Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan


fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang pada
umumnya menjelaskan dan memberi pemahaman dan nterpetasi tentang
berbagai perilaku serta pengamalan manusia (individu) dalam berbagai
bentuk (Afiyanti &rachmawati, 2014). Peneliti mengambil metode kualitatif
karena peneliti ini dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting), dimana
peneliti sebagai instrumen kunci, menggunakan data yang pasti dan untuk
mendapatkan data yang mendalam atau mengeksplorasi cara setiap ibu dalam
memberikan pola asuh terutama aam memberikan makanan kepada balita.

Pendekatan deskriptif fenomenologi juga dinilai dapat memberikan


penjelasan terhadap fokus permasalahan yang dimiliki seseorang
(poerwadi,2009). Pendekatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan
mendapatkan data dari kebenaran data tentang gambaran pola asuh ibu dalam
memberikan makanan pada balita dengan meningkatnya kejadian stunting di
Bali khususnya di kabupaten Bangli.
3.1.1 Kerangka Kerja

Menentukan Fenomenologi

Pola Asuh ibu dalam pemberian makanan pada balita dengan kejadian
meningkatnya stunting di daerah Bangli mencapai 28,4 %

Menentukan Partisipan : Non Probability (Purposive Sampling)

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Metode Pengambilan wawancara mendalam atau semiterstruktur (indepth


interview) dengan metode wawancara fase to fase

Verbatim

Analisa Data

Terdapat 3 proses :

1. Analisa data sebelum kelapangan


2. Analsa dta di lapangan
3. Analisa data selama di lapangan

Penyajian Tema dan Hasil Penelitian

Gambar 3.1

Kerangka kerja Gambaran Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Pada Balita Dengan
Meningkatnya Kejadian Stunting di Bangli.
3.2 Tempat dan waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan di daerah Kabupaten Bangli
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan dari bulan November sampai Desember
(kira-kira)
3.3 Bracketing
Bracketing adalah proses mensupresi, mengurun atau menympan
berbagai asumsi, pengeahuan dan keyakinan yang dimiliki penelitian tentang
fenomena yang diteliti. Bracketing bertujuan agar memeperoleh data dan
informasi yang benar-benar alamiah dan berasal dari cerita atau ungkapan
langsung dari para partisipan tentang berbagai pengalaman yang dialaminya
tanpa di penagruhi oleh berbagai asumsi pengetahuan dan keyakinan
penelitian (Afiyanti dan Rachmawati, 2014)
Menurut Afiyanti dan Rachmawati (2014), mengatakan bahwa
focus pendekatan fenomenologi adalah memahami keunikan fenomena dunia
kehidupan individu, bahwa realitas dunia kehidupan masing-masing individu
itu berbeda, dalam hal ini adalah respon-respon yang unik spesifikasi yang
dialami tiap individu termasuk interaksinya dengan orang lain, untuk
selanjutnya mengeksplorasi makna atau arti dari fenomenologi. Seseorang
fenomenologis wajib berusaha memahami fenomenologi yang diteliti.
Kemudian menuliskan pemahamannya tersebut menjadi gambaran fenomena
yang diteliti. Peneliti memiliki peran mentranformasi informasi-informasi
pengalaman hidup tersebut ke dalam bentuk tulisan, beberapa kemampuan
wajib dimiliki oleh peneliti fenomolog, diantaranya menciptakan kesempatan
kepada para partisipan untuk dapat berbagi pengalaman tersebut kepada orang
lain.

Peneliti merupakan mahasiswa program studi ilmu keperawatan


semester VII, sedang kuliah di Stikes Wira medika Bali, dimana prosesnya
peneliti telah mengikuti pendidikan kompetensi keperawatan baik di
laboratorium keperawatan maupun praktek klinik keperawatan di beberapa
rumah sakit. Di indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang
memiliki angka kejadian stunting yang cukup tinggi dan meresahkan
masyarakat, beberapa program dari pemerintah telah di lakukan untuk
mengatasi masalah stunting yang terjadi di indonesia. Stunting saat ini masih
menjadi masalah di indonesia terdapat beberapa faktor yang menjadi masalah
stunting terutama kadar gizi pada anak, Pola asuh ibu yang diberikan juga
akan berpengaruh terhadap kejadian stunting di mana stunting ini banyak
terjadi pada bayi, baduta dan balita. Masalah stunting ini juga akan
memberikan dampak buruk untuk anak –anak Indonesia. Beberapa data
masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar
30-39 %, dan serius bila prevalensi pendek ≥40% (WHO, 2010 dalam
Riskesdas 2013). Sulawesi Selatan merupakan urutan ketiga provinsi yang
mengalami masalah kesehatan serius setelah Maluku yang menempati urutan
kedua (Riskesdas, 2013). Hasil pemantauan status gizi (PSG) yang
merupakan program dari Direktorat Gizi Kemenkes RI dengan menggandeng
Dinas Kesehatan Bali tahun 2017, jumlah kasus stunting atau balita
dengan tinggi badan tidak sesuai dengan umur di Kabupten Bangli di
angka 28,4 % sementara secara umum untuk Bali mencapai angka 19,1
persen. Kabid Kesmas dr I Nyoman Arsana. Dikatakan, angka 28,4 persen
tersebut sepenuhnya hasil pemanantuan yang dilakukan Pusat dikoordinir
Diskes Bangli bekerjasama dengan Jurusan Gizi Poltekes Denpasar. Dalam
pemantauan menyasar rumah tangga yang memiliki balita dan ibu hamil.
Pada balita dilakukan pengukuran berat badan, tinggi dan panjang badan.
Sedangkan pada ibu hamil dilakukan pengukuran status gizi.

Pada tahun 2015 angka stunting di Bangli 28,6 persen dan ditahun
2016 diangka 25,7 persen. Pada tahun 2018 prevalensi stunting di Gianyar
pun diklaim sudah menurun, Gianyar sebelumnya tercatat sebagai wilayah
dengan angka stunting tertinggi di Bali. Faktor utama terjadinya
stunting adalah pola asupan gizi yang tidak tepat. Berdasarkan fenomena
yang ada ibu memberikan makanan kepada balitanya berdasarkan kesukaan
dan pilihan anaknya, bukan berdasarkan kandungan gizi, seperti memberikan
junk food atau pemberian gizi yang tidak seimbang seperti memberikan nasi
dengan lauk brekedel jagung yang dimana nasi dan brekedel jagung ini
termasuk karbohidrat. Pengetahuan dan sikap ibu akan mempengaruhi asupan
makanan yang ada di dalam keluarga terutama anak (Rakhmawati, 2014).

3.4 Partisipan
Penelitian kualitatif berfokus pada proses, maka jumlah dari partisipan
atau responden di ambil berdasarkan saturasi data yang artinya jika data
sampel partisipan yang diambil sudah menunjukan data yang jenuh.
Partisipan pada peneltian ini adalah balita dari usia 1 sampai 5 tahun.
Pengambilan partisipan ini di lakukan mengguakan metode non probability
(puposive sampling) yaitu pengambilan sampel yang didasari atas
pertimbangan yang ditentukan(Moleong, 2012).
Purposive sampling adalah tehnik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan tertentu ini misalnya orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi
obyek atau situasi sosial yang diteliti, menurut (akhmadi, 2009) yang
merekomendasikan jumlah partisipan sebanyak 3 sampai 10 orang. Menurut
Daymon dan Halloway, 2008), mengatakan bahwa yang paling sering sampel
terdiri dari 4 sampai 40 sampel tetapi untuk kualitatif tidak disebutkan aturan
ataupun panduan ketat untuk ukuran sampel, secara umum sample kualitatif
terdiri dari sampling kecil yang diteliti secara mendalam.
Adapun kriteria partisipan berdaarkan pertimbangan ditetapkan dengan
kriteria inklusi dan ekslusi.
3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Ibu-ibu yang memiliki balita dari umur 1-5 tahun
2. Balita yang memiliki riwayat berat badan yang kurang dan
tinggi badan kurang yang terdapat dalam catatan buku
posyandu balita atau puskesmas
3. Balita yang dirawat oleh ibunya bukan pembantu, nenek
maupun ayahnya.
4. Balita yang memiliki riwayat stunting
5. Partisipan yang bersedia dilakukan penelitian.
3.4.2 Kriteria Ekslusi
1. Ibu-ibu yang memiliki pendidikan tinggi dan berwawasan luas
yang memiliki pengetahuan dalam merawat balita.
2. Kaandungan makanan yang di masak oleh ibu untuk balitanya
3. Partisipan yang mengundurkan diri ketika berlangsungnya
wawancara.

3.5 Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data


3.5.1 Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian in adalah data
primer dimana data yang didapatkan langsung diperoleh dari
subjek sebagai informasi yang akan di cari (suyono & anggraeni,
2013). Data primer pada penelitian ini adalah Ibu yang
memberikan pola asuh makan pada balitanya dengan rentang usia
1-5 tahun.
3.5.2 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap
seperti prosedur administratif dan teknis
3.5.2.1 Prosedur Administratif
1. Mengurus surat izin penelitian di STIKes Wira Medika Bali di
lanjutkan ke Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi
Bali.
2. Mengurus izin di Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Provinsi Bali dilanjutkan ke Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Bali dan kemudian Dinas Kesehatan Bali dan Dinas
Kesehatan Bangli.

3.5.2.2 Prosedur Teknis


1. Peneliti mengurus izin ke dinas kesehatan provinsi Bangli
untuk melakukan penelitian.
2. Peneliti meminta izin kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten Bangli sebelum melakukan wawancara dengan
calon partisipan untuk menyampaikan maksud dan tujuan
penelitian.
3. Peneliti memilih calon partisipan yang dianggap sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi, serta menemui calon partisipan
untuk memperkenalkan diri ditemani kepala tim dari Pukesmas
atau ibu kader banjar untuk melkukan penelitian dan membina
hubungan saling percaya. Peneliti akan menjelaskan maksud
dan tujuan kepada partisipan , ketika calon partisipan maukah
menjadi partisipan pada penelitian ini dan peneliti mengajukan
surat pernyataan berupa lembar surat persetujuan untuk di
tanda tangani. Partisipan yang telah memahami dan
memutuskan bersedia menjadi partisipan tanpa ada unsur
paksaan di persilahkan mengisi lembar persetujuan guna
berpartisipasi, menanda tangani dan membuat kesepakatan
untuk melakukan wawancara.
4. Tempat melakukan wawancara dilakukan di daerah Bangli,
peneliti meminta izin kepada partisipan untuk melakukan
wawancara selanjutnya
5. Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan. Observasi
yang, wawancara dilakukan dengan menyesuaikan waktu dari
partisipan. Peneliti menggunakan panduan wawancara untuk
mengarahkan partisipan menceritakan pola asuh yang
diberikan kepada anaknya setiap harinya di rumah. Waktu
yang diperlukan dari setiap wawancara tidak lebih dari 30
menit sebelum mengakhiri wawancara peneliti membuat
kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya.
6. Peneliti membuat transkrip verbatim (transkrip wawancara)
dengan mendengar kembali hasil rekaman dan melengkapi
dengan catatan (field note) yang dibuat saat wawancara.
Transkrip wawancara dibaca kembali secara berulang – ulang
sambil mendengarkan hasil rekaman untuk menentukan tingkat
akurasi data (keadaan data yang utuh pada satu partisipan dan
data jenuh pada seluruh partisipan) dan peneliti sambil
observasi dari pola asuh yang ibu berikan pada ankanya.
7. Validasi Data, Peneliti mendatangi partisipan kembali dengan
membawa hasil verbatim/wawancara sudah sesuai dengan
wawancara sebelumnya, jika sudah sesuai dengan wawancara
sebelumnya maka transkrip dianggap mempunyai kredibilitas.
8. Peneliti melakukan triangulasi data kepada ketua tim dinas
kesehatan atau tim puskesmas untuk menganalisis hasil
wawancara yang diperoleh dari partisipan.
9. Peneliti menambahkan data sekunder yang telah didapatkan
saat melakukan triangulasi pada analisa data.

3.6 Alur Pengumpulan Data


Peran peneliti sebagai instrument utama pada penelitian sangat
penting artinya dalam konteks pengamatan berperan (Moleong, 2012).
Sebelum penelitian di mulai peneliti melakukan uji coba wawancara kepada 2
orang partisipan secara acak guna melatih kemampuan berbicara hingga
merasa percaya diri dalam melakukan wawancara sesungguhnya. Instrument
yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
ialah wawancara semi terstruktur. Wawancara ini memiliki ciri-ciri
adanya pertanyaan terbuka namun tema dan alur pembicaraan,
pencapaian wawancara dapat diprediksi, fleksibel namun terkontrol
(Sugiyono, 2017). Wawancara semi terstruktur ini termasuk dalam
kategori in-depth interview, di amna dalam pelaksanaannya lebih bebas
bila di bandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara ini adalah menemukan permasalahan yang lebih terbuka
(Sugiyono, 2017) seperti permasalahan pada stunting yang terdapat
didaerah Bangli ini dimana penelitian yang akan dilakukan berfokus pada
Pola asuh ibu dalam pemberian makanan pada balitanya. Pertanyaan
terbuka adalah suatu pertanyaan dimana jawabannya belum ditentukan
oleh penanya, sehingga partisipan mempunyai kebebasan dalam
memberikan jawaban, keuntungan dari pertanyaan terbuka ini sendiri
adalah peneliti mendapatkan informasi yang banyak dan sedalam
mungkin, karena subjek penelitian akan mengeksplorasi pengalamannya
(Notoatmojo, 2012). Penelitian menggunakan wawancara in-depth
interview ini perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat atau
merekam apa yang telah dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2017)
2. Catatan Lapangan (field note)
Saldana (dalam Afiyanti & Rachmawati, 2014) mengungkapkan
catatan lapangan atau field note merupakan dokumen tertulis peneliti
yang berasal dari hasil observasi yang berisi catatan pribadi, respon
subjektif, dan berbagai interpretasi dari proses-proses social yang dialami
oleh peneliti selama pengambilan data. Pada saat wawancara catatan ini
akan digunakan untuk mencatat ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan reaksi
partisipan saat berbicara.
3. Voice Recorder
Cara yang digunakan untuk merekam data lapangan bentuk
percakapan atau wawancara dengan menggunakan Voice Recorder
(Satori & Komariah, 2013). Penggunaan alat perekam pada wawancara
perlu diinformasikan kepada partisipan, bila partisipan keberatan dalam
penggunaan alat perekam peneliti tidak boleh memaksa dan atau
menyiasatinya dengan cara tersembunyi (Satori & Komariah,2013). Pada
saat pengambilan data peneliti menggunakan dua alat perekam. Satu
perekam digunakan untuk wawancara dan satu lagi digunakan sebagai
cadangan untuk menghindari kesalahan teknis.

3.7 Analisa Data

Teknik Analisa data kualitatif menurut Sugiyono, 2010 penelitian


kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan
secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus-
menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang
diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak
data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada
polanya yang jelas. Analisa data dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satu kesatuan yang
dapat dikelola, mensistesiskanya, mencari dan menentukan pola dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2014).
Tahap analisa data kualitatif menurut Janice Mc Drury (dalam Moleong,
2014), yaitu : (1) membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci,
dan gagasan yang ada dalam data, (2) mempelajari kata-kata kunci tersebut
dan berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data, (3) menuliskan
‘model’ yang ditemukan, (4) melakukan koding.

3.7.1 Proses Analisa Data


Analisa data dalam penelitian kualitatif di lakukan sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah dilapangan. Dalam hal ini
(Nasution, 1988 di dalam buku Sugiyono, 2010) menyatakan analisis
telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum
terjun kelapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian. Analisa data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya
sampai jika mungkin, teori yang grownded, namun dalam penelitian
kualitatif analisa data lebih difokuskan selama proses di lapangan
bersamaan dengan pengumpulan data. Analisa data kualitatif berlangsung
selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan
data.
1. Analisa data sebelum lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis di lakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk
menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini
masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah penelti masuk
dan selama di lapangan. Bagi peneliti kualitatif, kalau fokus penelitian
yang dirumuskan pada proposal tidak ada di lapangan, maka peneliti
akan merubah fokusnya dan menyesuaikan dengan keadaan yang
terjadi di lapangan.
2. Analisa Data di lapangan model Miles and Huberman
Analisa data kualitatif, dilakukan saat pengumpulan data berlangsung
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada
saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban
yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah
dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap
kredibel. (Miles and Huberman dalam buku sugiyono, 2010)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif di
lakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisa
data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.
a. Data Reduction
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuki tu perlu dicatat secara teliti dan rinci, semakin lama peneliti
ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks,
dan rumit. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya.
b. Data Display
Penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart atau
sejenisnya. Pada penelitian ini sering digunakan teks yang bersifat
naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan
memahami yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan pada yang telah dipahami tersebut. Mendisplaykan
data huruf besar, kecil, huruf kecil dan angka disusun kedalam
urutan sehingga strukturnya dapat dipahami setelah itu dilakukan
analisis secara mendalam, adakah hubungan yang interaktif
anatara tiga kelompok.
c. Conclusion Drawing/verfication
Langkah ketiga dari penelitian kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
maish bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ada
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya, tetapi jika kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah
kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Rumusan masalah
dikemukakan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara
dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan ini berupa temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya maish gelap atau
remang-remang setelah diteliti semakin jelas, dapat berupa kasual
atau interaktif, hipotesis dan teori.

3. Analisa data selama di lapangan model Spradley


Proses penelitian kualitatif setelah memasuki lapangan, dimulai
dengan menetapkan seseorang sebagai informan kunci yang
merupakan informan berwibawa dan mampu membukakan pintu
kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian, setelah itu peneliti
melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan deskriptif,
dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara berdasarkan
hasil dari analisis wawancara yang akan selanjutnya peneliti
melakukan analisis domain. Pada langkah selanjutnya peneliti akan
menentukan fokus dan melakukan analisis taksonomi. Berdasarkan
hasil analisis taksonomi peneliti mengajukan kontras, yang akan
dilanjutkan dengan analisis komponensial. Hasil dari analisis
kompensial, selanjutnya peneliti menemukan tema-tema budaya.
Berdasarkan penemuan tersebuat selanjutnya peneliti menulis laporan
penelitian etnografi. Proses penelitian ini berangkat dari yang luas,
kemudian memfokus, dan meluas lagi, beberapa tahapan analisis data
yang dilakukan yaitu analisis domain, taksonomi dan kompenensial,
analisis tema kultural.

3.8 Keabsahan Data


Dalam pengujian keabsahan data, metode yang digunakan pada penelitian
ini meliputi :
1. Pengujian Creadibility/Kepercayaan
Pengujian ini berfungsi dalam pelaksanaan inkuri sehingga penelitian
dapat mencapai tingkat kepercayaan dengan pencapaian derajat kesehatan
dari hasil-hasil penemuan dengan pembuktian dari penelitian pada
kenyataan ganda (Moleong,2014). Pada penelitian ini pengujian
creadibility dilakukan dengan cara mengambil transkip wawancara
kembali ke responden dan melakukan verifikasi kebenaran transkip
wawancara saat wawancara kedua dilakukan.
2. Pengujian Transferbility/Keteralihan
Pengujian ini menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat
diterapkan pada semua konteks populasi yang didapatkan pada penemuan
pada sampel secara respesentatif guna mewakili populasi. Peneliti
membuat laporan secara sistematis dan juga mudah di pahami guna
pembaca dapat mengerti dan memahami hasil penelitian kualitatif ini
(Moleong,2014).
3. Pengujian Dependenbility/Ketergantungan
Konsep dari ketergantungan selalu memperhitungkan kestabilan makna
sama dari waktu ke waktu walaupun studi telah dilakukan berulang kali.
Dalam penelitian ini peneliti sangat membutuhkan pembimbing dalam
menjabarkan data-data yang peneliti saat wawancara untuk mendapatkan
kestabilan data dalam penentuan tema-tema (Moleong, 2014).
4. Pengujian Konfirmability/Kepastian
Pengujian ini memastikan suatu data itu objektif yang artinya tidak
tergantung dari pandangan, persetujuan dan pendapat seseorang (secara
subjektif) namun bisa disebut objektif jika telah disepakati bersama.
Dalam menunjukan data objektif dalam penelitian ini dengan cara
menunjukan transkrip, table kategori, tema awal dan juga table analisis
tema kepada responden dan juga pembimbing untuk disepakati
(Moleong,2014).

3.9 Prinsip-Prinsip dan Etika Penelitian


Menurut Notoatmojo (2012), etika penelitian merupakan suatu pedoman
yang digunakan untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan peneliti,
subjek peneliti dan masyarakat yang memperoleh dampak dari penelitian
tersebut.
1) Hak self determination
Partisipan memiliki hak dan otonomi untuk membuat keputusan secara
sadar, oleh karena itu peneliti menjelaskan bahwa partisipan bebas dari
paksaan untuk berpartisipan atau tidak serta mengundurkan diri dari
penelitian ini.
2) Hak untuk penanganan yang adil (justice)
Semua partisipan diberikan kesempatan yang sama dalam berpartisipasi
di penelitian ini, dan mendapatkan perlakuan yang sama juga dari
peneliti, sehingga partisipan diberikan kebebasan untuk menentukan
waktu, tempat, dan proses wawancara.
3) Hak terhadap privacy dan dignity
Privacy adalah hal setiap orang. Semua orang yang mempunyai hak
untuk memperoleh privacy atau kebebasan pribadinya. Demikian pula
responden memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka
lakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta untuk
mengontrol kapan dan bagaimana informasi tentang mereka dibagi
dengan orang lain. Pelaksanaan wawancara dilakukan atas dasar
pertimbangan sehingga hal yang bersifat sangat pribadi tidak diketahui
oleh orang lain kecuali peneliti.
4) Hak Anonymity dan confidentiality
Informasi yang diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri.
Tetapi karena diperlukan dan diberikan kepada peneliti atau
pewawancara, maka kerahasiaan tersebut perlu dijamin oleh peneliti.
Peneliti juga tidak dibenarkan untuk menyampaikan kepada orang lain
tentang apapun yang diketahui oleh peneliti. Penelitian ini menguraikan
data tanpa mengungkap identitas partisipan.
5) Hak mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan
Semua responden memiiki hak memperoleh jaminan keamanan dan
keselamatan akibat dari informasi yang diberikan. Apabila informasi
yang diberikan membawa dampak terhadap keamanan atau
keselamatanbagi dirinya atau keluarganya makan peneliti bertanggung
jawab terhadap akibat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai