Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA DENGAN PASIEN HALUSINASI

Di susun oleh :
Asri Insani Rahayu Sopian
J1914901040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh Subhanahu Wata’ala,


yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga masih bisa
menyelesaikan tugas ini. Sholawat beserta Salam senantiasa terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga-Nya dan sahabat-sahabat yang taat
kepada-Nya serta pada pengikutnya hingga akhir jaman. Syukur Alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan, yang berjudul
“LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN
PASIEN HALUSINASI”.
Laporan Pendahuluan ini diajukan sebagai salah satu tugas Stage
Keperawatan Jiwa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan
Pendahuluan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan
penyusunan yang akan datang. Akhir kata, semoga kebaikan yang telah diberikan
dapat menjadi amal soleh dan ibadah bagi kita semua, dan mendapatkan balasan
lebih dari Allah SWT dari apa yang telah diberikan.

Tasikmalaya, 30 Januari 2020

Penulis,
1. KASUS
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren :
persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129).

2. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor Perkembangan Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak
mampu mandiri sehjak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan
lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima di
ingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebih dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya
neutransmitter otak.
d. Faktor Psikologi Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat
demi masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyataa menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat
yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalamai
skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh padapenyakit ini.
(Prabowo, 2014: 132-133)
3. FAKTOR PRESIFITASI
a. Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
b. Stress
Lingkungan Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap
stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menamggapi stress.
d. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan nyata dan tidak. (Prabowo, 2014 : 133)

4. PENILAIAN STRESSOR
a. Kognitif
1) Bingung
2) Menyalahkan diri sendiri/orang lain
3) Ketakutan
4) Kecemasan
5) Tidak dapt membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
6) Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal
7) Sulit membuat keputusan
8) Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi.
b. Afektif
1) Kecemasan
2) Khawatir
3) Wajah tegang
c. Fisiologis
1) Muka merah, kadang pucat
2) Tekanan darah dan nadi meningkat
3) Nafas terengah-engah
4) Banyak keringat
d. Perilaku
1) Duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu
2) Mengerak-gerakan bibir
3) Tidak mampu melakukan asuhan mandiri
4) Berbicara mengatakan “mereka”
5) Gelisah
6) Tersenyum, tertawaatau berbicara sendiri
7) Melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu
8) Mendengar, melihat atau merasakan stimulasi yang tidak nyata
9) Perbuatan yang tidak wajar
10) Perilaku mengisolasi diri
e. Social
1) Menarik diri
2) Sikap curiga dan bermusuhan, merusak diri/orang lain/lingkungan

5. SUMBER KOPING
Menurut Stuart Sundeen, 1998 sumber koping dapat meliputi ;
a. Aset ekonomi
b. Kemampuan dan keahlian
c. Tehnik defensive
d. Sumber social
e. Motivasi
f. Kesehatan dan energy
g. Kepercayaan
h. Kemampuan memecahkan masalah
i. Kemampuan social
j. Sumber social dan material
k. Pengetahuan
l. Stabilitas budaya

6. MEKANISME KOPING
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus
internal. (Prabowo, 2014 :134)

7. RENTANG RESPON
Rentang Respon Neurobiologist

Respon adaptif Respon


Maladaptif

Pikiran logis Pikiran terkadang menyimpang Kelainan pikiran


Perseosi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional Emosi
Perilaku sesuai Perilaku tidak lazim Ketidakmampuan
Hubungan social
ketidakteraturan
Rentang respon neurobiologis (Stuart and Sundeen, 1998)

Rentang Respon
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
social budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat
memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli
4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang
lain dan lingkungan.
b. Respon psikosossial
Meliputi :
1) Proses piker terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain.
c. Respon maladapttif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma
social budaya dan lingkungan, ada pun respon maladaptive antara
lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakin ioleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan social.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak
teratur
5) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam.
(Damaiyanti,2012: 54)

8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Gangguan TUM : Setelah 1x 1. Sapa klien 1. Agar klien mau
sensori Klien dapat interaksi klien dengan ramah menerima kehadiran
persepsi : mengontrol menunjukan baik verbal kita sebagai perawat
halusinasi halusinasi tanda-tanda maupun non 2. Agar klien dapat
(lihat/dengar/pe yang percaya kepada verbal mengetahui nama
nghidu/raba/kec dialaminya perawat : 2. Perkenalkan perawat dan
ap) TUK : 1. Ekspresi nama dan tujuan tujuannya
1. Klien wajah perawat 3. Agar perawat dapat
dapat bersahabat 3. Tanyakan nama mengetahui identitas
membina 2. Menunjukan lengkap dan klien
hubunga rasa senang nama panggilan 4. Agar klien tau
n saling 3. Ada kontak yang disukai berapa lama, topic
percaya mata 4. Buat kontrak apa, dan tempat yng
4. Mau berjabat yang jelas akan dibahas
tangan 5. Tunjukan sikap 5. Agar klien merasa
5. Mau jujur dan nyaman ketika
menyebutkan menempati janji berbincang
nama setiap kali 6. Agar klien merasa
6. Mau interaksi nyaman ketika
menjawab 6. Tunjukan sikap berbincang
salam empati dan 7. Agar klien merasa
7. Mau duduk menerima apa nyaman ketika
berdampinga adanya berbincang
n dengan 7. Beri perhatian 8. Untuk mengetahui
perawat kepada klien dan perasaan klien
8. Bersedia perhatikan dengan masalah
mengungkap kebutuhan dasar yang dihadapi
kan masalah klien 9. Untuk menangkap
yang 8. Tanyakan semua informasi
dihadapi perasaan klien dari pasien
dan masalah
yang dihadapi
klien
9. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ekspresi perasaan
klien
2. Klien Setelah 1x 1. Adakan kontak 1. Agar klien mau
dapat interaksi klien sering dan kooperatif dengan
mengenal menyebutkan : singkat secara perawat dan
halusinasin 1. Isi bertahap tidakmembangun
ya 2. Waktu 2. Observasi hubungan dekat
3. Frekuensi tingkah laku klien 2. Untuk
4. Situasi dan terkait dengan mendapatkan
kondisi yang halusinasinya, informasi masalah
menimbulka jika menemukan klien
n halusinasi klien sedang 3. Untuk
halusinasi : mendapatkan
a. Tanyakan informasi masalah
apakah klien klien
mengalami 4. Mengetahui
halusinasi perasaan klien
b. Jika klien tentang masalah
menjawabnya yang dihadapi
, tanyakan 5. Mengetahui
apa yang perasaan klien
sedang tentang masalah
dialaminya yang dihadapi
c. Katakana 6. Agar klien
bahwa mengetahui
perawat dampak yang akan
percaya diterimanya
Setelah 1x mengalami
interaksi klien hal tersebut,
menyatakan namun
perasaan dan perawat
responnya saat sendiri tidak
mengalami mengalaminy
halusinasi ; a
1. Marah d. Katakana
2. Takut bahwa ada
3. Sedih klien lain
4. Senang yang
5. Cemas mengalami
6. Jengkel hal yang
sama
e. Katakana
bahwa
perawat akan
membantu
klien
3. Jika klien sedang
tidak
berhalusinasi
klarifikasi
tentang adanya
pengalaman
halusinasi,
diskusikan
dengan klien :
a. Isi, waktu
dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi
b. Situasi dan
kondisi
yang
menimbulk
an atau
tidak
menimbulk
an
halusinasi
4. Diskusikan
dengan klien apa
yang dirasakan
jika terjadi
halusinasi dan
beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaanya
5. Diksusikan
dengan klien apa
yang dirasakan
jika terjadi
halusinasi dan
beri kesempatan
untuk megatasi
perasaan tersebut
6. Diskusikan
tentang dampak
yang akan
dialaminya bila
klien menikmati
halusinasinya
7. Klien Setelah 1x 1. Identifikasi 1. Mengetahui tindakan
dapat interaksi klien bersama cara yang dilakukan klien
mengontro menyebutkan : klien atau jika halusinasi
l 1. Tindakan tindakan yang 2. Mengetahui cara
halusinasin yang dilakukan jika yang dilakukan klien
ya biasanya terjadi 3. Agar klien tahu cara
dilakukan halusinasi baru untuk
untuk 2. Diskusikan cara mengontrol
mengatasi yang dilakukan halusinasi
halusinasi klien 4. Agar klien mampu
2. Menyebutka 3. Diskusikan cara memilih tindakan
n cara baru baru untuk sesuai
mengontrol memutus kemampuannya
halusinasi /mengontrol 5. Agar klien merasa
3. Dapat timbulnya dihargai
memilih dan halusinasi : 6. Untuk menilai
memperagak a. Katakana kemampuan klien
an cara pada diri dan agar klien lebih
mengatasi sendiri bersemangat
halusinasi bahwa ini mengikuti terapi
4. Melaksanaka tidak nyata 7. Agar klien mampu
n cara yang b. Menemui bersosialisasi dan
telah dipilih orang lain membantu
untuk c. Membuat penyembuhan klien
mengendalik dan
an melaksana
halusinasiny kan
a jadwalkegi
5. Mengikuti atan sehari-
terapi hari yang
aktivitas telah
kelompok disusun
d. Meminta
keluarga/te
man/peraw
at
menyapaji
ka sedang
halusinasi
4. Bantu klien
memilih cara
yang sudah
dianjurkan dan
latih untuk
mencobanya
5. Beri
kesempatan
untuk
melakukan cara
yang dipilih dan
dilatih
6. Pantau
pelaksanaan
yang telah
dipilih dan
dilatih, jika
berhasil beri
pujian
7. Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktivitas
kelompok,
orientasi realita,
stimulasi
persepsi
8. Klien Setelah 1x 1. Buat kontrak 1. Agar keluarga tahu
dapat pertemuan dengan keluarga waktu, tempat dan
dukunga keluarga, keluarga untuk pertemuan topic yang akan
n dari menyatkan 2. Diskusikan dibicarakan
keluarga setuju : dengna keluarga: 2. Agar keluarga tahu
dalam 1. Untuk a. Pengertian tentang masalah
mengena mengikuti halusinasi halusinasi
l pertemuan b. Tanda dan
halusinas dengan gejala
inya keluarga c. Proses
2. Keluarga terjadinya
menyebutka d. Cara yang
n pengertian, dapt
tanda dan dilakukan
gejala, roses untuk
terjadinya mengontrol
halusinasi halusinsi
dan tindakan e. Obat-obatan
untuk halusinasi
mengendalik f. Cara merawat
an halusinasi anggota
keluarga
yang
mengalami
halusinasi
dirumah
g. Beri
informasi
waktu kontrol
ke rumah
sakit dan
bagaimana
cara mencari
bantuan jika
halusinasi
tidak dapat
diatasi di
rumah
9. Klien Setelah 1x 1. Diskusikan 1. Agarklien tahu
dapat interaksi klien dengan klien manfaat dan
memanfaat menyebutkan : tentang manfaat kerugian
kan obat 1. Manfaat dan kerugian mengonsumsi obat,
dengan minum obat tidak minum nama, warna,
baik 2. Kerugian obat, nama, dosis, cara, efek
minum obat warna, dosis, terapi dan efek
3. Nama, cara, efek terapi samping obat
warna, dosis, dan efek 2. Agar kita
efek terapi, samping obat mengetahui klien
dan efek 2. Pantau klien mengonsumsi obat
samping saat dengan benar atau
obat penggunaan tidak
4. Mendemonst obat 3. Agar klien semakin
rasikan 3. Beri pujian jika bersemangat dalam
pengggunaa klien mengkonsumsi
n obat menggunakan obat
dengan obat dengan 4. Agar klien tahu
benar benar dampak dari
5. Menyebutka 4. Diskusikan berhenti konsumsi
n akibat akibat berhenti obat tanpa
berhenti minum obat konsultasi dokter
minum obat tganpa 5. Untuk
tanpa konsultasi mendapatkan
konsultasi dengan dokter pertolongan secara
dokter 5. Anjurka klien cepat
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat
jika terjadi hal-
hal yang tak
diinginkan
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Iyus, Y. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT refika Aditama.

Mukhripah Damayanti, Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


Refika Aditama.

Restiana Nina. (2019). Modul Keperawatan Jiwa. Tasikmalaya

Sundeen, S. A. (1998). Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta: EGC.

Wijayaningsih, K. s. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.


Jakarta Timur: TIM.

Anda mungkin juga menyukai