisik, jarak

ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan

Kesehatan bagi masyarakat serta sumber dana. Termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,

poliklinik, dan posyandu untuk mendukung perilaku hidup sehat

Jarak rumah ke pelayanan Kesehatan yaitu ruang sela antara

dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat

pelayanan Antenatal care.Keterjangkauan masyarakat termasuk

jarak akan fasilitas Kesehatan akan mempengaruhi pemilihan

pelayanan Kesehatan.

3) Faktor pendorong

Faktor ini terwujud dalam sikap dan dukungan petugas

Kesehatan serta dukungan keluarga, yang kelompok referensi dari

perilaku masyarakat. Maka promosi dan kesehatan yang paling

tepat adalah bentuk pelatihan bagi tokoh masyarakat, tokoh agama,

dan petugas kesehatan agar sikap dan perilaku petugas, tokoh

agama dan tokoh masyarakat dapat menjadi teladan, contoh, atau

acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

a) Dukungan petugas Kesehatan

Dukungan adalah sikap yang ditunjukkan oleh tenaga

Kesehatan pada saat memberikan pelayanan kepada pasien

yang lebih menggambarkan pada menerima atau tidak suatu


29

obyek misalnya empati, ramah responsive dan sebagainya.

Salah satunya perilaku bidan yang dapat dilihat dari peran dan

fungsi dalam memberikan asuhan kebidanan baik pada

individu, kelompok, maupun masyarakat.

b) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga juga merupakan andil yang sangat

besar dalam menentukan status Kesehatan. Jika seluruh

keluarga mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya

dalam berbagai hal, maka seorang akan lebih merasa percaya

diri.

4. Konsep Dasar Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018), pengetahuan adalah hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.

Pengetahuan tiap orang akan berbeda-beda tergantung dari bagaimana

seseorang menggunakan penginderaannya masing-masing terhadap

objek atau sesuatu.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018), pengetahuan seseorang terhadap

suatu objek memiliki intensitas atau tingkatan yang berbeda. Secara

garis besar tingkat pengetahuan tersebut dibagi menjadi enam tingkat

pengetahuan, yaitu :

1) Tahu (know)
30

Pengetahuan yang dimiliki hanya sebatas berupa mengingat

kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan

pengetahuan pada tahap ini merupakan tingkatan yang paling

rendah. Contoh tahapan ini antara lain: menyebutkan definisi

pengetahuan atau menguraikan tanda dan gejala suatu penyakit.

2) Memahami (comprehension)

Pengetahuan pada tahap ini dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan dimana seseorang dapat menjelaskan tentang objek

atau sesuatu dengan benar. Contohnya dapat menjelaskan tentang

pentingnya catatan pada rekam medis.

3) Aplikasi (application)

Dimana seseorang dapat mengaplikasikan atau menerapkan

materi yang telah dipelajarinya pada situasi kondisi nyata atau

sebenarnya. Misalnya melakukan kegiatan pelayanan pendaftaran.

4) Analisis (analysis)

Analisis merupakan dimana seseorang memiliki kemampuan

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen yang ada kaitannya satu sama lain. Contoh pada tahap

ini yaitu menganalisis kelengkapan dokumen rekam medis menurut

metode Huffman dan metode Hatta.

5) Sintesis (synthesis)

Pengetahuan pada tahap ini berupa kemampuan seseorang

dalam mengaitkan berbagai unsur pengetahuan yang telah ada


31

menjadi suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Contohnya

menyusun alur rawat jalan atau rawat inap.

6) Evaluasi (evalution)

Pengetahuan pada tahap ini berupa kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi

dapat digambarkan sebagai proses merencanakan, memperoleh,

dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk

membuat alternatif keputusan (Masturoh & Anggita, 2018).

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman & Riyanto (2018), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat

dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin

mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya

pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya,

jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka

akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap

penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2) Pekerjaan
32

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

3) Informasi/media massa

Informasi adalah sesuatu yang dapat kita ketahui, namun

ada juga informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun nonformal sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan.

4) Budaya

Budaya sangat dapat memengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang, dikarenakan apa yang disampaikan kepada dirinya

biasanya terlebih dahulu disaring berdasarkan kebudayaaan

disekitar yang mengikatnya.

5) Lingkungan

Lingkungan sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam

pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan

lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu

wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka

sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu

menjaga kebersihan lingkungan.

6) Pengalaman
33

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

yang digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan

cara mengulang kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

7) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir yang

dimiliki seseorang. Semakin bertambah usia seseorang akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya

sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.

(Budiman & Riyanto, 2018).

d. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2019), kategori tingkat pengetahuan

seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada

nilai persentase yaitu sebagai berikut.

1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya 76-100%.

2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56–75%.

3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 56%.


34

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus. Sedangkan kerangka konsep penelitian

pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin di

amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo,

2018).

Independent Dependent

Pengetahuan Ibu Hamil Keteraturan


tentang Resiko Tinggi Kunjungan ANC
Kehamilan

Faktor yang mempengaruhi keteraturan


kunjungan ANC pada ibu hamil
1. Faktor predisposisi
a. Pengetahuan
b. Pendidikan
2. Faktor pemungkin
a. Jarak rumah ke tempat
pelayanan kesehatan
3. Faktor pendorong
a. Dukungan petugas Kesehatan
b. Dukungan keluarga
35

Keterangan :

= Diteliti
= = Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Sumber : (Modifikasi Maisuri, T. Khalid, 2018 dan Notoatmodjo, 2018)

C. Hipotesis

Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti

“kurang dari” dan thesis yang brarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu

pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya

(Notoadmojo, 2018).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan ibu

hamil tentang resiko tinggi kehamilan dengan keteraturan kunjungan ANC di

Puskesmas Kopang.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu

penelitian yang dilakukan untuk mencari berbagai variabel dan menganalisis

setiap variabel yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau

statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dinamakan penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka

dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2018).

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian. Desain dalam penelitian ini adalah penelitian

survey analitik yaitu peneliti mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi tanpa memberikan perlakuan tertentu dan

peneliti mencoba menarik suatu kesimpulan atau melihat hubungan dari

fenomena atau objek yang diteliti. Rancangan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah rancangan cross sectional yaitu setiap subjek

penelitian hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran terhadap variabel

dilakukan pada saat yang sama (Nursalam, 2017).

36
37

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017), populasi adalah wilayah generalisasi

objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III

yang melakukan kunjungan ANC di Puskesmas Kopang dari bulan Juli

sampai dengan Oktober tahun 2022 sebanyak 135 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari populasi tersebut

harus betul-betul representative (mewakili). Ukuran sampel merupakan

banyaknya sampel yang akan diambil dari suatu populasi (Sugiyono,

2018).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian ibu

hamil trimester III yang melakukan kunjungan ANC ke Puskesmas

Kopang dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2022. Untuk mencari

besarnya sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (2013) :

N
n= 2
1+ N (d )
135
¿
1+135 ¿ ¿
135
¿
1+135 (0,01)
135
¿
1+1,35
38

135
¿
2,35
¿ 57

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Nilai kritis (10%)

Jadi besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 57 orang

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Penggunaan teknik Purposive

Sampling karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan

fenomena yang diteliti.

Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoadmodjo, 2018).

Kriteria inklusi yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1) Ibu hamil yang datang berkunjung dan bersedia dijadikan sebagai

responden.
39

2) Ibu hamil yang memiliki buku KIA serta terdapat dokumentasi

data kunjungan ANC yang jelas.

3) Ibu hamil dengan usia kehamilan > 36 minggu

4) Ibu hamil trimester III yang bisa membaca dan menulis

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2018).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini :

1) Ibu hamil yang datang berkunjung melakukan kunjungan ANC,

namun tidak bersedia dijadikan sebagai responden.

2) Ibu hamil yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik

3) Ibu hamil yang tidak bisa membaca dan menulis

C. Variabel dan Definisi Operasinal Penelitian

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Variabel Independent)

Variabel bebas (independen) adalah variabel yang berhubungan

yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat dan

merupakan variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu

hamil tentang resiko tinggi kehamilan.

b. Variabel terikat (Variabel Dependent)

Variabel terikat(dependen)adalah variabel yang diduga nilainya

akan berubah karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikatnya

adalah keteraturan kunjungan ANC.


40

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek/fenomena (Hidayat, 2017).

Tabel 3.1. Definisi Operasional


Definisi Parameter Alat
Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Variabel Segala sesuatu 1. Pengertian ANC 1. Baik : 76 – 100% Ordinal
Independent : yang diketahui 2. Tujuan 2. Cukup : 56 –
Pengetahuan oleh ibu hamil pelayanan ANC Kuesioner 75%
ibu hamil tentang resiko 3. Jadwal 3. Kurang : < 56%
tentang resiko tinggi pada kunjungan (Arikunto, 2019)
tinggi kehamilan ANC 4.
kehamilan 4. Standar Asuhan
Pelayanan
Antenatal Care
(ANC)
5. Faktor-faktor
Yang
Mempengaruhi
Kunjungan
Antenatal Care
Variabel Ketaatan ibu hamil 1. Dua kali pada Buku KIA 1. Teratur : apabila Nominal
Dependent : melaksanakan trimester 1 kunjungan ANC
Keteraturan anjuran petugas 2. Satu kali pada sebanyak 6 kali
kunjungan kesehatan untuk trimester II 2. Tidak teratur :
ANC melakukan 3. Tiga kali pada apabila
kunjungan trimester III kunjungan ANC
perawatan <6 kali.
kehamilan sesuai (Mubarak, 2017)
standar yang telah
ditentukan.

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya melakukan penelitian adalah melakukan pengukuran,

maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasa

dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang


41

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,

2018).

Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner berupa pertanyaan tertutup dan terbuka. Kuesioner digunakan

untuk mengumpulkan data tentang pengetahuan ibu hamil tentang resiko

tinggi kehamilan diadopsi dari Pinki Nurhajanti tahun 2018 dengan jumlah

pernyataan sebanyak 15 soal, jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah

diberi nilai 0. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan

data tentang keteraturan melakukan kunjungan ANC dilihat dari buku KIA

Responden.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2022.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Kopang.

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli. Data primer dapat berupa opini subyek secara individual atau

kelompok, dan observasi. Metode yang digunakan untuk mendapatkan

data primer yaitu metode wawancara dan observasi (Sugiyono, 2018).

Data primer dalam penelitian ini adalah : Data pengetahuan ibu hamil

tentang resiko tinggi kehamilan di Puskesmas Kopang diperoleh dari

responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner, sedangkan Data


42

keteraturan kunjungan ANC di Puskesmas Kopang diperoleh dari

responden dengan menggunakan alat bantu buku KIA Responden.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa

bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip

(Sugiyono, 2018). Data sekunder dalam penelitian ini yaitu : Data jumlah

ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Kopang diperoleh dari register,

Data tentang kunjungan ANC di Puskesmas Kopang diperoleh dari buku

KIA Responden dan Data tentang gambaran umum Puskesmas Kopang

diperoleh dari buku Profil.

G. Cara Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Editing

Editing yaitu kegiatan pengecekan hasil pengukuran untuk dilihat

kembali apakah ada kesalahan memasukkan data.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka/ bilangan.

a. Pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan

Pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan

dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :

1) Baik (apabila persentase 76-100%) : diberi kode 3


43

2) Cukup (apabila persentase 56-75%) : diberi kode 2

3) Kurang (apabila persentase <56%) : diberi kode 1

b. Keteraturan melakukan kunjungan ANC

Keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil dikelompokkan

menjadi 2kategori yaitu :

1) Teratur (apabila kunjungan ANC sebanyak 6 kali) : diberi kode 2

2) Tidak Teratur (apabila kunjungan ANC <6 kali) : diberi kode 1

3. Scoring

Scoring merupakan penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini

menggunakan skala ordinal dan nominal. Oleh karena itu hasil kuesioner

yang telah di isi bila benar diberi skor 1 dan bila salah diberi skor 0.

Kemudian di prosentasikan dengan cara jumlah jawaban benar dibagi

jumlah soal dan dikalikan 100%. Apabila persentasenya < 56%, maka

masuk dalam kategori pengetahuan kurang, kemudian apabila

persentasenya 56 – 75%, maka masuk dalam kategori cukup sedangkan

apabila persentasenya 76 – 100%, maka masuk dalam kategori baik.

4. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden

dengan cara tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan untuk menciptakan

statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti atau yang variabel yang

akan di tabulasi silang.

5. Entri
44

Entri data yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam computer untuk

selanjutnya dapat dilakukan analisis data.

H. Analisis Data

Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap

variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung jenis datanya.

Untuk data numerik digunakan mean (rata-rata), median dan standar

deviasi (Notoatmodjo, 2018).

Analisis univariat pada penelitian ini meliputi: pengetahuan ibu

hamil tentang resiko tinggi kehamilan dan keteraturan kunjungan ANC

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dengan bantuan SPSS.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Meliputi satu variabel independen

(pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan) dan variabel

dependen (keteraturan kunjungan ANC). Kemudian untuk analisis

hubungannya menggunakan uji chi square, uji ini dapat digunakan untuk

mengetahui seberapa besar hubungan variabel x dan y. Hasil perhitungan

bila p value lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, bila p value lebih

besar maka Ho diterima.

I. Etika Penelitian
45

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian.

Prinsip etik diterapkan dalam kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan

proposal hingga penelitian ini di publikasikan (Notoatmodjo, 2018).

1. Persetujuan(Inform Consent)

Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau

wawancara kepada subjek adalah didahulukan meminta persetujuannya.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan lembar persetujuan

(inform consent) kepada responden yang diteliti, dan responden

menandatangani setelah membaca dan memahami isi dari lembar

persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Peneliti tidak

memaksa responden yang menolak untuk diteliti dan menghormati

keputusan responden (Notoatmodjo, 2018).

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Etika penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah prinsip

anonimity. Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada hasil penelitian, tetapi responden diminta untuk mengisi

inisial dari namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan

diberi nomer kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi

identitas responden (Notoatmodjo, 2018)

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan

seluruh data atau informasi yang berkaitan dengan responden kepada

siapapun. Peneliti menyimpan data di tempat yang aman dan tidak terbaca
46

oleh orang lain. Setelah penelitian selesai dilakukan makan peneliti akan

memusnahkan seluruh informasi (Notoatmodjo, 2018).

J. Alur Penelitian

Surat Pengantar dari Direktur Puskesmas


Kampus Bappeda Kopang

Penelitian Populasi Pengambilan Data


dan Sampel Awal

Penyusunan Proposal Ujian Proposal Revisi Proposal


Penelitian Penelitian Penelitian

Penyusunan Pengolahan Turun Ke lahan


Skripsi Data Pengambilan Data
Awal

Ujian
Skripsi

Gambar 3.1 Alur penelitian hubungan pengetahuan ibu hamil tentang


resiko tinggi kehamilan dengan keteraturan kunjungan ANC
di Puskesmas Kopang.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Puskesmas Kopang

a. Letak Geografis Puskesmas Kopang

UPT. Puskesmas Kopang berdiri pada tahun 1975 merupakan

Puskesmas Induk di Kecamatan Kopang, yang mempunyai wilayah

kerja : 3 desa dari 11 desa yang ada di Kecamatan Kopang, terletak di

Desa Kopang Rembige dengan luas wilayah 19,45 km 2 dan jarak dari

Kabupaten 15 menit. Topografi terletak pada dataran rendah dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara : Desa Waje Geseng

2) Sebelah Selatan : Desa Dasan Baru

3) Sebelah Barat : Desa Peresak Batukliang

4) Sebelah Timur : Desa Jenggik Lombok Timur

b. Kependudukan

Penduduk di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Kopang pada

tahun 2022 berjumlah 33.132 jiwa, dengan jumlah rumah tangga

11.161 KK. Angka kepadatan penduduk rata-rata di Wilayah

Puskesmas Kopang adalah 1.639/jiwa/km2.

c. Sarana Kesehatan

1) Sarana Puskesmas

Data sarana pelayanan kesehatan yang ada di Wilayah

Puskesmas Kopang dan kondisinya adalah sebagai berikut :

47
48

Tabel 4.1 Sarana Pelayanan Kesehatan di UPT. Puskesmas Kopang


Tahun 2022

Jenis Sarana
Kondisi
Kesehatan
No Desa Ket.
Bai Rusak Rusak
Pustu Polindes
k sedang Berat
1 Kopang - 1 - V Polindes
Rembige
2 Mtg. 1 1 - - V -
Gamang
3 Bebuak 1 1 - v - -
Jumlah 2 3 0 1 2 -

2) Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

Upaya kesehatan bersumber data masyarakat adalah

posyandu. Jumlah posyandu yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas

Kopang sebanyak 50 Posyandu, 4 Posyandu Madya, 44 Posyandu

Purnama dan 2 Posyandu Mandiri. Forum Kader Desa dan

Kecamatan, Kelompok Donor Darah dan Berugak Desa.

d. Tenaga Kesehatan

Tabel 4.2 Data tenaga Kesehatan UPT. Puskesmas Kopang Tahun


2022

No Keterangan Jumlah
1 Perawat 40 orang
2 Dokter Gigi 1 orang
3 Perawat Gigi 3 orang
5 Dokter umum 2 orang
6 Teknik Lingkungan 1 orang
7 Bidan . 31 orang
8 Apoteker 5 orang
9 Gizi 6 orang
10 Rekam Medik 4 orang
Jumlah 94 orang
49

2. Analisis Univariat

a. Identifikasi Karakteristik ibu hamil yang meliputi: umur,


pendidikan dan pekerjaan

1) Umur Ibu Hamil

Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kopang dengan

menggunakan alat bantu kuesioner, umur ibu hamil dikelompokkan

menjadi 3 kategori yaitu : <20 tahun, 20-35 tahun dan >35 tahun.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang umur ibu hamil, maka dapat

dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di


Puskesmas Kopang
No Umur n %
1 <20 tahun 2 3,5
2 20 – 35 tahun 38 66,7
3 > 35 tahun 17 29,8
Jumlah 57 100

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 57 ibu

hamil yang diteliti di Puskesmas Kopang, sebagian besar ibu hamil

berada pada kelompok umur 20 – 35 tahun sebanyak 38 orang

(66,7%) dan sebagian kecil berada pada kelompok umur <20 tahun

sebanyak 2 orang (3,5%).

2) Pendidikan

Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kopang dengan

menggunakan alat bantu kuesioner, pendidikan ibu hamil

dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : dasar (SD, SMP),

menengah (SMA) dan tinggi (S1, D3). Untuk mengetahui lebih

jelas tentang pendidikan ibu hamil, maka dapat dilihat pada Tabel

4.4 berikut :
50

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan


di Puskesmas Kopang
No Pendidikan n %
1 Dasar 12 21,1
2 Menengah 36 63,1
3 Tinggi 9 15,8
Jumlah 57 100

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 57 ibu

hamil yang diteliti di Puskesmas Kopang, sebagian besar ibu hamil

berpendidikan menengah sebanyak 36 orang (63,1%) dan sebagian

kecil berpendidikan tinggi sebanyak 9 orang (15,8%).

3) Pekerjaan

Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kopang dengan

menggunakan alat bantu kuesioner, pekerjaan ibu hamil

dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu : bekerja (Swasta,

Honorer, PNS) dan tidak bekerja (IRT). Untuk mengetahui lebih

jelas tentang pekerjaan ibu hamil, maka dapat dilihat pada Tabel

4.5 berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan


di Puskesmas Kopang

No Pekerjaan n %
1 Bekerja 19 33,3
2 Tidak Bekerja 38 66,7
Jumlah 57 100

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa dari 57 ibu

hamil yang diteliti di Puskesmas Kopang, lebih banyak ibu hamil

yang tidak bekerja (IRT) sebanyak 38 orang (66,7%) dibandingkan

dengan yang bekerja sebanyak 19 orang (33,3%).


51

b. Identifikasi Pengetahuan Ibu Hamil tentang Resiko Tinggi


Kehamilan

Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kopang dengan

menggunakan alat bantu kuesioner, pengetahuan ibu hamil tentang

resiko tinggi kehamilan dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :

baik, cukup dan kurang. Untuk mengetahui lebih jelas tentang

pengetahuan ibu hamil mengenai resiko tinggi kehamilan dapat dilihat

pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan


tentang Resiko Tinggi Kehamilan di Puskesmas Kopang

No Pengetahuan n %
1 Baik 25 43,9
2 Cukup 18 31,6
3 Kurang 14 24,5
Jumlah 57 100

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa dari 57 ibu

hamil yang diteliti di Puskesmas Kopang, sebagian besar memiliki

pengetahuan baik tentang resiko tinggi kehamilan sebanyak 25 orang

(43,9%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14

orang (24,5%).

c. Identifikasi Keteraturan Kunjungan ANC Pada Ibu Hamil

Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kopang dengan

menggunakan alat bantu kuesioner, keteraturan kunjungan ANC pada

ibu hamil dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu : teratur dan tidak

teratur. Untuk mengetahui lebih jelas tentang keteraturan kunjungan

ANC pada ibu hamil dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :
52
53

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keteraturan


Kunjungan ANC di Puskesmas Kopang

No Keteraturan Kunjungan ANC n %


1 Teratur 35 61,4
2 Tidak Teratur 22 38,6
Jumlah 57 100

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa dari 57 ibu

hamil yang diteliti di Puskesmas Kopang, keteraturan kunjungan ANC

pada ibu hamil lebih banyak berada pada kategori teratur sebanyak 35

orang (61,4%) dibandingkan dengan yang tidak teratur sebanyak 22

orang (38,6%).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi meliputi : variabel

independen (pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan) dan

variabel dependen (keteraturan kunjungan ANC). Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Resiko Tinggi


Kehamilan dengan Keteraturan Kunjungan ANC di Puskesmas
Kopang

Keteraturan Kunjungan ANC


P
Tidak Total
No Pengetahuan Teratur valu
Teratur
e
n % n % n %
1 Baik 22 38,6 3 5,3 25 43,8
2 Cukup 13 22,8 5 8,8 18 31,6 0,000
3 Kurang 0 0,0 14 24,6 14 24,6
Jumlah 35 61,4 22 38,6 57 100

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki pengetahuan baik tentang resiko tinggi kehamilan sebanyak 22

orang (38,6%) yang teratur kunjungan ANC dan yang tidak teratur
54

sebanyak 3 orang (5,3%), kemudian responden yang memiliki

pengetahuan cukup tentang resiko tinggi kehamilan sebanyak 13 orang

(22,8%) yang teratur kunjungan ANC dan yang tidak teratur sebanyak 5

orang (8,8%) sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang

tentang resiko tinggi kehamilan sebanyak 14 orang (24,6%) yang tidak

teratur kunjungan ANC.

Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square dengan bantuan

SPSS diperoleh nilai probabilitas value sebesar 0,000 dengan taraf

signifikansi 0,05, karena 0,000 < 0,05, maka artinya ada hubungan antara

pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan dengan keteraturan

kunjungan ANC di Puskesmas Kopang.

B. Pembahasan

1. Univariat

a. Karakteristik ibu hamil yang meliputi: umur, pendidikan dan


pekerjaan

1) Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 57 ibu hamil yang

diteliti di Puskesmas Kopang, sebagian besar ibu hamil berada

pada kelompok umur 20 – 35 tahun sebanyak 38 orang (66,7%)

dan sebagian kecil berada pada kelompok umur <20 tahun

sebanyak 2 orang (3,5%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Cinantiya Fitri Lila Lamdhawara tahun 2020 yang melakukan

penelitian tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Ibu Hamil


55

tentang Resiko Tinggi Kehamilan” dari hasil penelitiannya

ditemukan sebagian besar responden berusia antara 20-35 tahun

yaitu 78%. Usia <20 tahun 1 responden dengan persentase (2%),

serta usia >35 sejumlah 10 responden (20%). Usia dapat

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir yang dimiliki

seseorang. Semakin bertambah usia seseorang akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin

dewasa usia seseorang, maka tingkat kemampuan dan kematangan

dalam berpikir dan menerima informasi lebih baik jika

dibandingkan dengan usia yang masih muda atau belum dewasa.

Pada usia tersebut memudahkan seseorang menerima ilmu atau

pengetahuan dengan lebih baik. Selain itu, ibu dengan usia yang

lebih dewasa memiliki emosi yang lebih stabil dibandingkan usia

yang lebih muda. Usia ibu akan mempengaruhi kesiapan emosi

ibu, usia ibu yang terlalu muda ketika hamil bisa menyebabkan

kondisi fisiologis dan psikologisnya belum siap menjadi ibu. Hal

ini dapat mempengaruhi kehamilan dan pengasuhan anak

(Notoatmodjo, 2018).

Ditinjau dari hasil penelitian yang ddiapatkan di Puskesmas

Kopang, maka peneliti berpendapat bahwa umur 20-35 tahun

merupakan usia reproduksi yang sehat, dimana pada umur 20-35

tahun pola pikir dan daya tangkap yang dimilikinya oleh ibu masih
56

kuat sehingga lebih mudah dalam menyerap berbagai informasi

yang berkaitan dengan resiko tinggi kehamilan, hal ini akn

memberikan dampak yang positif terhadap pengetahuan yang

dimilikinya. kemudian pada umur <20 tahun, cara berfikir masih

belum berkembang dengan baik, sehingga ibu akan kesulitan untuk

menyerap informasi yang didapatkan begitu juga dengan ibu yang

berumur >35 tahun, daya ingatnya sudah mulai mengalami

penurunan sehingga informasi yang didapatkan sering kali tidak

diingat dengan baik.

2) Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 57 ibu hamil yang

diteliti di Puskesmas Kopang, sebagian besar ibu hamil

berpendidikan menengah sebanyak 36 orang (63,1%) dan sebagian

kecil berpendidikan tinggi sebanyak 9 orang (15,8%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Luthfi Lathifah tahun 2018 yang melakukan penelitian dengan

judul “Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kehamilan Resiko Tinggi di

Puskesmas Kasihan II Bantul” dari hasil penelitian yang

dilakukannya ditemukan bahwa sebagian besar ibu hamil yang

diteliti berpendidikan menengah sebanyak 23 orang (67,6%) dan

sebagian kecil berpendidikan rendah tinggi sebanyak 5 orang

(14,7%). Dalam penelitiannya diuraikan bahwa ibu yang

berpendidikan menengah memiliki informasi yang cukup

memadai, Oleh sebab itu, agar pengetahuannya yang dimilikinya


57

bisa ditingkatkan menjadi lebih baik, maka ibu perlu diberikan

informasi secara kontinu.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat

dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin

mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya

pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya,

jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka

akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap

penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Budiman, 2018).

Ditinjau dari hasil penelitian yang didapatkan di Puskesmas

Kopang, maka peneliti berpendapat bahwa bahwa pendidikan yang

ditempuh oleh ibu merupakan salah satu indikator yang dapat

mempengaruhi penyerapan informasi yang didapatkan oleh ibu

tentang resiko tinggi kehamilan. Semakin tinggi pendidikan yang

ditempuh oleh ibu, maka semakin mudah bagi ibu untuk

mendapatkan informasi tentang resiko tinggi kehamilan, hal ini

tentunya berdampak pada pengetahuan yang dimiliki oleh ibu.

3) Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 57 ibu hamil yang

diteliti di Puskesmas Kopang, lebih banyak ibu hamil yang tidak


58

bekerja (IRT) sebanyak 38 orang (66,7%) dibandingkan dengan

yang bekerja sebanyak 19 orang (33,3%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fitriani Baharudin tahun 2020 yang melakukan penelitian tentang

“Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Faktor Risiko

Tinggi Pada Kehamilan di Puskesmas Plus Bara-Baraya Makassar”

dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa dari 66 ibu hamil yang

datang memeriksakan kehamilannya, sebanyak 61 responden

(92%) ibu rumah tangga (tidak bekerja), sebanyak 4 responden

(6%) yang bekerja sebagai wiraswasta, sebanyak 1 responden (2%)

yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dalam

penelitiannya diterangkan bahwa lingkungan pekerjaan dapat

membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan ibu hamil yang

bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih untuk

mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya

sendiri, sehingga sulit untuk patuh dalam melakukan kunjungan

ANC dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang memiliki waktu

yang lebih luang untuk dapat mengatur dan menjadwalkan

kunjungan ANC secara optimal (Rachmawati, Puspitasari & Cania,

2017).

Ditinjau dari hasil penelitian yang didapatkan di Puskesmas

Kopang, maka peneliti berpendapat bahwa ibu yang tidak bekerja


59

atau hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga lebih banyak

memiliki waktu luang untuk memperhatikan kondisi kesehatannya

termasuk dalam hal melakukan kunjungan ANC secara teratur

sehingga ibu yang tidak bekerja (IRT) juga bisa mendapatkan

informasi yang lebih banyak tentang resiko tinggi kehamilan

melalui konsultasi yang dilakukan dengan petugas kesehatan pada

saat kunjungan ANC. Sedangkan pada ibu yang bekerja cenderung

lebih sibuk untuk mengurus pekerjaannya sehingga tidak memiliki

banyak waktu untuk melakukan kunjungan ANC secara teratur.

Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa, ibu yang tidak

bekerja (IRT) lebih banyak memiliki pengetahuan jika

dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Akan tetapi, tidak menutup

kemungkinan ibu yang bekerja juga bisa meningkatkan

pengetahuannya dengan cara mencari informasi melalui online di

sela-sela jam istirahat kerja.

b. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Resiko Tinggi Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 57 ibu hamil yang

diteliti di Puskesmas Kopang, sebagian besar memiliki pengetahuan

baik tentang resiko tinggi kehamilan sebanyak 25 orang (43,9%) dan

sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14 orang

(24,5%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Wahidamunir tahun 2019 dengan judul “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu Hamil tentang Resiko Tinggi Kehamilan dengan


60

Kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas Totoli” dari penelitian yang

dilakukannya terhadap 92 ibu hamil didapatkan bahwa sebagian besar

ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tentang resiko tinggi

kehamilan sebanyak 52 orang (56,5%) dan sebagian kecil memiliki

pengetahuan cukup dan kurang masing-masing sebanyak 20 orang

(21,7%).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitiannya Ni Ketut

Citrawati Tahun 2021 dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu

Hamil tentang ANC Terhadap Kunjungan ANC di Puskesmas

Tampaksiring II”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya

didapatkan bahwa dari 30 responden, 25 orang (83,3%) mempunyai

pengetahuan baik tentang antenatal. Adapun 5 responden (16.7%)

mempunyai pengetahuan buruk tentang antenatal. Dalam penelitiannya

dipaparkan bahwa pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam

melakukan tindakan, ketika seseorang didasari dengan pengetahuan

yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami

pentingnya menjaga kesehatan dan memotivasi diri untuk

mengaplikasikan dalam kehidupannya.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan

merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,

dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan


61

seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga dan indra

penglihatan yaitu mata. Pengetahuan baik didapatkan responden dari

pendidikan, pekerjaan, pengalaman hamil sebelumnya, usia

lingkungan dan keluarga serta informasi dari berbagai media yang ada

seperti internet, majalah, iklan kesehatan dan televisi (Notoatmodjo,

2018).

Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Nursalam

(2017), yang menyatakan bahwa dengan adanya informasi yang

didapatkan dari berbagai media baik online maupun offline, maka

individu tersebut akan memperoleh pengetahuan yang lebih baik,

apabila individu itu tidak memperoleh informasi maka pengetahuan

yang didapatkan juga akan kurang.

Ditinjau dari hasil penelitian yang didapatkan di Puskesmas

Kopang, maka peneliti berpendapat bahwa baiknya pengetahuan yang

dimiliki oleh ibu disebabkan karena ibu mendapatkan informasi yang

banyak tentang resiko tinggi kehamilan baik dari tempat pelayanan

kesehatan melalui konsultasi dengan petugas kesehatan maupun dari

berbagai media elektronik seperti televisi yang menampilkan berbagai

macam iklan kesehatan yang berkaitan dengan resiko tinggi kehamilan

dan kemudahan dalam mengakases informasi secara online menjadi

faktor pendukung bagi ibu mendapatkan informasi.

Kemudian pada ibu yang tingkat pengetahuannya cukup di

Puskesmas Kopang disebabkan karena kurangnya keaktifan ibu dalam

menerima informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan baik


62

melalui bimbingan konseling secara individu maupun melalui

penyuluhan secara berkelompok, sehingga informasi yang didapatkan

oleh ibu tentang hal-hal yang berkaitan dengan resiko tinggi kehamilan

cukup memadai. Hal ini tentunya akan memberikan dampak terhadap

pengetahuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, agar pengetahuan ibu

hamil yang cukup dapat ditingkatkan lagi menjadi lebih baik, maka

sebaiknya ibu diberikan edukasi secara rutin tentang faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya resiko tinggi kehamilan, sehingga

dengan peningkatan pengetahuan yang dimilikinya diharapkan ibu bisa

menjaga kondisi kesehatannya dengan baik selama kehamilan, agar

resiko tinggi pada kehamilan dapat dicegah sedini mungkin.

Sedangkan pada ibu hamil yang pengetahuannya kurang tentang

resiko tinggi kehamilan di Puskesmas Kopang disebabkan karena

rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh oleh ibu, sehingga ibu

merasa kesulitan untuk memahami informasi yang disampaikan oleh

petugas kesehatan. Hal ini, dibuktikan dari jawaban kuesioner yang

diberikan kepada responden, dimana sebagian besar ibu yang

berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang kurang tentang

kehamilan resiko tinggi. Selain itu, disebabkan karena kurangnya

keterpaparan akan informasi pada ibu yang berpengetahuan kurang.

Oleh karena itu, ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang tentang

resiko tinggi kehamilan perlu diberikan bimbingan konseling secara

individu dan berkala agar informasi yang disampaikan dapat dipahami

dengan baik oleh ibu hamil.


63

c. Keteraturan Kunjungan ANC Pada Ibu Hamil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 57 ibu hamil yang

diteliti di Puskesmas Kopang, keteraturan kunjungan ANC pada ibu

hamil lebih banyak berada pada kategori teratur sebanyak 35 orang

(61,4%) dibandingkan dengan yang tidak teratur sebanyak 22 orang

(38,6%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sumi Anggraeni dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil

dengan Keteraturan Kunjungan Antenatal Care di PMB Ari Saptuti

Banyumas Pringgsewu”. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukannya terhadap 55 ibu hamil didapatkan bahwa sebagian besar

ibu hamil teratur melakukan kunjungan antenatal care (ANC) yaitu

sebanyak 41 orang (74,5%) dan sisanya tidak teratur dalam melakukan

kunjungan antenatal care (ANC) yaitu sebanyak 14 orang (25,5%).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitiannya Mastufatun

Jamil tahun 2019 dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan

Keteraturan Antenatal Care (ANC) Pada Ibu Hamil di Karangsari

Agung Boyo Karang Tengah Demak” dari hasil penelitian yang

dilakukan terhadap 30 responden ditemukan bahwa sebagian besar

keteraturan antenatal care (ANC) berada pada kategori teratur

sebanyak 28 orang (93,3%) dan sebagian kecil berada pada kategori

tidak teratur sebanyak 2 orang (6,7%).

Menurut teori, keteraturan antenatal care (ANC) merupakan

kedisiplinan atau kepatuhan ibu hamil untuk melakukan pengawasan


64

sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak. Dalam hal ini

bagaimana ibu hamil memeriksakan kehamilannya di tempat

pelayanan kehamilan. Seorang ibu dikatakan teratur jika melaksanakan

ANC minimal 6x selama kehamilannya (Syaifuddin, 2017).

Sedangkan menurut Mubarak (2017), keteraturan kunjungan ibu

hamil ke pelayanan kesehatan erat kaitannya dengan perilaku

kesehatan. Perilaku kesehatan hakekatnya adalah hal-hal yang

berkaitan dengan tindakan atau kegiatan ibu dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan balitanya. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keteraturan ibu hamil dalam melakukan kunjungan

ANC antara lain : pengetahuan, pendidikan, dukungan petugas

kesehatan dan dukungan dari keluarga.

Kemudian, ditinjau dari hasil penelitian yang didapatkan di

Puskesmas Kopang diketahui bahwa sebagian besar keteraturan

kunjungan ANC pada ibu hamil lebih banyak berada pada kategori

teratur. Sesuai dengan hasil tersebut, maka peneliti berpendapat bahwa

teraturnya kunjungan ANC yang dilakukan oleh ibu hamil tidak

terlepas dari tingkat kesadaran dan pengetahuan yang dimilikinya

tentang manfaat melakukan kunjungan ANC. Ibu hamil dengan tingkat

kesadaran yang tinggi memiliki kemauan yang kuat dalam melakukan

kunjungan ANC, hal ini dilakukan dalam upaya untuk mengetahui

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya resiko tinggi kehamilan.

Kepedulian ibu hamil terhadap kondisi kesehatannya selama

kehamilan menjadi motivasi bagi ibu untuk melakukan kunjungan


65

ANC secara teratur. Dengan melakukan kunjungan ANC secra teratur,

ibu bisa mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janinnya serta

apabila terjadi komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janinnya

yang dikandungnya, maka melalui kunjungan ANC secara teratur

dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin.

Sedangkan pada ibu hamil yang kunjungan ANC berada pada

kategori tidak teratur di Puskesmas Kopang, disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain : faktor kesehatan ibu, dimana ada beberapa ibu

hamil tidak bisa melakukan kunjungan ANC karena kondisi

kesehatannya dalam keadaan kurang baik sehingga jadwal kunjungan

ANC menjadi terlewatkan. Selain itu, disebabkan karena jarak rumah

yang cukup jauh dari Puskesmas dan tidak adanya kendaraan pribadi

menjadi salah satu kendala bagi ibu untuk melakukan kunjungan ANC.

Disamping itu, kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang

manfaat kunjungan ANC juga menjadi salah satu indikator yang

menyebabkan ketidakteraturan ibu hamil dalam melakukan kunjungan

ANC. Oleh karena itu, agar kondisi kesehatan ibu hamil dan janinnya

tetap terjaga dengan baik, maka peneliti menyarankan agar ibu hamil

yang tidak bisa melakukan kunjungan ANC karena adanya hambatan

agar tetap dilakukan pemeriksaan kesehatan dengan mendatangi

rumahnya.

2. Bivariat

Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square dengan bantuan

SPSS diperoleh nilai probabilitas value sebesar 0,000 dengan taraf


66

signifikansi 0,05, karena 0,000 < 0,05, maka artinya ada hubungan antara

pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan dengan keteraturan

kunjungan ANC di Puskesmas Kopang. Hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang resiko tinggi kehamilan erat

kaitannya dengan keteraturan kunjungan ANC yang dilakukan oleh ibu

hamil.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh NI

Luh Wahyu Padesi tahun 2021, dari hasil analisis penelitian ini

menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

tentang kunjungan ANC dengan keteraturan kunjungan ANC ibu hamil

trimester III di masa pandemi Covid-19 dengan nilai p value sebesar 0,000

< 0,05. Kunjungan ANC menjadi sebuah tindakan yang muncul karena

pengetahuan ibu hamil mengenai tujuan keteraturan kunjungan ANC yang

memberikan kontribusi positif untuk menjalani proses kehamilannya.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitiannya Adestina tahun

2021, dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa dari 67 responden dengan

pengetahuan kurang terdapat sebagian besar yang tidak teratur dalam

melakukan kunjungan antenatal care (ANC) yaitu sebanyak 52 (77,6%).

Kemudian, dari hasil uji statistic chi-square menunjukkan p-value 0,030

<0.05 artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu

tentang antenatal care (ANC) dengan keteraturan kunjungan antenatal

care (ANC) Ibu Hamil di Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu Tahun

2021. Hal ini berarti ibu hamil yang memiliki Pengetahuan Kurang
67

beresiko 2,806 kali lipat melakukan kunjungan antenatal care  (ANC)

tidak teratur dibandingkan dengan ibu berpengetahuan baik.

Menurut Rahmawati (2017), bahwa pengetahuan sangat berpengaruh

pada keteraturan karena pengetahuan merupakan indikator seseorang

dalam melakukan suatu tindakan, pengetahuan merupakan faktor penting

yang mempengaruhi motivasi ibu hamil untuk melakukan

kunjungan antenatal care (ANC). Bagi ibu dengan pengetahuan yang

tinggi mengenai kesehatan kehamilan menganggap kunjungan antenatal

care (ANC) bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban, melainkan

menjadi sebuah kebutuhan untuk kehamilannya.

Ditinjau dari hasil distribusi silang dengan menggunakan pendekatan

cross sectional didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan

baik tentang resiko tinggi kehamilan sebanyak 22 orang (38,6%) yang

teratur kunjungan ANC dan yang tidak teratur sebanyak 3 orang (5,3%).

Hal ini berarti bahwa dengan banyaknya pengetahuan yang dimiliki oleh

ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan, maka akan memberikan

pengaruh yang positif terhadap perilaku kesehatan yang ditunjukkan oleh

ibu hamil dalam melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC). Semakin

baik pengetahuan yang dimiliki oleh ibu hamil, maka kunjungan ANC

yang dilakukan oleh ibu juga akan semakin teratur. Hal ini didasari oleh

tingkat pemahaman yang baik akan pentingnya melakukan kunjungan

ANC secara teratur agar kondisi kesehatan selama kehamilan dapat

dipantau dengan baik.


68

Kemudian pada responden yang memiliki pengetahuan cukup

tentang resiko tinggi kehamilan sebanyak 13 orang (22,8%) yang teratur

kunjungan ANC dan yang tidak teratur sebanyak 5 orang (8,8%). Hal ini

juga menunjukkan bahwa dengan pengetahuan yang cukup memadai

tentang resiko tinggi kehamilan mampu menggugah pikiran dan

meningkatkan kesadaran ibu hamil akan pentingnya melakukan kunjungan

ANC secara teratur demi agar kondisi kesehatan ibu dan janin selama

kehamilan dapat terjaga dengan baik sehingga resiko tinggi kehamilan

dapat diminimalisir sedini mungkin.

Sedangkan ibu hamil yang pengetahuannya kurang di Puskesmas

Kopang, lebih banyak yang kunjungan ANC tidak teratur dibandingkan

dengan yang teratur. Hal tersebut terjadinya karena ibu jarang terpapar

informasi yang berkaitan dengan resiko tinggi kehamilan, hal ini

berdampak pada kunjungan ANC yang dilakukan oleh ibu. Apabila

informasi yang didapatkan oleh ibu tentang resiko tinggi kehamilan

kurang memadai, maka kemungkinan besar kunjungan ANC pada ibu

hamil juga tidak akan teratur. Hal ini didasari karena kurangnya

pemahaman ibu tentang dampak yagn ditimbulkan jika kunjungan ANC

selama kehamilan tidak teratur. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang

resiko tinggi kehamilan juga dapat memberikan dampak yang kurang baik

terhadap perilaku kesehatan yang ditunjukkan oleh ibu hamil dalam

melakukan kunjungan ANC, sehingga ibu hamil dengan pengetahuan yang

kurang cenderung tidak teratur dalam melakukan kunjungan ANC. .

C. Keterbatasan Penelitian
69

Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kopang, ada beberapa

keterbatasan yang ditemukan antara lain :

1. Penyebaran kuesioner

Pada saat melakukan pengisian kuesioner responden terlihat kurang

fokus karena ada kegiatan lain sehingga cenderung tergesa-gesa dalam

melakukan pengisian kuesioner. Oleh karena itu, agar tidak terjadi

kesalahan dalam melakukan pengisian kuesioner, maka peneliti

memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada ibu hamil agar melakukan

pengisian kuesioner sesuai dengan keadaan yang dialaminya.

2. Keterbatasan Waktu

Pada saat penelitian dilakukan, waktu yang diberikan sangat singkat

sehingga mempengaruhi ruang gerak peneliti dalam melakukan penelitian.

Hal ini tentunya dapat mempengaruhi hasil penelitian yang telah

dilakukan. Akan tetapi, peneliti tetap melakukan penelitian sesuai dengan

tahapan-tahapan yang telah ditentukan dalam melakukan penelitian.

3. Keterbatasan dalam obyek penelitian

Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti tentang hubungan

pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan dengan keteraturan

kunjungan ANC, seharusnya jumlah variabelnya ditambah lagi agar hasil

penelitian yang didapatkan lebih akurat.


70

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari segi karakeristik, sebagian besar ibu hamil yang diteliti

berada pada kelompok umur 20 – 35 tahun sebanyak 38 orang (66,7%)

dengan tingkat pendidikan menengah sebanyak 36 orang (63,1%) dan

sebagian kecil berpendidikan tinggi sebanyak 9 orang (15,8%) dan tidak

bekerja (IRT) sebanyak 38 orang (66,7%).

2. Pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan di Puskesmas

Kopang, sebagian besar berada pada kategori baik sebanyak 25 orang

(43,9%).

3. Keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil di Puskesmas Kopang

sebagian besar berada ada kategori teratur sebanyak 35 orang (61,4%)

4. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi

kehamilan dengan keteraturan kunjungan ANC di Puskesmas Kopang

dengan nilai p vaue sebesar 0,000 < 0,05.

B. Saran

1. Bagi Stikes Hamzar

Disarankan kepada para pengelola STIKes Hamzar agar

menyediakan lebih banyak bahan bacaan sebagai literatur atau refrensi

untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya

bagi mahasiswa program studi Pendidikan Bidan tentang hubungan

69
71

pengetahuan ibu hamil tentang resiko tinggi kehamilan dengan keteraturan

kunjungan ANC.

2. Bagi Ibu Hamil

Disarankan kepada ibu hamil yang pengetahuannya masih kurang

tentang resiko tinggi kehamilan agar lebih kreatif dalam mencari informasi

baik melalui tempat pelayanan kesehatan maupun dari berbagai media

elektronik, media cetak dan online yang informasi sangat mudah sekali di

akses oleh setiap ibu hamil. Dengan adanya tambahan informasi tersebut

diharapkan tingkat pengetahuan dan wawasan ibu hamil dapat

ditingkatkan dengan dikembangkan dengan baik dalam kehidupan sehari-

hari.

3. Bagi Puskesmas Kopang

Disarankan kepada petugas kesehatan yanga da Puskesmas Kopang

untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat

khususnya ibu hamil dengan cara memberikan informasi secara rutin baik

melalui kegiatan bimbingan konseling maupun penyuluhan kepada ibu

hamil tentang resiko tinggi pada kehamilan dan manfaat melakukan

kunjungan ANC secara teratur untuk menjaga kesehatan ibu dan janin

selama kehamilan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian

lebih lanjut dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda,

kemudian menambah jumlah sampel dan menambah jumlah variabel yang


72

belum pernah diteliti sebelumnya agar hasil penelitian yang didapatkan

lebih akurat dan bisa dipertanggungjawabkan keasliannya.


73

DAFTAR PUSTAKA

Adestina, 2021. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Antenatal Care (ANC)


dengan Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil
di Puskesmas Sidomulyo Kota Bengkulu Tahun 2021.

Arikunto, 2019. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiman & Riyanto A. 2018. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Cinantiya, Fitri, Lila, Lamdhawara, 2020. “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu


Ibu Hamil tentang Resiko Tinggi Kehamilan”.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2021. Angka Kematian Ibu. Mataram : NTB.

Fitriani, Baharudin, 2020. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang


Faktor Risiko Tinggi Pada Kehamilan di Puskesmas Plus Bara-Baraya
Makassar.

Hidayat, 2017. Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Keputusan Menteri


kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Kemenkes RI, 2021. Angka Kematian Ibu. Jakarta : Kemenkes RI.

Luthfi, Lathifah, 2018. “Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kehamilan Resiko


Tinggi di Puskesmas Kasihan II Bantul”.

Ni Ketut Citrawati, 2021. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang ANC


Dengan Kunjungan ANC di Puskesmas Tampaksiring

Ni Luh Wahyu Padesi, 2021. Hubungan Pengetahuan Tentang Kunjungan ANC


dengan Keteraturan Kunjungan ANC Ibu Hamil Trimester III di Masa
Pandemi Covid-19.

Notoatmodjo, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Mastufatun, Jamil, 2019. “Hubungan Pengetahuan dengan Keteraturan


Antenatal Care (ANC) Pada Ibu Hamil di Karangsari Agung Boyo Karang
Tengah Demak.
74

Prawirohardjo, 2018. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal. Yogyakarta : Nuha Medika.

Puskesmas Kopang, 2022. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil. Kopang : Lombok


Tengah.

Putriatri, 2016. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care


Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Kota Ruteng.

Rachmawati, Puspitasari dan Cania, 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil. JurnalKesehatan Universitas
Lampung, VII(10), pp. 72-76

Retna Nur Hidayah, 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Kehamilan Resiko Tinggi Dengan Kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas
Pekauman Banjarmasin.

Rochjati,2016. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya : EGC.

Saifuddin, 2016. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV


Alfabeta.

Sumi, Anggraeni, 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Keteraturan


Kunjungan Antenatal Care di PMB Ari Saptuti Banyumas Pringgsewu.

Wagiyo, dan Putranto, 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal &


BayiBaru Lahir Fisiologis dan Patologis. Yogyakata :CV.Andi.

Wahidamunir, 2019. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Resiko


Tinggi Kehamilan dengan Kepatuhan Kunjungan ANC di Puskesmas Totoli.

WHO, 2020. Angka Kematian Ibu dan Angka. Kematian Bayi. World Bank.

Widatiningsihdan Dewi, 2017. Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:


Trans Medika.

Anda mungkin juga menyukai