Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PEDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR MAMAE

A. KONNSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Tumor mammae adalah adanya ketidak seimbangan yang dapat terjadi
pada suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan
tidak bisa dikontol ( Dr.Iskandar,2007 )
Tumor payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan dipayudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol,
sel-sel kankerbisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bisa terjadipada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di
atas tulang belikat. Selain itusel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-
paru, hati, kulit, dan bawah kulit(Corwin, 2009).
Tumor mamae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mamma.(Lab. UPF Bedah RSDS, 2010).
2. Epidemiologi
Tumor payudara mempunyai andil terbesar dalam kematian wanita di
Nederland karena tumor-tumor maligna. Insidensi karinoma payudara di
kebanyakan negara meningkat 1-2% tiap tahun, sehingga mulai tahun 2000
kira-kira 1 juta wanita tiap tahun mendapatkan penyakit ini. Untuk Nederland
ini berarti kira-kira 10.000 penderita baru tiap tahun. Setiap wanita belanda,
selama hidupnya sejak lahir mempunyai 10% kemungkinan untuk selama
hidupnya mendapat kanker payudara.
3. Penyebab
Penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
1. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan
dengan pria.Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari
seluruh tumor payudara.
2. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor
payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor
payudara.
3. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom
13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain
itu, gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga
meningkatkan resiko terjadinyakanker payudara.
4. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
5. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat
meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
6. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat
dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
7. Terpapar radiasi
8. Intake alkohol
9. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor
payudara. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko
lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
(Dr. Iskandar, 2007) .
4. Patofisiologis
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-
ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari
sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang
mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya
dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel
tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir
semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel
normal (Smeltzer, dkk, 2013).
Duktus karsinoma berasal dari duktus lactiferous dan bentuknya seperti
tentakel yang menyerang struktur payudara di sekitarnya. Tumornya biasanya
unilateral, tidak bisa digambarkan, padat, non mobile, dan nontender. Lobular
karsinoma berasal dari lobus payudara. Biasanya bilateral dan tidak teraba.
Nipple karsinoma (paget’s disease) berasal dari puting. Biasanya terjadi
dengan invasif duktal karsinoma. Perdarahan, berdarah, dan terjadi
pengerasan puting (Lowdermilk et al 2000).
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-
ciri proliferasi selyang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari
sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang
mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi danmemasukinya
dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam
seltersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir
semua tumor ganastumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi
maligna dan berubah menjadisekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel
normal.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase :

1) Fase induksi: 15-30 tahun


Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker
pada manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-
tahun samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal
ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zatkarsinogen tersebut,
tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-
zatkarsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.

2) Fase in situ: 1-5 tahun


Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisaditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru,
saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara
3) Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa minggu
sampai beberapa tahun.
4) Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.
5. Klasifikasi
Macam-macam tumor jinak pada payudara yaitu :
1) Kista
Kista payudara biasanya ditemukan pada dekade kelima, dan menurun
setelah wanita melewati menopause. Etiologi pastinya belum jelas,
kemungkinan gambaran antara lain adenosis, epiteliosis, fibrosis stroma,
kista multiple yang disertai fibrosis, sehingga metaplasia dan hyperplasia
epitel. Kista merupakan suatu tumor yang berupa kantongan dan
didalamnya berisi cairan encer atau setengah padat.Menyakinkan pasien
bahwa “kelainan” ini tidak berbahaya.Namun, jika pasien memiliki
riwayat keluarga penderita kanker payudara ditambah adanya gambaran
hyperplasia yang atipik pada hasil biopsy, potensi keganasan perlu
diwaspadai.
Secara praktis, penemuan dari massa pada payudara yang dapat dipalpasi
biasanya diperoleh dari biopsy jarum, yang membuat diagnosis awal
adanya kista. Jika terdapat satu massa lainnya, pemeriksaan USG
dilakukan untuk menyingkirkan kista yang persisten.Jika salah satu dari
keadaan tersebut tidak dipenuhi, maka USG, biopsy jarum, dan mungkin
biopsy eksisi menjadi rekomendasi selanjutnya.
2) Fibroadenoma
Neoplasma jinak yang menyerang wanita pada usia reproduktif yaitu 25-
30 tahun ini disebut fibroadenoma mammae. Fibroadenoma merupakan
tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi yang
disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan
setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam mamary displasia.Fibroadenoma biasanya ditemukan
pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah
digerakkan dari jaringan di sekitarnya.Pada gambaran histologis
menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran
yang berbeda. Setelah menupause, fibroadenoma biasa menjadi
mikrokalsifikasi yang dapat terjadi pada tipe distrofi dan terjadi dalam
stroma di celah epitel. Pada gambaran mamografi, kalsifikasi seperti
popcorn sering terlihat pada fibroadenom involusi. Kalsifikasi dengan
morfologi karekteristik ini tidak menghawatirkan.Tetapi kalsifikasi yang
padat, dapat terjadi dalam fibroadenoma dan, jika latar densitas berbatas
tegas, kalsifikasi itu dapat sulit didiagnosis dan sebaiknya dikonfirmasi
dengan biopsy.
3) Tumor Filoides
Tumor phyllodes (dahulu bernama sistosarkoma filodes) merupakan suatu
neoplasma jinak yang berasal dari jaringan penyongkong nonepitel.Tumor
Phyllodes merupakan tumor mirip dengan fibroadenoma dengan stroma
seluler yang bertumbuh dengan cepat. Tumor ini terdapat pada semua usia,
tetapi kebanyakan pada usia 30 tahun. Dapat mencapai ukuran yang besar
dan jika tidak dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau
ganas.Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan
batas jaringan payudara sekitar.
4) Galaktokel
Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Galaktokel berbatas jelas
dan mobail, dan biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti
menyusui.Galaktokel biasanya terletak di tengah payudara atau dibawa
putting. Tata laksana galktokel adalah aspirasi jarum untuk mengeluarkan
secret susu dan pembedahan baru dilakukan jika kista terlalu kental untuk
bisa diaspirasi atau jika terjadi infeksi dalam galaktokel.
5) Papiloma intraduktus
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan
disertai tangkai yang tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari
jaringan glandular dan jaringan fibrovaskular. Papilloma seringkali
melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang berasal dari
duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini
memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu.
Papilloma dapat juga ditemukan di duktus yang kecil di daerah yang jauh
dari puting.Keadaan ini seringkali tumbuh dalam jumlah banyak dan juga
mungkin disertai hiperplasi epitelial.Konfirmasi diagnosis papilloma
intraduktus dilakukan dengan duktografi.Terapinya eksisi pada tepi
sekeliling areola.

6) Duktus ekstasia
Duktus ekstasia merupakan kelainan jinak akibat kerusakan elastin dinding
duktus payudara, diikuti infiltrasi sel radang dan hasil akhirnya adalah
dilatasi dan pemendekan duktus.Ectasia duktus terdiri dari dilatasi duktus
subareola yang terisi dengan material yang seperti titik hitam.Ectasia
duktus biasa terjadi pada perokok, dan dipersulit dengan abses periduktus
dan fistel mammae.Ektasia duktus juga menyebabkan cairan pada puuting
dan retraksi puting.Kalsifikasi karena ectasia duktus biasanya memiliki
karakteriktis.Ia memberi gambaran kasar, batang, dan kalsifikasi
bercabang pada distribusi duktus. Kalsifikasi ini dibentuk oleh kalsifikasi
debris ketika duktus mengalami dilatasi.
7) Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia
sekitar 40 sampai 50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang
walaupun begitu dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan
benjolan yang keras di sekitar duktus yang abnormal akibat terbentuknya
jaringan parut. Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun,
atau dapat membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat
dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang
abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada tepi
areola.
8) Adenosis sclerosis
Secara klinis, adenosis sclerosis teraba seperti kelainan fibrokistik dan
digolongkan dalam kelainan dysplasia, secara histopatologi adenosis
sclerosis tampak sebagai proliferasi jinak sehingga ahli patologi sering
terkecoh, mengira suatu karsinoma.
9) Mastitis sel plasma.
Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo.Lesi ini merupakan
radang subakut yang didapat pada system duktus yang melalui di bawah
aerola.Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang
menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan
pada kulit sekitar puting. Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan
memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang
menjadi tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-
sel inflamasi melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga
menyebabkan pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran
darah.Perubahan ini menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri, dan
terasa hangat saat perabaan.
10) Nekrosis lemak
Nekrosis lemak adalah proses inflamesi non-supuratif yang biasa terjadi
sebagai suatu kecelakaan atau karena penyebab iatrogenic. Nekrosis lemak
dapat juga terjadi akibat terapi radiasi. Ketika tubuh berusaha
memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami
kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut. Secara klinis ia muncul
sebagai nodul single atau multiple yang dengan permukaan licin dan
terfiksir, atau irregular yang dapat menimbulkan keganasan. Dengan biopsi
jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi sangat diperlukan untuk
membedakan nekrosis lemak dengan kanker.Secara histopatologik terdapat
nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis. Pada mamografi
ditemukan kista lemak, mikrokalsifikasi.
6. Gejala Klinis
Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payudara, rasa sakit, keluar
cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting
susu, nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting. Kulit tebal
dengan pori-pori yang menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi
pada payudara keduanya merupakan tanda lanjut dari penyakit. Tanda dan
gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah bening, nyeri
pada daerah bahu, pinggang,punggung bagian bawah, atau pelvis, batuk
menetap, anoreksi atau berat badan yang turun, gangguan pencernaan,pusing,
penglihatan yang kabur dan sakit kepala. Tumor payudara dapat terjadi
dibagian mana saja dalam payudara tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas
terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Tumor payudara
umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri,
terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang
menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi
biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Metastasis ke kulit
dapat dimanifestasikan adanya tumor payudara pada tahap lanjut.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Mamografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk
mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal
2) Galaktrografi mammogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksi
zat kontras kedalam aliran duktus
3) Ultrasound dapat membantu dalam membedakan antar massa padat atau
kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras, hasil komplemen
mamografi
4) Xeroradiografi menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor
5) Termografi mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih
tinggi
6) Diafanografi mengidentifikasikan tumor atau masa dengan membedakan
bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar
7) CT. Scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara
khususnya massa yang lebih besar atau tumor kecil, payudara mengeras
yang sulit diperiksa dengan mamografi
8) Biopsi payudara (jarum atau eksisi) memberikan diagnosa definitive
terhadap massa dan berguna untuk klasifikasi histology penahapan dan
seleksi terapi yang tepat
9) Asal hormon reseptor menyatakan apakah sel tumor atau specimen biopsy
mengandung reseptor hormone (esterogen dan progesteron). Pada sel
maligna reseptor maligna, reseptor estrogen-plus merangsang
pertumbuhan dan pembagian sel
10) Foto dada pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan tulang
dilakukan untuk megkaji adanya metastase
8. Therapy atau Penatalaksanaan
a. Terapi Konservatif
1) Farmakoterapi
a) Tamaxifien : untuk menghentikan pembentukan esterogen
biasa dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium
(indung telur) atau terapi penularan untuk menghancurkan
ovarium
b) Aminoglutetimid : Obat penghambat hormone yang banyak
digunakan untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam
tulang
c) Hydrocortisone ; Suatu hormon steroid biasanyan diberikan
pada saat yang bersamaan untuk menekan pembentukan
hydrocortisone alami oleh tubuh
2) Non Farmakoterapi
a) Berikan lingkungan yang nyaman
b) Ganti balutan setiap hari
c) Ajarkan teknik relaksasi ( napas dalam ) apabila terasa nyeri
pada bagian tulang
d) Berikan posisi tubuh yang nyaman
b. Terapi operatif
1) Mastektomi ( pengangkatan seluruh payudara ) atau pembedahan
beastconvering ( hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di
sekitarnya )
2) Lumpektomi pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan
normal di sekitarnya
3) Eksisi luas dan mastektomi parsial pengangkatan tumor dan
jaringan normal sekitarnya yang lebih
4) banyak
5) Kuadrantektomi pengangkatan seperempat bagian payudara
6) Mastektomi simplek seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot
dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup
untuk menutup luka bekas operasi
7) Mastektomi radikal seluruh payudara, otot dada dan jaringan
lainnya diangkat
9. Komplikasi
Komplikasi utama dari tumor ganas payudara adalah bermetastase ke
jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke
organ-organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru,
pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan
fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru
akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak
mengalami gangguan persepsi sensori. Komplikasi yang mungkin terjadi
adalah metastase ke otak, hati, kelenjar adrenal, paru, tulang, dan ovarium
( Dr.Iskandar Junaidi,2007 ).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1) Identitas diri
Nama, TTL, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
tanggal/rencana operasi, no.medrec, diagnose medis, alamat.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak dan nyeri.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat tumor mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,
ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami tumor mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami tumor mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.
a) Pola Gordon
 Pola Manajemen Kesehatan Dan Persepsi Kesehatan
Kaji pasien mengenai :
a. Arti sehat dan sakit bagi pasien
b. Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
c. Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining, kunjungan ke
pusat pelayanan ksehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen
stress, faktor ekonomi
d. Pemeriksaan diri sendiri : pyudara, riwayat medis keluarga,
pengobatan yang sudah dilakukan.
e. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
f. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan.
 Pola Metabolik – Nutrisi
Kaji pasien mengenai :
a. Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan
b. Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)
c. Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang
dihabiskan, nafsu makan
d. Kepuasan akan berat badan
e. Persepsi akan kebutuhan metabolik
f. Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau,
gigi, mukosa mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi
makanan
g. Data pemeriksaan fisik yng berkaitan (berat badan saat ini dan
SMRS
 Pola Eliminasi
Kaji pasien mengenai :
a. Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau,
nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan
lain
b. Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau,
nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan
lain
c. Keyakinan budaya dan kesehatan

d. Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan diri

e. Penggunaan bantuan untuk ekskresi

f. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia,


rektum, prostat)
 Pola Aktivitas – Latihan
Kaji pasien mengenai :
a. Aktivitas kehidupan sehari-hari
b. Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas
c. Aktivitas menyenangkan
d. Keyakinan tenatng latihan dan olahraga
e. Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan,
kamar mandi)
f. Mandiri, bergantung, atau perlu bantuan
g. Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
h. Data pemeriksaan fisik (pernapasa, kardiovaskular, muskuloskeletal,
neurologi)
 Pola Istirahat – Tidur
Kaji pasien mengenai :
a. Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan
bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran
setelah tidur)
b. Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, musik)
c. Jadwal istirahat dan relaksasi
d. Gejala gangguan pola tidur
e. Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)
f. Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum,
mengantuk)
 Pola Persepsi – Kognitif
Kaji pasien mengenai :
a. Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman, pendengar,
perasa, peraba)
b. Penggunaan alat bantu indra
c. Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara
komprehensif)
d. Keyaknan budaya terhadap nyeri
e. Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk
mengontrol dan mengatasi nyeri
f. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
 Pola Konsep Diri – Persepsi Diri
Kaji pasien mengenai :
a. Keadaan sosial : peekrjaan, situasi keluarga, kelompok sosial
b. Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki
c. Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg
disukai dan tidak)
d. Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
e. Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
f. Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
g. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung,
gidak mau berinteraksi)
 Pola Hubungan – Peran
Kaji pasien mengenai :
a. Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman, kerja
b. Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran
c. Efek terhadap status kesehatan
d. Pentingnya keluarga
e. Struktur dan dkungan keluarga
f. Proses pengambilan keputusan keluarga
g. Pola membersarkan anak
h. Hubungan dengan orang lain
i. Orang terdekat dengan klien
j. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
 Pola Reproduksi – Seksualitas
Kaji pasien mengenai :
a. Masalah atau perhatian seksual
b. Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri
c. Gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang aman, pelukan,
sentuhan dll)
d. Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
e. Efek terhadap kesehatan
f. Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
g. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara,
rektum)

 Pola Toleransi Terhadap Stress – Koping


Kaji pasien mengenai :
a. Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
b. Tingkat stress yang dirasakan
c. Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
d. Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya
e. Strategi koping yang biasa digunakan
f. Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress
g. Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga
 Pola Keyakinan – Nilai
Kaji pasien mengenai :
a. Latar belakang budaya/etnik
b. Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya/etnik
c. Tujuan kehidupan bagi pasien
d. Pentingnya agama/spiritualitas
e. Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
f. Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang
dapat mempengaruhi kesehatan
5) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
1. Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala
umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian
anterior dan oksipital dibagian posterior.
2. Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering,
tidak terlalu berminyak.
3. Sistem Indra
Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi
mata., konjungtiva anemis, tidak ikterik, tidak ada
nyeri tekan.
Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada
tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi
pendengaran.
Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan
nyeri tekan.
Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
4. Sistem Kardio dan Respirasi
Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB.
Dada : Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang,
payudara tampak tidak simetris terdapat benjolan
pada salah satu payudara.
5. Sistem pencernaan
Abdomen : Bising usus normal antara 5-35 x/menit
Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.
6. Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas : Biasanya tidak ada gangguan pada
ektremitas. Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya
latihan-latihan untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan
dan kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan
bentuk (diformity) lainnya, maka latihan harus seimbang
dengan menggunakan secara bersamaan.
a) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
1. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel
darah putih.
2. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan
pemeriksaan rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ansietas
3. Gangguan Citra Tubuh
4. Defisit Nutrisi
5. Resiko Gangguan Integritas Kulit
6. Resiko Infeksi
7. Resiko Perdarahan
3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA (SDKI) TUJUAN DAN INTERVENSI (SIKI)


KRITERIA HASIL
(SLKI)

Nyeri Akut Setelah diberikan asuhan Observasi


Penyebab : 1) Identifikasi
keperawatan ...x 24 jam
1) Agen cedera
lokasi, durasi,
maka diharapkan nyeri
fisiologis
frekuensi,
2) Agen cedera berkurang dengan
kualitas,
kimiawi kriteria hasil :
3) Agen cedera fisik 1) Keluhan nyeri intensitas nyeri
Gejala dan tanda mayor 2) Identifikasi skala
menurun
: 2) Meringis menurun nyeri
Subjektif : 3) Gelisah menurun 3) Identifikasi
1) mengeluh nyeri 4) Kesulitan tidur
faktor
Objektif :
menurun
1) Tampak meringis memperberat
5) Frekuensi nadi
2) Bersikap protektif
nyeri dan
3) Gelisah membaik
4) Frekuensi nadi 6) Pola nafas membaik memperingan
7) Tekanan darah
meningkat nyeri
5) Sulit tidur membaik 4) Identifikasi
8) Pola tidur membaik
pengaruh nyeri
9) Kemampuan
pada kualitas
menuntaskan
hidup
aktivitas meningkat
5) Monitor efek
samping
analgetik
Terapeutik
1) Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
2) Fasilitasi
istirahat dan
tidur
3) Kontrol
lingkungan
memperberat
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
analgetik
Ansietas Setelah diberikan asuhan Observasi
Penyebab 1) Identifikasi masalah
keperawatan ...x24 jam
1) Krisis situasional
potensial yang
2) Kebutuhan tidak diharapkan ansietas
dialami
terpenuhi teratasi dengan kriteria
Terapeutik
3) Ancaman terhadap
hasil : 1) Diskusikan rencana
konsep diri 1) Perilaku gelisah
mencapai tujuan
4) Ancaman terhadap
menurun
yang diharapkan
kematian 2) Perilaku tegang
2) Motivasi berpikir
5) Kekhawatiran
menurun
positif dan
mengalami 3) Konsentrasi
berkomitmen dalam
kegagalan membaik
6) Disfungsi sistem 4) Pola tidur mencapai tujuan
3) Diskusikan solusi
keluarga membaik
7) Penyalahgunaan zat 5) Tekanan darah dalam menghadapi
8) Terpapar bahaya
menurun masalah
lingkungan 6) Frekuensi nadi 4) Motivasi tetap
9) Kurang terpapar
menurun tenang dengan
informasi 7) Frekuensi
kemampuan yang
pernafasan
dimiliki
menurun 5) Lakukan reduksi
8) Pucat menurun
ansietas
9) Orientasi
Edukasi
membaik 1) Anjurkan memenuhi
kebutuhan yang
prioritas dan dapat
diselesaikan
2) Ajarkan teknik
menurunkan ansietas

Gangguan Citra Setelah diberikan asuha Observasi


1) Identifikasi harapan
Tubuh keperawatan ...x24 jam
Penyebab : citra tubuh
dihaapkan gangguan
1) Perubahan struktur
berdasarkan tahap
citra tubuh teratasi
atau bentuk tubuh
perkembangan
2) Perubahan fungsi dengan kriteria hasil :
2) Identifikasi
1) Verbalisasi
tubuh
perubahan citra
3) Perubahan fungsi kehilangan bagian
tubuh yang
kognitif tubuh meningkat
4) Efek tindakan atau 2) Verbalisasi perasaan menyebabkan isolasi
pengobatan negatif tentang sosial
Gejala dan tanda mayor 3) Monitor apakah
perubahan tubuh
Subjektif :
pasie bisa melihat
1) Mengungkapkan menurun
3) Menyembunyikan bagian tubuh yang
kecacatan atau
bagian tubuh berubah
kehilangan bagian
Terapeutik
berlebihan menurun
tubuh 1) Diskusikan
4) Fokus pada bagian
Objektif :
perubahan tubuh dan
1) Kehilangan bagian tubuh menurun
5) Hubungan sosial fungsinya
tubuh
2) Diskusikan kondisi
2) Fungsi/struktur membaik
6) Fokus pada bagian stres yang
tubuh berubah atau
tubuh menurun mempengaruhi citra
hilang
tubuh
3) Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis
4) Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi
1) Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
2) Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra tubuh
3) Latih peningkatan
penampilan diri
4) Latih pengungkapan
kemampuan diri
kepada orang lain
maupun kelompok
Defisit Nutrisi Setelah diberikan asuhan Observasi
Penyebab :
keperawatan selama ....x 1) Identifikasi
1) Ketidakmampuan
24 jam Diharapkan status nutrisi
menelan makanan
2) Ketidakmampuan kebutuhan nutrisi 2) Identifikasi
mencerna makanan tercukupi dengan kriteria alergi dan intoleransi
3) Ketidakmampuan
hasil : makanan
mengabsorbsi
1) Pengetahuan tentang
nutrien 3) Identifikasi
pilihan makanan
4) Peningkatan makanan yang
yang sehat
kebutuhan disukai
meningkat
metabolisme
Gejala dan tanda mayor 2) Pengetahuan tentang 4) Identifikasi
Subjektif (tidak
asupan nutrisi yang kebutuhan kalori dan
tersedia)
tepat meningkat
Objektif 3) Frekuensi makan jenis nutrient
1) Berat badan
membaik
menurun minimal 5) Identifikasi
4) Nafsu makan
10% dibawah perlunya penggunaan
membaik
rentang ideal selang nasogastrik
5) Bising usus
membaik 6) Monitor asupan
6) Membran mukosa makanan
membaik
Terapeutik
1) Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2) Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
3) Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4) Berikan makan tinggi
serat untuk
mencegah konstipasi
5) Berikan suplemen
makanan , jika perlu
Edukasi
1) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

Resiko Gangguan Setelah diberikan asuhan Observasi


Integritas Kulit keperawatan ....x 24 jam 1) Identifikasi penyebab
Faktor resiko :
diharapkan gangguan gangguan integritas
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status integritas kulit teratasi kulit
nutrisi dengan kriteria hasil : Terapeutik
3) Penuruan mobilitas
1) Elastisitas meningkat 1) Lepaskan plester atau
4) Bahan kimia iriatif
5) Suhu lingkungan 2) Perfusi jaringan balutan secara
ekstrem meningkat perlahan
6) Terapi radiasi
3) Kerusakan lapisan 2) Bersihkan jaringan
7) Kelembaban
8) Perubahan kulit menurun nekrotik
pigmentasi 4) Perdarahan menurun 3) Pasang balutan
9) Faktor mekanis
5) Nyeri menurun sesuai jenis luka
10) Kurang terpapar
6) Pigmentasi abnormal 4) Jadwalkan perubahan
informasi tentang
menurun posisi setiap 2 jam
upaya
7) Nekosis menurun atau sesuai kondisi
mempertahankan
8) Suhu kulit membaik pasien
atau melindugi
9) Kemerahan menurun 5)
integritas kulit
Edukasi
1) Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi prosedur
debridement
Resiko Infeksi Setelah diberikan asuhan Observasi
Faktor Resiko
keperawatan ....x 24 jam 1) Monitor tanda dan
1) Penyakit kronis
2) Efek prosedur maka diharapkan resiko gejala infeksi lokal
invasif infeksi teratasi dengan dan sistemik
3) Malnutrisi
kriteria hasil : Terapeutik
4) Peningkatan
1) Demam menurun 1) Bersihkan dengan
paparan organisme
2) Kemerahan cairan NACL atau
patogen lingkungan
5) Ketidakadekuatan menurun pembersih
pertahanan tubuh 3) Nyeri menurun nontoksik sesuai
primer 4) Bengkak menurun kebutuhan
6) Ketidakadekuatan
5) Kadar sel darah 2) Pertahankan teknik
pertahanan tubuh
putih membaik steril saat
sekunder
6) Cairan berbau busuk melakukan
menurun perawatan luka
7) Sputum berwarna 3) Ganti balutan sesuai
hijau menurun jumlah eksudat dan
8) Kultur area luka drainase
membaik 4) Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
5) Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2) Ajarkan cara
mencuci tangan
yang benar
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian antibiotik
jika perlu

Resiko Perdarahan Setelah diberikan asuhan Observasi


Faktor Resiko :
keperawatan...x 24 jam 1) Monitor tanda dan
1) Aneurisma
2) Gangguan diharapkan resiko gejala perdarahan
gastroibtestinal perdarahan teratasi 2) Monitor nilai
3) Gangguan fungsi
dengan kriteria hasil : hematokrit/hemoglo
hati
1) Kelembaan bin sebelum dan
4) Komplikasi pasca
membran mukosa setelah kehilangan
partum
5) Gangguan meningkat darah
koagulasi 2) Kelembapan kulit 3) Monitor tanda-tanda
6) Efek agen
meningkat vital ortostatik
farmakologis
3) Hematuria menurun Terapeutik
7) Tindakan
4) Perdarahan pasca 1) Lakukan penekanan
pembedahan
8) Trauma operasi menurun atau balut tekan,
9) Kurang terpapar
5) Hemglobin jika perlu
informasi
membaik 2) Istirahatkan area
pencegahan
6) Hematokrit yang mengalami
perdarahan
membaik perdarahan
10) Proses keganasan
7) Tekanan darah 3) Pertahankan akses
membaik IV
8) Denyut nadi Edukasi
membaik 1) Jelaskan tanda-tanda
9) Suhu tubuh perdarahan
membaik 2) Anjurkan melapor
jika menemukan
tanda-tanda
perdarahan
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian cairan,
jika perlu
2) Kolaborasi
pemberian tranfusi
darah jika perlu

4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka
membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak
atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan.
(Zaidin Ali,2014). Implementasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).

5. Evaluasi
1. Nyeri akut
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Gelisah menurun
d. Kesulitan tidur menurun
e. Frekuensi nadi membaik
f. Pola nafas membaik
g. Tekanan darah membaik
h. Pola tidur membaik
2. Ansietas
a. Perilaku gelisah menurun
b. Perilaku tegang menurun
c. Konsentrasi membaik
d. Pola tidur membaik
e. Tekanan darah menurun
f. Frekuensi nadi menurun
g. Frekuensi pernafasan menurun
h. Pucat menurun
i. Orientasi membaik
3. Gangguan Citra Tubuh
a. Verbalisasi kehilangan bagian tubuh meningkat
b. Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
c. Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun
d. Fokus pada bagian tubuh menurun
e. Hubungan sosial membaik
f. Fokus pada bagian tubuh menurun
4. Defisit Nutrisi
a. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
b. Pengetahuan tentang asupan nutrisi yang tepat meningkat
c. Frekuensi makan membaik
d. Nafsu makan membaik
e. Bising usus membaik
f. Membran mukosa membaik
5. Resiko Gangguan Integritas Kulit
a. Elastisitas meningkat
b. Perfusi jaringan meningkat
c. Kerusakan lapisan kulit menurun
d. Perdarahan menurun
e. Nyeri menurun
f. Pigmentasi abnormal menurun
g. Nekosis menurun
h. Suhu kulit membaik
i. Kemerahan menurun
6. Resiko Infeksi
a. Demam menurun
b. Kemerahan menurun
c. Nyeri menurun
d. Bengkak menurun
e. Kadar sel darah putih membaik
f. Cairan berbau busuk menurun
g. Sputum berwarna hijau menurun
h. Kultur area luka membaik
7. Resiko Perdarahan
a. Kelembaan membran mukosa meningkat
b. Kelembapan kulit meningkat
c. Hematuria menurun
d. Perdarahan pasca operasi menurun
e. Hemglobin membaik
f. Hematokrit membaik
g. Tekanan darah membaik
h. Denyut nadi membaik
i. Suhu tubuh membaik

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC


Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer
Lab. UPF Bedah, 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi , RSDS-FKUA, Surabaya

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta


PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta
PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai