(Literature Review)
Disusun oleh :
YENI WINATA
NIM. C1614201065
Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan siap untuk dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya guna melengkapi syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
iii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut penulis ucapkan selain syukur Alhamdulillah kehadirat
kejadian keputihan pada remaja putri”. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik
tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
Tasikmalaya
Muhammadiyah Tasikmalaya
4. Neni Nuraeni, M.Kep., Ns., Sp., Kep., Mat., selaku pembimbing Utama yang
motivasinya.
iv
7. Ibunda dan ayahanda serta saudara-saudaraku tercinta, tersayang yang
ini.
9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
Akhir kata, semoga kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi amal soleh dan
ibadah bagi kita semua, dan mendapatkan balasan lebih dari Allah SWT dari apa
Penulis
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
YENI WINATA
Abstrak
Keputihan merupakan penyakit infeksi saluran reproduksi yang biasa terjadi pada
remaja puteri. Keputihan yang normal apabila tidak ditangani dapat menyebabkan
keputihan yang patologis. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kejadian keputihan pada remaja putri berdasarkan literature
review. Metode yang digunakan literatur review dengan penelusuran search
engine google schoolar didapat 9 artikel yang sesuai kriteria inklusi dan ekslusi.
Tahapan yang dilakukan identifikasi masalah, screening, analisa data
menggunakan IMRaD dan terahir menulis hasil analisis data. Hasil menunjukkan
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian keputihan adalah pengetahuan,
sikap dan personal hygiene. Melalui pengetahuan yang dimiliki, remaja dapat
mengetahui cara mencegah dan menghindari keputihan. Dari pengetahaun
tersebut, remaja memiliki sikap positif terhadap personal hygiene dan yang harus
dilakukan untuk mencegah keputihan. Personal hygiene yang baik dapat
mencegah keputihan. Oleh karena itu disarankan kepada perawat untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja putri agar pengetahuan, sikap
meningkat dan melakpersonal hygiene.
vi
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY TASIKMALAYA
FAKULTY OF HEALTH SCIENCE
NURSING STUDY PROGRAM
Abstract
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 2 Cikalong
2. SMPN 1 Cikalong
3. MAN 4 Tasikmalaya
Muhammadiyah Tasikmalaya
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
DAFTAR BAGAN............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Keputihan ......................................................................................... 6
C. Remaja.............................................................................................. 26
ix
B. Populasi dan Sampel ........................................................................ 30
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................. 47
A. Kesimpulan ..................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR BAGAN
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
banyak perubahan yang dialami, mulai dari perubahan fisik sampai psikologis.
(Widyaningsih, 2012). Pada anak usia SMP dan SMA atau remaja masalah
kehamilan yang tidak diinginkan, abortus yang tidak aman, infeksi menular
(Retnowati, 2017).
tergolong PMS. Wanita Indonesia yang pernah mengalami penyakit ini sangat
1
2
yang mengalami keputihan karena hawa di tanah air lembab, sehingga mudah
27,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat adalah usia remaja dan
wanita usia subur yang berusia 10-24 tahun. Adapun data yang diperoleh
berdasarkan laporan dari MCR (Mitra Citra Remaja) Tasikmalaya pada tahun
2018 dari 100 orang remaja putri yang konsultasi masalah kesehatan
besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid.
keputihan yang tidak normal adalah berupa keluarnya cairan secara berlebihan
dari yang ringan sampai yang berat misalnya keluar cairan kental, berbau
busuk yang tidak biasanya, dan berwarna kuning sampai kehijauan, ada rasa
keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak
keputihan, bukan tentang kebersihan daerah intim saja tapi juga cara
3
wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya
mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali, mandi setiap hari, membasuh area
genitalia setelah buang air besar atau kecil, melanjutkan aktivitas normal
remaja putri bisa disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan parasit. Namun
keputihan juga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan remaja yang masih rendah
reproduksi wanita yang kurang baik. Tindakan yang terpenting dalam menjaga
integritas kulit adalah menjaga hidrasi kulit dalam batas wajar (tidak terlalu
hasil analisa bivariat dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tindakan
kejadian keputihan.
tinggi pada remaja putri SMA Negeri 1 Loceret berhubungan dengan perilaku
higiene pribadi yang kurang baik yang dilakukan oleh remaja putri. Hasil
dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor infeksi dan faktor non-infeksi. Faktor
pembalut saat menstruasi, perawatan saat menstruasi yang kurang benar, dan
tidak ditangani dengan baik akan dapat menimbulkan berbagai penyakit dan
akan berujung fatal yaitu kemandulan, kehamilan diluar uterus, dan sebagai
literatur pada beberapa jurnal yang terkait dengan faktor penyebab kejadian
B. Rumusan Masalah
adalah pengetahuan, sikap dan vulva hygiene, penggantian celana dalam dan
perilaku saat menstruasi. Keputihan yang normal apabila tidak ditangani dapat
maka rumusan masalah ini adalah faktor penyebab apa saja penyebab kejadian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
4. Peneliti lainnya
Studi literatur ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keputihan
1. Pengertian
cairan dari alat atau organ reproduksi melalui vagina, selain darah. Dalam
dunia kedokteran keadaa itu disebut leukorea atau flour albus atau white
dapat juga merupakan gejala dari suatu kelainan atau keadaan yang
seperti kondisi mulut yang senantiasa basah oleh liur. Sekret yang
diproduksi oleh kelenjar pada leher atau mulut rahim (servisk), dinding
dinding vagina yang lepas serta penting dalam menjamin fungsi yang
optimal dari organ ini. Cairan dijaringan vagina ini berfungsi sebagai
7
8
dalam siklus haid. Pada masa pertengahan pertama dari siklus haid,
dan elastis. Setelah ovulasi (pelapasan sel telur) pada pertengahan siklus
Melalui pengamatan terhadap sifat sekret yang keluar ini, dapat diketahui
normal bila tanpa gejala dan tanda lain yang menunjukan kemungkinan
hormonal seperti pil KB. Gangguan hormonal inilah yang membuat cairan
vagina yang keluar sedikit berlebih. Inilah yang disebut keputihan (Lekore
atau flour albus) tapi keputihan akibat gangguan hormonal biasanya masih
dalam tahap keadaan normal karena tidak ada perubahan warna, baum atau
2. Penyebab keputihan
Keputihan bisa karena banyak hal. Benda asing, luka pada vagina ,
kotoran dari lingkungan, air tidak bersih, pemakian tampon atau panty
tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular
c. Bakteri Gardnella
mengisi sel-sel epitel vagina yang membentuk bentuk khas clue cell.
senyawa amin berbau amis. Warna cairan keabuan, berair, berbuih, dan
d. Virus
dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi
3. Klasifikasi keputihan
a. Keputihan normal
dari infeksi ditandai keluarnya lendir encer dan bening. Lendir ini tidak
menimbulkan rasa gatal dis ekitar vagina dan tidak menimbulkan bau
11
anyir. Keputihan jenis ini pada umumnya pernah dialami wanita dan
stres, depresi dan biasanya timbul pada saat menjelang atau setelah
b. Keputihan Abnormal
menimbulkan rasa gatal, terasa perih atau panas pada kemaluan apalagi
4) Sekret sedikit atau banyak, berupa nanah, rasa sakit seperti terbakar
senggama
tabel berikut :
Tabel 2.1
Klasifikasi keputihan
Kategori Keputihan fisiologis Keputihan patologis
Jumlah Normal, tidak terlalu Berlebihan dan terus
banyak menerus
Warna Bening, cenderung Putih susu,
tidak berwarna kekuningan,kuning
kehijauan
Bau Tidak berbau Berbau amis sampai
busuk
Gatal Tidak menimbulkan Menimbulkan rasa gatal
rasa gatal bahkan sampaiperih,
juga iritasi
Waktu Hanya beberapa waktu Tidak spesifik, dan
tertentu terjadinya terus
a. Saat hamil menerus selama belum
b. Sebelum atau dilakukan pengobatan
sesudah menstruasi
c. Jika terangsang
atau saat
berhubungan
seksual
d. Saat stress
melanda
13
ditandai adanya sekret yang berbeda dengan menimbulkan gejala lain pada
tidak enak, sekret berwarna, keputihan bersemu darah, atu keputihan yang
adanya iritasi pada serlaput lendir atau kulit di daerah kemaluan ssehingga
terasa perih atau panas, apalagi bila tersentuh air saat berkemih.
mulut rahim, keputihan yang parah dan dibiarkan lama tidak diobati dapat
yang ada dapat menjalar ke rongga rahim, kemudian ke saluran telur dan
saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang
dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang
c. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga
5. Pengobatan keputihan
timbulnya kembali Flour Albus. Untuk itu upaya yang dilakukan adalah
lainnya. Khusus untuk Flour Albus akibat infeksi maka pasangan seksual
penderita harus diperiksa dan diobati. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
pakai pakaian dalam katun yang agak longgar, jangan pakai stoking
kepastian diagnosa.
laboratorium.
1. Personal hygiene
a. Pengertian
wanita menyukai area perineal, mereka sendiri bila secara fisik mereka
2012).
Perawatan diri pada alat kelamin yang dimaksud adalah pada alat
anus.
dewasa terdapat bakteri yang baik yang disebut basil Doderlein. Dalam
keputihan :
air besar harus benar. Cara cebok yang benar adalah mengalirkan
mengeringkannya, bila arah ini salah maka kuman dari daerah anus
mengalami infeksi.
bahan katun.
7) Buang air besar yang tidak setiap hari juga merangsang sekresi
4) Pencegahan penyakit
6) Menciptakan keindahan
19
kebersihan mulut.
pasien.
kesehatan pasien.
membersihkan mulut
20
1) Citra tubuh
2) Praktik sosial
3) Status sosioekonomi
4) Pengetahuan
5) Budaya
6) Kebiasaan seseorang
7) Kondisi fisik
patologis
2. Pengetahuan
a. Pengertian
dan sikap atau prilaku yang dituliskan sebagai gejala dalam alam yang
baik dan buruk, indah dan jelek. Pengetahuan pada hakikatnya adalah
2010).
keputihan dengan personal hygiene yang baik. Selain itu juga remaja
(2013), Nanlessy (2013), Abrori (2017) Ario (2018) dan Rahmi ( 2016)
3. Sikap
a. Pengertian
target, yang berarti ia terus mengalami bias positif dan negatif terhadap
sikap tertentu.
seseorang juga dapat berubah akibat bujukan. Hal ini bisa terlihat saat
Prisatianti (2013) adalah kondisi vagina yang terlalu lembab. Area vagina
yang lembab akan membuat jamur dan bakteri berbahaya tumbuh lebih
keluarnya cairan kental berwarna putih yang disertai dengan rasa gatal.
celana dalam yang tepat, dan sering mengganti celana dalam. Karena
celana dalam melekat langsung pada kulit maka area yang tertutupi celana
mengganti celana dalam ketika celana sudah terasa lembab dan tidak
dilakukan. Jika suka berolahraga, celana dalam akan lebih cepat lembab,
vagina. Kelembaban yang terlalu tinggi akan membuat jamur dan bakteri
(berpotensi jadi penyakit). Celana dalam yang paling baik untuk menjaga
kesehatan vagina adalah yang berbahan katun. Bahan katun memiliki pori-
dengan baik. Selain itu, katun juga memiliki elastitas yang baik dan tekstur
kain yang lembut sehingga tidak menimbulkan alergi atau gatal pada area
tersebut. Hindari memilih celana dalam yang terbuat dari bahan yang
berpori kecil seperti satin atau spandex yang terlalu ketat. Hindari juga
memilih celana dalam yang berbahan tile. Sekalipun berpori besar (mirip
jala), namun tektur kainnya yang agak kasar membuat tidak nyaman
ini disebabkan oleh terjadinya perubahan hormonal secara alami yang turut
yang pada saat normal berada di angka 3,8–4,5 bisa meningkat saat
jamur dan bakteri meningkat, serta mengurangi jumlah bakteri baik yang
pada area kewanitaan, bersihkan area vagina dengan arah basuhan dari
bersih untuk menghindari bakteri masuk ke dalam vagina, baik pada saat
dilakukan satu sampai dua kali sehari untuk mencegah atau mengurangi
Remaja pda saat menstruasi dapat mengganti pembalut setiap 3–4 jam
seperti katun alami dan tidak terlalu ketat. Beberapa tindakan perawatan
vagina setiap kali selesai buang air kecil dan buang air besar. Pastikan
mengeringkan vagina.
keringat dan tidak terlalu ketat. Penggunaan celana dalam seperti ini,
sehat.
dapat menimbulkan bau dan infeksi yang diakibatkan oleh darah haid.
C. Remaja
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa
Masa remaja yang kita alami merupakan suatu periode dalam rentang
kehidupan manusia, mau tidak mau kita pasti kita mengalaminya. Pada masa
ini berlangsung proses proses perubahan secara biologis juga secara psikologis
31
yang dipengaruhi berbagai faktor, temasuk oleh masyarakat, teman sebaya dan
juga media massa. Pad amasa remaja sudah mulai belajar untuk meninggalkan
mempelajari perubahan pola prilaku dan sikap baru orang dewasa. Selain itu,
remaja juga dihadapkan pada tuntutan yang terkadang bertentangan, baik dari
2016).
masa remaja awal 10-12 tahun, masa remaja madya usia 13-15 tahun dan masa
berada pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa dengan beberapa
reproduksi yaitu :
32
laki.
ketiak.
3) ingin mengetahui hal-hal baru, rasa ingin tahu yang tinggi sehingga
KERANGKA KONSEP
disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di
sekitar bibir vagina bagian luar. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan
sebagai berikut :
perubahan fisik
Remaja sampai psikologis
kesehatan
reproduksi
Faktor keputihan:
✓ Pengetahuan
✓ Sikap
✓ Vulva hygiene Keputihan
✓ Penggunaan celana dalam
✓ Perilaku saat menstruasi
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh
dengan keputihan pada remaja dengan jumlah jurnal sebanyak 1670 jurnal
nasional
2. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk
2015: 173). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara
remaja yaitu pencarian melalui elektronik data base yang bersumber dari
pada remaja.
3. Kriteria inklusi
yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
remaja
4. Kriteria ekslusi
5. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
1. Identifikasi masalah
artikel/jurnal
2. Screening
sebanyak 9 artikel.
38
3. Penilaian Kualitas
4. Analisa Data
Tahap ini, peneliti menulis hasil pada tabel IMRaD tersebut ke dalam
sebuah narasi untuk melihat persamaan dan perbedaan dari jurnal dan
meliputi proses identifikasi, screening, penilaian kualitas artikel, analisa data dan
menulis hasil analisis. Adapun langkah proses dan hasil data yang diperoleh dapat
39
40
keputihan, jenis celana dalam, cara cebok dengan kejadian keputihan pada
Hasil penelitiannya tidak ada hubungan antara pengetahuan, cara cebok dan
tidak adanya hubungan antara pengetahuan, jenis celana dalam dan cara cebok
dapat disebabkan oleh faktor lain karena infeksi, adanya benda asing, personal
sebesar 99,9% baik dan 0,1% buruk. Tingkat sikap tentang vaginal hygiene
didapatkan data sebesar 100% baik. Tingkat perilaku tentang vaginal hygiene
(keputihan) pada remaja putri di SMA PGRI Pekanbaru tahun 2013. Jenis
digunakan adalah cross sectional. Subjek penelitian ini adalah siswi kelas X
dan Kelas XI yang berjumlah 125 orang. Teknik sampling yang digunakan
mengalami flour albus yang normal sebanyak 119 (95,2%), responden dengan
diperoleh P value semua variabel < ɑ (0,05), berarti terdapat hubungan yang
terjadinya flour albus. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai OR yang paling
tinggi diantara variabel yang lain adalah variabel pengetahuan dengan nilai
tingkat pengetahuan rendah berpeluang 9,900 kali terjadinya flour albus tidak
orang dengan criteria inklusi dan eksklusi. Hasil yang disajikan dalam bentuk
dan tidak ada hubungan antara perilaku remaja putri dalam menjaga
Variabel yang diteliti adalah karakteristik responden meliputi usia dan tingkat
43
dialami sebagian besar keputihan yang dialami adalah keputihan yang tidak
6. Abrori (2017)
kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji chi square Hasil penelitian
(p=0,007), dan penggunaan toilet umum (p= 0,021) dengan kejadian keputihan
sebanyak 207 remaja putri. Hasil penelitian dari ujichi-square dengan nilai (sig
(p=0,025). Hasil uji penelitian dengan metode Enter dengan nilai (sig α <0,05)
sebagian besar responden berada pada usia remaja (16-18 tahun) yaitu
(48.8%), sikap responden berada pada sikap yang baik sebanyak 50 responden
(61.0%), dan tindakan responden berada pada tindakan yang baik sebanyak 43
responden (52.4%). Hasil analisa bivariat dapat disimpulkan bahwa tidak ada
remaja putri yang berpengetahuan baik sebesar 61,7%, remaja putri yang
bersikap positif sebesar 56,8%, remaja putri yang berperilaku positif sebesar
50,6%, remaja putri yang berpengetahuan baik serta bersikap positif sebesar
68,0%, dan remaja putri yang berpengetahuan baik serta berperilaku baik
46
sebesar 62%. Simpulan dari penelitian ini adalah penanganan keputihan yang
dilakukan oleh remaja putri di Desa Cilayung dilihat dari tingkat pengetahuan,
PEMBAHASAN
didasarkan pada adanya perubahan pada masa remaja. Masa remaja merupakan
masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Perubahan yang dapat dijumpai
pada masa remaja khususnya remaja putri adalah perubahan bentuk tubuh, adanya
perubahan pada organ reproduksi dan lainnya. Pada umumnya setiap remaja
wanita dapat mengalami keputihan. Keputihan ada yang bersifat normal dan ada
yang abnormal sehingga dapat berdampak pada gambaran dan harga diri remaja
putri tersebut. Masalah keputihan adalah masalah sejak lama yang telah dialami
oleh wanita khususnya remaja. Remaja adalah bagian dari populasi yang beresiko.
Keputihan patologis yang tidak dicegah dan ditangani dengan baik dapat
2013; Febryary, 2016; Rahmi, 2016; Azizah, 2017 dan Nanlessy, 2013)
Hal ini sesuai teori Prayitno (2014) yang mengatakan bahwa keputihan
dapat terjadi dalam keadaan yang normal, tetapi dapat juga merupakan gejala dari
dari adanya perubahan pada alat-alat organ reproduksi remaja. Salah satu masalah
yang sering dialami oleh remaja khususnya wanita adalah keputihan. Oleh karena
47
48
itu remaja meurpakan populasi yang beresiko dan harus mendapatkan pehatian
vagina, penggunaan toilet umum, pemakaian pantyliner, cara cebok, jenis celana
Ilmiawati, 2016; Abrori, 2017; Oriza, 2018; Azizah, 2017 dan Nanlessy, 2013).
sendiri sebagian besar termasuk baik. Dalam hal ini remaja dapat mengetahui
yang sedang. Hasil penelitian yang berbeda juga ditemukan pada penelitian
Pada faktor sikap, didapatkan sebagian besar remaja memiliki sikap yang
baik atau positif tentang vulva hygiene (Pradnyandari, 2018; Febryary, 2016;
Rahmi, 2016). Namun pada penelitian Kursani (2013) remaja sebgaian besar
baik, dalam hal ini remaja dapat melakukan personal hygiene seperti pengertian
49
(Pradnyandari, 2018; Febryary, 2016 dan Rahmi, 2016). Namun dalam penelitian
Kursani (2013) sebagian besar remaja tidak melakukan personal hygiene dengan
baik. Seperti seperti mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara
Sebagian besar remaja mengalami keputihan atau flour albus yang normal
(Kursani, 2013). Namun pada penlitian Ilmiawati (2016), Rahmi (2016) dan
Abrori (2017) kasus keputihan yang dialami sebagian besar keputihan yang
dialami adalah keputihan yang tidak normal seperti kental, wana kehijauan dan
Oriza, 2018).
tidak ada hubungan antara pengetahuan, cara cebok, jenis celana dalam dengan
tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja putri dalam menjaga kebersihan
mengetahui bahwa menjaga vaginal hygiene adalah hal positif yang harus
dimiliki menyebabkan remaja tidak mengetahui hal yang baik dan buruk bagi
dirinya.
pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
atau mengobati keputihan. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2010) yang
yang baik. Selain itu juga remaja dengan pengetahuannya yang baik mengenai
51
jenis keputihan, maka akan mampu membedakan jenis keputihan normal dan
sebelumnya penelitian oleh Azizah (2017) Nanlessy (2013) dan Rahmi (2016),
keputihan dalam penelitian tersebut dapat disebabakan oleh faktor lain misalnya
karena infeksi, adanya benda asing, personal higoene yang buruk dan perilaku saat
menstruasi.
Menurut teori dari (Santina, Wehbe, Ziade, & Nehme, 2013) menyebutkan
bisa disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan parasit. Keputihan memerlukan
perawatan yang baik, Perawatan diri saat menstruasi meliputi mengganti pakaian
dan celana dalam dengan teratur, mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali,
mandi setiap hari, membasuh area genitalia setelah buang air besar atau kecil,
termasuk baik. Sikap atau responden yang positif terhadap cara pencegahan
penyakit akan menimbulkan perilaku yang baik. Sebaliknya sikap yang negatif
52
menganggap bahwa keputihan adalah yang yang warjar dan akan hilang
dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tidak sering
membunuh flora normal yang ada di vagina. Keadaan pH yang normal akan
membunuh bakteri patogen yang ada di vagina, dimana bakteri patogen tersebut
keseimbangan flora normal akibat pengunaan cairan antiseptik, maka akan terjadi
menjadi lembab terutama pada organ genitalia. Akibatnya bakteri dan jamur dapat
menimbulkan bau tidak sedap serta infeksi. Untuk itulah diperlukan dalam
sehingga dengan pengetahuan kruang tersebut remaja dapat memiliki sikap yang
A. Kesimpulan
personal hygiene dan sikap dengan kejadian keputihan. Namun pada faktor
B. Saran
54
55
3. Peneliti lainnya
remaja perlu dilakukan, dan menggunakan metode atau faktor lain yang
lebih luas
DAFTAR PUSTAKA
Anurogao, (2011). 45 Penyakit Aneh dan Khusus; Seluk Beluk dan Solusi Praktis
Terhadap Penyakit Aneh dan Khusus yang Wajib Kita Tahu. Yogyakarta:
C.V Andioffset.
Johar (2013). Persepsi Dan Upaya Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri di
SMA Muhammadiyah 1 Semarang. Jurnal Keperawatan Maternitas .
Volume 1, No. 1, Mei 2013; 37-45
Kurnia Sari (2013). Identifikasi Faktor Penyebab Keputihan Pada Remaja Putri.
Fakultas Kesehatan dan Farmasi, Universitas Adiwangsa Jambi, Indonesia
56
Notoatmodjo, (2010). Ilmu Perilaku dan Pendidikan Kesehatan. Teori dan aplikai
. Jakarta : Rineka Cipta
Nurjanah (2012). Serangan Penyakit -penyakit Khas Wanita Paling Sering
Terjadi. Yogyakarta: Buku Biru.
Santina, Wehbe, Ziade, & Nehme, (2013). Assessment of beliefs and practices
relating to menstrual hygiene of adolescent girls in Lebanon. International
Journal of Health Sciences and Research, 75-88.
57
Wisnuwardani, (2014). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Buku Archan.
Jakarta
58
Lamprian 1. Analisa Data (IMRAD)
60
N Author Title Introductio Method Result Discussio
o n n
sikap
tentang
vulva
hygiene
pemakaian
pantyliner
dan
pemakaian
cairan
pembersih
vagina
sebesar kategori
50,6%, baik
65