Anda di halaman 1dari 137

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA


DI UPTD PUSKESMAS AMBARAWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :
PUTRI AMALIA INDAH
NIM. 010116A002

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
Universitas Ngudi Waluyo
Fakultas Keperawatan
Program Studi S1 Keperawatan
Skripsi, Juli 2020
Putri Amalia Indah
010116A002

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) IBU


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI UPTD PUSKESMAS
AMBARAWA
xv + 89 halaman + 2 gambar + 2 tabel + 12

ABSTRAK

Latar belakang : Diare merupakan salah satu permasalahan kesehatan


yang utama untuk anak dibawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Tingginya angka
kejadian diare pada balita dapat di sebabkan oleh banyak faktor, salah satunya
adalah perilaku hidup bersih dan sehat ibu, karena ibu adalah orang yang
mengasuh ataupun berinteraksi dengan anak maka secara langsung perilaku ibu
dapat berpengaruh pada kesehatan balita. Tujuan dan manfaat : Untuk
mendapatkan gambaran tentang Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) ibu dengan Kejadian Diare pada Balita.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode metanalisis dengan
meninjau berbagai literatur dari beberapa jurnal, yang terdiri dari 4 jurnal nasional
dan 1 jurnal internasional, jurnal yang di teliti sebagian besar meggunakan metode
cross sectional dan instrumen kuisioner PHBS rumah tangga yang telah di
sesuaikan. Hasil: Dari literatur review yang dilakukan pada 5 jurnal didapatkan
hasil jurnal pertama menyimpulkan ada hubungan PHBS ibu dengan kejadian
diare pada balita, jurnal kedua menerangkan ada hubungan perilaku hidup bersih
dan sehat dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Lubuk Buaya Padang
tahun 2018. Hasil jurnal ketiga adalah ada hubungan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare, jurnal keempat menyatakan ada
hubungan signifikan antara PHBS ibu dengan kejadian diare pada anak balita (1-5
tahun) di Posyandu Mawar Kelurahan Merjosari Kota Malang, lalu jurnal kelima
menyatakan praktik mencuci tangan ibu sangat berpengaruh pada angka kejadian
diare pada balita.
Kesimpulan dan saran : Perilaku hidup bersih dan sehat ibu terbukti
berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Maka diharapkan ibu
meningkatkan pengetahuan untuk bisa terbiasa melakukan kebiasaan perilaku
hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dan menggunakan jamban yang
sehat.

Kata kunci : Perilaku, hidup bersih dan sehat, ibu, diare, balita
Kepustakaan : 42 (2009-2019)

ii
Universitas Ngudi Waluyo
Faculty of Nursing
Nursing Study Program
Final Project, July 2020
Putri Amalia Indah
010116A002

THE CORRELATION BETWEEN CLEAN AND HEALTHY LIFE OF A


MOTHER AND DIARRHEA IN TODDLERS AT UPTD PUBLIC HEALTH
CENTER AMBARAWA
xv + 89 pages + 2 pictures + 2 tables + 12 attachments

ABSTRACT

Background: Diarrhea is one of the main health problems for children


under 5 years of age worldwide. The high incidence of diarrhea in toddlers can be
caused by many factors, one of which is the behavior of the mother's clean and
healthy life, because the mother is the person who cares for or interacts with the
child, the mother's behavior can directly affect the health of the children. Purpose
and benefits: To get an overview of the correlation between clean and healthy
life behaviors of mothers and the incidence of diarrhea in toddlers.
Methods: This study uses a metanalytic method by reviewing various
literatures from several journals, consisting of 4 national journals and 1
international journal, most of the journals studied use the cross sectional method
and the adjusted household healthy life behavior questionnaire instrument.
Results: From the literature review conducted in 5 journals, the results of the first
journal concluded that there was a relationship between maternal healthy life
behaviour and the incidence of diarrhea in toddlers, the second journal explained
that there was a relationship between clean and healthy living habits and the
incidence of diarrhea in children under five at public health center Lubuk Buaya
Padang in 2018. Third journal results is there is a relationship between the
mother's clean and healthy lifestyle with the incidence of diarrhea, the fourth
journal states that there is a significant relationship between maternal healthy
lifestyle and the incidence of diarrhea in children under five (1-5 years) at
Posyandu Mawar, Merjosari Village, Malang City, then the fifth journal states the
practice of washing mother's hands greatly affects the incidence of diarrhea
among children under five.
Conclusions and suggestions: Maternal hygiene and health behavior is
proven to be associated with the incidence of diarrhea in toddlers. So it is hoped
that mothers will increase their knowledge so that they can become accustomed to
habitual hygiene and healthy living habits such as washing hands and using
healthy latrines.

Keywords : Healthy Behavior, Mother, Diarrhea,Toddlers


Literatures : 42 (2009-2019)

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul :
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) IBU
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI UPTD
PUSKESMAS AMBARAWA

Oleh :
PUTRI AMALIA INDAH
NIM. 010116A002

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah


Diperkenankan untuk diujikan

Ungaran, Agustus 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Mona Saparwati, S.Kp., M.Kep Ns. Fiki Wijayanti, S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0628127901 NIDN. 0609018805

iv
PENGESAHAN

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi:

Nama : Putri Amalia Indah

Tempat, tanggal lahir : Kabupaten Semarang, 16 September 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dusun Kadipiro RT 08 RW 03, Desa Pasekan

Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Riwayat Pendidikan :

1. TK Wiyata Rini : Tahun 2001-2003

2. SDN Panjang 4 : Tahun 2003-2009

3. SMP Negeri 2 Ambarawa : Tahun 2009-2012

4. SMK Farmasi Putra Bangsa Salatiga : 2012-2015

5. Universitas Ngudi Waluyo : Tahun 2016 – sekarang

Data Orang Tua:

Nama Ayah : Sugito

Nama Ibu : Minarsih

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Dusun Kadipiro RT 08 RW 03, Desa Pasekan Kecamatan

Ambarawa, Kabupaten Semarang.

vi
PERNYATAAN ORISINILITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya,


Nama : Putri Amalia Indah
NIM : 010116A002
Mahasiswa : Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Ngudi Waluyo

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. Skripsi berjudul “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita di UPTD Puskesmas
Ambarawa” adalah karya ilmiah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik apapun di perguruan tinggi manapun.
2. Skripsi ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang dibimbing dan
dibantu oleh tim pembimbing dan narasumber.
3. Skripsi ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah
dipublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah sebagai
acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta dicantumkan
dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran di dalam penelitian ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas
Ngudi Waluyo.

Semarang, Juli 2020


Yang membuat pernyataan,

Putri Amalia Indah

vii
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Putri Amalia Indah
NIM : 010116A002
Mahasiswa : Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Ngudi Waluyo

Menyatakan memberi kewenangan kepada Universitas Ngudi Waluyo


untuk menyimpan, mengalih media/formatkan, merawat, mempublikasikan
Skripsi saya yang berjudul “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita di UPTD Puskesmas
Ambarawa” untuk kepentingan akademik.

Ungaran, Juli 2020


Yang membuat pernyataan

Putri Amalia Indah

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi dengan judul, “Hubungan Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di UPTD

Puskesmas Ambarawa”, dapat terselesaikan. Kesempatan dan ridhoNya yang

sangat berarti bagi penulis, kasih sayang dari-Nya tidak ada yang mampu

menandingi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa kerja keras,

semangat dan doa dari berbagai pihak. Penulis dengan segenap ketulusan dan

kerendahan hati, ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. Subyantoro, M. Hum selaku Rektor Universitas Ngudi Waluyo

2. Rosalina, S.Kep., M.Kep.,Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Ngudi Waluyo

3. Ns. Umi Aniroh, S.Kep., M.Kes, selaku ketua program studi S1 Keperawatan

Universitas Ngudi Waluyo

4. Ns. Mona Saparwati, S.Kp., M.Kep, selaku pembimbing utama yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam

penulisan skripsi ini

5. Ns. Fiki Wijayanti, S.Kep.,M.Kep, selaku pembimbing pendamping yang

telah banyak memberikan waktu, bimbingan, arahan, dan masukan dalam

penyususnan skripsi ini

ix
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo yang

telah memberikan arahan dan ilmunya selama perkuliahan.

7. Kepada orang tua saya (Bapak Sugito dan Ibu Minarsih) yang telah

memberikan semangat, motivasi, doa, materi selama ini agar dapat

menyelesaikan skripsi ini

8. Para sahabat, teman dekat, saudara dan keluarga besar saya yang selama ini

selalu memberikan semangat dan dukungan yang tak terhingga

9. Teman-teman mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo, terutama teman-teman

dari Program Studi S1 Keperawatan angkatan 2016

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini

11. Tidak lupa untuk diri saya sendiri, terima kasih telah berjuang sejauh ini.

Kamu hebat!

Akhir kata penulis berharap kepada Allah SWT semoga membalas semua

kebaikan dari pihak-pihak yang telah penulis sebutkan diatas. Diharapkan skripsi

ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kata sempurna, kritik, dan saran yang membangun selalu terbuka

demi kesempurnaan penelitian ini.

Ungaran, Juli 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


ABSTRAK................................................................................................... ii
ABSTRACT................................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... vi
PERNYATAAN ORISINILITAS................................................................ vii
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI................................................... viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 8
C. Tujuan ....................................................................................... 9
D. Manfaat...................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kejadian Diare Pada Balita........................................................ 11
1. Konsep Balita....................................................................... 11
2. Tumbuh Kembang Balita..................................................... 12
3. Diare..................................................................................... 19
B. Konsep PHBS............................................................................ 32
1. Pengertian PHBS.................................................................... 32
2. Tatanan PHBS........................................................................ 33
3. PHBS pada tatanan rumah tangga.......................................... 38
C. Hubungan PHBS ibu dengan kejadian diare pada Balita........... 40
D. Kerangka Teori.......................................................................... 42

xi
E. Kerangka Konsep....................................................................... 43
F. Hipotesis Penelitian.................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
I. Metode Yang Direncanakan Sebelumnya........................................ 44
A. Desain Penelitian........................................................................ 44
B. Lokasi dan Waktu Penelitan...................................................... 44
C. Subyek penelitian....................................................................... 44
D. Definisi operasional................................................................... 47
E. Variabel penelitian..................................................................... 48
F. Pengumpulan Data..................................................................... 48
G. Pengolahan data......................................................................... 56
H. Analisis data............................................................................... 59
II. Metode Penyesuaian Dengan Pendekatan Meta Analisis................ 60
A. Deskripsi Metode Pendekatan Meta Analisis............................ 60
B. Informasi jumlah dan jenis artikel............................................. 62
C. Isi artikel ................................................................................... 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Relevansi Metode ...................................................................... 73
B. Relevansi Hasil ......................................................................... 79
C. Pernyataan Hasil........................................................................ 87
D. Keterbatasan .............................................................................. 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 88
B. Saran........................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................... 47


Tabel 3.2 Kisi-kisi kuisioner PHBS ............................................................ 51

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep..................................................................... 42


Gambar 2.2 Kerangka Teori......................................................................... 43

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Studi Pendahuluan


Lampiran 2. Surat Balasan studi pendahuluan
Lampiran 3. Surat Ijin Validitas
Lampiran 4. Surat Balasan Ijin Validitas
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dan Mencari Data
Lampiran 6. Surat Balasan Ijin Penelitian dan Mencari Data
Lampiran 7. Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 8. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 9. Lembar Kuesioner PHBS Ibu
Lampiran 10. Hasil Validitas
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 12. Lembar Konsultasi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang utama untuk

anak dibawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Secara global, ada hampir 1,7

miliar kasus penyakit diare pada anak setiap tahun (WHO, 2017). WHO

memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta

diantaranya meninggal. Penyakit diare tersebut lebih banyak terdapat di

negara berkembang daripada negara maju, yaitu 12,5 kali lebih banyak di

dalam kasus mortalitas. Diare masih menjadi suatu problematika dan masalah

bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang terutama di Indonesia.

Angka mortalitas, morbiditas dan insidennya cenderung meningkat

(Kemenkes, 2011). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur

balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare (Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah, 2017)

Data menunjukan bahwa di Indonesia kejadian diare pada setiap balita

per tahunnya adalah 1,6 sampai 2 kali kejadian, sehingga secara keseluruhan

diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan

kematian sebanyak 200.000– 400.000 balita. Data profil kesehatan jawa

tengah 2018 menunjukan penderita Diare dari tahun 2014 – 2016 cenderung

mengalami penurunan namun naik di tahun 2017 dan 2018, diare pada balita

pada tahun 2018 yaitu sebesar 16.826 kasus. Data profil kesehatan jawa

1
tengah tahun 2016 untuk wilayah Kabupaten Semarang sendiri jumlah

penyebab kematian balita tertinggi adalah disebabkan oleh diare. Diare dari

tahun 2014 – 2016 cenderung mengalami penurunan namun naik di tahun

2017 dan 2018, total kasus diare tahun 2018 sebanyak 50.021 dengan jumlah

kasus terbanyak pada kelompok umur > 5 tahun sebanyak 33.195 kasus dan

terendah pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah 5.093 kasus. Diare pada

balita pada tahun 2018 yaitu sebesar 16.826, dari total kasus diare sebagian

besar penderita berobat ke puskesmas.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017

proporsi kasus diare yang ditangani di Jawa Tengah tahun 2017 sebesar 55,8

persen, menurun bila dibandingkan proporsi tahun 2016 yaitu 68,9 persen. Hal

ini menunjukkan penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan. Kasus

yang ditemukan dan ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah

maupun swasta belum semua terlaporkan.

Penyakit diare pada bayi dan anak dapat menimbulkan dampak yang

negatif yaitu menghambat proses tumbuh kembang anak sehingga dapat

menurunkan kualitas hidup anak (Astuti, W. P., Herniyatun, Yudha, 2011).

Gangguan pertumbuhan yang diakibatkan oleh diare terjadi karena asupan

makanan terhenti, sementara pengeluaran zat gizi terus berjalan. Infeksi yang

disebabkan oleh diare juga mempunyai kontribusi terhadap kekurangan

energi, protein dan zat gizi lain. Menurunnya nafsu makan menyebabkan

asupan makanan menjadi berkurang. Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa

mencapai dua kali kebutuhan normal karena meningkatnya metabolisme basal

2
20-60%. Infeksi juga dapat meningkatkan kebutuhan glukosa. Infeksi

berpengaruh terhadap absorspi dan katabolisme serta mempengaruhi praktek

pemberian makanan selama dan sesudah sakit (Kartini, 2008).

UNICEF melaporkan setiap detik satu anak meninggal karena diare.

Hal ini banyak terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia karena

buruknya perilaku higiene perorangan dan sanitasi masyarakat yang

dipengaruhi oleh rendahnya tingkat sosial, ekonomi dan pendidikan.

Fenomena dari rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah

tangga dan dampak diare yang akan ditimbulkan pada balita yang berdampak

pada penyakit-penyakit lain yang mungkin dapat menyertai karena diare dan

menyebabkan kualitas hidup balita menurun maka peneliti tertarik untuk

mengembangkan permasalahan pada penelitian yang berjudul “ Hubungan

Perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada balita”.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak

memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana

kebersihan, pembuangan tinja yang tidak hygienis, kebersihan perorangan dan

lingkungan yang jelek, serta pengolahan dan penyimpanan makanan yang

tidak semestinya. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung

dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agen

penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan

meningkatnya kerentangan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI

selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor

lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan

3
pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku

manusia. Apa bila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare

serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula maka

penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes, 2017).

Tingginya angka kejadian diare pada balita dapat di sebabkan oleh

banyak faktor, salah satunya adalah perilaku hidup bersih dan sehat ibu,

karena ibu adalah orang yang mengasuh ataupun berinteraksi dengan anak

maka secara langsung perilaku ibu dapat berpengaruh pada kesehatan balita.

Dampak dari perilaku yang tidak bersih bisa mempengaruhi perilaku

seseorang, termasuk perilaku di bidang kesehatan sehingga bisa menjadi

penyebab tingginya angka penyebaran suatu penyakit termasuk penyakit diare

yang mempunyai resiko penularan dan penyebaran cukup tinggi. Faktor

lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan

pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku

manusia. Apa bila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare

serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula maka

penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes RI, 2010). Perilaku

merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam menentukan derajat

kesehatan, karena ketiga faktor lain seperti lingkungan, kualitas pelayanan

kesehatan maupun genetika masih dapat dipengaruhi oleh perilaku. Perilaku

yang tidak sehat akan menimbulkan penyakit. Perubahan perilaku tidak mudah

untuk dilakukan, namun mutlak diperlukan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2010)

4
Dampak dari perilaku yang tidak bersih bisa mempengaruhi perilaku

seseorang, termasuk perilaku di bidang kesehatan sehingga bisa menjadi

penyebab tingginya angka penyebaran suatu penyakit termasuk penyakit diare

yang mempunyai resiko penularan dan penyebaran cukup tinggi. Penyakit

diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan juga dipengaruhi oleh

keadaan kebersihan baik perorangan (personal hygiene) maupun kebersihan

lingkungan perumahan, sanitasi yang baik dan memenuhi syarat kesehatan

serta didukung oleh personal hygiene yang baik akan bisa mengurangi resiko

munculnya suatu penyakit termasuk diantaranya penyakit diare. Personal

hygiene dan sanitasi lingkungan perumahan yang baik bisa terwujud apa bila

didukung oleh perilaku masyrakat yang baik atau perilaku yang mendukung

terhadap program-program pembangunan kesehatan termasuk program

pemberantasan dan program penanggulangan penyakit diare.

Perilaku kesehatan dapat diwujudkan dengan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI. NO.

1193/MENKES/SK/2004 adalah salah satu kebijakan nasional. Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk

menciptakan suatu kondisi baik perorangan, keluarga maupun kelompok

masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku serta sadar, mau

dan mampu mempraktekkan PHBS.

Hasil penelitian Edwin, Agustina dan Diana menunjukan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare pada anak usia 1-4 tahun

5
di Puskesmas Siantan Hilir pada tahun 2013. Perilaku ibu yang kurang

memperhatikan personal hygiene seperti mencuci tangan atau kurang

memperhatikan kualitas makanan tentunya dapat menyebabkan kuman

penyakit sehingga bisa menyebabkan diare pada anak. Perilaku kesehatan

dapat diwujudkan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan perilaku

hidup bersih dan sehat harus dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu PHBS

di rumah tangga sebagai upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga

agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Departemen

Kesehatan RI, 2009). Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada balita

tergantung kepada perilaku hidup bersih dan sehat ibu, karena balita masih

tidak bisa melakukan segala sesuatu dengan sendiri.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berdasarkan keputusan

Menteri Kesehatan RI. NO. 1193/MENKES/SK/2004 adalah salah satu

kebijakan nasional. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan program

pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi baik perorangan,

keluarga maupun kelompok masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan

perilaku serta sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara komunikasi informasi maupun melalui jalur edukasi.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terbagi dalam lima tatanan yakni: tatanan

rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan sarana kesehatan

dan tempat-tempat umum. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada

perkembangannya menunjukan jenis dan indikator yang berbeda-beda, di

6
masing-masing wilayah seiring dengan berlakukannya otonomi khusus

(Depkes, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna, Burhannudin dan Erika pada

tahun 2015 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan

antara perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare, penelitian

lain mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita

juga menunjukan hasil yang serupa dengan hasil terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu

dengan kejadian diare pada anak, penelitian yang dilakukan oleh Norma Dkk

juga menunjukan bahwa menyusui anak dengan ASI, tersedianya sanitasi

dasar dan personal hiegiene ibu berpengaruh terhadap kejadian diare pada

anak usia 6-12 bulan, namun ada hasil penelitian yang menunjukan tidak

adanya hubungan antara PHBS ibu dengan Kejadian diare pada balita yaitu

penelitian yang dilaksanakan oleh Desi pada tahun 2016 dengan judul

hubungan perilaku ibu terhadap hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan

kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas boloh kecamatan toroh.

Hal ini tentunya menjadi pertimbangan peneliti kenapa tertarik untuk meneliti

hal tersebut.

Hasil studi pendahuluan yang telah di laksanakan di Puskesmas

Ambarawa pada bulan Desember 2019 di peroleh data bahwa kejadian diare

masuk dalam 10 besar penyakit di puskesmas Ambarawa. Jumlah Balita di

wilayah puskesmas Ambarawa adalah 3.360 jiwa, dan jumlah anak usia Balita

yang mengalami diare selama rentang waktu Januari-November 2019 adalah

7
839 Balita. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap 10 ibu dengan balita

yang berkunjung ke pelayanan KIA Puskesmas Ambarawa dan di dapatkan

hasil pada indikator pemberian ASI eksklusif 6 dari 10 ibu tidak memberikan

ASI eksklusif pada balita, 2 ibu hanya memberikan susu formula sejak lahir

dan 4 ibu memberikan susu formula dan ASI. Pada indikator penggunaan air

bersih dari 10 ibu terdapat 5 ibu yang memenuhi kriteria penggunaan air

bersih. Pada indikator mencuci tangan dengan sabun dari 10 ibu didapatkan 5

ibu yang terbiasa mencuci tangan dengan sabun. Pada indikator penggunaan

jamban sehat 10 ibu memakai jamban sehat, semua balita dari ibu yang di

wawancara pernah mengalami diare dalam rentang waktu 6 bulan terakhir

dengan lama diare kurang dari 2 minggu. Kesenjangan data yang diperoleh

peneliti menunjukan bahwa 2 dari 10 ibu yang di wawancara memiliki PHBS

yang baik namun anaknya masih mengalami diare.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

Hubungan Perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada

balita di Puskesmas Ambarawa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan maka faktor PHBS

ibu dengan kejadian diare pada anak menjadi hal yang saling berkaitan dan

dapat berpengaruh pada angka kejadian diare pada Balita sehingga rumusan

masalah yang dapat di ambil yakni “ adakah hubungan antara perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare pada balita di puskesmas

Ambarawa ?“

8
C. Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang

kelayakan Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS) ibu dengan

Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Ambarawa yang akan dilakukan

melalui analisis berbagai hasil penelitian terkait.

D. Manfaat

1. Bagi instansi kesehatan Puskesmas

Penelitian ini dapat digunakan untuk referensi pembuatan program

penanganan diare dengan PHBS atau mengenai program PHBS.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat terkait dengan

perilaku ibu dalam penanganan diare terutama untuk penangan diare pada

Balita

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan dalam

menambah wawasan tentang gambaran perilaku ibu terhadap penanganan

diare pada Balita.

4. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan masyarakat

agar sadar akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat yang nantinya

9
dapat mengurangi angka kejadian diare pada balita di masyarakat maupun

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.

5. Bagi peneliti

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pengalaman yang

terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare

pada balita.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kejadian Diare Pada Balita

1. Konsep Balita

a. Definisi Balita

Balita adalah istilah umum untuk anak usia 1–3 tahun dan anak

pra sekolah 3-5 tahun. Saat masih Balita anak – anak masih bergantung

pada kedua orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti

mandi, buang air kecil atau besar dan makan, perkembangan bicara

dan berjalan sudah bertambah baik namun kemmpuan lain masih

terbatas (Sutomo, B dan Anggraini, 2010).

Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang

sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan

dasar yang akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan

kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan

intelegensia (Supartini, 2012).

b. Karakteristik balita

Karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu:

1) Anak usia 1-3 tahun

Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak

menerima makanan yang disediakan orang tuanya.

Lajupertumbuhan usia balita lebih besar dari usia prasekolah,

11
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang

lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu

diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan

dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan

yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering

(Septiari.B, 2012).

Anak akan semakin mandiri dan disertai kemampuan

mobilitas dan kognitif yang meningkat. Anak semakin menyadari

kemampuannya untuk melakukan kendali dan puas dengan hasil

yang dicapai lewat ketrampilan baru tersebut (Potter & Perry,

2010)

2) Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah

mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan

anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak

beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak

makanan yang disediakan orang tuanya (Septiari.B, 2012). Pada

masa prasekolah perkembangan fisik lebih lambat dibandingkan

kognitif dan psikososial (Potter & Perry, 2010).

2. Tumbuh kembang Balita

a. Proses tumbuh kembang

12
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda,

namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni

(Hartono, 2011):

1) Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah

(sefalokaudal).

Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak

akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar

menggunakan kakinya.

2) Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.

Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan

telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih

benda dengan jemarinya.

3) Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar

mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar,

menendang, berlari dan lain-lain.

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif.

Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta

jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung

proses multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-

ukuran tubuhnya (Wong, et all, 2009). Hal ini ditandai oleh:

1) Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.

2) Bertambahnya ukuran lingkar kepala.

3) Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.

13
4) Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.

5) Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku,

dan sebagainya.

Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis.

Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara

proporsional pada tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran

tubuhnya, artinya proses pertumbuhannya berlangsung baik.

Sebaliknya jika yang terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal

terjadinya gangguan atau hambatan proses pertumbuhan (Hartono,

2011).

Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan

balita adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi

badan yang terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan

bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi

badannya. Cara lainnya yaitu dengan pemantauan status gizi.

Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya

pada diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan

(maturasi) kemampuan personal dan kemampuan sosial (Hartoyo,

Sumarwan, U. ,Khomsan, 2010).

1) Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-

alat pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya.

Kemampuan fungsi pengindraan meliputi:

14
a) Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca

dan lain-lain.

b) Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak

pembicaraan dan lain-lain.

c) Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.

d) Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba

benda, dan lain-lain.

e) Pengecap , misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan

dan minuman.

Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi :

a) Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar,

mencoretcoret, menulis dan lain-lain.

b) Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-

lain.

c) Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.

d) Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi

dan lain-lain.

e) Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia,

percaya diri, empati, rasa iba dan lain-lain.

f) Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami,

mengerti, membandingkan dan lain-lain.

15
g) Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat,

merangkai, menciptakan objek dan lain-lain (Hartoyo,

Sumarwan, U. ,Khomsan, 2010).

2) Kemampuan sosial.

Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari

kemampuan personal yang makin meningkat. Dari situ lalu

dihadapkan dengan beragam aspek lingkungan sekitar, yang

membuatnya secara sadar berinterkasi dengan lingkungan itu.

Sebagai contoh pada anak yang telah berusia satu tahun dan

mampu berjalan, dia akan senang jika diajak bermain dengan anak-

anak lainnya, meskipun ia belum pandai dalam berbicara, ia akan

merasa senang berkumpul dengan anak-anak tersebut. Dari sinilah

dunia sosialisasi pada ligkungan yang lebih luas sedang dipupuk,

dengan berusaha mengenal teman-temanya itu (Ilham, 2009).

b. Kebutuhan utama dalam tumbuh kembang Balita

Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang

harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni :

1) Kebutuhan akan gizi (asuh)

Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh

kembang anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak.

Pada usia ini, perkembangan kemampuan berbahasa,

berkreativitas, kesadaran sosial, emosional dan inteligensi anak

berjalan sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka

16
menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita perlu

diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti makanan yang

diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai kebutuhannya,

berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti komposisi zat-zat

gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya.

Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan

otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun akan

berkembang sebagai dampak perkembangan bagian otak yang

mengatur sistem sensorik dan motoriknya. Pemenuhan kebutuhan

fisik atau biologis yang baik, akan berdampak pada sistem imunitas

tubuhnya sehingga daya tahan tubuhnya akan terjaga dengan baik

dan tidak mudah terserang penyakit (Sulistyoningsih, 2011).

2) Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih)

Pada tahun pertama kehidupannya, hubungan yang erat

antara ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk emnjamin

tumbuh kembang yang selarasa baik fisik, mental, maupum

psikososial. Kehadiran ibu sedini dan selanggeng mungkin akan

menjamin ras aman bagi bayi . hal ini diwujudkan dengan kontak

fisik ( kulit/mata) dan psikis sedini mungkin misalnya dengan

menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahur. Kasih sayang

yang kurang dari ibu pada tahun – tahun pertma kehidupannya

akan berddampak negatif pada tumbuh kembangnya naik

fisik,mental maupun emosi. Kasih sayang dari orangtua akan

17
menciptakan ikatan yang erat ( bonding) dan kepercayaan dasar (

basic trust ). (Yuliastati & Amelia Arnis, 2016)

Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan

perhatian dan kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan

nyaman kepada si anak. Orang tua perlu menghargai segala

keunikan dan potensi yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat

atas kebutuhan emosi atau kasih sayang akan menjadikan anak

tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam kemampuannya

membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Orang tua

harus menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-

anaknya. Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah meniru

unsurunsur positif, jauhi kebiasaan memberi hukuman pada anak

sepanjang hal tersebut dapat diarahkan melalui metode pendekatan

berlandaskan kasih sayang (Almatsier, 2011).

3) Kebutuhan stimulasi dini (asah)

Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan

rangsangan tertentu pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini

dianjurkan ketika anak masih dalam kandungan dengan tujuan agar

tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal. Stimulasi

dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-sentuhan

lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan mengajari

anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal huruf dan

angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong munculnya

pikiran dan emosi positif, kemandirian, kreativitas dan lain-lain.

18
Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar dapat

merangsang kecerdasan majemuk (multiple intelligences) anak.

Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistic,

kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan

kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan intrapribadi

(intrapersonal), kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis

(Sulistyoningsih, 2011).

3. Diare

a. Definisi Diare

Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya

melewati, dan rheein, yang artinya mengalir atau lari) merupakan

masalah umum untuk orang yang menderita “pengeluaran feses yang

terlalu cepat atau terlalu encer” (Goodman & Gilman, 2012).

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau

cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari

biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Departemen Kesehatan

RI, 2011). Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar

dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu

hari (24 jam).

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses, diare

mungkin dalam volume besar atau sedikit dan dapat di sertai atau tanpa

darah, diare dapat terjadi karena adanya zat terlarut yang tidak dapat

diserap didalam feses, yang disebut diare osmotik, atau karena iritasi

19
saluran cerna. Penyebab tersering diare dalam volume besar akibat

iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus

besar (Corwin, 2009) .

b. Penyebab diare

Menurut Depkes RI 2017 banyak faktor yang secara langsung

maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya

diare, terdiri dari :

1) Faktor penjamu:

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden

beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut antara

lain:

a) Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung

antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman

penyebab diare seperti Shigella dan Cholerae.

b) Kurang gizi beratnya penyakit, lama dan risiko kematian

karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita

gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk.

c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat

pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4

minggu terakhir, hal ini sebagai akibat dari penurunan

kekebalan tubuh penderita.

20
d) Imunodefesiensi atau imunosupresi, keadaan ini mungkin

hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus

(seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti

pada penderita AIDS (Autoimune Deficiensy Syndrome) pada

anak imunosupresi berat.

2) Faktor perilaku dan lingkungan

Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana

penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan

berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apa bila faktor

lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta

berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula maka

penularan diare dengan mudah dapat terjadi.

3) Faktor Infeksi :

a) Bakteri : Salmonela: biasanya dari ingesti daging, unggas atau

produk susu, Escherichia Coli 0157 : paling sering berkaitan

dengan feses berdarah yang sangat banyak dan kram abdomen,

dapat mengarahke sindrom hemoloitik uremik.(Terry, 2014)

b) Virus : Rotavirus: ditandai dengan awitan demam dan muntah

akut, diikuti dengan feses encer dan berair, virus yang paling

sering menyebabkan diare virus, viru Norwalk: lebih sering

terjadi pada anak yang lebih tua dan dewasa; dikarakteristikan

dengan muntah, mual dan nyeri kram abdomen.

21
c) Parasit : Entamoeba histolytica : transmisi oral-fekal; lebih

umum diluar Amerika serikat; gejala kolitis umum terjadi

(Potter & Perry, 2010).

d) Cryptosporidium : menyebar melalui binatang ternak dan

orang; transmisi oral-fekal; diare berair, mual, mutah dan gejala

seperi fluejala klinis. Pada penderita dengan gangguan sistim

kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS,

cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan diare

yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik

(Zein, U., Sagala, K.H., Ginting. J., 2010).

4) Bukan Faktor infeksi :

a) Alergi makanan/keracunan ; susu sapi, protein (mufidah fathul,

2012)

b) Gangguan metabolik atau malabsorbsi dan malnutrisi, pada

malnutrisi terjadi penurunan proteksi barier mukosa usus yang

meningkatkan kerentanan terhadap infeksi enteral (Widoyono,

2011).

c) Iritasi / infeksi langsung pada saluran pencernaan oleh

makanan

d) Obat-obatan : antibiotic

e) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis

f) Psikologis contohnya rasa takut dan cemas (Arif dkk, 2000).

c. Klasifikasi

22
Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset) ,

yaitu :

1) Diare akut (< 2 minggu)

Diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak

yang sebelumnya sehat.

2) Diare kronis (> 2 minggu)

Diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan

kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to

thrive) selama masa diare tersebut.

Diare kronik sering juga dibagi-bagi menjadi :

a) Diare persisten (diare berkelanjutan) : diare yang disebabkan

oleh infeksi

b) Proct racted diare : diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu

dengan tinja cair dan frekuensi 4x atau lebih per hari.

3) Diare intrakbel : diare yang timbul berulang kali dalam waktu yang

singkat (misalnya 1-3 bulan).

4) Prolonged diare : diare yang berlangsung lebih dari 7 hari

5) Chronic non specific diarrhea : diare yang berlangsung lebih dari 3

minngu tetapi tidak disertai dengan gangguan pertumbuhan dan

tidak ada tanda-tanda infeksi maupun malabsorpsi (Suraatmaja,

2010).

d. Penatalaksanaan

23
Penatalaksanaan diare menurut Subdirektorat Pengendalian

Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan dalam Kementerian Kesehatan

RI dikenal dengan LINTAS diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare)

(Departemen kesehatan RI, 2015). Rehidrasi bukan satusatunya cara

untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta

mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak

kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.

Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

1) Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan

mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas

rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti

air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit merupakan cairan yang

terbaik bagi penderita diare untuk menggantikan cairan yang

hilang.

2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting

dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible

Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat

selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan

morfologi dan fungsi selama kejadian diare.

3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan

24
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk

memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat

dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang

masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang

minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.

Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah

mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang

mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering.

Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan

(Departemen kesehatan RI, 2015).

4) Antibiotik Selektif

Pemberian antibiotik hanya atas indikasi Antibiotika tidak

boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada

balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat

pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena

shigellosis), suspek kolera . Obat-obatan anti diare juga tidak boleh

diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak

bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah

berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun

meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar

menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat

25
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan

oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes, 2011).

5) Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Menurut buku saku lintas diare ( 2015 ), ibu atau pengasuh yang

berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:

a) Cara memberikan cairan dan obat di rumah

b) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan

bila : diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus,

makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah, tidak

membaik dalam 3 hari.

e. Manifestasi klinis

Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala

lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi

neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan

muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada

penyebabnya. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang

mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.

Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan

kehilangan air juga meningkat bila ada panas.

Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan

hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya

26
karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan

kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi

menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi

hipertonik atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa

tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat

(Jufrie, 2011).

f. Upaya pencegahan

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif

menurut Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran

Pencernaan dalam Kementerian Kesehatan RI (2011) yang dapat

dilakukan adalah:

1) Perilaku Sehat

Perilaku sehat terdiri dari pemberian ASI, makanan

pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci

tangan, menggunakan jamban, membuang tinja bayi dengan benar,

pemberian imunisasi campak.

a) Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi.

Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan

seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.

ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai

umur 6 bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama

27
masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain

seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air

atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang

kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan

tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya

bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare.

Keadaan seperti ini disebut memberikan ASI Eksklusif. Bayi

harus diberi ASI secara penuh sampai mereka berumur 6

bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI

harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain

(proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara

imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang

dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap

diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh

mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare

daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.

b) Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi

secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang

dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang

baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana

makanan pendamping ASI diberikan.

c) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

28
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan

melalui Fecal-Oral. Kuman tersebut dapat ditularkan bila

masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda

yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan

yang wadah atau tempat makan dan minum yang dicuci

dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh

penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko

menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang

tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi

risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air

yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai

dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

d) Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah

mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama

sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,

sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan

anak dan sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian

diare, yaitu menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%.

e) Menggunakan Jamban

29
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa

upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar

dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga

yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan

keluarga harus buang air besar di jamban. Banyak orang

beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak

benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada

anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara

benar yaitu mengumpulan tinja bayi dan membuangnya di

jamban. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang

tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

f) Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting

untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak.

Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga

pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh

karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi

berumur 9 bulan.

2) Penyehatan Lingkungan

a) Penyediaan Air Bersih

30
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat

ditularkan melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri,

hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata, dan berbagai penyakit

lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan

kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air

sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut,

penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus

tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap

dilaksanakan.

b) Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat

berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk,

tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat mencemari tanah dan

menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau

yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat.

Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk

mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus

disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang

ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh

pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir

dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun

atau dibakar.

31
c) Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah

tangga harus dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi

sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah

yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,

mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan

nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi

menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk

daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran pembuangan air

limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air

limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang

tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

B. Konsep PHBS

1. Pengertian PHBS

Berdasarkan uraian Kemenkes 2016 mengenai PHBS, PHBS

merupakan kependekan dari Pola Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan

pengertian PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena

kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu

menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif

dalam aktivitas masyarakat.

32
Perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) merupakan cerminan

pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga

kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua perilaku kesehatan yang

dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif

dalam kaegiatan – kefgiatan kesehatan di masyarakat merupakan

pengertian lain dari PHBS. (Atikah & Eni, 2012)

Perilaku hidup bersih sehat pada dasarnya merupakan sebuah

upaya untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui

individu, kelompok ataupun masyarakat luas dengan jalur – jalur

komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai informasi

yang dapat dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan

serta meningkatkan sikap dan perilaku terkait cara hidup yang bersih dan

sehat. PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan

sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar

mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup

bersih dan sehat.

Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan

pemuka atau pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga

pemberdayaan masyarakat dengan tujuan kemampuan mengenal dan tahu

masalah kesehatan yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan rumah

tangga sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih

sehat.

33
Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas

kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari

kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari

– hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah

terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal

pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga

kebersihan dan memenuhi standar kesehatan. (Kemenkes, 2016)

2. Tatanan PHBS

Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan

bagian dari tempat beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari. Berikut ini

5 tatanan PBHS yang dapat menjadi simpul – simpul untuk memulai

proses penyadartahuan tentang perilaku hidup bersih sehat :

a. PHBS di Rumah tangga

Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah

tangga yang bertujuan memberdayakan anggota sebuah rumah tangga

untuk tahu, mau dan mampu menjalankan perilaku kehidupan yang

bersih dan sehat serta memiliki peran yang aktif pada gerakan di

tingkat masyarakat. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat rumah

tangga adalah tercapainya rumah tangga yang sehat.

Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah

tangga yang dapat dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari

praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkatan rumah tangga.

Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :

34
1) Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga

kesehatan baik itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki

standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga

aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain

yang beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.

2) Pemberian ASI eksklusif

Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6

bulan menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan praktek

perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat rumah tangga.

3) Menimbang bayi dan balita secara berkala

Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan

pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu

sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat

menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan

kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara teratur juga dapat

memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.

4) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan

kebersihan diri sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai

jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.

5) Menggunakan air bersih

35
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani

hidup sehat.

6) Menggunakan jamban sehat

Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang

berkaitan dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk

keperluan pembersihan.

7) Memberantas jentik nyamuk

Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan

memutus siklus hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting

dalam pencegahan berbagai penyakit.

8) Konsumsi buah dan sayur

Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan

mineral serta serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal

dan sehat.

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun

aktivitas bekerja yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.

10) Tidak merokok di dalam rumah

Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan

masalah kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau

setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat menghindarkan

keluarga dari berbagai masalah kesehatan.

b. PHBS di Sekolah

36
PHBS di sekolah merupakan langkah untuk memberdayakan

siswa,guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar bisa dan mau

melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dalam menciptakan

sekolah yang sehat.

Contoh phbs di sekolah:

1) Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,

2) Mengkonsumsi jajanan sehat,

3) Menggunakan jamban bersih dan sehat

4) Olahraga yang teratur

5) Memberantas jentik nyamuk

6) Tidak merokok di lingkungan sekolah

7) Membuang sampah pada tempatnya, dan

8) Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk

menciptakan lingkungan yang sehat.

c. PHBS di Tempat kerja

Di tempat kerja (kantor, pabrik dan lain-lain), sasaran primer

harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Kerja

Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,

mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban

sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak

mengonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarang tempat,

memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

d. PHBS di Sarana kesehatan

37
Di fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, Puskesmas, rumah

sakit dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku

yang dapat menciptakan Fasilitas pelayanan kesehatan Ber-PHBS,

yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban

sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak

mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat,

memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

e. PHBS di Tempat umum

Di tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal,

dermaga dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikan perilaku

yang dapat menciptakan Tempat Umum Ber-PHBS, yang mencakup

mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat,

membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak

mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat,

memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

3. PHBS pada tatanan Rumah tangga

a. Manfaat PHBS pada tatanan rumah tangga

Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan

keluarga sehat dan mampu meminimalisir masalah kesehatan.

Manfaat PHBS di Rumah tangga antara lain, setiap anggota

keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah

38
terkena penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan

produktifitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS rumah

tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk

menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan

tercukupi gizi.

b. Sasaran PHBS pada tatanan rumah tangga

Rumah tangga sebagai salah satu sasaran Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) yang berarti mampu menjaga,

meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah

tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang

kurang kondusif untuk hidup sehat. Kondisi sehat dapat dicapai

dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku

yang sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga,

karena kesehatan perlu dijaga, di pelihara, dan ditingkatkan oleh

setiap anggota rumah tangga serta perjuangkan oleh semua pihak.

Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan tanggung jawab

setiap anggota rumah tangga. (Maryunani, 2013)

Sasaran PHBS rumah tangga adalah seluruh keluarga yaitu:

1) Pasangan usia subur

2) Ibu hamil dan menyusui

3) Anak dan remaja

4) Usi lanjut

5) Pengasuh anak. (Atikah & Eni, 2012)

39
Orang tua memiliki peran penting dalam kesehatan anaknya.

Orang tua menentukan pilihan jumlah dan kualitas pelayanan

kesehatan yang anaknya terima, makanan yang mereka makan,

jumlah aktivitas fisik yang dilakukan, dukungan emosianal yang

diberikan, serta kualitas lingkungan mereka sebelum dan sesudah

lahir.

c. PHBS ibu pada kejadian diare

Adisasmito menyatakan faktor ibu merupakan salah satu

faktor diare pada anak, dalam hal ini perilaku ibu yaitu

pengetahuan, sikap dan tindakan atau praktek merupakan faktor

resiko yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada

anak. Perilaku ibu yang sehat akan menurunkan resiko diare pada

balita. Ibu pada umumnya menjadi pengasuh yang lebih dominan

dalam keluarga terhadap anak-anaknya, seperti jumlah waktu dan

frekuensi interaksi yang lebih pada anak-anaknya. Perilaku hidup

bersih dan sehat sebagai kesatuan dari banyak tindakan kesehatan

dalam tatanan keluarga memiliki 10 indikator dimana beberapa

indikator tersebut merupakan tindakan pencegahan diare. Berikut

adalah 4 indikator PHBS ibu pada tatanan rumah tangga yang

berkaitan dengan kejadian diare pada Balita:

1) Pemberian ASI Eksklusif

2) Menggunakan air bersih dan sehat

3) Penggunaan jamban sehat

4) Mencuci tangan dengan air besih dan sabun.

40
C. Hubungan PHBS ibu dengan kejadian diare pada Balita

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku

yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang

menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong

dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS mencakup semua perilaku yang

harus dipraktikan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit,

penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi,

farmasi dan pemeliharaan kesahatan. Berdasarkan definisi tersebut maka

perilaku hidup bersih dan sehat merupakan perilaku terbuka atau tindakan,

Oleh karena itu dalam terbentuknya sebuah tindakan sangat dipengaruhi oleh

perilaku tertutup. Perilaku tertutup yang sangat penting dalam pembentukan

tindakan adalah pengetahuan. (Edwin Dermody Sirait Agustina Arundina T.

Tejoyuwono, 2013)

Diare pada balita bisa merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.

Lingkungan yang buruk di sekitar balita erat kaitannya dengan perilaku hidup

bersih dan sehat ibu yang buruk pula, sebaliknya perilaku hidup bersih dan

sehat ibu yang baik dapat mencegah terjadinya diare pada balita. Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga terdapat 10 indikator. Dari 10

indikator tersebut terdapat 4 indikator yang berkaitan dengan pencegahan

diare,yaitu memberikan ASI eksklusif, menggunakan air bersih, mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun, dan menggunakan jamban sehat.

41
Melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga di

kehidupan sehari-hari dengan baik berarti telah melakukan tindakan

pencegahan diare juga, oleh karena itu orang yang melakukan perilaku hidup

bersih dan sehat memiliki resiko lebih kecil menderita diare. (Edwin Dermody

Sirait Agustina Arundina T. Tejoyuwono, 2013).

Tingkat pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat yang

buruk dapat mempengaruhi kejadian diare. Ramdaniati dalam penelitiannya

mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu dengan meningkatnya pengetahuan

mengenai perilaku hidup bersih dan sehat maka perilaku hidup bersih dan

sehat juga dapat semakin baik dengan demikian resiko diare dapat menurun.

( Ramdaniyati, 2012)

42
D. Kerangka Teori

4 Indikator Perilaku hidup


bersih dan sehat dalam
tatananan rumah tangga yang
terkait dengan pencegahan
kejadian diare pada Balita :

a. Menggunakan air bersih


b. Mencuci tangan dengan
Faktor penyebab diare: air dan sabun
Faktor infeksi c. Menggunakan jamban
sehat
Faktor penjamu d. Memberi ASI eksklusif
Faktor perilaku dan
lingkungan
Sarana air bersih
Pembuangan tinja
Kejadian diare

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: ( Dinkes RI 2017, Kemenkes 2016, Edwin,
Diana & Agustina 2013, Atika & Eni,2012 )

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

43
E. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Perilaku Hidup Bersih dan Kejadian diare pada


Sehat Ibu balita

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara perilaku hidup

bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada Balita di UPTD Puskesmas

Ambarawa.

44
BAB III

METODE PENELITIAN

I. Metode Yang Direncanakan Sebelumnya

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat penelitian kuantitatif. Penelitian ini

bertujuan melihat hubungan perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan

kejadian diare pada balita sehingga menggunakan desain penelitian deskriptif

korelatif yaitu untuk melihat hubungan antara gejala dengan gejala lain atau

variabel dengan variabel lain, dan saat pelaksanaan penelitian menggunakan

pendekatan cross sectional bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen dilakukan pengukuran sekaligus dalam

waktu bersamaan (Notoatmojo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian merupakan tempat dan jadwal yang

dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat,

2014). Rencana penelitian ini akan dilakukan di UPTD Puskesmas Ambarawa

pada bulan januari 2020 namun karena tidak memungkinkan dilakukan maka

peneliti hanya melakukan uji validitas dan penelitian di ganti dengan metode

metanalisis literatur review.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang

memperiksakan balitanya di UPTD Puskesmas Ambarawa. Jumlah

45
populasi di ambil dari jumlah kunjungan balita di Puskesmas Ambarawa

satu bulan terakhir adalah 312 Balita.

2. Sampel

Sampel yang digunakan terlebih dahulu harus memenuhi kriteria

yang sesuai dengan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu

balita yang memperiksakan balitanya yang sakit diare di UPTD Puskesmas

Ambarawa

a. Penghitungan sampel

Rumus besar sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus

besar sampel yang ukuran populasinya sudah diketahui dengan pasti,

yaitu menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2013). Rumus Slovin

untuk ibu yang mempunyai Balita dengan tingkat signifikasi 0,1 :

N
n= 2
1+ N ( d)

312
n=
1+312(0,1)2

312
n=
4,12

n=75,728 dibulatkan menjadi 76

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat signifikasi (kesalahan yang bisa ditolerir)

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 76 orang responden

46
b. Kriteria sampel

Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi saat

menetapkan sampel, yaitu representatif ( mewakili) dan sampel harus

cukup banyak. Dalam penentuan sampel ini peneliti menggunakan

sampel baik inklusi maupun eksklusi yang bertujuan untuk membantu

mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel

yang kita teliti (Nursalam, 2013).

Kriteria sampel terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria-kriteria dari sampel yang cocok

atau sesuai dan memenuhi syarat penelitian dan juga mewakili dari

populasi (Arikunto, 2010). Adapun kriteria inklusi penelitian ini

sebagai berikut:

1) Ibu yang berkunjung dengan balita yang sakit diare di UPTD

puskemas Ambarawa

Kriteria eksklusi merupakan kriteria yang menyebabkan subjek

penelitian tidak dapat dijadikan sampel penelitian (Arikunto, 2010).

Adapun kriteria eksklusi penelitian ini sebagai berikut :

1) Ibu balita yang memenuhi syarat namun tidak bersedia menjadi

responden

c. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

Accidental sampling, menurut (Sugiyono, 2017) Accidental sampling

adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu

47
konsumen yang secara kebetulan / insidential bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data. Sampel pada penelitian ini

adalah ibu dan balita yang berkunjung di Puskesmas Ambarawa.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik (ciri-ciri) yang

diamati atau diukur dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2013)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala

Independen : Semua perilaku Kuesioner dengan Jumlah skor Ordinal


Perilaku kesehatan yang 24 pertanyaan yang
Hidup dilakukan oleh ibu atas dengan penilaian dikategorikan
Bersih dan kesadaran yang dapat jawaban sebagai berikut:
Sehat (PHBS) mempengaruhi kesehatan Baik : 25-48
ibu anggota keluarga dengan Skor untuk Kurang baik: 1-
indikator: pertanyaan 24
favorable yaitu:
a. Memberi ASI
eksklusif Ya : 1
Tidak : 0
b. Menggunakan air
bersih Skor untuk
pertanyaan
c. Mencuci tangan Unfavorable:
dengan air bersih dan Ya : 0
sabun Tidak : 1
d. Menggunakan
jamban sehat

Dependen: Anak pada usia 1-5 Rekam medis Jumlah skor Ordinal
Kejadian diare tahun yang mengalami yang diperoleh
pada Balita perubahan konsistensi di
feses dan buang air besar interpretasikan:
lebih dari 3 kali dalam 0 : diare
sehari dengan indikator: 1 : tidak diare

48
a. Feses cair
b. Buang air besar lebih
dari 3 kali sehari

E. Variabel Penelitian

1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan

sehat ibu

2. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita

F. Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

a. Peneliti meminta surat permohonan ijin studi pendahuluan dari kampus

fakultas ilmu keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran

b. Peneliti Mengajukan surat permohonan penelitian ke KESBANGPOL

Kabupaten Semarang. Mengajukan surat ke Dinas Kesehatan

Kabupaten Semarang, dan memberikan surat ke Dinas penelitian

Kabupaten Semarang.

c. Peneliti mengajukan surat penelitian ke Puskesmas Ambarawa dan

memohon ijin kepada kepala Puskesmas Ambarawa untuk melakukan

penelitian

2. Asisten penelitian

49
a. Guna mengefektifkan waktu maka dalam penelitian ini digunakan 2

asisten peneliti yang sebelumnya sudah melakukan persamaan persepsi

dengan peneliti dan mampu membantu penelitian ini.

b. Penelitian ini dibantu oleh asisten peneliti yang telah diinformasikan

tentang waktu penelitian, pembagian sampel dan tempat pengambilan

data serta cara pengambilan data di lapangan.

c. Tugas asisten peneliti sama dengan peneliti, yaitu: memberikan

informed consent kepada responden, menjelaskan tata cara pengisian

kuisioner, menyebarkan kuesioner, menarik kembali kuesioner yang

sudah dibagikan, mengecek apakah kuesioner sudah diisi dengan

lengkap atau belum oleh responden.

3. Proses pengumpulan data

a. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu melakukan persamaan

persepsi bersama asisten tentang cara pengisian kuisioner.

b. Peneliti dan asisten mendatangi responden yang berkunjung ke

puskesmas Ambarawa. Hal ini dilakukan untuk memberikan

sosialisasi, menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, kemudian

meminta kesediaan responden.

c. Calon responden yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia

selanjutnya menandatangani surat persetujuan menjadi responden

d. Selanjutnya peneliti dan asisten membagikan dan menjelaskan cara

pengisian kuesioner PHBS ibu dan kejadian diare pada balita kepada

responden.

50
e. Setelah responden mengisi semua kuesioner, peneliti dan asisten

meneliti kembali apakah kuesioner telah dijawab dengan lengkap oleh

responden, bila belum terisi lengkap maka responden diminta untuk

melengkapi terlebih dahulu kuesioner tersebut. Apabila kuesioner telah

lengkap maka peneliti dan asisten dapat menarik kuesioner tersebut

4. Jenis data

Jenis data menurut Sujarweni (2014) data yang di peroleh terbagi atas dua

jenis data yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari

responden berupa kuesioner perilaku hidup bersih dan sehat ibu

( PHBS ) dan data kejadian diare pada Balita.

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa data diagnosis sakit

balita dari rekam medis balita yang berkunjung dan data jumlah

kunjungan ibu dan balita di puskesmas Ambarawa.

5. Alat pengumpulan data

Instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner. Skala pengukiran yang digunakan dalam kuisioner ini

adalah skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

51
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau

pertanyaan. Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah semua

responden diminta untuk mengisi kuesioner yang telah dijelaskan terlebih

dahulu oleh peneliti. Kuisioner dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner perilaku hidup bersih dan sehat ibu

Kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dibuat

berdasarkan indikator dalam variabel Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS). Dengan beberapa indikator pertanyaan yaitu memberi ASI

eksklusif, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun, menggunakan jamban sehat. Pada kuisoner ini terdiri dari

24 pertanyaan yang terdiri dari 12 pertanyaan favorable dan 12

pertanyaan unfavorable , pada item favorable nilai jawaban adalah YA

: 1 dan TIDAK : 0, pada item Unfavorable nilai jawaban adalah YA : 0

dan TIDAK : 1. Hasil jawaban untuk kuisioner PHBS ibu kemudian

dapat dikategorikan berdasarkan jumlah skor dari seluruh pertanyaan

sebagai berikut : skor 1-24 : kurang baik dan skor 25-48 : Baik

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuisoner PHBS

Item Jumlah
Aspek Indikator perilaku
favorable Un favorable
Memberikan 1. Apakah ibu hanya 1 2,3 3
ASI memberikan ASI saja
Eksklusif pada bayi sampai berumur

52
Item Jumlah
Aspek Indikator perilaku
favorable Un favorable
6 bulan?
2. Apakah ibu memberikan
makanan tambahan
(madu, bubur, jus) selain
ASI kepada bayi sebelum
berusia 6 bulan?
3. Apakah pada saat bayi
berusia kurang dari 6
bulan diberikan susu
formula jika ASI tidak
cukup?

Menggunaka 1. Apakah Ibu menggunakan 5,6,7,8,10 4,9,11,12,13 10


n air bersih air sungai untuk mencuci
peralatan makan dan
minum ?
2. Apakah Ibu menggunakan
air bersih ( seperti : air
pompa/air ledeng/ sumur
gali/ air kemasan ) untuk
mencuci bahan makanan?
3. Apakah Ibu menggunakan
air bersih ( seperti : air
pompa/ sumur gali/ air
ledeng atau air kemasan )
untuk mencuci tangan ?
4. Apakah Ibu
membersihkan tempat
penampungan air minum
sekali seminggu?
5. Apakah sumber air yang
digunakan berjarak 10
meter dari tempat
penampungan kotoran,
limbah atau septic tank ?
6. Apakah Ibu menyimpan
air ditempat
penampungan air yang

53
Item Jumlah
Aspek Indikator perilaku
favorable Un favorable
terbuka?
7. Apakah Ibu memberikan
minum dari air bersih
yang dimasak sampai
mendidih?
8. Apakah Ibu menggunakan
air sungai untuk mandi?
9. Apakah air bersih yang
tersedia kurang
mencukupi untuk
kebutuhan sehari-hari?
10. Apakah Ibu mencuci
pakaian bayi di sungai?

Mencuci 1. Apakah Ibu langsung 15 14,16 3


tangan memegang makanan
dengan air tanpa mencuci tangan
dan sabun terlebih dahulu
menggunakan air dan
sabun?
2. Apakah Ibu mencuci
tangan dengan air bersih
(tidak berwarna, tidak
berbau, tidak keruh, tidak
berasa) dan sabun setelah
buang air besar dan
menceboki bayi ?
3. Apakah Ibu mencuci
tangan saja tanpa pakai
sabun ketika mau
melakukan sesuatu?

Menggunaka 1. Apakah Ibu melakukan 18,19,20,21,24 17,22,23 8


n jamban buang air besar di sungai?
sehat
2. Apakah Ibu melakukan
buang air besar di jamban
yang terdapat di rumah?
3. Apakah jamban yang ibu
gunakan berjenis jamban

54
Item Jumlah
Aspek Indikator perilaku
favorable Un favorable
leher angsa?
4. Apakah jamban yang
digunakan mempunyai
septictank?
5. Apakah Ibu membuang
tinja/kotoran bayi di
jamban rumah?
6. Apakah Ibu
membersihkan jamban
ketika terlihat kotor saja?
7. Apakah Ibu membuang
tinja/kotoran bayi di
pekarangan dekat rumah?
8. Apakah jamban yang
digunakan bersih dan
tidak berbau?

Jumlah 12 12 24

b. Kejadian diare pada balita

Data kejadian diare pada balita dilihat dari riwayat balita

mengalami diare dalam rekam medis di pelayanan KIA puskesmas

Ambarawa. Dan kategori hasil interpretasi data kejadian diare adalah

skor 0 : diare dan skor 1 : Tidak diare

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas dianggap valid jika benar-benar dapat dijadikan

alat untuk mengukur apa yang akan diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji

validitas menunjukkan alat ukur benar-benar mengukur apa yang

seharusnya diukur dalam penelitian. Kuesioner yang disusun oleh

55
peneliti perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item

pertanyaan dengan skor total kuesioner untuk mengetahui kuesioner

tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur (Notoatmojo, 2010).

Uji validitas ini dilakukan pada 10 responden ibu yang

memiliki Balita di UPTD puskesmas Bergas yang memiliki

karakteristik hampir sama dengan UPTD puskesmas Ambarawa. Pada

penelitian ini uji validitas instrumen pengumpulan data menggunakan

Pearson Product Moment (r). Hasil untuk melihat valid atau tidaknya

instrumen maka nilai r hitung dibandingkan dengan r tabel dimana

taraf signifikan yang digunakan adalah 5%. Instrumen valid jika r

hitung > r table dan tidak valid jika r hitung < r tabel. Taraf signifikan

yang digunakan adalah 5%, maka pada penelitian ini memiliki r tabel =

0,444 (N = 10, Taraf Signifikan = 5%). Hasil uji validitas yang

didapatkan di puskesmas bergas dengan kuisioner 24 pertanyaan

adalah seluruh pertanyaan valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas akan dilakukan setelah pertanyaan dinyatakan

valid dengan menggunakan cronbach alpha. Hasil uji reliabilitas,

kuisoner atau alat ukur dinyatakan reliabel jika nilai cronbach alpa > r

tabel (Setiadi, 2008). Untuk mendapatkan uji reliabilitas dapat

dilakukan dengan membandingkan nilai r alpha dengan r tabel. Dengan

nilai r hasil adalah nilai alpha dimana nilai r alpha > r tabel maka

pertanyaan tersebut reliabel (Sugiyono, 2017). Hasil uji realibilitas di

puskesmass bergass adalah 0,980 yang dapat di simpulkan bahwa

kuisioner perilaku hidup bersih dan sehat ibu ini reliabel.

56
7. Etika penelitian

Penelitian dilaksanakan menekankan pada masalah etika yaitu:

a. Lembar persetujuan penelitian (informed consent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan

agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak

yang akan terjadi saat pengumpulan data. Subyek penelitian atau

responden diberi hak untuk bersedia atau tidak bersedia dalam

penelitian yang akan dilakukan dengan menjelaskan hak dan

kewajiban responden serta peneliti. Responden yang bersedia diteliti

dianjurkan menandatangani lembar persetujuan dan sebagai bukti

bahwa responden bersedia untuk memberikan informasi terkait dengan

penelitian yang dilakukan. Responden yang tidak bersedia akan

dihormati haknya dan peneliti tidak memaksakan calon responden

tersebut untuk diteliti.

b. Anonymity

Peneliti menjaga kerahasiaan responden, peneliti, dan asisten.

Peneliti tidak mencamtumkan nama atau indentitas responden, namun

hanya menulis kode nama atau nomor respoonden saja. Hal tersebut

untuk mengantisipasi jika ada ketidaknyamanan dari calon responden

jika namanya dicantumkan dalam kuesioner. Semua responden tidak

merasa keberatan jika identitasnya dirahasiakan oleh peneliti.

c. Confidentiallity

Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan

oleh responden dan dijaga hanya untuk kepentingan penelitian. Peneliti

57
tidak mempublikasikan hasil penelitian yang diperoleh kepada yang

tidak berkepentikan, dan memusnahkan setelah penelitian selesai.

d. Veracity

Peneliti terlebih dahulu mrimta persetujuan responden. Peneliti

memberikan penjelasan secara lengkap tentang penelitian terkait

tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian yang dilakukan.

e. Non maleficence

Proses pengambilan data dilakukan di lingkungan aman,

peneliti mengatur posisi yang nyaman bagi responden selama proses

pengukuran. Peneliti tidak menggunakan alat ukur yang berbahaya

atau dapat mencederai responden selama proses pemnelitian.

f. Berbuat baik (beneficence)

Proses penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan manfaat

bagi responden.

G. Pengolahan Data

Berdasarkan hasil pengumpulan data, dikumpulkan dan diolah,

tujuannyya untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dan

menyajikan dalam susunan yang lebih rapi. Pengolahan data dilakukan dengan

beberapa tahapan yaitu:

1. Editing

Peneliti dan asisten peneliti melakukan pemeriksaan data,

kelengkapan pengisian, kesalahan dan konsistensi dari setiap jawaban

setelah semua responden telah selesai mengisi semua pertanyaan yang

58
diajukan dalam kuesioner. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data

sehingga apabila ada kekurangan data dapat segera dilengkapi. Hasil

proses yang dilakukan peneliti di tempat penelitian menunjukkan bahwa

semua pertanyataan yang ada di kuesioner telah terisi oleh responden dan

tidak ada yang terlewatkan.

2. Scoring

Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor pada

pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku responden.

Scoring kuisioner PHBS

Alternatif Jawaban Item Favourable Item Unfavourable

Ya Skor 1 Skor 0
Tidak Skor 0 Skor 1

Scoring kejadian diare

Diare : skor 0

Tidak diare : skor 1

3. Coding (pemberian kode)

Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk bilangan/angka. Kegunaan coding adalah mempermudah

pada saat analisis data dan juga pada saat entry data.

Coding PHBS ibu

a. Kategori kurang baik : kode 1

59
b. Kategori baik : kode 2

Coding kejadian diare

a. Diare : kode 0

b. Tidak diare : kode 1

4. Tabulating

Tabulating penyusunan data merupakan pengorganisasian

sedemikian rupa agar dengan mudah di jumlahkan, disusun dan ditata

untuk disusun dan dianalisis. Penelitian melakukan penyusunan data

hasil koding berdasarkan hasil pemeriksann responden untuk

mengukur variabel yang diteliti.

5. Entering

Peneliti melakukan proses pemasukan data ke dalam komputer

setelah tabel tabulasi selasai untuk selanjutnya dilakuakn analisa data

dengan menggunakan program microsoft excel.

6. Transfering (pemindahan)

Peneliti melakukan pemindahan skor dan kode yang telah

dimasukkan ke dalam komputer yaitu program microsoft excel ke

dalam program SPSS untuk meningkatkan akurasi dan mempercepat

proses analisis data.

7. Cleansing

Peneliti memastikan bahwa seluruh data yang dimasukkan ke

dalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya atau untuk

60
mencari ada kesalahan atau tidak pada data yang sudah di entry setelah

itu data dimasukkan ke dalam program SPSS .

H. Analisis Data

1. Analisis univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap

variabel (Notoatmojo, 2010). Penelitian melakukan analisis univariat

dengan tujuan untuk mengetahui :

a. Gambaran perilaku hidup bersih dan sehat ibu di UPTD Puskesmas

Ambarawa.

b. Gambaran kejadian diare pada Balita di UPTD Puskesmas Ambarawa.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, 2010). Uji yang digunakan

dalam penelitian ini adalah uji Kendall Tau. Hasil dikatakan ada hubungan

bilap-value< 0,05. Dengan Syarat uji Kendall Tau adalah mencari

hubungan antar dua variabel atau lebih hingga mengetahui keeratan antara

dua variabel, semakin tinggi nilai keeratan hubungan kedua variabel maka

semakin kuat hubungan antara variabel tersebut, masing-masing variabel

bertipe ordinal dan Sampel berpasangan yang mempunyai hubungan antar

variabel positif ataupun negatif, disebut korelasi positif jika 2 variabel

yang berkorelasi berjalan paralel atau searah dan disebut korelasi negatif

61
jika 2 variabel yang berkorelasi itu berjalan dengan arah yang berlawanan,

bertentangan atau berkebalikan.

Kriteria keeratan hubungan antar variabel adalah sebagai berikut :

a. 0,00-0,19 = hubungan sangat lemah

b. 0,20-0,39 = hubungan lemah

c. 0,40-0,59 = hubungan cukup kuat

d. 0,60-0,79 = hubungan kuat

e. 0,80-1,00 = hubungan sangat kuat

II. Metode Penyesuaian Dengan Pendekatan Meta Analisis

A. Deskripsi Metode Pendekatan Meta Analisis

Metaanalisis merupakan suatu teknik statistika yang mengabungkan

dua atau lebih penelitian sejenis sehingga diperoleh paduan data secara

kuantitatif. Dilihat dari prosesnya, metaanalisis merupakan suatu studi

observasional retrospektif, dalam artian peneliti membuat rekapitulasi data

tanpa melakukan manipulasi eksperimental. Sugiyanto (2004), berpendapat

bahwa Metaanalisis merupakan studi dengan cara menganalisis data yang

berasal dari studi primer. Hasil analisis studi primer dipakai sebagai dasar

untuk menerima atau mendukung hipotesis, dan dapat pula digunakan untuk

menolak / menggugurkan hipotesis yang diajukan oleh beberapa peneliti.

Penelitian meta analisis ini memiliki tujuan, yaitu :

a. Untuk menyelesaikan ketidak pastian hasil laporan

62
b. Untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah yang belum

dikaji

c. Untuk menemukan konsistensi atau ketidak-konsistenan suatu penelitian

yang sejenis.

d. Untuk memperoleh estimasi effect size, seberapa kuat hubungan atau

seberapa besar perbedaan antar variabel ditiap penelitian.

e. Melakukan interfensi dari data dalam sample ke dalam populasi, baik

dengan hipotesis (anggapan dasar yang masih perlu dibuktikan) maupun

dengan melakukan estimasi (perkiraan berdasarkan keadaan-keadaan yang

ada).

f. Melakukan kontrol terhadap variabel yang berpotensi mengacaukan agar

tidak mengganggu hubungan atau perbedaan dari penelitian-penelitian

yang ada.

Langkah-langkah dalam melakukan meta analisis secara umum adalah

sebagai berikut (DeCoaster, 2009):

a. Menentukan dan mempelajari topik penelitian yang akan dirangkum,

b. Mencari dan mengumpulkan sejumlah penelitian dengan topik yang telah

ditentukan dan menyeleksinya. Pencarian literatur penelitian dapat

dilakukan secara manual ataupun melalui situs-situs internet.

c. Menarik kesimpulan dan menginterpretasi hasil penelitian meta analisis.

B. Informasi jumlah dan jenis artikel

Artikel yang digunakan berjumlah 5 jurnal, yang merupakan artikel

hasil penelitian. Jurnal di dapatkan dengan mencari pada mesin pencarian,

63
untuk 4 jurnal nasional diakses dari https://scholar.google.com/ dengan

keyword: perilaku hidup bersih dan sehat, diare dan balita ditemukan lebih

dari 50 artikel terkait namun diambil 4 yang sesuai dengan judul skripsi

penulis. Kemudian untuk 1 jurnal internasional diakses dari

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31312738/ dengan keyword pencarian:

Mother handwashing practices, pediatric and diarrhea ditemukan 2 artikel

yang terkait dan diambil 1 jurnal yang sesuai kriteria untuk penelitian.

C. Isi artikel

1. Artikel Pertama

Judul Artikel : Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

dengan Kejadian Diare Pada Balita.

Nama Jurnal : Jurnal Kesehatan Masyarakat

Penerbit : Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin

Volume & Halaman : Volume 8, Nomor 1,Halaman : 1-10

Tahun Terbit : Juni 2018

Penulis Artikel : Hilda Irianty, Ridha Hayati, Yeni Riza

ISI ARTIKEL

64
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare

pada balita.

Metode Penelitian :

- Disain : survey analitik dengan rancangan cross sectional

- Populasi dan sampel: Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah ibu

yang memiliki balita tahun 2015 sebanyak 311 orang, dengan jumlah

sampel sebanyak 76 responden.

- Instrumen : kuisioner

- Metode analisis : uji Chi square.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ada hubungan antara pemberian

ASI eksklusif dengan kejadian diare (P value

0.000 < α= 0.05). Tidak ada hubungan antara

penimbangan balita dengan kejadian diare (P

value 0.293 > α= 0.05). Ada hubungan antara

penggunaan air bersih dengan kejadian diare (P

value 0.026 < α= 0.05). Ada hubungan antara

penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare

(P value 0.049 < α= 0.05). Ada hubungan antara

perilaku cuci tangan pakai sabun dengan

kejadian diare (P value 0.001 < α= 0.05).

Kesimpulan dan Saran : Perilaku hidup bersih dan sehat belum

sepenuhnya diterapkan dengan baik di wilayah

65
kerja Puskesmas Martapura Barat, hal ini dapat

menyebabkan kejadian diare pada balita. Perlu

adanya peningkatan program promosi kesehatan

dari Puskesmas Martapura Barat, terutama

tentang penerapan PHBS yang baik dan benar.

2. Artikel Kedua

Judul Artikel : Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Dalam

Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian Diare Pada

Balita di Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2018

Nama Jurnal : Journal of Social and Economics Research

Penerbit : STIKES Ranah Minang

Volume & Halaman : Volume 1, Issue 1, Halaman : 7-15

Tahun Terbit : Desember 2019

Penulis Artikel : Ridha Hidayati

ISI ARTIKEL

Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

dalam tatanan rumah tangga dengan kejadian diare

pada Balita di Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun

2018.

Metode Penelitian :

- Disain : Penelitian analitik dengan desain cross sectional.

66
- Populasi dan sampel: Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

yang membawa balita berobat ke Puskesmas Lubuk Buaya Padang

Bulan Januari–Maret 2018 dengan sampel 51 orang.

- Instrumen : Kuisioner

- Metode analisis : Uji chi square

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini adalah kurang dari separoh

(41,2%) balita mengalami kejadian diare. Kurang

dari separoh (37,3%) responden memiliki

perilaku hidup bersih dan sehat dalam kategori

kurang baik. Ada hubungan perilaku hidup bersih

dan sehat dengan kejadian diare pada balita di

Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2018 (p

value = 0,030).

Kesimpulan dan Saran : Perilaku hidup bersih dan sehat berhubungan

dengan kejadian diare. Diharapkan bagi petugas

kesehatan dapat meningkatkan promosi kesehatan

dalam pemberian informasi kepada ibu balita

bahwa perilaku hidup bersih dan sehat dapat

meminimalkan atau mencegah kejadian diare

berupa penyuluhan, leafleat oleh poster-poster.

3. Artikel Ketiga

67
Judul Artikel : Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu

dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Tompaso

Baru Kabupaten Minahasa Selatan.

Nama Jurnal : Journal Of Community & Emergency

Penerbit : Universitas Pembangunan Indonesia

Volume & Halaman : Volume 5 Nomor 1 Halaman: 26-37

Tahun Terbit : Mei 2017

Penulis Artikel : Afford Hendra Wongkar dan Maria Merry Futunanembun

ISI ARTIKEL

Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu

dengan kejadian diare di Puskesmas Tompaso Baru

Kabupaten Minahasa Selatan.

Metode Penelitian :

- Disain : Metode deskriptif analitik dengan pendekatan crosssectional

study

- Populasi dan sampel: Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang

tua atau keluarga yang merawat anak di Puskesmas Tompaso Baru

Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 30 responden.

- Instrumen : Lembar kuesioner

- Metode analisis : Uji chi square.

Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil uji statistik dengan

menggunakan chi-square diperoleh nilai ρ-value

68
= 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Berarti H0

ditolak maka ada hubungan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare.

Kesimpulan dan Saran : Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu di Puskesmas

Tompaso Baru Kabupaten Minahasa Selatan

sebagian besar memiliki PHBS yang baik.

Kejadian Diare di Puskesmas Tompaso Baru

Kabupaten Minahasa Selatan sebagian besar

terjadi pada ibu yang memiliki PHBS yang

kurang baik. Ada hubungan antara perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) ibu dengan kejadian

diare di Puskesmas Tompaso Baru Kabupaten

Minahasa Selatan

4. Artikel Keempat

Judul Artikel : Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu

Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita (1-5 tahun) di

Posyandu Mawar Kelurahan Merjosari Wilayah Puskesmas

Dinoyo Kota Malang.

Nama Jurnal : Nursing News

Penerbit : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Volume & Halaman : Volume 2, Nomor 3 , halaman: 488-500

Tahun Terbit : 2017

69
Penulis Artikel: Elisabeth Maria Mas, Atti Yudiernawati, Neni Maemunah.

ISI ARTIKEL

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Hubungan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) Ibu dengan kejadian diare pada anak

balita (1-5 tahun) di Posyandu Mawar Kelurahan

Merjosari Kota Malang.

Metode Penelitian :

- Disain : Korelasional

- Populasi dan sampel : 40 orang

- Instrumen : Kuisioner

- Metode analisis: Uji spearman rank

Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PBHS) dikategorikan baik yaitu

sebanyak 22 orang (73,33%), hampir seluruh responden

dikategorikan tidak terdapat kejadian diare yaitu

sebanyak 28 orang (93,33%), dan hasil analisis data

menggunakan uji spearman rank nilai signifikan (sig.)

sebesar 0,014 (p ≤ 0,05), artinya ada hubungan PHBS

ibu dengan kejadian diare pada anak balita (1-5 tahun) di

Posyandu Mawar Kelurahan Merjosari Kota Malang

dengan nilai korelasi 0,445.

Kesimpulan dan Saran :

70
 Kesimpulan: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS), sebagian besar

responden dikategorikan baik yaitu sebanyak 22 orang (73,33%).

Kejadian diare, hampir seluruh responden dikategorikan tidak terdapat

kejadian diare yaitu sebanyak 28 orang (93,33%). Hasil analisa

menggunakan uji spearman rank didapatkan nilai signifikan (sig.)

sebesar 0,014 (p ≤ 0,05), artinya ada hubungan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare pada anak balita (1-5

tahun) di Posyandu Mawar Kelurahan Merjosari Kota Malang dengan

nilai korelasi -445.

 Saran: Diharapkan peneliti selanjutnya yang meneliti tentang judul

yang sama untuk melakukan penelitian dengan melakukan observasi

langsung terhadap kondisi di rumah, untuk mengetahui apakah Perlaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sudah sesuai dengan lembar kuesioner

yang diisi atau tidak.

5. Artikel Kelima

Judul Artikel : Association of mother’s handwashing practices and

pediatric diarrhea: evidence from a multi-country study on

community oriented interventions

Nama Jurnal : Journal of Preventif Medicine and Hygiene

Penerbit : Johns Hopkins University Baltimore, MD, USA; National

Institute of Public Health, Cambodia; World Vision

International, Washington DC, USA

Volume & Halaman : Vol: 60, halaman: E93-E102

71
Tahun Terbit: 2019

Penulis Artikel : Anbrasi Edward, Y. jung, C. chhorvann, A.E. ghee, J.

Chege.

ISI ARTIKEL

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perilaku hidup bersih an sehat

masyarakat, yang dapat sebagai acuan untuk

menyempurnakan strategi intervensi kesehatan dan

meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan untuk

anak-anak, termausk dalam pembangunan pompa air

untuk akses air bersih, fasilitas sanitasi yang aman,

mempromosikan cuci tangan dan praktik perilaku hidup

berish dan sehat, dan mengurangi beban dari penyakit

yang dapat dicegah seperti diare di masyarakat

pedesaan.

Metode Penelitian : Eksperimen semu

- Populasi dan sampel: Rentang populasi adalah 19.000 hingga 25.000.

sampel sebanyak 8.625 pasangan ibu dan anak, terdiri dari Kamboja:

2.995, 1.992 di Guatemala, 2.581 dari Kenya dan 1.057 dari Zambia.

- Instrumen : Lembar survei rumah tangga dengan dilakukan

wawancara dan pengisian kuisioner.

- Metode analisis : Uji Regresi logistik.

72
Hasil Penelitian : Jenis fasilitas toilet yang digunakan pribadi atau bersama

(40-60% di Kamboja dan Guatemala), dan toilet lubang

tradisional (85-98% di Kenya dan Zambia). Buang air

besar sembarangan di luar rumah sering ditemukan di

Kamboja (40-48%) dan Guatemala (11-19%). Untuk

Guatemala dan masyarakat yang melaporkan kurang dari

30 menit ke sumber air minum melaporkan kejadian

diare pada anak yang lebih rendah. Akses ke air minum

yang bersih di Guatemala dan Zambia (> 80%) lebih

tinggi di dibandingkan di Kamboja dan Kenya (<63%).

Cuci tangan dengan sabun atau abu sebelum menyiapkan

makanan di atas 75% untuk Kamboja dan 95% untuk

Guatemala, dengan tingkat yang jauh lebih rendah untuk

Kenya (60%) dan Zambia (45%). Lebih dari 60% wanita

melaporkan cuci tangan setelah buang air besar di

keempat negara, namun mencuci tangan setelah merawat

anak yang buang air besar jauh lebih rendah untuk

Kamboja dan Zambia (29-45%). Di Kamboja dan

Guatemala, cuci tangan pakai sabun atau abu jauh lebih

tinggi sebelum persiapan makanan (kamboja 78-81%,

Guatemala 95-96%) dibandingkan setelah buang air

besar (Kamboja 59-61% Guatemala 59-70%). Praktik

mencuci tangan untuk Kamboja dan Guatemala,

73
dikaitkan dengan diare pada anak-anak secara signifikan

lebih sedikit. Anak laki-laki di Zambia memiliki peluang

lebih tinggi untuk mengalami diare. Dan anak di bawah 2

tahun di Kamboja dan Guatemala, memiliki

kemungkinan kejadian diare yang lebih tinggi.

Kesimpulan : Sumber air bersih dan sanitasi tidak menunjukkan ada

perbedaan yang signifikan dalam kemungkinan penyakit

diare pada anak-anak. Namun praktik mencuci tangan

sangat signifikan menunjukan bahwa mencuci tangan

dapat menurunkan resiko kejadian diare pada anak-anak.

(A. Edward, 2019)

Saran : Peneliti menyarankan agar pengasuh ( ibu dan keluarga )

mencuci tangan dengan sabun atau abu yang memiliki

efek perlindungan pada prevalensi diare pada anak - anak

74
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Relevansi Metode

Judul artikel yang pertama adalah Hubungan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Balita penelitian ini

menggunakan metode survey analitik. Survey analitik adalah survey atau

penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu

terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antar fenomena.

Kelebihan metode survey adalah dapat menggunakan berbagai teknik

pengumpulan data seperti angket, wawancara dan observasi. Sedangkan

kekurangan untuk metode ini adalah tidak ada jaminan bila angket atau

kuisioner yang disebar dijawab seluruhnya oleh responden sehingga ada

perbedaan yang begitu besar antara mereka yang menjawab dan tidak

menjawab. Metode penelitian ini berbeda dengan yang digunakan peneliti,

untuk pendekatan yaitu dengan pendekatan cross sectional, kelebihan cross

sectional adalah mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian

karena biaya penelitian yang dilakukan relatif murah, memungkinkan

sampling dari populasi dari masyarakat umum, hasil penelitian dapat

dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus. Namun metode ini sulit

untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data resiko dan efek

dilakukan pada saat yang bersamaan sehingga dibutuhkan data tambahan

atau penelitian lanjutan untuk dapat menemukan hubungan sebab akibat

75
tersebut, selain itu dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak

(Sayogo,2009).

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Puskesmas Martapura Barat,

instrument penelitian digunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini

adalah ibu yang memiliki balita tahun 2015 sebanyak 311 orang, dengan

jumlah sampel sebanyak 76 responden. Data yang diperoleh melalui

observasi dan wawancara diolah secara manual kemudian diproses

menggunakan komputer, disajikan bentuk tabel, dan dianalisa dengan uji

Chi Square. Konsep uji chii square mudah untuk dimengerti, dapat

digunakankan untuk menganalisa data yang berbentuk hitungan maupun

peringkat, namun uji ini harus menggunakan banyak sampel, uji ini hanya

memberikan informasi tentang ada atau tidaknya hubungan antara kedua

varibel tidak dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar

hubungan yang ada antara kedua variabel (Sabri,2014).

Kelebihan dari artikel pertama ini adalah jurnal disajikan dalam

bentuk singkat dan jelas. Bahasanya lugas dan tidak berbelit-belit. Penulis

dapat mengembangkan beberapa poin-point kecil. Abstrak jelas, sehingga

dengan membaca abstraknya saja pembaca dapat mengetahui hasil dari

penelitian tersebut. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk persentase

pada setiap pengkategorian indikator disertai juga dengan penjelasan

mengenai hubungan PHBS per indikator. Pembahasan hasil penelitian juga

dikaitkan dengan karakteristik responden yang telah didapatkan.

Kekurangan dari artikel ini adalah sistematika tidak disusun sesuai dengan

76
sistematika penulisan arikel yang baku, tidak menggunakan numbering

dan pembagian dari setiap Bab. Pada abstrak yang berbahasa asing

beberapa tidak menggunakan tulisan miring atau italic.

Jurnal kedua dengan judul Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) dalam Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada

Balita di Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2018. Jenis penelitian

yang digunakan adalah analitik dengan desain penelitian yang digunakan

adalah cross sectional yaitu variabel independen (Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga) dan dependen (kejadian diare)

dikumpulkan pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012).

Kelebihan metode analitik adalah nilai yang diperoleh adalah tepat namun

kekurangan metode ini adalah memerlukan banyak waktu tenaga dan

pikiran dakam menyelesaiakan suatu persoalan tersebut. Pengumpulan

data dalam metode crossectional dilakukan pada satu rentang waktu

tertentu, singkat, dan proses pengamatan subjek studi hanya dilakukan

sekali saja pada rentang waktu yang telah ditetapkan. Selain itu, hubungan

sebab akibat hanya berupa perkiraan sementara, dimana hasil tersebut

dapat dipergunakan sebagai hipotesis untuk penelitian analitik atau

eksperimental lanjutan, atau menjadi bagian dari kegiatan penelitian untuk

jangka waktu panjang (longitudinal). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu yang membawa Balita berobat ke Puskesmas Lubuk Buaya

Padang bulan Januari – Maret tahun 2018 berjumlah 105 balita dengan

rata-rata kunjungan dalam 1 bulan 36 orang. . Sampel pada penelitian ini

77
berjumlah 51 orang. Pengambilan sampel untuk penelitian menggunakan

teknik accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang ada pada saat

dilakukan penelitian. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan

cara wawancara yang dilakukan pada tanggal 26–31 Juli 2018. Data

dianalisis secara univariat menggunakan statistik deskriptif berupa

distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji chi square dengan

derajat kepercayaan α = 0,05. Uji Chi Square berguna untuk menguji

hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur

kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal

lainnya. (Hidayati, 2019)

Kelebihan dari artikel kedua adalah memaparkan secara jelas

dan lengkap mulai dari pendahuluan atau latarbelakang dari

permasalahan mengapa PHBS ibu berkaitan dengan kejadian diare pada

balita sampai menjelaskan perilaku ibu yang bagaimana yang berdampak

pada kesehatan balita. Selain itu, penulisan jurnal ini teratur dan sesuai

dengan kaidah pembuatan penulisan Jurnal. Kata yang digunakan juga

dalam jurnal ini bersifat baku dan sesuai dengan kamus EYD Bahasa

Indonesia serta menyertakan daftar pustaka dalam setiap alenia.

Sedangkan kekurangan dari artikel ini adalah penulis tidak

memaparkan secara detail bagaimana metode penelitian ini, pengambilan

sampel dan uji analisis yang dilakukan. Peneliti juga kurang membahas

karakteristik responden . Peneliti juga tidak mencantumkan saran dari

jurnal ini.

78
Judul jurnal ketiga adalah Hubungan perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas

Tompaso Baru Kabupaten Minahasa Selatan, metode penelitian ini adalah

deskriptif analitik dengan pendekatan Crossectional Study. Kelebihan

metode deskriptif analitik adalah mampu menganalisis masalah yang sulit

atau tidak terukur secara numerik, mampu melakukan pengamatan dalam

konteks sosial, memiliki potensi untuk menggabungkan penelitian

kualitatif dan kuantitatif, namun kekurangan metode ini adalah rentan bias

karena menggunakan pendapat subjektif dan sulit diverifikasi ulang karena

pengamatan dan sifat kontekstualnya. Metode cross sectional

mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian karena biaya

penelitian yang dilakukan relatif murah dan hasilnya yang didapat lebih

cepat untuk diperoleh karena jangka waktu penelitian yang sebentar atau

hanya dalam satu periode waktu saja, sehingga biaya operasional

penelitian jadi lebih murah. Selain itu juga memungkinkan sampling dari

populasi dari masyarakat umum yang generalisasinya cukup, hasil

penelitian dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus. Namun

metode ini sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data

resiko dan efek dialakukan pada saat yang bersamaan sehingga dibutuhkan

data tambahan atau penelitianlanjutan untuk dapat menemukan hubungan

sebab akibat tersebut, selain itu dibutuhkan jumlah subjek yang cukup

banyak (Sayogo, 2009).

79
Penelitian dilakukan dari Bulan April – Mei 2017 di Puskesmas

Tompaso Baru Kabupaten Minahasa Selatan. Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh orang tua atau keluarga yang merawat anak di Puskesmas

Tompaso Baru Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 30 responden.

Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total

population dimana peneliti mengambil keseluruhan jumlah populasi orang

tua yang anaknya dirawat di Puskesmas Tompaso Baru Kabupaten

Minahasa Selatan dengan jumlah keseluruhan 30. Instrumen dalam

penelitian ini yaitu menggunakan lembar yang berisi data tentang perilaku

hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada balita. Data analisa

dengan menampilkan data dalam bentuk distribusi frekuensi yang

dilaksanakan tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yaitu variabel

independen perilaku hidup bersih dan sehat dan variabel dependen yaitu

kejadian diare pada balita. Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan

perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada balita maka

digunakan uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan derajat

kepercayaan 95% bila p ≤ 0,05 menunjukkan hubungan bermakna, bila

nilai p > 0,05 menunjukkan hubungan tidak bermakna. Uji Chi

Square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang

dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel adalah

nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal

maka dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa harus

80
digunakan uji pada derajat yang terendah). (Wongkar & Futunanembun,

2017).

Kelebihan dari jurnal ketiga ini adalah memaparkan secara jelas

dan lengkap mulai dari pendahuluan atau latar belakang dari permasalahan

mengapa dibuatnya jurnal ini. Dideskripsikan secara jelas tentang data-

data diare pada balita dan hubungannya dengan phbs ibu. Hasil penelitian

ditampilkan secara jelas dan rinci, ditampilkan persentase pada setiap

indikator dan terdapat mean sehingga dapat tergambarkan pengkategorian

setiap variabel, persentase pada setiap aspek masing-masing variabel juga

ditampilkan. Peneliti juga membahas dengan jelas dengan mengkaitkan

tiap indikator PHBS dengan kejadian diare pada balita hasil penelitian dan

dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Kesimpulan yang dibuat sudah

terperinci dan dipaparkan secara jelas per indikator yang di teliti.

Kekurangan dari artikel ini adalah kalimat pembahasan yang kurang

sederhana sehingga terkesan berputar-putar atau tidak to the point. Tidak

ada saran dan ada beberapa alenia yang tidak dicantumkan daftar

pustakanya.

Pada jurnal keempat ini dilakukan penelitian hubungan PHBS ibu

dengan kejadian diare pada Balita di Posyandu Mawar Kelurahan

Merjosari Wilayah Puskesmas Dinoyo kota Malang. Desain penelitian ini

dilakukan dengan metode korelasional untuk mengetahui hubungan PHBS

ibu dengan kejadian diare (Maria Mas et al., 2017). Penelitian korelasi

atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

81
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk

mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi

variabel, tujuan penelitian korelasional menurut adalah untuk mendeteksi

sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-

variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi

( Abidin, 2010). Kelebihan metode korelasional adalah peneliti dapat

melakukan studi tingkah laku dengan setting yang realistis dan tidak perlu

menggunakan sampel yang besar, sedangkan kelemahan metode ini

peneliti tidak bisa membangun hubungan sebab akibat. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di

Posyandu Mawar Kelurahan Merjosari berjumlah 40 orang dan sampel

penelitian menggunakan total sampling yaitu semua anggota populasi

dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

kuesioner. Dan hasil analisis data menggunakan uji spearman rank, uji ini

adalah uji  Non Parametris yang digunakan untuk mengukur kesesuaian

data yang bersumber dari dua subjek yang berbeda.

Kelebihan dari artikel keempat ini adalah memaparkan secara

detail dan terperinci mulai dari pendahuluan atau latar belakang dari

permasalahan mengapa dibuatnya jurnal ini.Memaparkan mulai dari

pengertian diare, faktor penyebab diare, PHBS dan perilaku yang

berdampak terhapat kejadian diare. Penulisan dan isi abstrak sudah baik

karena penulis dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai

kegiatan penelitian. Bahasanya lugas dan disusun dengan menggunakan

82
prosedur atau tahapan artikel penelitian. Kesimpulan yang dibuat sudah

terperinci dan dipaparkan secara jelas. Sudah mencantumkan daftar

pustaka pada setiap kalimat. Kekurangan dalam artikel ini adalah tidak

menjelaskan metode pengambilan sampel dan uji analisis penelitaian

secara spesifik. Selain itu saran yang disajikan juga tidak lengkap bagi

institusi pendidikan maupun bagi penelitian selanjutnya.

Jurnal kelima adalah penelitian internasional dengan judul

“Association of mother’s handwashing practices and pediatric diarrhea:

evidence from a multi-country study on community oriented

interventions”. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu

studi multi-negara dengan perbandingan yang dilakukan di 4 kabupaten

atau kecamatan di 4 negara yaitu Kamboja : Chulkiri, Comapa, Prasath

Balang, dan Tbeng Meanchey, negara Guatemala: Comapa, Nuevo

Amanecer, Apas, dan Tinamit Junam, negara Kenya: Karemo, Katito,

Kegonga-Ntimaru, dan Magunga, negara Zambia: Luampa, Magoye,

Choongo, dan Nyimb. Penelitian Eksperimen adalah penelitian yang

bertujuan untuk meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi atau

yang akan terjadi di antara variabel-variabel tertentu melalui upaya

manipulasi atau pengontrolan variabel-variabel tersebut atau hubungan

diantara mereka, agar ditemukan hubungan, pengaruh, atau perbedaan

salah satu atau lebih variabel, Rancangan eksperimen Semu (quasi

eksperimen) adalah rancangan penelitian Eksperimen yang dilakukan pada

kondisi yang tidak memungkinkan mengontrol atau memanipulasikan

83
semua variabel yang relevan (Danim, 2013).  Oleh karena itu rancangan

eksperimen ini sering dianggap sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya.

Penelitian ini adalah hasil kerja sama studi penelitian kolaboratif oleh

Universitas Johns Hopkins, Institut Kesehatan Masyarakat Nasional di

Kamboja, Institut Gizi Amerika Tengah dan Panama di Guatemala,

Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Moi di Kenya, dan Institut

penelitian Ekonomi dan Sosial di Universitas Zambia (Edward et al.,

2019).

Intervensi yang dilakukan berorientasi pada masyarakat termasuk

promosi kesehatan untuk mencuci tangan yang sesuai dilaksanakan di

lokasi intervensi, melalui petugas kesehatan masyarakat (CHW:

community health worker ) dan mekanisme akuntabilitas sosial. Badan

perwakilan komunitas didirikan di semua lokasi penelitian. Instrumen

pada penelitian ini menggunakan lembar survei rumah tangga standar yang

digunakan oleh survei kesehatan demografis yang telah dimodifikasi untuk

penelitian ini, instrumen ini sebelumnya telah diuji di masyarakat yang

bukan termasuk tempat penelitian, selanjutnya sampel akan diwawancara

untuk pengisian kuisioner. Penelitian ini menggunakan prosedur

pengambilan sampel multi-tahap, sampel masyarakat diambil secara

proporsional dengan ukuran populasi. Rentang populasi pada penelitian ini

adalah 19.000 hingga 25.000. Sampel akhir sebanyak 8.625 pasangan ibu

dan anak, terdiri dari Kamboja: 2.995, 1.992 di Guatemala, 2.581 dari

Kenya dan 1.057 dari Zambia. Rumah tangga yang memenuhi syarat

84
dengan anak balita atau ibu yang pernah melahirkan dalam dua tahun

sebelumnya, dipilih dari setiap unit sampling. Wawancara dilakukan

dengan kepala rumah tangga untuk mendapatkan informasi pada

karakteristik sosial-demografis, sumber utama air minum dan jenis

fasilitas sanitasi dan makanan yang sehat. Dan ibu akan diberikan

informasi mengenai praktik cuci tangan dan pencegahan penyakit diare

pada anak. Untuk uji analisis peneliti menggunakan model regresi logistik

dibuat untuk menentukan hubungan antara penyakit diare yang dilaporkan

dan prediktor yang berhubungan yaitu praktik mencuci tangan, akses ke

air bersih dan sanitasi. Analisis regresi logistik digunakan untuk

menjelaskan hubungan antara variabel respon yang berupa data dikotomik

atau biner dengan variabel bebas yang berupa data berskala interval dan

atau kategorik. Uji kolinearitas dilakukan untuk variabel independen.

Kelebihan dari artikel kelima ini adalah penelitian disajikan secara

singkat dan jelas. Dipaparkan secara lengkap dari karakteristik responden,

wilayah dan responden yang di teliti, intervensi yang dilakukan dan

prosedur pengambilan sampel. Prosedur penelitian telah dijelaskan secara

rinci. Hasil penelitian telah dijelaskan dengan baik mengkaitkan dengan

intervensi yag dilakukan, data yang didapat dan fakta yang ada dilapangan.

Kekurangan dalam penelitian ini adalah dalam abstrak tidak dicantumkan

hasil penelitian. Metode penelitian tidak dijelaskan secara detail,seperti

metode penelitian dan uji analisis. Tidak ada penjelasan kapan penelitian

ini dilakukan.

85
B. Relevansi Hasil

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hildha, Ridha dan Yeni

dengan judul Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan

kejadian diare pada balita pada hasil salah satu indikator PHBS yang juga

indikator yang diteliti oleh peneliti yaitu pemberian ASI eksklusif, responden

yang memberikan ASI Eksklusif pada balita sebanyak 50 responden (65.8%,

sedangkan untuk ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 26

responden (34.2%). Angka kejadian diare pada balita yang tidak diberikan

ASI eksklusif sebanyak 24 (92,3%), dan yang tidak mengalami diare sebanyak

2 (7,7%), sedangkan angka kejadian diare untuk balita yang diberikan ASI

eksklusif sebanyak 24 (48%), dan yang tidak mengalami diare sebanyak 26

(52%). Hasil analisa dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan bahwa

ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Martapura Barat. Pada indikator

Penggunaan Air Bersih dengan Kejadian Diare responden yang menggunakan

air bersih sebanyak 12 responden (15,8%), dan responden yang tidak

menggunakan air bersih sebanyak 64 responden (84,2%). Angka kejadian

diare pada balita dengan responden tidak menggunakan air bersih sebanyak 44

(68,8%), dan tidak mengalami diare sebanyak 20 (31,2%), sedangkan angka

kejadian diare dengan responden yang menggunakan air bersih sebanyak 4

(33,3%), dan tidak mengalami diare sebanyak 8 (66,7%). Hasil analisa uji Chi

Square didapatkan ada hubungan antara penggunaan air bersih dengan

kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Martapura Barat. Pada

86
indikator Penggunaan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare responden yang

menggunakan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Martapura Barat

sebanyak 26 responden (34,2%), sedangkan responden yang tidak

menggunakan jamban sehat sebanyak 50 responden (65,8%). Angka kejadian

diare pada balita dengan responden tidak menggunakan jamban sehat sehat

sebanyak 36 (72%), dan tidak mengalami diare sebanyak 14 (28%).

Sedangkan angka kejadian diare pada balita dengan responden menggunakan

jamban sehat sebanyak 12 (46,2%) dan tidak mengalami diare sebanyak 14

(53,8%). Hasil analisis dengan uji Chi Square didapatkan bahwa ada

hubungan antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita.

Indikator selanjutnya adalah Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

dengan Kejadian Diare responden dengan perilaku cuci tangan pakai sabun

dikategorikan dalam 3 kategori, yaitu CTPS yang baik, CTPS cukup baik, dan

CTPS kurang baik. Pada responden dengan kategori CTPS baik sebanyak 28

(36,8%), CTPS cukup baik sebanyak 11 responden (14,5%), dan CTPS kurang

baik sebanyak 37 responden (48,7%). Angka kejadian diare pada balita

dengan responden CTPS baik sebanyak 10 (35,7%), dan tidak mengalami

diare sebanyak 18 (64,3%). Balita mengalami diare pada responden CTPS

cukup baik sebanyak 10 (90,9%) dan tidak mengalami diare sebanyak 1

(9,1%). Responden dengan perilaku CTPS kurang balita mengalami diare

sebanyak 28 (75,7%), dan tidak mengalami diare sebanyak 9 (24,3%).

Hasil uji statistik dengan uji Chi Square didapatkan ada hubungan

antara perilaku CTPS dengan kejadian diare pada balita. Ibu yang menerapkan

87
CTPS dengan baik dapat menghindarkan dari penularan bakteri. 4 indikator

pada penelitian tersebut juga merupakan indikator yang sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ridha Hidayati dengan judul Hubungan

perilaku hidup bersih dan sehat (phbs) dalam tatanan rumah tangga dengan

kejadian diare pada balita di puskesmas lubuk buaya padang tahun 2018 yang

mendapatkan hasil bahwa perilaku hidup bersih dan sehat kurang baik lebih

tinggi mengalami diare (63,2%) dibandingkan dengan tidak mengalami

kejadian diare (36,8%). Berdasarkan uji statistik diperoleh p value = 0,030 (p

value < 0,05), ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian

diare pada balita di Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2018. Pada

indikator mencuci tangan perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dapat

menyebab diare karenakan ibu tidak mencuci tangan dengan sabun setelah

menceboki anaknya. Tangan ibu yang tidak dicuci dengan sabun tersebut

terkontaminasi oleh kuman. Setelah itu tangan ibu digunakan untuk menyuapi

anaknya tersebut sehingga kuman masuk ke dalam pencernaan anaknya yang

dapat menyebabkan diare. Tangan ibu yang tidak dicuci dengan sabun

sebelum menyusui bayinya. Sebelum ibu menyusui bayinya tangan ibu berada

dipayudara dengan mengenai puting susu ibu yang terkontaminasi dengan

kotoran yang ada ditangan ibu sebelumnya dan tertular kepada bayi yang

dapat menyebabkan diare.

Pada penelitian ini ditemukan pula jarak sumber air bersih dengan

jamban dan tempat pembuangan sampah terlalu dekat. Ini dapat menyebabkan

air terkontaminasi oleh kuman yang dapat menyebabkan diare. Hasil tersebut

88
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afford dan Maria dengan judul

Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (phbs) ibu dengan kejadian diare

pada balita di puskesmas tompaso baru kabupaten minahasa selatan, Hasil uji

statistik dengan menggunakan chisquare diperoleh nilai p-value = 0,000 lebih

kecil dari nilai α = 0,05. Berarti H0 ditolak maka ada hubungan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memiliki PHBS yang baik,

maka balitanya tidak mengalami diare. Hal ini ditunjukkan sebanyak 20

responden (66%) dengan PHBS yang baik semua balitanya tidak mengalami

diare dalam waktu satu bulan. Perilaku hidup bersih dan sehat ibu mencakup

empat indikator yaitu pemberian ASI ekslusif, penggunaan air bersih, mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun, serta penggunaan jamban bersih. Data

tentang pemberian ASI ekslusif di puskesmas Tompaso Baru dimana 19

responden (63%) memberikan ASI ekslusif dengan baik. Pemberian ASI

ekslusif merupakan salah satu hal yang penting bagi bayi karena ASI

merupakan makanan alamiah dan susu yang yang terbaik karena mengandung

nutrisi yang seimbang bagi tumbuh kembang bayi, ASI kaya akan antibodi

(zat kekebalan tubuh) untuk membantu bayi melawan kuman infeksi seperti

diare dll. Data tentang penggunaan air bersih menunjukkan bahwa sebagian

besar responden menggunakan air yang bersih yaitu sebanyak 21 responden

(70%). Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar

bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil disbanding dengan

89
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi

resiko terhadap serangan diare dengan menggunakan air bersih.

Data tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada

penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian responden mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun yaitu sebanyak 17 responden (57%) dan sebagian

lagi responden tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Data

tentang pengguanaan jamban yang bersih dilakukan oleh sebagian besar

responden yaitu 22 responden (73%). Jamban bersih yang digunakan yaitu

jamban septik leher angsa, sebagian kecil responden yang tidak menggunakan

jamban yang bersih melakukan BAB/BAK di sungai karena tidak memiliki

jamban sendiri di rumah. Fungsi jamban septik dari aspek lingkungan dapat

mencegah berkembangnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran

manusia. Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan

meningkatkan resiko terjadinya diare.

Pada penelitian yang dilakukan Elisabeth dengan judul hubungan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diketahui ibu dengan kejadian diare

pada anak balita (1-5 tahun) di posyandu mawar kelurahan Merjosari Kota

Malang dengan menggunakan uji korelasi spearman rank didapatkan nilai Sig.

= 0,014 (p value ≤ 0,05) yang berarti data dinyatakan signifikan dan H1

diterima, artinya ada hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu

dengan kejadian diare pada anak balita (1-5 tahun) di posyandu mawar

kelurahan Merjosari Kota Malang. Hasil dari tabulasi silang perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare pada anak balita (1 – 5

90
tahun) menunjukkan bahwa sebagian besar kategori perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) ibu yang baik sebanyak 22 orang (73,33%) tidak terdapat

kejadian diare pada balita (1-5 tahun). Uji statistik pada penelitian ini

menggunakan bantuan SPSS, Uji statistik yang digunakan adalah spearman

rank. Analisis dengan menggunakan teknik ini dengan tingkat signifikasi (α)

sebesar 0,05. Hasil analisa spearman rank juga menemukan nilai koefisien

korelasi (correlation coefficient) -0,445 yang berarti bahwa jika semakin

tinggi Perilaku Hidup bersih dan Sehat, maka akan semakin rendah tingkat

kejadian diare pada anak balita (1-5 tahun) di posyandu mawar kelurahan

Merjosari Kota Malang. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kontribusi

hubungan variabel Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan

kejadian diare pada anak balita (1-5 tahun) posyandu mawar kelurahan

Merjosari Kota Malang sebesar 44,5% dan sisanya sebesar 55,5% dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak diteliti seperti faktor infeksi, faktor asupan gizi, dan

faktor pendidikan yang dimiliki ibu atau pengasuh balita.

Perilaku hidup bersih dan sehat ibu salah satunya kebersihan tangan

dalam menekan angka kejaddian diare pada balita hal tersebut di dukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh A. Edward, Dkk dengan judul “Association of

mother’s handwashing practices and pediatric diarrhea: evidence from a

multi-country study on community oriented interventions” , yang menyatakan

ada empat praktik mencuci tangan termasuk; setelah buang air besar, setelah

merawat seorang anak yang buang air besar, sebelum persiapan makanan dan

sebelumnya memberi makan anak. Mencuci tangan ditentukan dengan

91
menggunakan sabun atau abu. Hasil yang didapat adalah cuci tangan dengan

sabun atau abu sebelum menyiapkan makanan di atas 75% untuk Kamboja

dan 95% untuk Guatemala, dengan tingkat yang jauh lebih rendah untuk

Kenya (60%) dan Zambia (45%). Berdasarkan laporan ibu diare anak-anak

dua minggu sebelum survei adalah 11-12% untuk Kamboja, 9-10% untuk

Guatemala, 6-9% untuk Kenya, dan 16-20% untuk Zambia. Untuk masyarakat

di Guatemala yang kurang dari 30 menit ke sumber air minum melaporkan

kejadian diare pada anak yang lebih rendah. Praktik mencuci tangan untuk

Kamboja dan Guatemala secara signifikan menunjukan kejadian diare pada

anak-anak menjadi lebih sedikit. Hasil penelitian menunjukan beberapa bukti

bahwa intervensi masyarakat untuk meningkatkan praktik mencuci tangan

dapat mengurangi insiden diare yang dilaporkan. Intervensi dalam perawatan

kesehatan yang berorientasi pada masyarakat meliputi strategi untuk

memastikan sumber air yang aman, dan fasilitas sanitasi yang sesuai untuk

mencegah diare pada anak kecil di bawah lima tahun termasuk promosi

kesehatan dalam rumahtangga dan tingkat kepedulian masyarakat untuk

meningkatkan praktik cuci tangan bertujuan untuk mencegah seperempat

episode diare.

Namun hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa fasilitas sanitasi yaitu jamban sehat

mempengaruhi kejadian diare pada balita pada penelitian ini menyatakan

bahwa sanitasi tidak menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dalam

kemungkinan penyakit diare pada balita, perbedaan hasil ini kemungkinan

92
didapat karena penelitian ini tidak terlalu mendalam meneliti mengenai

indikator fasilitas sanitasi karena fokus penelitian ini adalah praktik mencuci

tangan.

Hasil dari tiap penelitian dapat berbeda – beda karena faktor seperti

daerah yang berbeda, negara yang berbeda, subjek penelitian yang berbeda,

usia anak yang mempengaruhi sakit diare dan usia ibu yang mempengaruhi

pengetahuan dalam menjawab pertanyaan, intervensi yang dilakukan oleh

peneliti, pertanyaan yang diajukan, serta variasi indikator yang diteliti. Namun

semua jurnal penelitian mendapatkan hasil yang sama mengenai adanya

hubungan perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejaduan diare pada

balita yaitu meliputi 4 indikator : pemberian ASI eksklusif, Mencuci tangan,

menggunakan jamban sehat dan penggunaan air bersih.

Masing – masing penelitian memiliki kelebihan dan kekurangan,

secara kesimpulan beberapa jurnal hanya membutuhkan waktu yang singkat

namun hasil penelitian tidak terlalu mendalam, sedangkan penelitian lain yang

memerlukan waktu yang lebih lama menghasilkan data yang lebih banyak dan

mendalam.

C. Pernyataan Hasil

Hasil dari 5 jurnal yang telah dianalisis menunjukan bahwa ada

hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare

pada balita yang mana hasil ini sesuai dengan tujuan peneliti untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat ibu

dengan kejadian diare pada balita. Perilaku hidup bersih dan sehat ibu meliputi

93
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air, memberikan ASI ekslusif

pada balita, menggunakan air bersih dan penggunaan jamban sehat

menentukan kejadian diare pada anak balitanya, yaitu semakin baik PHBS ibu

maka kejadian diare pada ballita akan sedikit, sedangkan semakin tidak baik

PHBS ibu maka kejadian diare pada balita akan meningkat. Semua artikel

yang dianalisis menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu maka

semakin baik perilaku hidup bersih dan sehat ibu, hal ini tentunya juga

menjadi faktor pengaruh mengenai kejadian diare pada balita.

D. Keterbatasan

Dalam metode literature review ini keterbatasan yang dihadapi adalah

membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil karena ketika

menganalisis jurnal di butuhkan ketelitian yang tinggi dan harus di lakukan

secara mendalam tiap jurnalnya. Untuk mendapatkan jurnal yang sesuai juga

membutuhkan banyak referensi jurnal namun hanya beberapa yang digunakan

dengan menyesuaikan kriteria penelitian yang diambil dan literatur

internasional juga cukup terbatas karena topik yang peneliti ambil merupakan

program nasional.

94
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari kelima jurnal yang telah penulis paparkan

dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara perilaku hidup

bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada balita, adanya hubungan

negatif yaitu semakin baik perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) ibu maka

kejadian diare pada Balita akan semakin rendah.

Pada jurnal ke 1, 2, 3 dan 4 indikator PHBS yang signifikan

berhubungan dengan kejadian diare adalah mencuci tangan, pemberian ASI

eksklusif, penggunaan air bersih dan jamban sehat. Sedangkan pada jurnal ke

5 indikator yang signifikan adalah praktik mencuci tangan, kemudian untuk

indikator penggunaan air bersih dan jamban sehat tidak terlalu signifikan.

Perilaku hidup bersih dan sehat ibu merupakan hal yang dapat mempengaruhi

kejadian diare pada balita karena ibu adalah sosok yang paling sering

berhadapan dengan balita, sehingga jika PHBS ibu tidak baik maka potensi

kejadian diare pada balita akan meningkat, dan sebaliknya ketika PHBS ibu

baik maka kemungkinan kejadian diare pada balita semakin rendah.

B. Saran

1. Bagi masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat lebih sadar untuk meningkatkan

pengetahuan agar bisa terbiasa melakukan kebiasaan perilaku hidup bersih

95
dan sehat seperti mencuci tangan dan menggunakan jamban yang sehat,

masyarakat berpartisipasi aktif dalam kegiatan promosi kesehatan yang di

selenggarakan oleh instansi kesehatan dan menerapkan perilaku hidup

bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan air dan sabun,

menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat dan memberikan ASI

eksklusif kepada anaknya.

2. Bagi instansi kesehatan

Diharapkan pihak instansi kesehatan lebih giat dan meningkatkan

partisipasi dalam melakukan promosi kesehatan mengenai perilaku hidup

bersih dan sehat ke semua penjuru masyarakat khususnya untuk ibu – ibu

yang mempunyai balita secara komprehensif. Dengan melakukan

penyuluhan kesehatan di posyandu, membentuk kader kesehatan pada tiap

desa dan memberikan intervensi PHBS kepada masyarakat secara berkala.

3. Bagi peneliti lain

Diharapkan peneliti lain dapat mengembangan penelitian

selanjutnya dengan menggunakan desain, dan instrumen yang berbeda

sehingga mendapatkan hasil yang lebih mampu memperlihatkan

hubungan antara PHBS ibu dengan kejadian diare pada balita, atau

menggunakan penelitian ini sebagai referensi pembuatan penelitian

selanjutnya.

96
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2011). Prinsip Dasar Gizi. Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Revisi IV).


Rineka Cipta.

Astuti, W. P., Herniyatun, Yudha, H. T. (2011). Hubungan Pengetahuan Ibu


Tentang Sanitasi Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperwatan.

Atikah Proverawati, E. R. (2012). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).


Yogyakarta: Nuha Medika.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisologi edisi 3. EGC.

Departemen kesehatan RI. (2015). Buku saku petugas kesehatan lima langkah
tuntaskan diare Lintas Diare.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. (2011). Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada


Balita. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Depkes. (2017). Pedoman pemberantasan penyakit diare (Jakarta:Ditjen PPM dan


PL (ed.)).

Depkes RI. (2010). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di


Indonesia.

Dinas Kesehatan Jawa Timur. (2010). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2017). Profil kesehatan Profinsi Jawa
Tengah Tahun 2017. 3511351(24), 1–112.

Donna L Wong, Marylin Hockenberry Eaton, David wilson, M. L. W. & P. S.


(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (N. B. S. & E.
wahyuningsih Egi komara yudha, Devi yulianti (ed.); edisi 6).
Jakarta : EGC.

Edward, A., Jung, Y., Chhorvann, C., Ghee, A. E., & Chege, J. (2019).
Association of mother ’ s handwashing practices and pediatric
diarrhea : evidence from a multi-country study on community oriented
interventions. Journal Preventif Medicine Hygiene, 93–102.
Edwin Dermody Sirait Agustina Arundina T. Tejoyuwono, D. N. (2013).
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA
1-4 TAHUN DI PUSKESMAS SIANTAN HILIR TAHUN 2013.

Goodman & Gilman. (2012). Dasar Farmakologi Terapi (D. oleh T. A. B. S. F. I.


Joel. G. Hardman & Lee E. Limbird, Konsultan Editor Alfred
Goodman Gilman (ed.); 10th ed.). penerbit buku kedokteran EGC.

Hartono, B. (2011). Pedoman Umum Program Pos Pendidikan Anak Usia Dini
Terpadu. walikota surabaya.

Hartoyo, Sumarwan, U. ,Khomsan, A. (2010). Pengembangan Model Tumbuh


Kembang Anak Terpadu. Plan Indonesia.

Hidayat, A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik. Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Hidayati, R. (2019). HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


(PHBS) DALAM TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS LUBUK
BUAYA PADANG TAHUN 2018. Journal of Social and Economics,
1(1), 7–15.

Ilham. (2009). Kartu Menuju Sehat (KMS) Sarana untuk Pencapaian Derajat
Kesehatan Anak.

Jufrie M, Soenarto YS, Oswari H, Arief S, Rosalina I, M. S. (n.d.).


Gastroenterologi-Hepatolog.

Kemenkes. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes, R. (2011). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak,


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Maria Mas, E., Yudiernawati, A., & Maemunah, N. (2017). Hubungan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dengan Kejadian Diare Pada
Anak Balita (1-5 Tahun) di Posyandu Mawar Kelurahan Merjosari
Wilayah Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Nursing News, 2, 488–500.

Maryunani Anik. (2013). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Jakarta: CV
Trans Info Media.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Ppenelitian Kesehatan. Rineka Cipta..

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta : SalembaMedika.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice (7
vol 3). EGC.

Septiari.B. (2012). Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Nuha
Medika.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sujarweni, V. W. (2014). Metode Penelitian : Lengkap, Praktis dan Mudah


Dipahami. Pustaka Baru Press.

Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu.

Supartini. (2012). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. EGC.

Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:Sagung Seto.

Sutomo, B dan Anggraini, D. (2010). Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita.
PT. Agromedia Pustaka.

Terry, K. dan Susan. C. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri (2nd ed.). EGC.

WHO. (2017). Diarrhoeal disease. http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/

Widoyono. (2011). Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya. Erlangga.

Wongkar, A. H., & Futunanembun, M. M. (2017). HUBUNGAN PERILAKU


HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) IBU DENGAN KEJADIAN
DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS TOMPASO BARU
KABUPATEN MINAHASA SELATAN. Journal Of Community &
Emergency, 5(ISSN. 2337-7356).

Yuliastati & Amelia Arnis. (2016). Keperawatan Anak. Kementerian kesehatan


republik Indonesia.

Zein, U., Sagala, K.H., Ginting. J. (2010). Diare Akut Disebabkan Bakteri. Dari
%0Ahttp;//library.usu.ac.id/modules.php?
op=modload&name=Download&file
%0A=index&req=getit&lid=1285
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ibi:


Nama : Putri Amalia Indah
NIM : 010116A002
adalah mahasiswa Program Studi SI Keperawatan Reguler Fakultas Keperawatan
Universitas Ngudi Waluyo yang akan melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare
Pada Anak Balita Di UPTD Puskesmas Ambarawa”.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Saudara untuk
menjadi responden dalam penelitian tersebut. Adapun hal-hal yang perlu diketahui
adalah :
1. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan Hubungan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita
Di UPTD Puskesmas Ambarawa.
2. Saudara akan diminta mengisi kuesioner yang berkaitan dengan Perilaku
hidup bersih dan sehat ibu yang berkaitan dengan kejadian diare pada
Balita
3. Identitas saudara akan dirahasiakan sepenuhnya dan hanya data yang
Saudara sampaikan yang akan digunakan demi kepentingan penelitian.
Demikian penjelasan ini saya sampaikan, atas perhatian dan partisipasi Saudara
saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Putri Amalia Indah


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya mendapatkan penjelasan yang sudah saya mengerti dan pahami dengan baik,
maka saya :
Nama (Inisial) :
Alamat :
Telah memahami bahwa:
1. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan Hubungan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di
UPTD Puskesmas Ambarawa.
2. Saudara akan diminta mengisi kuesioner yang berkaitan dengan perilaku
hidup bersih dan sehat ibu yang berkaitan dengan kejadian diare pada Balita.
3. Identitas Saudara akan dirahasiakan sepenuhnya dan hanya data yang Saudara
sampaikan yang akan digunakan demi kepentingan penelitian.
Berdasar atas pemahaman tersebut, maka saya bersedia/ tidak bersedia*
untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang berjudul “Hubungan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Anak
Balita Di UPTD Puskesmas Ambarawa”
Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun
setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Demikian pernyataan ini saya buat
untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Ambarawa, 2020

Peneliti Yang menyetujui

Putri Amalia Indah ( )

*coret yang tidak perlu


KUISIONER PHBS IBU

Nomor Responden : ....................( diisi peneliti )

Nama ( Initial ) : .....................

Umur : ......................

Alamat : ......................

Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman dan perilaku sehari – hari Ibu dalam menghadapi situasi
hidup sehari-hari. Terdapat tiga pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap
pernyataan yaitu :

 Melakukan setiap hari (SL) jika perlakuan akan sesuatu dilakukan secara
terus menerus setiap hari/ setiap saat
 Kadang- kadang (KD) jika perlakuan akan sesuatu yang dilakukan hanya
ketika ingin
 Tidak pernah (TP) jika perlakuan akan sesuatu yang tidak pernah
dilakukan.
Selanjutnya Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda Chek (  )
pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Ibu.

Jawaban
No Pertanyaan
YA TIDAK
1 Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada bayi sampai
berumur 6 bulan?
2 Apakah ibu memberikan makanan tambahan (madu, bubur, jus)
selain ASI kepada bayi sebelum berusia 6 bulan?
3 Apakah pada saat bayi berusia kurang dari 6 bulan diberikan
susu formula jika ASI tidak cukup?
4 Apakah Ibu menggunakan air sungai untuk mencuci peralatan
makan dan minum?
5 Apakah Ibu menggunakan air bersih ( seperti : air pompa/air
ledeng/ sumur gali/ air kemasan ) untuk mencuci bahan
makanan?
6 Apakah Ibu menggunakan air bersih ( seperti : air pompa/
sumur gali/ air ledeng atau air kemasan ) untuk mencuci
tangan?
7 Apakah Ibu membersihkan tempat penampungan air sekali
Jawaban
No Pertanyaan
YA TIDAK
seminggu?
8 Apakah sumber air yang digunakan berjarak 10 meter dari
tempat penampungan kotoran, limbah atau septic tank?
9 Apakah Ibu menyimpan air ditempat penampungan air yang
terbuka?
10 Apakah Ibu memberikan minum dari air bersih yang dimasak
sampai mendidih?
11 Apakah Ibu menggunakan air sungai untuk mandi?
12 Apakah Air bersih yang tersedia kurang mencukupi untuk
kebutuhan sehari-hari?
13 Apakah Ibu mencuci pakaian bayi di sungai?
14 Apakah Ibu langsung memegang makanan tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu menggunakan air dan sabun?
15 Apakah Ibu mencuci tangan dengan air bersih (tidak berwarna,
tidak berbau, tidak keruh, tidak berasa) dan sabun setelah buang
air besar dan menceboki bayi?
16 Apakah Ibu mencuci tangan saja tanpa pakai sabun ketika mau
melakukan sesuatu?
17 Apakah Ibu melakukan buang air besar di sungai?
18 Apakah Ibu melakukan buang air besar di jamban yang terdapat
di rumah?
19 Apakah jamban yang ibu gunakan berjenis jamban leher angsa?
20 Apakah jamban yang digunakan mempunyai septictank?
21 Apakah Ibu membuang tinja/kotoran bayi di jamban rumah?
22 Apakah Ibu membersihkan jamban ketika terlihat kotor saja?
23 Apakah Ibu membuang tinja/kotoran bayi di pekarangan dekat
rumah?
24 Apakah jamban yang digunakan bersih dan tidak berbau?
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL PERILAKU PHBS

Correlations

perilakuPHBS
perilaku1 Pearson Correlation .803**
Sig. (2-tailed) .005
N 10
perilaku2 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku3 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku4 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku5 Pearson Correlation .803**
Sig. (2-tailed) .005
N 10
perilaku6 Pearson Correlation .803**
Sig. (2-tailed) .005
N 10
perilaku7 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku8 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku9 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku10 Pearson Correlation .803**
Sig. (2-tailed) .005
N 10
perilaku11 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku12 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilakuPHBS Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 10
perilakuPHBS
perilaku13 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku14 Pearson Correlation .803**
Sig. (2-tailed) .005
N 10
perilaku15 Pearson Correlation .999**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
perilaku16 Pearson Correlation .803**
Sig. (2-tailed) .005
N 10
perilaku17 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku18 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku19 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku20 Pearson Correlation .803**
Sig. (2-tailed) .005
N 10
perilaku21 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku22 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku23 Pearson Correlation .824**
Sig. (2-tailed) .003
N 10
perilaku24 Pearson Correlation .803**
Sig. (2-tailed) .005
N 10
perilakuPHBS Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 10
HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL PERILAKU PHBS

Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.980 24

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
perilaku1 13.7000 96.456 .784 .979
perilaku2 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku3 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku4 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku5 13.7000 96.456 .784 .979
perilaku6 13.7000 96.456 .784 .979
perilaku7 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku8 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku9 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku10 13.7000 96.456 .784 .979
perilaku11 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku12 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku13 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku14 13.7000 96.456 .784 .979
perilaku15 13.8000 94.178 .999 .977
perilaku16 13.7000 96.456 .784 .979
perilaku17 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku18 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku19 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku20 13.7000 96.456 .784 .979
perilaku21 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku22 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku23 13.7000 96.233 .807 .979
perilaku24 13.7000 96.456 .784 .979
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai