“DEMENSIA”
Dosen pembimbing :
Lilis Lismayanti M.Kep
Nina Pamela Sari, M.Kep
Miftahul Falah, MSN
Disusun Oleh :
Nadya Paramitha
I. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetatif atau keadaan
yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas
komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. (Elizabeth J. Corwin, 2009)
Demensia adalah penurunan fungsi intelektual yang menyebabkan hilangnya independensi sosial.
(William F. Ganong, 2010)
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori
yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -hari. Demensia merupakan
keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata
mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Nugroho, 2008).
Jadi, Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Penyakit yang dapat dialami oleh semua
orang dari berbagai latar belakang pendidikan maupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat
perawatan khusus untuk demensia, namun perawatan untuk menangani gejala boleh dilakukan.
B. EPIDEMIOLOGI
Lanjut usia yang berusia di atas 65 tahun beresiko terkena penyakit demensia Alzheimer.
Penyakit ini dapat dialami oleh semua orang. Jumlah manusia dengan demensia didunia sekarang
ini mencapai 35.6 juta. Jumlah ini akan bertambah dua kali lipat pada tahun 2030 dan akan menjadi
tiga kali lipat pada tahun 2050. Jumlah kasus baru pada demensia setiap tahun mendekati 7.7 juta,
mengindikasikan satu kasus baru setiap 4 detik. Jumlah penduduk dengan demensia itu akan
mendekati dua kali lipat setiap 20 tahun, 65.7 juta pada tahun 2030 dan 115.4 juta pada tahun 2050
(WHO 2012).
1. Kehilangan memori
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa tentang informasi yang
baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasa yang diamali lansia yang menderita
demensia seperti lupa dengan pentujuk yang diberikan, nama maupun nomer telepon, dan
penderita demensia akan sering lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.
2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk menyelesaikan rutinitas pekerjaan
sehari-hari. Lansia yang mengadalami Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak
mengerti tentang langkah-langkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti
menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah tangga dan melakukan hobi.
3. Masalah dengan bahasa
Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitan dalam mengelolah kata yang tepat,
mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali membuat kalimat yang sulit untuk di
mengerti orang lain
4. Disorientasi waktu dan tempat
Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit Demensia lupa dengan hari atau
diaman dia berada, namun dengan lansia yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan,
lupa dengan dimana mereka berada dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak
mengetahui bagaimana kebali kerumah.
5. Tidak dapat mengambil keputusan
Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna dalam
setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat cuaca atau salah memakai pakaian, tidak
dapat mengelolah keuangan.
6. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih maupun senang atau
mengalami perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami
demensia dapat menunjukan perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis dan
marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun
dengan yang dialami lansia dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian,
misalnya ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan pada
anggota keluarga.
Menurut (Banerjee et all, 2015), penyebab dan factor resiko terjadinya demensia adalah:
1. Penyakit alzheimer
Penyebab utama penyakit demensia adalah penyakit alzheimer. Demensia 50% di sebabkan oleh
penyakit alzheimer, 20% disebabkan gangguan pembulu otak, dan sekitar 20% gabungan
keduannya serta sekitar 10% disebabkan faktor lain. Penyebab alzheimer tidak diketahui pasti
penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor genetik, penyakit alzheimer ini
ditemukan dalam beberapa keluarga gen tententu.
2. Serangan Stroke
Penyebab kedua demensia adalah serangan stoke yang terjadi secara ulang. Stroke ringan dapat
mengakibatkan kelemahan dan secara bertahap dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
otak akibat tersumbatkan aliran darah (infark). Demensia multiinfark serasal dari beberapa
stoke ringan, sebagian besar penderita stoke memliki tekanan darah tinggi (hipertensi) yang
menyebabkan kerusakan pembulu darah pada otak.
3. Serangan lainnya
Serangan lainnya dari demensia adalah demensia yang terjadi akibat pencederaan pada otak
(cardiac arrest), penyakit parkison, AIDS, dan hidrocefalus.
Menurut Nugroho (2008) penyebab dan factor resiko terjadinya demensia dapat
digolongkan menjadi 3 golongan besar :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu :
terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada
metabolisme
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab
utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3) Khorea Huntington
c. Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantaranya :
1) Penyakit cerebro kardiofaskuler
2) penyakit- penyakit metabolik
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun
II. PENGKAJIAN
A. DATA FOKUS
1. Katz index
2. Barthel Indeks
Total skor 11
Skor ADL
20 : mandiri
12-19 : ketergantungan ringan
9-11 : ketergantungan sedang
5-8 : ketergantungan berat
0-4 : ketergantungan total
Berdasarkan pengkajian Barthel indeks, lansia mendapat nilai 11 yang berarti mengalami
ketergantungan sedang.
Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan hasil 2 benar
dan 8 salah ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual klien mengalami kerusakan sedang.
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Dari hasil MMSE (Mini Mental Status Exam) di dapatkan hasil 10 ini menunjukkan
bahwa klien mengalami gangguan kognitif berat.
4. Pengkajian Status Mental
Klien terlihat kebingungan, kontak mata kurang, kesulitan mengingat pengalaman,
keterbatasan menangkap informasi, kesulitan belajar hal-hal lain.
SKORE URAIAN
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat
mengahadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar dari
nya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adala sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umum nya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk/tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri
H. Menarik diri dari social
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah bapak/ibu sebenarnya puas dengan Ya Tidak
kehidupan bapak/ibu?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak Ya Tidak
kegiatan dan minat atau kesenangan bapak/ibu?
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa orang lain lebih baik Ya Tidak
keadaannya dari bapak/ibu?
Total Nilai:
Keterangan
Skor total ditentukan tingkatan depresi dengan kriteria :
0 – 4 (tidak ada gejala depresi),
5 – 8 (gejala depresi ringan),
9 – 11 (gejala depresi sedang),
12 – 15 (gejala depresi berat) (Sherry, 2012).
Berdasarkan hasil pengkajian yesavage diatas, terdapat nilai 10 yang berarti lansia
mengalami gejala depresi sedang
10 Berjalan menyamping 3
11 Berjalan mundur 3
12 Berjalan mengikuti lingkaran 3
Jumlah 36
Keterangan
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3: mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas
Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan
Berdasarkan pengkajian keseimbangan diatas, klien memperoleh nilai 36 yang berarti mampu
melakukan sedikit bantuan.
2. ANALISA DATA
Data Objektif
1. Klien tampak
kebingungan,
disorientasi waktu.
2. Klien kesulitan
mengingat
pengalaman
3. Kontak mata kurang
4. Evaluasi
1) Diagnosa :
Kerusakan memori b.d Degenerasi neuron irevesibel
Evaluasi Formatif
Keluarga mengidentifikasi kemungkinan penyebab gangguan pasien
Evaluasi Sumatif
Tidak terjadi peningkatan kerusakan memori
2) Diagnosa :
Hambatan komunikasi verbal b.d Perubahan fisiologis
Evaluasi Formatif :
- Keluarga mengidentifikasi disorientasi dan melakukan reorientasi
- Keluarga menyesuaikan pendekatan komunikasi dengan kemampuan pasien dalam
berinteraksi
Evaluasi Sumatif :
Tidak terjadi hambatan komunikasi verbal
BAB II
LITERATURE REVIEW
NO 1 2 3 4 5
JUDUL Pengaruh Senam Pengaruh Senam Pengaruh Senam Pengaruh Latihan Pengaruh Senam
Otak Terhadap Otak Terhadap Otak Terhadap Senam Otak Dan Otak Dan
Perubahan Daya Penurunan Peningkatan Art Therapy Bermain Puzzle
Ingat (Fungsi Tingkat Demensia Short Term Terhadap Terhadap Fungsi
Kognitif) Pada Pada Lansia Memory Pada Fungsi Kognitif Kognitif Lansia
Lansia Di Lansia Lansia Dengan Di Pltu Jember
Panti Sosial Tresna Demensia Di Pstw
Werdha Mulia Yogyakarta Unit
Dharma Kubu Raya Budi Luhur Dan
Abiyoso
INTRODUCTION Peningkatan jumlah Adanya penurunan Tahap akhir Sebagian besar Fungsi kognitif
penduduk lansia fungsi tubuh lansia tumbuh kembang lansia mengalami terdiri dari belajar
menimbulkan yang manusia adalah demensia dan proses, persepsi,
berbagai masalah mengakibatkan lansia. Banyak penatalaksanaannya pemahaman dan
sosial, kerusakan progresif perubahan yang dapat dilakukan rasionalisasi.
ekonomi dan fungsi-fungsi terjadi pada lansia. dengan cara Sebagian besar
kesehatan. Beberapa kognitif tanpa Perubahan mental farmakologi dan orang tua
masalah kesehatan disertai yang terjadi berupa non menghadapi
yang sering terjadi gangguan penurunan farmakologi. penurunan fungsi
pada usia lanjut kesadaran yang intelektualitas yang Penelitian ini kognitif. Penelitian
antara biasa disebut meliputi persepsi, bertujuan untuk ini dilakukan untuk
lain gangguan fungsi demensia, hal ini kemampuan mengetahui mengetahui
kognitif dan menyebabkan kognitif, memori pengaruh latihan efektivitas
keseimbangan. lansia dan belajar yang senam otak dan art kombinasi otak
Lansia yang tidak dapat menyebabkan therapy terhadap permainan dan
mengalami beraktivitas dengan mereka sulit untuk fungsi teka-teki untuk
penurunan fungsi baik. Senam otak dipahami dan kognitif lansia meningkatkan
kognitif, diperlukan merupakan salah berinteraksi. Fakta dengan demensia fungsi kognitif
suatu cara guna satu metode yang terjadi banyak yang tua.
mencegah penurunan gerak dan latih otak individu
fungsi kognitif yang berguna dalam mengalami
tersebut, satu meningkatkan gangguan memori
diantaranya dengan fungsi kognitif setelah usia 45
menggunakan terapi terutama tahun ke atas.
senam otak. pada lansia. Namun
kemampuan
memori dapat di
pertahankan dan di
tingkatkan melalui
latihan memori
jangka pendek.
METHOD Penelitian ini bersifat penelitian pre- Penelitian ini Penelitian ini adalah Penelitian ini
kuantitatif experimental, menggunakan Quasy Experimental menggunakan
menggunakan quasy dengan desain pre- Pre-Post Control desain
experiment dengan menggunakan experimental Goup Design. eksperimental pre
time one-group pretest- dengan pendekatan dengan pra posting
series design. posttest design dan teknik static group ujian desain.
teknik purposive comparison
sampling
RESULT Rerata skor fungsi Hasil analisis data Hasil penelitian Pada kedua Sebelum
kognitif sebelum dan diketahui bahwa didapatkan nilai p = kelompok terjadi pengobatan, 48
sesudah dilakukan rerata skor pre-test 0.317 pada peningkatan fungsi responden
senam otak adalah MMSE 21,7±0,95 kelompok control kognitif namun menunjukkan
15,038 poin, post-test dan nilai 0.000 pada kelompok bahwa semua dari
(pretest), 19,92 sebesar 23,2±1,23 pada kelompok intervensi lebih mereka memiliki
(Posttest 1), 21,73 poin. Uji paired perlakuan. tinggi dibandingkan kerusakan kognitif
(Posttest 2), 24,12 samples test kelompok kontrol. yang moderat.
(Posttest 3), 26,04 diketahui Setelah
(Posttest 4). Terdapat probabilitasnya pengobatan, 12
peningkatan 0,000 < 0,05 maka responden
bermakna skor fungsi Ha diterima dan Ho menunjukkan
kognitif antara ditolak, itu berarti kerusakan kognitif
sebelum dan sesudah bahwa ringan dan sisanya
senam otak (p<0,05). terdapat pengaruh menunjukkan
senam otak fungsi kognitif
terhadap yang moderat.
penurunan tingkat
demensia pada
lansia.
DISCUSSION Peningkatan skor Berdasarkan hasil Hal ini Hal ini Hal ini
fungsi kognitif penelitian tersebut menunjukkan menunjukkan menunjukkan
yang didapat setelah menunjukkan terdapat pengaruh bahwa pada bahwa otak gym
dilakukan intervensi bahwa terdapat senam otak kelompok dan teka-teki
senam otak adalah peningkatan yang terhadap intervensi efektif dalam
karena pemberian signifikan antara peningkatan daya peningkatan fungsi rangka untuk
stimulus pada otak pre-test dan post- ingat jangka kognitif sebelum meningkatkan atau
yang dilakukan test yang artinya pendek lansia. dan sesudah mempertahankan
dengan terjadi dilakukan latihan fungsi kognitif
menggunakan penurunan tingkat senam otak dan art pada lansia.
gerakan-gerakan demensia secara therapy jauh
senam signifikan antara melebihi
otak. Otak bukanlah sebelum dan peningkatan fungsi
organ yang statis, sesudah kognitif yang terjadi
melainkan dinamis perlakuan senam pada kelompok
yang senantiasa otak. Selanjutnya kontrol yang
tumbuh dan dapat disimpulkan dibuktikan adanya
berkembang bahwa terdapat selisih rata-rata
membentuk pengaruh skor fungsi kognitif
jaringan antar sel senam otak antara
saraf. Pembentukan terhadap kelompok kontrol
dan penurunan tingkat dan kelompok
pertumbuhan demensia pada intervensi yaitu
jaringan ini lansia. Sebaiknya sebesar 2,68.
dipengaruhi oleh pemberian senam
stimulasi dari otak dipertahankan
lingkungan. Otak bagi para lansia
beradaptasi terhadap karena dapat
stimulasi lingkungan, menurunkan
dimana semakin tingkat demensia.
banyak dan semakin
sering otak diberikan
stimulus, maka
semakin banyak dan
kuat jalinan antar sel
saraf
LITERATURE REVIEW : PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PERUBAHAN FUNGSI KOGNITIF
PADA LANSIA DEMENSIA
ABSTRAK
Pendahuluan: Lansia demensia di Indonesia mendekati satu juta orang. Beberapa masalah
kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut Antara lain gangguan fungsi kognitif dan
keseimbangan. Banyak perubahan yang terjadi pada lansia. Perubahan mental yang terjadi berupa
penurunan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar yang
menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi sehingga diperlukan suatu cara guna
mencegah penurunan fungsi kognitif tersebut, satu diantaranya dengan menggunakan terapi senam
otak. Senam otak merupakan salah satu metode gerak dan latih otak yang berguna dalam
meningkatkan fungsi kognitif terutama
pada lansia. Tujuan: Tujuan dari literature review adalah untuk me-review Pengaruh Senam Otak
Terhadap Peningkatan Daya Ingat (Fungsi Kognitif) Pada Lansia Metode: Literature review
menggunakan studi kepustakaan melalui artikel/ jurnal penelitian sebagai sumber data yang
didapatkan dengan menggunakan search engine Google Scholar menggunakan kata kunci Brain
Gym, Dementia. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 5 penelitian yang menyetujui bahwa senam
otak dan teka-teki efektif dalam rangka untuk meningkatkan atau mempertahankan fungsi kognitif
pada lansia. Yang berarti pada beberapa penelitian juga menyetujui bahwa semakin banyak dan
semakin sering otak diberikan stimulus, maka semakin banyak dan kuat jalinan antar sel saraf
sehingga menurunkan resiko demensia dan meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yang
mengalami demensia.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruhsenam otak terhadap penurunan
tingkat demensia pada lansia. Sebaiknya pemberian senam otak dipertahankan bagi para lansia
karena dapat
menurunkan tingkat demensia.
PENDAHULUAN
Lansia adalah seseorang yang berusia ≥ 60 tahun, baik pria maupun wanita, yang
masih aktif beraktifitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari
nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya.
Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di
dunia. Dampak keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain terjadinya penurunan
angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan
hidup penduduk Indonesia. Di Indonesia, usia harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun
(2004) meningkat menjadi 72 tahun (2015). Usia harapan hidup penduduk Indonesia
diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga persentase penduduk Lansia terhadap total
penduduk diproyeksikan terus meningkat.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, jumlah Lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta
orang atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia. Data tersebut menunjukkan
peningkatan jika dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yaitu 18,1 juta
orang atau 7,6% dari total jumlah penduduk.
jumlah penduduk lansia laki-laki sebesar 8,29 juta orang. Jika dilihat menurut
kelompok umur, jumlah lansia terbagi menjadi lansia muda (60 – 69 tahun) sebanyak 10,75
juta orang, lansia menengah (70 – 79 tahun) sebanyak 5,43 juta orang dan lansia tua (80
tahun ke atas) sebanyak 1,86 juta orang. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia
akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa pertahun. Padahal jumlah penduduk di
Indonesia selama kurun waktu yang sama hanya meningkat sekitar dua kali lipat.
Laporan Departemen Kesehatan RI tahun 1998 mengatakan bahwa peningkatan
angka kejadian demensia berbanding lurus dengan meningkatnya umur harapan hidup
suatu populasi. Kira-kira 5% usia lanjut pada rentang usia 65 – 70 tahun menderita
demensia meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia diatas 85
tahun.
Demensia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan gangguan kognitif dan
memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita Alzheimer mengalami
gangguan memori dan proses berpikir sehingga mempengaruhi individu pada kemampuan
membuat keputusan.
Penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada lansia dengan demensia seringkali
mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial lansia. Kondisi ini juga akan
berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Intervensi-intervensi yang menstimulasi fungsi
kognitif sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dengan demensia.
Penatalaksanaan demensia dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non farmakologi.
Intervensi farmakologi yaitu dengan diberikan obat-obatan yang dapat memperbaiki fungsi
kognitif dan intervensi non farmakologi meliputi intervensi-intervensi yang tercakup ke
dalam Cognitive Rehabilitation Therapy (CRT). Salah satu dari intervensi CRT adalah terapi
alternatif yang antara lain terapi aktifitas seperti latihan senam otak.
Menurut ahli senam otak sekaligus penemu senam otak dari lembaga Educational
Kinesiology Amerika Serikat Paul E, denisson Ph. D., meski sederhana, senam otak mampu
memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantang
dan tuntutan hidup sehari- hari. Selain itu senam otak juga akan meningkatkan kemampuan
berbahasa dan daya ingat. Pada lansia, penurunan kemampuan otak dan tubuh akan
membuat tubuh mudah terserang penyakit, pikun dan frustasi. Meski demikian, penurunan
ini, bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak, dengan tujuan untuk memperlancar
aliran darah dan oksigen ke otak serta merangsang kedua belah otak bekerja.
TUJUAN
Tujuan umum review ini adalah untuk mengeksplorasi pengaruh latihan senam otak dan terhadap
fungsi kognitif pada lansia dengan demensia. Tujuan khusus meliputi diketahuinya:
1. Karakteristik lansia dengan demensia
2. Apakah senam otak dapat meningkatkan Fungsi kognitif pada lansia dengan demensia?
3. Apakah senam otak memiliki efek lain yang belum popular dan perlu diteliti?
METODE PENELITIAN
Strategi dalam mencari jurnal yang digunakan dalam literature review, pertanyaan
yang digunakan untuk melakukan review jurnal yang disesuaikan dengan IMRAD. Jurnal
yang digunakan dalam literature review didapatkan melalui database penyedia jurnal
international Google scholar.
Penulis menuliskan kata kunci yaitu “dementia”, “Cognitive” dan “brain gym” dan
dipilih full text. Muncul 998 temuan, kemudian dipersempit 10 tahun terakhir 2009 – 2019
dan ditemukan 796 temuan selanjutnya diurutkan dari yang terbaru.
Setiap pertanyaan tersebut telah mengikuti IMRAD dimana setiap pertanyaan
terdapat Introduction, Method, Results, and Discussion.
Hal lain yang relevan yang penulis gunakan dalam mendapatkan jurnal tentang
keefektifan senam otak terhadap fungsi kognitif pada lansia demensia.
Penulis mengambil semua desain penelitian yang digunakan dalam mengidentifikasi
keefektifan dari Senam otak terhadap fungsi kognitif pada lansia demensia.
KRITERIA INKLUSI
Kriteria inklusi jurnal yang digunakan adalah:
1. Topik penelitian berkaitan dengan senam otak untuk peningkatan fungsi kognitif pada lansia
2. Jenis penelitian kuantitatif
3. Desain penelitian meliputi semua desain penelitian yang digunakan dalam mengidentifikasi
keefektifan dari Senam otak terhadap fungsi kognitif pada lansia demensia
4. Sampel penelitian adalah lansia
5. Bentuk penelitian adalah aktifitas fisik dengan latihan senam otak
6. Hasil dalam artikel adalah laporan mengenai pengaruh Senam otak terhadap fungsi kognitif
pada lansia demensia
PENCARIAN LITERATUR
Pencarian artikel dengan menggunakan search engine Google scholar dengan menggunakan
keywords : “dementia”, “Cognitive” dan “brain gym” tanpa pembatasan waktu dan metodologi
penelitian. Hasil pencarian ditemukan 998 artikel yang berkaitan dengan demensia, lansia dan
senam otak.
HASIL PENCARIAN
Proses pencarian artikel dilakukan melalui search engine google scholar yang
menghasilkan 998 temuan, kemudian dipersempit 10 tahun terakhir 2009 – 2019 dan
ditemukan 796 temuan selanjutnya diurutkan dari yang terbaru. Lalu diambil dari 796
artikel diidentifikasi 5 artikel relevan untuk dijadikan sebagai referensi. Hasil dari analisis
dan sintesis disampaikan dibawah ini :
HASIL
Hasil penelitian digambarkan bahwa 5 penelitian yang menjelaskan mengenai
pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif pada lansia demensia. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rochmad Agus Setiawan, 2014, didapatkan hasil bahwa
terjadi peningkatan skor fungsi kognitif secara bermakna, setelah diberikan senam otak
terbanyak adalah skor nilai kognitif ringan, di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta
adalah sebanyak 8 responden (53%).
Dalam penelitian lainnya, yang dilakukan oleh Guslinda, dkk. 2013, membuktikan
bahwa gerakan senam otak (Brain gym) dapat bermanfaat dalam melancarkan aliran darah
dan oksigen Ke otak sehingga dapat meningkatkan koordinasi dan konsentrasi,
menjernihkan fikiran, menjaga badan tetap rileks dan mengurangi kelelahan mental
(stress) sehingga fungsi kognitif dapat dijaga dan dipertahankan.
Etik Pratiwi (2016), dalam penelitiannya telah mempraktekkan gerakan senam otak
pada lansia. Adapun gerakan senam otak yang dipraktekkan dalam penelitiannya adalah
Gerakan menyeberangi garis tengah (The Middle Movements) yang terdiri dari Gerakan
Silang (Cross Crawl). Gerakan silang dilakukan dengan cara kaki dan tangan digerakkan
secara berlawanan. Gerakan ini bermanfaat merangsang bagian otak yang menerima
informasi (receptive) dan bagian yang menggunakan informasi (expressive) sehingga
memudahkan proses mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.
Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan pada lansia demensia dengan intervensi
senam otak memiliki beberapa manfaat yaitu melepaskan ketegangan, memacu
kemampuan penglihatan dengan kedua mata (binokuler), meningkatkan kemampuan
berbicara dan berbahasa, memacu kemampuan penglihatan dengan kedua mata
(binokuler), mengaktifkan otak untuk: pemusatan, sistem saraf pusat lebih rileks. ritme
gerakan tulang kepala; kemampuan akademik yaitu membaca; mengalirkan oksigen ke otak
sehingga meningkatkan fungsi otak secara lebih khusus.
Senam otak juga bermanfaat melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu,
meningkatkan kemampuan fokus, perhatian dan ingatan. Mengaktifkan otak untuk ingatan
jangka pendek dan panjang, bicara dalam hati dan kemampuan berpikir, integrasi
penglihatan dan pendengaran.
Latihan senam otak pada lansia ini diperkuat oleh Penelitian psikologi Michael
Marsiske’s dalam American Psychological Association (2006) yang menuliskan, dengan
adanya penurunan memori mengakibatkan permasalahan yang dialami oleh lansia. Namun
hal itu bisa dicegah dengan melatih lansia untuk terus bergerak dan beraktifitas. Azwar
Agoes, Dkk (2009) juga mengungkapkan Seseorang dengan usia 65-74 tahun mengalami
permasalahan atau kemunduran daya ingat, otak dapat mengalami atrofi layaknya otot oleh
sebab itu otak juga memerlukan latihan yang teratur agar tetap sehat dan segar.
DISKUSI
Dari 5 artikel penelitian menunjukan adanya pengaruh senam otak terhadap fungsi
kognitif lansia demensia dapat dijelaskan bahwa terdapat peningkatan skor fungsi kognitif
yang
signifikan pada lansia sesudah dilakukan intervensi senam otak.
Sebelum dilakukan intervensi senam otak rerata skor fungsi kognitif lansia adalah
15,083, sedangkan setelah diberikan senam otak skor rerata fungsi kognitif lansia
meningkat menjadi 26,04 pada posttest terakhir. Dilihat dari jumlah responden juga
didapatkan bahwa dari 100% lansia yang awalnya memiliki fungsi kognitif tidak normal,
setelah dilakukan senam otak, 61,54% lansia memiliki fungsi kognitif normal.
Berdasarkan uji Repeated ANOVA juga didapatkan hasil p<0,05 yang mengandung
arti ada pengaruh senam otak terhadap perubahan daya ingat (fungsi kognitif) pada lansia.
Peningkatan skor fungsi kognitif yang didapat setelah dilakukan intervensi senam otak adalah
karena pemberian stimulus pada otak yang dilakukan dengan menggunakan gerakan-gerakan
senam otak. Otak bukanlah organ yang statis, melainkan dinamis yang senantiasa tumbuh dan
berkembang membentuk jaringan antar sel saraf.
Pembentukan dan pertumbuhan jaringan ini dipengaruhi oleh stimulasi dari
lingkungan. Otak beradaptasi terhadap stimulasi lingkungan, dimana semakin banyak dan
semakin sering otak diberikan stimulus, maka semakin banyak dan kuat jalinan antar sel
saraf.
Penelitian Greenough (2006), menyebutkan bahwa saat ada stimulasi maka struktur
otak akan berubah secara signifikan, hubungan antar neuron lebih banyak, sel glia yang
menyongkong fungsi neuron bertambah dan kapiler-kapiler darah yang menyuplai darah
dan oksigen ke otak menjadi lebih padat. Stimulasi otak mempunyai banyak efek positif
pada struktur dan fungsi otak, termasuk menambah jumlah cabang-cabang dendrit,
memperbanyak sinapsis (hubungan antar sel saraf), meningkatkan jumlah sel penyongkong
saraf, dan kemamapuan memperbaiki memori.
Menurut Brown (2003), stimulasi disertai aktifitas fisik dapat meningkatkan
neurogenesis sel-sel di gyrus dentata hipocampus, dan meningkatkan peran hipocampus
pada proses belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan memori.
KESIMPULAN
Peningkatan skor fungsi kognitif yang didapat setelah dilakukan intervensi senam
otak adalah karena pemberian stimulus pada otak yang dilakukan dengan menggunakan
gerakan-gerakan senam otak. Otak bukanlah organ yang statis, melainkan dinamis yang
senantiasa tumbuh dan berkembang membentuk jaringan antar sel saraf. Pembentukan dan
pertumbuhan jaringan ini dipengaruhi oleh stimulasi dari lingkungan. Otak beradaptasi
terhadap stimulasi lingkungan, dimana semakin banyak dan semakin sering otak diberikan
stimulus, maka semakin banyak dan kuat jalinan antar sel saraf
Tingkat fungsi kognitif pada lansia dengan demensia sebelum diberikan intervensi
baik pada kelompok kontrol maupun intervensi termasuk ke dalam kategori gangguan
kognitif ringan.
Terdapat peningkatan fungsi kognitif yang bermakna pada lansia dengan demensia
sebelum dan sesudah dilakukan latihan senam otak pada kelompok intervensi dan pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia.
Terdapat perbedaan peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia
sesudah dilakukan latihan senam otak.
Peningkatan fungsi kognitif pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok kontrol.
REFERENCES
1. Aminudin, Thoriq. 2015. Pengaruh Senam Otak Terhadap Penurunan Tingkat Demensia Pada
Lansia. Semarang. Universitas Negeri Semarang.
2. Anggriyana Tri Widianti, dan Atikah Proverawati. 2010. Senam Kesehatan: Aplikasi Senam
Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
3. Dewi, Sofia Rhosma Pengaruh Senam Otak Dan Bermain Puzzle Terhadap Fungsi Kognitif
Lansia
Di PLTU Jember. Jember. Jurnal Kesehatan Primer, Vol.1, Ed.1, Mei 2016, Hal.64-69
4. Martini, Agus dan Fitriangga, Agus. 2016. Pengaruh Senam Otak Terhadap Perubahan Daya
Ingat (Fungsi Kognitif) Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kubu Raya.
Kalimantan barat.
5. Pipit Festi. 2010. Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia Di Karang
Werdha Peneleh Surabaya. Manuskrip. Staf Pengajar FIK UMSurabaya.
6. Prihatin, Dewi Murdiyanti dan Nurrachmah, Elly. 2012 Pengaruh Latihan Senam Otak Dan Art
Therapy Terhadap Fungsi Kognitif Lansia Dengan Demensia Di Pstw Yogyakarta Unit Budi
Luhur Dan Abiyoso. Yogyakarta.
7. Triestuning, Elok. 2018. Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan Short Term Memory
Pada Lansia. Sidoarjo. Nurse and Health: Jurnal Keperawatan
8. Yayuk Sunarlin dan Raharjo Apriyatmoko. Pengaruh Senam Otak Terhadap Kemampuan
Kognitif Lanjut Usia. Jurnal Gizi Dan Kesehatan. Vol. 1, No. 2, Agustus, 2009: 55-60.
BAB III
KASUS
Pada saat melakukan kunjungan ke rumah Tn. A dengan anggota keluarga diantaranya istrinya
yang bernama Ny. E dan anak anaknya An.S dan balita F dan juga salah satu anggota keluarganya
yang mengalami gangguan kognitif demensia yaitu Ny.C yang berusia 68 tahun. Pada saat
pengkajian Ny. C terlihat kebingungan, kontak mata kurang, kesulitan mengingat pengalaman,
keterbatasan menangkap informasi, kesulitan belajar hal-hal lain.
I. PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
A. Data Umum
B. Komposisi Keluarga
Tn. A Ny.E
An. S Balita.F
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Klien
= Tinggal serumah
1. Tipe Keluarga
Keluarga Tradisional Nuclear Family Tahap Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
2. Suku Bangsa
Sunda/Indonesia
3. Agama
Islam
4. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Tn. A bekerja sebagai Karyawan swasta dengan penghasilan 1.700.000 juta per bulan.
Keluarga mengganggap kebutuhan tercukupi dengan penghasilan tiap bulannya untuk
kebutuhan sehari-hari, dan juga biaya sekolah anaknya.
5. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Keluarga tidak mempunyai jadwal rekreasi. Keluarga jarang berlibur keluar rumah tetapi
setiap malam keluarga Tn. A menyempatkan untuk makan bersama.
2. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah yang memiliki Luas 80 m2 dengan tipe 18, dan memiliki 1 lantai yang terdiri
dari: ruang tamu, 2 Kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur. Jumlah jendela ada 2, dan
terdapat ventilasi di depan. Jarak septic tank dengan sumber air sekitar 2,5 m. Sumber
air minum dan air untuk masak yang digunakan berasal dari sumur milik sendiri yang
letaknya ada di dalam jamban. Berikut denah rumah Tn. A :
Dapur Jamban
Kamar Kamarr
Ruang Tamu
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Sebagian masyarakatnya merupakan warga asli, dan merupakan kalangan menengah
kebawah. Dimana banyak penduduk yang bekerja seharian sebagai buruh pabrik dan
berdagang. Di RW 16 tempat tinggalnya merupakan perumahan padat penduduk yang
berhimpitan. Kebanyakan rumah tipe 18 yang ditempati oleh warga RW 16.
3. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi yang digunakan adalah secara verbal dengan menggunakan bahasa Sunda.
Tn. A dan istrinya jarang berkomunikasi dengan baik kepada Ny. C. Hanya cucu-
cucunya yang berkomunikasi dengan baik pada Ny. C.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga Tn. A yang mengambil keputusan adalah Tn. A selaku kepala rumah
tangga. Akan tetapi jika ada masalah jarang di diskusikan terlebih dahulu kepada Ny. C
karena menganggap Ibunya itu sudah tua dan susah diajak berdiskusi dengan baik.
c. Struktur Peran
Tn. A berperan sebagai kepala keluarga sekaligus tulang punggung dan pergi bekerja
dari jam 08.00 sampai jam 17.00, istrinya Ny. E berperan sebagai Ibu rumah tangga.
Biasanya Ny. E bekerja mengurus segala kebutuhan suami dan kedua anaknya dari pagi
mulai melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, Terkadang Ibu Tn. D yaitu
Ny. C juga melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, dan mengasuh cucu-
cucunya.
d. Nilai dan norma keluarga
Di dalam keluarga tidak ada nilai maupun norma yang bertentangan dengan kesehatan.
Keluarga menganggap kesehatan itu sangatlah penting.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Tn.A merupakan kepala keluarga yang tegas dan pekerja keras, istrinya juga adalah
seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya, Namun Tn. A dan istrinya merasa kerepotan
untuk mengurus Ny. C yang sudah tua.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn.A dan istrinya selalu melakukan hubungan interaksi sosial pada tetangga
dan masyarakat serta berpartisipasi dalam lingkungan sekitar misalnya jika ada
kegiatan gotong royong atau perlombaan.
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada bendungan vena
jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang, terasa berat (kaku kuduk).
g. Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.
h. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
i. Genetalia
Tidak terkaji
j. Ekstremitas
Kekuatan otot sudah agak melemah.
k. Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan pada kulit.
1. Katz index
No. Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan Penuh
Sebagian
1. Mandi √
2. Berpakaian √
3. Ke Kamar Kecil √
4. Berpindah Tempat √
5. BAK/BAB √
6. Makan/Minum √
2. Barthel Indeks
Total skor 11
Skor ADL
20 : mandiri
12-19 : ketergantungan ringan
9-11 : ketergantungan sedang
5-8 : ketergantungan berat
0-4 : ketergantungan total
Berdasarkan pengkajian Barthel indeks, lansia mendapat nilai 11 yang berarti mengalami
ketergantungan sedang.
Pertanyaan :
Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban
√ 1 Tanggal berapa hari ini ? 01
√ 2 Hari apa sekarang ? Selasa
√ 3 Apa nama tempat ini ? Panti jompo
√ 4 Dimana alamat anda ? Rumah
√ 5 Berapa umur anda ? Lupa
√ 6 Kapan anda lahir ? Lupa
√ 7 Siapa presiden Indonesia ? Jokowi
√ 8 Siapa presiden Indonesia Tidak tau
sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama kecil anda ? Tidak ada
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap Tidak tau
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, secara menurun
JUMLAH Benar : 2
Salah : 8
Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di dapatkan hasil 2 benar
dan 8 salah ini menunjukkan bahwah fungsi intelektual klien mengalami kerusakan sedang.
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Dari hasil MMSE (Mini Mental Status Exam) di dapatkan hasil 10 ini menunjukkan
bahwa klien mengalami gangguan kognitif berat.
SKORE URAIAN
I. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat
mengahadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar dari
nya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
J. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adala sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
K. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umum nya
0 Saya tidak merasa gagal
L. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
M. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk/tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
N. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
O. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri
P. Menarik diri dari social
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah bapak/ibu sebenarnya puas dengan Ya Tidak
kehidupan bapak/ibu?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak Ya Tidak
kegiatan dan minat atau kesenangan bapak/ibu?
3. Apakah bapak/ibu merasa kehidupan bapak/ibu Ya Tidak
kosong?
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa orang lain lebih baik Ya Tidak
keadaannya dari bapak/ibu?
Total Nilai:
Keterangan
Skor total ditentukan tingkatan depresi dengan kriteria :
0 – 4 (tidak ada gejala depresi),
5 – 8 (gejala depresi ringan),
9 – 11 (gejala depresi sedang),
12 – 15 (gejala depresi berat) (Sherry, 2012).
Berdasarkan hasil pengkajian yesavage diatas, terdapat nilai 10 yang berarti lansia
mengalami gejala depresi sedang
10 Berjalan menyamping 3
11 Berjalan mundur 3
Jumlah 36
Keterangan
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3: mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas
Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan
Berdasarkan pengkajian keseimbangan diatas, klien memperoleh nilai 36 yang berarti mampu
melakukan sedikit bantuan.
Data Objektif
4. Klien tampak
kebingungan,
disorientasi waktu.
5. Klien kesulitan
mengingat
pengalaman
6. Kontak mata kurang
Diagnose 2 :
Hambatan komunikasi verbal b.d ketidakmampuan keluarga memberikan perawatan bagi
anggota keluarga yang sakit
A. Evaluasi Formatif :
1. Keluarga mengidentifikasi disorientasi dan melakukan reorientasi
2. Keluarga menyesuaikan pendekatan komunikasi dengan kemampuan pasien dalam
berinteraksi
B. Evaluasi Sumatif :
Tidak terjadi hambatan komunikasi verbal
SOP SENAM OTAK
A. Definisi
Senam otak (Brain Gym) merupakan gerakan tubuh sederhana yang digunakan untuk
merangsang otak kiri dan kanan,merangsang sistem yang terkait dengan emosional serta
relaksasi otak bagian belakang ataupun depan.
B. Tujuan
1. Memperlambat kepikunan.
2. Menghilangkan stres.
3. Meningkatkan konsentrasi.
4. Membuat emosi lebih tenang.
C. Indikasi
Dapat dilakukan oleh lansia atau orang yang terkena demensia maupun tidak dan masih
mampu untuk melakukan senam
D. Langkah-langkah
1. Senam Otak I (dilakukan sambal duduk). Membuat angka 8 tidur (lazy 8’s for eyes).
a. Buat/tulis angka delapan tidur dengan tangan kiri
sebanyak 3 kali
b. Buat angka delapan tidur dengan tangan kanan
sebanyak 3 kali
c. Buat angka delapan tidur dengan kedua tangan
sebanyak 3 kali
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ± 30 menit, diharapkan keluarga lansia memahami
tentang demensia.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang demensia, keluarga dan lansia dapat :
a) Menyebutkan pengertian demensia.
b) Menyebutkan penyebab demensia
c) Menyebutkan tanda dan gejala demensia.
d) Menyebutkan pencegahan dan perawatan demensia.
B. SASARAN
Keluarga dan Lansia
C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. MATERI
Terlampir
E. MEDIA
1. Power point (PPT), LCD, leaflet/brosur (terlampir).
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
No. Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1. Pembukaan a. Memberi salam a. Menjawab salam 5 menit
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan dan
memperhatikan
2. Kegiatan Inti a. Menjelaskan a. Mendengarkan dan 15 menit
pengertian demensia memperhatikan
b. Menjelaskan tanda b. Mendengarkan dan
dan gejala demensia memperhatikan
c. Menjelaskan c. Mendengarkan dan
penatalaksaan memperhatikan
demensia d. Mendengarkan dan
d. Menyebutkan memperhatikan
pencegahan dan
perawatan demensia.
e. Menyebutkan prinsip
utama perawatan
demensia
3. Penutup a. Melakukan Tanya a. Bertanya atau 10 menit
jawab dengan peserta menjawab
penyuluhan
b. Menutup penyuluhan b. Mendengarkan dan
dan menyimpulkan memperhatikan
c. Mengucapkan salam c. Menjawab salam
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Kesiapan mahasiswa dalam memberikan materi penyuluhan
b) Media dan alat memadai
c) Waktu dan tempat penyuluhan sesuai dengan rencana kegiatan
2. Evaluasi Proses
a) Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan jadwal yang direncanakan
b) Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
80% pertanyaan dapat dijawab oleh peserta.
MATERI
“DEMENSIA”
A. Definisi Demensia
Demensia adalah gangguang fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi fegetatif atau
keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikirean absatrak, peneliayan dan
interprestasi atau komunikasi tertulis atau lisan dapat terganggu. (Elizabeth J. Corwin,
2009).
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi warnanya hilang fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
Dimensia merupakan keadaan ketika seorang mengalami penurunan daya ingat dan daya
pikir lain yang secara nyata mengganggu aktifitas kehidupan sehari-hari. (Nugroho, 2008)
Demensia adalah penurunan fungsi entelektual yang menyebabkan hilangnya
indenpedensi social. (William. F. Ganong, 2010)
B. PE
NYEBAB
1. Sering LUPA
50 – 65 % penyebab yaitu 2. Gangguan orientasi
penyakit Alzheimer yakni waktu dan tempat
kondisi sel syaraf pada otak ( lupa hari, minggu,
mati -> signal dari otak bulan, tahun,
4. Melakukan kegiatan yang
dapat membuat mental Seluruh anggota
sehat dan aktif Kegiatan keluargapun diharapkan
rohani & memperdalam aktif dalam membantu
ilmu agama. Lansia agar dapat seoptimal
1. mengorientasikan 5. Mengurangi stress dalam mungkin melakukan
waktu, orang dan pekerjaan dan berusaha aktifitas sehari-harinya
tempat pada pasien , untuk tetap relaks dalam secara mandiri dengan
menyediakan jam kehidupan sehari-hari aman. Perlu kesabaran
besar, kalender dengan dapat membuat otak tetap keluarga dan terapkan
tulisan besar sehat. perasaan penuh cinta
2. Mengoptimalkan
kemampuan yang
masih dimiliki pasien
saat ini.
- Bantu oleh keluarga
- Berikan pujian
- Menyusun jadwal
kegiatan
- Memantau kegiatan 6. Tetap berinteraksi dengan
- Mencegah lingkungan, berkumpul
masuknya zat-zat dengan teman yang
yang dapat merusak memiliki persamaan
sel-sel otak seperti minat atau hobi
alkohol dan zat
adiktif yang
E. PE DEMENSIA
NTINGNYA PERAN
berlebihan KELUARGA
NADYA PARAMITHA
C1614201025
4A
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2019
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, Thoriq. 2015. Pengaruh Senam Otak Terhadap Penurunan Tingkat Demensia Pada
Lansia. Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Anggriyana Tri Widianti, dan Atikah Proverawati. 2010. Senam Kesehatan: Aplikasi Senam Untuk
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Boedhi Darmojo dan M. Hadi. 2010. Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Dewi, Sofia Rhosma Pengaruh Senam Otak Dan Bermain Puzzle Terhadap Fungsi Kognitif Lansia Di
PLTU Jember. Jember. Jurnal Kesehatan Primer, Vol.1, Ed.1, Mei 2016, Hal.64-69
Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. EGC : Jakarta
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba medika : Jakarta
Martini, Agus dan Fitriangga, Agus. 2016. Pengaruh Senam Otak Terhadap Perubahan Daya Ingat
(Fungsi Kognitif) Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kubu Raya.
Kalimantan barat.
Pipit Festi. 2010. Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia Di Karang
Werdha Peneleh Surabaya. Manuskrip. Staf Pengajar FIK UMSurabaya.
Prabasari, Ninda Ayu., (2016). Literature Review: Pengaruh Terapi Musik Terhadap Agitasi Pada
Lansia Demensia. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Jurnal Ners Lentera. Vol. 4 No
1, Hal 3
Prihatin, Dewi Murdiyanti dan Nurrachmah, Elly. 2012 Pengaruh Latihan Senam Otak Dan Art
Therapy Terhadap Fungsi Kognitif Lansia Dengan Demensia Di Pstw Yogyakarta Unit Budi
Luhur Dan Abiyoso. Yogyakarta.
Putri Widita Muharyani. Demensia dan Gangguan Aktivitas Kehidupan Sehari hari (Aks) Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Wargatama Inderalaya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Volume 1, No.1, Maret, 2010: 20-27.
Saryono. 2010. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan.Bantul: Nuha Medika
Setiawan.,W.(2013). Pengaruh Senam Otak Dengan Fungsi Kognitif Lansia Demensia di Panti
Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta. Skripsi. STIKES Kusuma Husada Surakarta
Triestuning, Elok. 2018. Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan Short Term Memory Pada
Lansia. Sidoarjo. Nurse and Health: Jurnal Keperawatan
Yayuk Sunarlin dan Raharjo Apriyatmoko. Pengaruh Senam Otak Terhadap Kemampuan Kognitif
Lanjut Usia. Jurnal Gizi Dan Kesehatan. Vol. 1, No. 2, Agustus, 2009: 55-60.