Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA NY. A DENGAN


GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Mohd. Syukri, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun Oleh:

Riska Mulia Aritonang

(PO71200190022)

TINGKAT

2B D3 KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

PRODI D III KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Dokumentasi keperawatan.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua

Jambi, Oktober 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di tentukan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya. Serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005)
Di masa dahulu gangguan jiwa di pandang sebgai kerasuan setan, hukuman karena
pelanggaran social atau agama, kurang minat atau semangat dan pelanggaran norma social.
Penderita gangguan jiwa di nyatakan tidak dapat di sembuhkan dan di belenggu dalam penjara
tanpa di beri makanan, tempat berteduh, atau pakaian yang cukup. Namun, saat ini gangguan jiwa
di definisikan sebagai masalah medis.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa/mahasiswi mampu memahami konsep dan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus yang nyata, artinya klien
mengidentifikasi sesuatu yang nyata tanpa stimulus dari luar.
( Stuart and Laraia, 2005 ).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa,
klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa
stimulus nyata. ( Dr. Budi Anna Keliat 2012)

Halusinasi pendengaran adalah suatu persepsi klien yang mendengar suara yang membicarakan,
mengejek, menertawakan, mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang hal-hal yang
membahayakan). ( Trimelia S, Skp, 2012 )

Varcarolis mendefinisikan halusinasi sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat simulus (Yosep, 2009)

Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar,
membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima
indera tersebut (Izzudin, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Kesimpulannya
bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau
rangsangan yang nyata.

B. PSIKODINAMIKA

1. Etiologi

Terjadinya perubahan sensori persepsi : halusinasi dipengaruhi oleh multi factor baik eksternal maupun
internal diantaranya : koping individu tidak adekuat, individu yang mengisolasi diri dari lingkungan, ada
trauma yang menyebabkan rasa rendah diri, koping keluarga tidak efektif, dan permasalahan yang kronik
tidak diselesaikan.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (2009) dikutip oleh
Syahbana (2009) tanda dan gejala yang berkaitan dengan halusinasi sebagai berikut:

a) Bicara, senyum dan tertawa sendiri.


b) Mengatakan mendengar suara, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang cepat, dan
respon verbal yang lambat.
c) Merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
d) Tidak dapat membedakan hal yang nyata maupun tidak nyata.
e) Tidak dapat memusatkan konsentrasi atau perhatian.
f) Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.
g) Sikap curiga dan bermusuhan.
h) Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
i) Sulit membuat keputusan.
j) Ketakutan.
k) Mudah tersinggung, jengkel, mudah marah.
l) Menyalahkan diri sendiri atau oarng lain.
m) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
n) Tidak mampu melakukan asuhan mandiri: mandi, berpakaian.
o) Muka merah kadang pucat.
p) Ekspresi wajah tegang.
q) Tekanan darah meningkat.
r) Nadi cepat.
s) Banyak keringat.

3. Rentang Respon Neurobiologis

Dari definisi yang elah djelaskan sebelumnya, dapat dismpulkan bahwa halusinasi merupakan persepsi
yang nyata tanpa adanya stimulus. Gangguan sensori persepsi : halusinasi disebabkan oleh fungsi otak
yang terganggu. Respon individu terhadap gangguan orientasi berfokus sepanjang rentang respon dari
adaptif sampai yang maladaptif, dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Kadang-kadang proses Waham


pikiran terganggu

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi sesuai pengalaman Emosi berlebihan/kurang Kerusakan proses ilusi

Perilaku cocok Perilaku yang tidak biasa Perilaku tidak terorgnisir

Hubungan sosial harmonis Menarik diri Isolasi sosial

( Stuart and Laraia, 2005 )

Keterangan Gambar:
a) Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya secara
umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana individu menyelesaikan masalah dalam batas
normal yang meliputi :

1. Pikiran logis adalah segala sesuatu yang diucapkan dan dilaksanakan oleh individu sesuai
dengan kenyataan.

2. Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang disadari oleh indra perasaan, dimana dapat
membedakan objek yang satu dengan yang lain dan mengenai kualitasnya menurut
berbagai sensasi yang dihasilkan.

3. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan individual sesuai
dengan stimulus yang datang.

4. Prilaku sesuai dengan cara berskap individu yang sesuai dengan perannya.

5. Hubungan sosial ialah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.

b) Respon psikososial meliputi

1. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan


2. Ilusi ialah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-
benar terjadi karena rangsangan panca indera
3. Emosi berlebihan atau kurang
4. Perilaku tidak biasa ialah perilaku yang melebihi batas kewajaran
5. Menarik diri ialah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain

c) Respon maladaptif ialah suatu respon yang tidak dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya secara umum yang berlaku dimasyarakat, dimana individu dalam menyelesaikan masalah
tidak berdasarkan norma yang sesuai diantaranya :
1. Kelainan pikir ialah keyakinan yang secara kokoh dapat dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh oranglain dan bertentangan dengan keyataan sosial
2. Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan informasi yang diterima
otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, dan pengelihatan
3. Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan Individu tidak sesuai dengan
stimulus yang datang.
4. Prilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak sesuai dengan
peran.
5. Isolasi social adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari lingkungan atau tidak
mau berinteraksi dengan lingkungan.

C. Pengkajian keperawatan
A. Faktor Predisposisi

Menurut Trimelia S.Skp ( 2012 ), bahwa faktor terjadinya halusinasi meliputi :


1. Faktor predisposisi
a) Faktor Biologis
Terdapat lesi pada area frontal, temporal dan limbik.
b) Faktor Perkembangan
Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan individu tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadapa stress
adalah merupakan salah satu tugas perkembangan yang terganggu.
c) Faktor Sosiokultural
Individu yang merasa tidak diterima lingkungannya akan merasa tersingkirkan kesepian
dan tidak percaya pada lingkungannya.
d) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan
dialami individu maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersufat
halusnogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytransferase (DMP). Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya neurtransmiter otak.
e) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu ibu yang pencemas, overprotektif, dingin, tidak
sensitif, pola asuh tidak adekuat juga berpengaruh pada ketidakmampuan individu dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Individu lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam nyata.
f) Faktor genetik
Penelitian menunjukan bahwa anak yang di asuh oleh orang tua skizofrenia cenderung
akan mengalami skizofrenia.

B. Faktor Presipitasi
Adalah stimulus yang dipersiapkan oleh individusebagai tantangan, ancaman,
atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk koping.
Menurut Stuart (2007) yang dikuip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:

a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmapuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. Sumber Koping dan Mekanisme Koping

A. Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap pengaruh
gangguan otak dan prilaku. Kekuatan dapat meliputi seperti modal intelegensia atau
kreatifitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anak dan dewasa
muda tentang ketrampilan koping, karena meraka biasanya tidak hanya belajar dari
pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit. Finansial
yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga kemampuan serta untuk memberikan
dukungan csecara kesinambungan.

B.Mekanisme koping
1.) Regresi : menghindari stress, kecemasan dan menampilkanprilaku
kembali seperti pada prilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas.
2.) Proyeksi : keinginan yang tidak dapat ditoleransi mencurahkan emosi
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi).
3) Isolasi sosial : reaksi yang ditampilakn dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atu lari menghindar sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan
lain-lain. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku
apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan.
4.) Prilaku halusinasi
Menurut Rawlins dan Heacokck ( dalam Yosep 2010) Prilaku
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi sebagai berikut:
a.) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama. Tanda gejala yang ditimbulkan yaitu muka merah, kadang pucat,
ekspresi dengan perubahan wajah tegang, TD meningkat, nafas
tersengah-sengah, nadi cepat, timbul gangguan kebutuhan nutrisi.

b.) Dimensi Emosi


Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menankutkan. Tanda gejala yang
dapat dilihat ketakutan dengan rasa tegang dan rasa tidak aman, tidak
berdaya, menyalahkan diri sendiri atau orang lain sikap curiga dan saling
bermusuhan, marah, jengkel, dendam dan sakit hati.

c.) Dimensi Sosial


Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olahia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
dioerintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung untuk itu. Tanda gejala yang timbul isolasi sosial, menghindar
dari orang lain, berbicara / komunikasi verbal tergangu, bicara inkoheren
dan tidak masuk akal, merusak diri sendiri atau orang lain

d.) Dimensi Intelektual


Bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego.tanda gejala tidak dapat membedakan nyata dan
tidak nyata, sulit membuat keputusan, tidak mampu berfikir abstrak dan
daya ingat menurun

e.) Dimensi Spiritual


Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup ,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spritual untuk menyucikan diri. Saat terbangun merasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu sering memkai takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan
dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantungpada jenis


halusianasinya, meliputi:

a. Isi halusinasi
Ini dapat ditanyakan, suara apa yang didengar, apa saja yang dikatakan suara
itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien,
jika halusinasi visula, bau apa yang tercium, jika halusinasi penghidu, rasa
apa yang dikecap jika halusinasi pengecap, dan apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.

b. Waktu dan Frekuensi


Ini dapat ditanyakan kepada klienkapan pengalaman halusinasi muncul,
berapa kali sehari, seminggu, sebulan pengalaman itu muncul.

c. Pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu perawat perlu juga bisa mengobservasi apa yang dialami
klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasikan pernyataan
klien.

d. Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan klien saat mengalami halusinasi.

5.Aspek Medik

Adapun pelaksana medisnya menurut Touwnsend, M, C ( 2003) adalah sebagia berikut:

a. Chlorpromazine (CPZ)
1) Klasifikasi sebagai antipsikotik dan antiemetic

2) Indikasi

Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada gangguan bipolar, ganggauan
skizoaktif, ansientas dan agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan.

3) Mekanisme kerja

Mekanisme antipsikotik yang tepat belum di pahami sepenuhnya namun mungkin berhubungan
dengan efek antidopaminergi. antipsikotik dapat menyekat reseptor dopamine postsinaps pada ganglia
basal, hipotalamus, system limbic, batang otak dan medulla.

4) Kontrakindikasi

Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sumsum tulang, penyakit parkinson,
insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 bulan dan wanita selama kehamilan dan muntah.

5) Efek samping

Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostastik, hipertensi, mulut kering, mual dan
muntah.

B. Haloperidol ( HLP)

1) Klasifikasi sebagai antipsinkotik, neurolleptik, butirofenon.

2) Indikasi
Penatalaksanaan psikotik kronis dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan masalah yang berat pada anak-
anak.

3)Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum di pahami sepenuhnya tampak menekan SSP pada tingkat
subkortikal, penyakit parkinson, dan anak di bawah usian 3 tahun.

4) Hipersensitivitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang, kerusakan otak subkortikal
formasi retikuler otak, mensefalon dan batang otak.

5) Efek samping

Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, obat kering dan anoreksia.

C. Trihexypenidil (THP)

1. Klasifikasi antiparkinson

2. Indikasi

Segala penyakit parkinson, gajala ekstra pyramidal berkaitan dengan obat anti parkinson.

3. Mekanisme kerja

Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum,
asetikolin disekat oleh sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebihan.

4. Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap obat ini, glaukoma sudut tertutup, hipertropi prostat, pada anak dibawah usia 3
tahun.

5. Efek samping

Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual dan muntah.

6. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan


Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial

Pohon masalah ( Nita Fitrian, 2010)

D. Diagnosa keperawatan

1. Risiko perilaku kekerasan

2. Gangguan sensori persepsi halusinasi

3. Isolasi sosial

E. Perencanaan keperawatan

Diagnosa 1 : Ganguan persepsi sensori halusinasi

Tujuan umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami

TUK : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria evaluasi : menunjukkan tanda-tanda percaya kepada per perawat

• Ekspresi wajah bersahabat

• Menunjukkan rasa senang

• Ada kontak mata

• Mau berjabat tangan

• Mau menyebutkan nama

• Mau menjawab salam

• Mau duduk berdampingan dengan perawat

• Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi


Rencana tindakan keperawatan :

1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

• Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

• Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan berkenalan

• Tanyakan nama lengkap ndan nama panggilan yang disukai klien

• Buat kontrak yang jelas

• Tunjukkan sikap jujur yang menepati janji setiap kali interaksi

• Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya

• Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

• Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien

• Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

TUK 2 : klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria evaluasi : klien mampu menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi kondisi yang menimbulkan
halusinasi.

Rencana tindakan keperawatan

1) adakan kontrak sering dan singkat secara bertahap

• Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (dengar,melihat, menghidu, mengraba
dan mengecap)

• Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (dengar/melihat/penghidu/raba/kecap)

• Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tak
mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)

• Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama

• Isi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,malam atau sering dan kadang-
kadang)

• Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi

2) klien mampu menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasinya


• Marah

• Takut

• Sedih

• Senang

• Cemas

• Jengkel

3) diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan berikan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan.

4) diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut

5) diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya

TUK : klien dapat mengontrol halusinasinya

Kriteria evaluasi :

• Klien mapu menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya

• Klien dapat menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya

• Klien mapu memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi


(dengar/lihat/penghidu/pengraba/pengecap)

• Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi

• Klien mampu mengikuti terapi aktifitas kelompok

Rencana tindakan keperawatan:

• Identifikasi bersama klien atau cara yang dapat dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah,
menyibukkan diri, dan lain-lain)

• Diskusikan cara yang digunakan klien, jika acara yang digunakan adaptif, berikan pujian, jika
cara yang digunakan mal adaptif, diskusikan cara tersebut

• Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi

Tuk 4 : klien dapat mengontrol halusinasinya

Rencana tindakan keperawatan

• Klien mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya


• Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat

• Keluarga mampu menyebutkan pengertian tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi, untuk
mengendalikan halusinasi

• Buat kontrak dengan keluarga nuntuk pertemuan (waktu, tempat dan topik)

• Diskusikan dengan keluarga pda saat pertemuan keluarga atau pada saat kunjungan ( pengertian,
tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi, cara mengendalikan halusinasi, obat halusinasi, cara
merawat anggota keluarga dirumah)

Tuk 5 : klien dapat memanfaatkan obat-obat dengan baik

Rencana tindakan keperawatan

• Klien mampu menyebutkan manfaat minum obat, kerugian jika tidak minum obat( nama, warna,
dosis, efek samping obat)

• Klien mampu mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar

• Klien mampu menyebutkan akibat berhenyi minum obat tanpa konsultasi dokter

• Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat, kerugian minum obat (nama, warna, dosis,
efek samping obat dan efek terapi obat)

• Pantau klien saat penggunaan obat

• Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

• Diskusikan akibat dari berhenti minum obat tanpa konsultasi dengsn dokter

• Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan

F. Implementasi keperawatan

Sebelum melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu mengvalidasi
dengan singkat apakah rencana tindakan masih dibutuhkan klien dan sesuai dengan kondisi saat ini. Pada
saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien dengan
menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang diharapkan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat adalah sesuai dengan strategi pelaksanaan (sp) yang
telah dibuat. Strategi pelaksanaan yang diberikan untuk pasien dan keluarga terdiri dari:

1) sp 1 pasien, yaitu membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan mengajarkan pasien menghardik halusinasi

2) sp 2 pasien, yaitu melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang lain

3) sp 3 pasien, yaitu melatih pasien minum obat secara teratur


4) sp 4 pasien, yaitu melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktifitas terjadwal

5) sp 1 keluarga, yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara – cara merawat pasien halusinasi

6) sp 2 keluarga, yaitu melatih keluarga pratik merawat pasien langsung dihadapan pasien. Memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi lansung
dihadapan pasien.

7) sp 3 keluarga, yaitu membuat perencanaan pulang bersama keluarga

G. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada renspon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan (keliat,2005)

Evaluasi digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah dibuat.
Adapun evaluasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP (keliat, 2005: hal 17)
yaitu :

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

O : Respon objektik klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masalah masih
tetap atau muncul masalah atau ada data yang kontra indikasi dengan masalah yang ada

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klein. Pada inplementasi
dilakukan maka, evaluasi hasil interfensi terhadap pasien halusinasi yaitu: terbina hubungan saling
percaya antara klien dan perawat, klin dapat mengenal halusinasinya, mendapatkan dukungan dari
keluarga untuk mengontrol halusinasinya dan dapat memanfaatkan obat baik sesuai dengan program
pengobatan.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
I. IDENTITAS
Nama : ny.A
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Perkejaan : karyawan swasta
Agama : islam
Status perkawinan : menikah
Alamat : kp. Babakan . RT 01 / 01. Kecamatan tapos kelurahan sukatani
Sukubangsa : Indonesia
Nomor RM : 315441
Ruang : kresna wanita
Tanggal pengkajian: 24 oktober 2015
Diagnos medis : Skizofrenia Paranoid

II. ALASAN MASUK


Tidak bisa tidur , marah-marah , mudah tersinggung , merusak ART , menggangu lingkungan
, bicara dan tertawa sendiri , tidak mampu merawat diri keluyuran .
III. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien sakit sejak 2 minggu yang lalu, sebelum di bawa ke RS klien oleh keluarga di bawa ke
dukun,tetapi pengobatan kurang berhasil.
Klien pernah mengalami aniaya fisik pada usia 19 tahun, sebagai korban klien di pukul oleh
bibinya. Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga
dan tindakan criminal.
Masalah keperawatan : koping keluarga in efektif.
Di dalam anggota keluarga klien ada yang mengalami gangguan jiwa seperti klien yaitu
saudara sepupu dari pihak ibu. Gejala berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah-marah.
Riwayat pengobatannya tidak pernah di bawa ke Rumah Sakit dan hanya di bawa ke dukun.
masalah keperawatan : Halusinasi
Resiko perilaku kekerasan
Koping keluarga in efektif
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu pada saat ibunya meninggal dunia
tahun 2005 dan ayahnya meninggal pada tahun 2008 . sampai saat ini klien mengatakan
masih sedih
Masalah keperawatan : berduka dis fungsional
IV. PEMERIKSAAN FISIK
TD : 110/70 mmHg , N : 80x/menit , S : 360C , P : 18x/ menit.
Ukuran tubuh TB : 152 cm BB : 48 kg
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah keperawatannya : tidak di temukan masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. GENOGRAM

K
Keterangan :
: Wanita

: Pria

: Wanita sudah meninggal


: Pria sudah meninggal

: Klien
K
: Bibi klien

B
: Tinggal serumah

Klien anak pertama dari empat bersaudara, sebelum ibu dan ayahnya meninggal klien
tinggal bersama ayah dan ibu dan ketiga adiknya. Pola asuh dalam keluarga klien selalu
disayang, komunikasi terbuka, pengambilan keputusan di keluarga yaitu ayahnya. Setelah
orang tua klien meninggal diambil alih oleh bibinya dari pihak ayahnya. Pola asuh bibi
klien tidak mau mengurus klien, lalu klien ditempatkan di pesantren.
Masalah keperawatan: koping keluarga in efektif
2. KONSEP DIRI
a. Gambaran diri: Klien menganggap dirinya sempurna
b. Identitas: Klien mengatakan puas dengan anggota tubuhnya
c. Peran: klien mengatakan sebagai ibu rumah tangga tidak mampu menjalankan
tugasnya sebagai ibu rumah tangga

d. Ideal diri: Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera bertemu dengan suami
dan anaknya .
e. Harga diri: Klien mengatakan merasa malu karena tidak mampu menjalankan
tugasnya sebagai ibu rumah tangga
Masalah keperawatannya : harga diri rendah
3. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti Klien mengatakan ibu , ayah , suami dan anaknya adalah
orang yang berarti dalam hidupnya .
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok klien mengatakan tidak mempunyai
kegiatan kelompok sosial
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain klien mengatakan malas
berhubungan dengan orang lain
Masalah keperawatan : isolasi sosial

4. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinana yang dianut Klien mengatakan keyakianan yang di anutnya
islam
b. Kegiatan ibadah Klien mengatakan sering melalkukan sholat 5 waktu
Tidak di temukan masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL


1. PENAMPILAN
Penampilan klien tidak rapih , rambut tidak di sisir , berpakaian rangkap-rangkap , sering
gonta ganti baju , gigi klien bersih , tidak ada tercium bau , kuku klien bersih dan
pendek .
Masalah keperawatan : defisit perewatan diri , berpakian dan berhias

2. PEMBICARAAN
Pembicaraan klien cepat dan keras , nada suara klien tinggi
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan

3. AKTIVITAS MOTORIK

Aktivitas motorik klien gelisah , mondar mandir , bicara sendiri

Masalah keperawatannya : halusinasi

4. ALAM PERASAAN
Klien mengatakan “ sedih , ingin cepat pulang dan cepat sembuh
Masalah keperawatannya tidak di temukan masalah keperawatan

5. AFEK
Afek klien sesuai , jika ada stimulus menyenangkan klien akan berespon senang dan ceria
, jika stimulus yang menyedihkan klien akan berespon sedih .
Masalah keperawatannya : tidak di temukan masalah

6. INTERAKSI SELAMA WAWANCARA


Pada saat interaksi selama wawancara klien terdapat kontak mata kurang , tidak focus
klien melihat kearah sesuatu

Masalah keperawatan isolasi sosial dan halusinasi

7. PERSEPSI

“Klien mengatakan mendengar suara ibunya yang menyuruh klien menjaga adik-adiknya
pada waktu pagi, siang dan malam hari, frekuensi sering, pada saat sendiri, bila medengar
suara klien kesal “

“Klien mengatakan melihat bayangan ibunya, pada waktu pagi dan siang hari, frekuensi
lebih dari 3 kali, pada saat sendiri, bila melihat bayangan klien menangis”

Masalah keperawatan : halusinasi pendengaran dan penglihatan

8. PROSES PIKIR

Pada saat interaksi , klien mampu menjawab pertanayaan yang di berikan perawat Tidak
di temukannya masalah keperawatan

9. ISI PIKIR
Pada saat ineraksi , tidak ditemukan adanya waham
Masalah keperawatan tidak ditemukan

10. TINGKAT KESADARAN


Pada saat interaksi klien bingung , tetapi klien tidak mengalami disorientasi : tempat ,
waktu dan orang . di buktikan pada saat di tanya pagi hari , siang , sore dan malam hari
klien menjawab dengan benar , pada saat di tanya klein berada dimana klein menjawab
dengan benar , pada saat di tanya ini suster siapa dia menjawab dengan benar
Masalah keperawatannya tidak di temukan masalah
11. MEMORI

Gangguan daya ingat jangka panjang klien tidak mengalami gangguan gangguan daya
ingat jangka panjang , di buktikan kliem mampu menceritakan saat ayah dan ibunya
meninggal .
Gangguan daya ingat jangka pendek klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka
pendek di buktikan klien mampu menceritakan sebelum dibawa ke RS . Gangguan daya
ingat saat ini klien tidak mengalami gangguan daya ingat saat ini di buktikan klien
mampu menceritakan kegiatan bangun tidur sampai saat ini .

12. TINGKAT KONSENTRASI DAN BERHITUNG

Tingkat konsentrasi dan berhitung klien baik di buktikan pada saat dalam pertanyaan
hitung-hitungan klien mampu menjawab dengan benar .

Masalah keperawatan tidak di temukan

13 KEMAMPUAN PENILAIAN

Klien mampu melakukan penilaian sederhana pada saat di berikan 2 pilihan : makan
terlebih dahulu atau mandi terlebih dahulu , klien menjawab mandi terlebih dahulu baru
makan

Masalah keperewatan tidak di temukan masalah

14. DAYA TILIK DIRI

Klien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan perwatan

Masalah keperawatan tidak di temukan masalah

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan sehari 3x/hari , klien makan di meja makan , nasi tumpah-tumpahan,bila
minum air tumpah kebaju ,sebelum makan klien di motivasi untuk mencuci tangan
dan berdoa , cara makan klien tidak rapih
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri : makan
2. BAB / BAK
Klien BAB 2x/hari dan BAK 3x/hari di toilet , dan di motivasi untuk menyiram
dengan bersih dan mencuci tangan
Masalah keperawatannya tidak ada .
3. Mandi
Klien mandi 3x/hari dengan menggunakan sabun , sampo dan pasta gigi , dan di
motivasi untuk sesuai urutan saat mandi
Tidak di temukan masalah
4. Berpakian atau berhias
Klien berpakaian 4x sehari klien selalu ganti-ganti pakaian , rambut tidak rapih
Masalah keperawatan defisit keperwatan diri : berpakaian atau berhias

5. Istirahat dan tidur


Klien istirahat tidur siang 2 jam ( 13.00-15.00 ) , klien istirahat tidur malam 9 jam
( 21.00-06.00 ) , klien tidak ada kegiatan sebelum dan sesudah tidur
Tidak di temukan masalah
6. Penggunaan obat
Klien minum obat 3x / hari , pagi ( 8) siang hari (13 ) sore (18) sebelum minum obat
klien di motivasi untuk mengambil minum . nama obat klien adalah chlorpromazine
1x50 gr berfungsi untuk menangani gangguan seperti skizofrenia . Trihexyphemidy
2x2gr berfungsi untuk mengurangi efek samping obat antipsikotik pada klien
gangguan jiwa , Rispendone 2x2 gr berfungsi untuk skizofrenia serta perilaku agresif
yang membayangkan pasien maupun orang lain .
Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan kesehatan
Dalam pemeliharaan kesehatan klien membutuhkan perawatan lanjutan dari RS
seperti pemberian obat teratur , dalam perawatan pendukung klien membutuhkan
perawatan dukungan dari keluarga
8. Kegiatan di dalam rumah
Dalam kegiatan di dalam rumah sewaktu sehat klien mampu menyiapkan makan ,
mencuci pakaian , menjaga kerapihan rumah tetapi sewaktu sakit klien tidak mampu
mempersiap kan makanan , menjaga kerapiharan rumah .
Masalah keperwatan koping keluarga Disfungsiolnal
9. Kegiatan di luar rumah
Dalam kegiatan di luar rumah sewaktu sehat klien mampu belanja di warung .
Tidak ada maslah keperwatan
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif
Klien mampu bicara dengan orang lain , klien mampu beraktfitas senam
Maladaptif
Klien terdapat menciderai dirinya saat di masukkan kedalam ruang isolasi
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Klien mengalami masalah perumahan , klien mengatakan “ pernah dianaiaya oleh
bibinya di rumah “
 Klien mengalami masalah dengan dukungan kelompok , kakeknya klien
mengatakan bahwa klien sudah putus hubungan dengan bibinya karena menikah
dengan suaminya
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :
 Klien kurang penegtahuan tentang penyakit jiwa yang ia derita .
 Klien kurang pengetahuan tentang penyelesaian masalah yang ia alami
Masalah keperawatannya kurang pengetahuan tentang penyakit

B. Analisa data

DATA MASALAH
Subjektif : Gangguan sensori persepsi : halusinasi
“Klien mengatakan mendengar suara ibunya yang pendengaran dan penglihatan
menyuruh klien menjaga adik-adiknya pada waktu
pagi, siang dan malam hari, frekuensi sering, pada
saat sendiri, bila medengar suara klien kesal “
“Klien mengatakan melihat bayangan ibunya, pada
waktu pagi dan siang hari, frekuensi lebih dari 3
kali, pada saat sendiri, bila melihat bayangan klien
menangis”
Objectif :
-gelisah
-mondar-mandir
-berbicara sendiri
Subjectif : Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan bila medengar suara klien kesal
Objektif :
- Pembicaraan klien cepat dan keras , nada suara
klien tinggi

Subjektif : “klien mengatakan malas berhubungan Isolasi Sosial


dengan orang lain,

Objectif : -Kontak mata kurang


-menarik diri
-klien tampak binggung

Subjektif : - Defisit perawatan diri : Berhias (berpakaian) dan


Objectif : - Penampilan klien tidak rapih , rambut makan
tidak di sisir , berpakaian rangkap-rangkap , sering
gonta ganti baju, makan tidak rapih ,nasi tumpah-
tumpahan,bila minum air tumpah kebaju

Subjektif : - klien mengatakan merasa malu karena Harga diri rendah


tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai ibu
rumah tangga
Objectif : -mengkritik diri sendiri
-kontak mata kurang

Subjektif :- Klien mengatakan pernah mengalami Koping keluarga in efektif


aniaya fisik pada usia 19 tahun, sebagai korban
klien di pukul oleh bibinya
- Pola asuh dalam keluarga klien selalu disayang,
komunikasi terbuka, pengambilan keputusan di
keluarga yaitu ayahnya. Setelah orang tua klien
meninggal diambil alih oleh bibinya dari pihak
ayahnya. Pola asuh bibi klien tidak mau mengurus
klien, lalu klien ditempatkan di pesantren.

Subjektif : Klien mengatakan Pengalaman masa Berduka disfungsional


lalu yang tidak menyenangkan yaitu pada saat
ibunya meninggal dunia tahun 2005 dan ayahnya
meninggal pada tahun 2008 . sampai saat ini klien
mengatakan masih sedih
Objektif : - klien tampak sedih

C. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan sensori persepsi: halusinasi


pendengaran dan penglihatan

isolasi sosial
(berpakaian) dan makan

Harga diri rendah

Berduka disfungsional

Koping keluarga in efektif

D. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:
1. Gangguan sensori persepsi: pendengaran dan penglihatan
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi Sosial
4. Defisit perawatan diri : berhias (berpakaian) dan makan
5. Harga diri rendah
E. NCP (terlampir)
F. Catatan perkembangan :

Selasa/20-10-2015 DS : “Klien mengatakan tidak ada suara- S : “Klien menagtakan tidak ada
Jam : 11.00 WIB suara suara-suara”
DO : -klien tampak gelisah O : pasien belum mampu
-mondar-mandir mengidentifikasi jenis halusinasi
-bicara sendiri -pasien belum mampu
Dx : gangguan sensori persepsi mengidentifikasi waktu halusinasi
halusinasi -pasien belum mampu
Tindakan keperawatan: mengidentifikasi frekuensi halusinasi
-mengidentifikasi jenis halusinasi -pasien belum mampu
-mengidentifikasi waktu halusinasi mengidentifikasi situasi hausinasi
-mengidentifikasi frekuensi halusinasi -pasien belum mampu
Mengidentifikasi situasi hausinasi mengidentifikasi respon terhadap
-mengidentifikasi respon terhadap halusinasi.
halusinasi. -pasien belum mampu menghardik
- menganjurkan klien memasukkan halusinasi.
kedalam jadwal kegiatan harian A : Halusinasi masih ada
RTL: Bantu klien mengenal halusinasi P : Lapor bila halusinasi muncul

DS: klien mengatakan mendengar dan S: “Klien mengatakan mendengar


melihat bayangan suara ibunya yang menyuruh klien
Rabu/21/10/2015 DO: -pasien tampak gelisah menjaga adik-adiknya pada waktu
Jam : 10.00 WIB -mondar-mandir pagi, siang dan malam hari, frekuensi
Dx : gangguan sensori persepsi sering, pada saat sendiri, bila
halusinasi medengar suara klien kesal “
Tindakan keperawatan: “Klien mengatakan melihat bayangan
-mengidentifikasi jenis halusinasi ibunya, pada waktu pagi dan siang
-mengidentifikasi waktu halusinasi hari, frekuensi lebih dari 3 kali, pada
-mengidentifikasi frekuensi halusinasi saat sendiri, bila melihat bayangan
Mengidentifikasi situasi hausinasi klien menangis”
-mengidentifikasi respon terhadap Klien mengatakan mau latihan
halusinasi. menghardik
- menganjurkan klien memasukkan O: pasien mampu mengidentifikasi
kedalam jadwal kegiatan harian jenis halusinasi
RTL: latih klien mengontrol halusinasi -pasien mampu mengidentifikasi
dengan cara minum obat secara tertatur waktu halusinasi
-pasien mampu mengidentifikasi
frekuensi halusinasi
-pasien mampu mengidentifikasi
situasi hausinasi
-pasien mampu mengidentifikasi
respon terhadap halusinasi.
-pasien mampu menghardik
halusinasi.

A: ganguan persepsi halusinasi masih


ada.

P: latihan menghardik 3x sehari


DS : “klien mengatakan bajunya basah
dan belum menyisir rambut”
DO : -baju klien basah S : “klien mengatakan mau ganti
-rambut klien tidak rapih baju”
Kamis, 22/10/2015 -penampilan tidak rapih O:
Jam : 11.00 WIB -klien mampu mengevaluasi jadwal
Dx : defisit perawatan diri: berhias kegiatan harian klien
(berpakaian) dan makan -klien mampu menjelaskan cara
Tindakan keperawatan : berdandan
-mengevaluasi jadwal kegiatan harian -klien mampu mempraktekkan cara
klien berdandan
-menjelaskan cara berdandan -klien mampu memasukkan dalam
-membantu klien mempraktekkan cara jadwal kegiatan harian
berdandan A: defisit perawatan diri masih ada
-menganjurkan klien memasukkan P : ganti baju dan menyisir setelah
dalam jadwal kegiatan harian mandi
RTL : latih klien cara makan yang benar
Jum’at, 23/10/2015 DS: klien mengatakan masih melihat S : klien mengatakan sudah bisa
Jam : 09.30 WIB dan mendengar bayangan menghardik
DO:- gelisah dan mondar-mandir - klien mengatakan benar obat,benar
- Teriak-teriak pasien,benar waktu, benar
- Bicara sendiri dosis,benar cara pemberian,benar
Dx : gangguan persepsi sensori: dokumentasi
halusinasi pendengaran dan penglihatan -klien mengatakan bila minum obat
terasa lebih tenang, bila tidak minum
Tindakan keperawatan: obat gelisah
-mengevaluasi kemampuan klien dalam O : - klien mampu memperagakan
menghardik halusinasi cara menghardik
- melatih klien mengontrol halusinasi - klien mampu menjelaskan cara
dengan cara minum obat secara mengontrol halusinasi dengan cara
teratur minum obat secara teratur
- mendiskusikan tentang prnsip 6 benar -klien mampu mendiskusikan tentang
minum obat prnsip 6 benar minum obat
-mendiskusikan tentang keuntungan dan -klien mampu mendiskusikan tentang
kerugian bila tidak minum obat keuntungan dan kerugian bila
- menganjurka klien memasukan tidak minum obat
kedalam jadwal kegiatan harian
A : halusinasi masih ada
RTL :
-latih klien mengontrol halusinasi P : -latihan menghardik 3x sehari
dengan cara bercakap-cakap dngan -minium obat 2x sehari secara teratur
orang lain S : klien megatakan senang
DS : klien mengatakan merasa malu melakukan kegiatan yang sudah di
karena tidak mampu menjalankan ajarkan
Jam : 11.30 WIB tugasnya sebagai ibu rumah tangga O:
DO : -mengkritik diri sendiri -klien mampu mengidentifkasi aspek
-kontak mata kurang positif dan kemampuan yang
dimiliki
DX : Harga diri rendah -klien mampu melakukan kegiatan
Tindakan keperawatan : yang sudah dipilih
-mengidentifkasi aspek positif dan - klien mampu untuk memasukkan ke
kemampuan yang dimiliki dalam jadwal kegiatan harian
-melakukan kegiatan yang sudah dipilih A : Harga diri rendah masih ada
-menganjurkan klien untuk memasukkan P : latihan melakukan kegiatan yang
ke dalam jadwal kegiatan harian sudah dijadwalkan
RTL :
Latih klien untuk melakukan kegiatan
mencuci piring
Sabtu, 24/ 10 / 2015 DS : - klien mengatakan bila mendengar S : klien mengatakan kesal bila
Jam: 10.00 WIB suara klien kesal mendengar suara-suara
-klien mengatakan suka marah-marah -klien mengatakan bila kesal tangan
DO : - klien berteriak mengepal, mata melotot, akibatnya
- klien tampak gelisah klien membanting barang-barang
-klien tampak kesal dan marah yang ada disekitarnya
DX : resiko perilaku kekerasan -klien mengatakan mau diajarkan
tarik napas dalam dan memukul
Tindakan keperawatan : bantal
- mengindentifikasi penyebab PK
-mengidentifikasi tanda dan gejala PK O : - mengindentifikasi penyebab PK
- mengidentifikasi PK yang dilakukan -mengidentifikasi tanda dan gejala
- mengidentifikasi akibat dari PK PK
- melatih klien mengontrol perilaku - mengidentifikasi PK yang
kekerasan fisik 1 : tarik napas dilakukan
dalam dan memukul bantal - mengidentifikasi akibat dari PK
-menganjurkan klien memasukkan ke - melatih klien mengontrol perilaku
dalam jadwal kegiatan harian kekerasan fisik 1 : tarik napas
dalam dan memukul bantal
RTL : latih klien mengontrol PK dengan -menganjurkan klien memasukkan ke
cara minum obat secara teratur dalam jadwal kegiatan harian

A : resiko PK masih ada


P : latihan tarik napas dalam dan
pukul bantal 3x sehari
Senin, 26/10/2015 DS : - klien mengatakan masih S : klien mengatakan mau latiha
Jam : 10.00 WIB mendengar dan melihat bayangan bercakap-cakap
DO : - klien tampak gelisah O : klien mampu memperagakan
-mondar-mandir kembali cara mengontrol halusinasi
-berbicara sendiri ke 3 ( bercakap-cakap dengan orang
lain )
DX : gangguan sensori persepsi
halusinasi pendengaran dan penglihatan A : gangguan persepsi halusinasi
masih ada
Tindaka keperawatan :
-mengevaluasi kemampuan klien dalam P : latihan menghardik 3x sehari
menghardik dan minum obat Minum obat 2x sehari
-melatih klien mengontrol halusinasi latihan bercakap-cakap dengan orang
dengan bercakap-cakap lain 3x sehari
-menganjurkan klien memasukkan ke
dala jadwal kegiatan harian

RTL : latih klien mengontrol halusinasi


dengan cara melakukan kegiatan yang di
sukai

DS : -
Jam 12.00 WIB DO : -cara makan klien tidak rapih S : klien mengatakan sebelum makan
- nasi tumpah-tumpahan mencuci tangan terlebih dahulu dan
-bila minum air tumpah kebaju berdoa
DX : defisit perawatan diri : makan Klien mengatakan makan yang benar
Tindakan keperawatan : tidak terburu-buru
-mengevaluasi jadwal kegitan harian O : -klien mampu mengevaluasi
klien jadwal kegitan harian
-menjelaskan cara makan yang baik -klien mampu menjelaskan cara
-membantu klien mempratekkan cara makan yang baik
makan yang baik -klien mampu mempratekkan cara
-menganjurkan klien untuk memasukkan makan yang baik
ke dalam jadwal kegiatan harian - klien mampu untuk memasukkan ke
RTL : dalam jadwal kegiatan harian
Latih klien cara berhias (berpakaian) A : defisit perawatan diri masih ada
P : latihan makan yang benar 3x
sehari

Selasa / 27 / 10 / DS : - klien mengtakan mendengar dan S : - klien mengatakan sudah latihan


2015 melihat bayangan menghardik,minum obat, dan
Jam : 10.00 WIB DO : - ekspresi bingung bercakap-cakap
-mondar-mandir -klien mengatakan mau melakukan
-berbicara sendiri kegiatan

DX : gangguan sensori persepsi O : -klien mampu mengontrol


halusinasi pendengaran dan penglihatan halusinasi dengan melakukan
kegiatan
Tindakan keperawatan :
- mengevaluasi jadwal kegiatan A: halusianasi masih ada
harian
- Melatih klien mengontrol P : latihan menghardik 3x sehari
halusinasinya yaitu melakukan Minum obat 2x sehari
kegiatan yang terjadwal
- Menganjurkan klien untuk latihan bercakap-cakap dengan orang
memasukkan kedalam jadwal lain 3x sehari
harian klien .
latihan melakukan kegiatan terjadwal
RTL : mengevaluasi kembali cara
mengontrol halusinasi dengan
menghardik,minum obat secara teratur,
bercakap-cakap dengan orang lain dan
melakukan kegiatan terjadwal
Rabu, 28/10/2015
Jam: 11.00 WIB DS : - klien mengatakan masih kesal S : klien mengatakan sudah berbicara
Do : -klien berteriak secara verbal dengan baik kepada
- Klien tampak kesal dan marah orang lain
- Klien gelisah Klien mengatakan mau mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara
DX : resisko perilaku kekerasan spiritual
O : - klien mampu mengevaluasi
Tindakan keperawatan : jadwal kegiatan harian
-mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mampu melakukan
klien cara mengungkapkan acara
-mengajarkan klien cara mengungkapkan dengan baik secara verbal
rasa secara verbal - Klien mampu memasukkan
-menganjurkan klien untuk memasukkan kedalam jadwal kegaitan
jadwal kegiatan harian harian

RTL : latih klien mengotrol PK dengan A : resiko perilaku kekerasan


cara spiritual
P : latihan tarik nafas dalam dan
memukul bantal setiap 3x sehari
Latihan spiritual dengan 5x sehari

Subjektif : “klien mengatakan malas


Rabu,28/10/2015 berhubungan dengan orang lain, S: kilen mengatakan” sudah bisa
jam menyebutkan penyebab isolasi”
Objectif : -Kontak mata kurang -klien mengatakan sudah mengerti
-menarik diri cara berkenalan dengan perawat atau
-klien tampak binggung pasien lain.

DX;isolasi sosial O: - klien mampu mengidentifikasi


Tindakan keperawatan: penyebab isolasi sosial
-identifikasi penyebab isolasi sosial -klien mampu mengidentifikasi
-identifikasi keutungan isolasi sosial keutungan dan kerugian isolasii
-identifikasi kerugian dari isolasi sosial sosial
-latihan berkenalan dengan orang pasien -klien mampu berkenalan dengan
atau perawat orang lain
-memasukkan jadwal kegiatan harian -klien mampu memasukkan kedalam
pasien. jadwal kegiatan hariam pasien.

RTL:latih pasien berkenalan dengan


orang pertama atau pasien lain. A:isolasi sosial masih ada

P: latiahan berkenalan dengan satu


orang.

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi Medik
Klien minum obat 3x / hari , pagi ( 8) siang hari (13 ) sore (18) sebelum minum
obat klien di motivasi untuk mengambil minum . nama obat klien adalah chlorpromazine
1x50 gr berfungsi untuk menangani gangguan seperti skizofrenia . Trihexyphemidy
2x2gr berfungsi untuk mengurangi efek samping obat antipsikotik pada klien gangguan
jiwa , Rispendone 2x2 gr berfungsi untuk skizofrenia serta perilaku agresif yang
membayangkan pasien maupun orang lain.
XII. Daftar Masalah Keperawatan
- Resiko perilaku kekerasan
- Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
- Isolasi Sosial
- Defisit Perawatan Diri: Berhias (berpakaian) dan Makan
- Harga Diri Rendah
- Berduka disfungsional
- Koping keluarga in efektif

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut hasil pengkajian pada Ny. A didapatkan ada sedikit perbedaan antara teori dan
kasus yaitu faktor predisposisi untuk persepsi sensori: Halusinasi adalah faktor sosial budaya dan
kultural dimana keluarga dan lingkungan pasien sangat menerimanya sejak bayi. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan telah sesuai antara teori dan kasus. Perencanaan dilakukan sesuai
dengan standar asuhan keperawatan secara teoritis yang ada menurut standar asuhan keperawatan
secara teoritis menurut standar Asuhan Keperawatan Jiwa.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kelompok memberikan saran atau masukkan kepada :
a) RS Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor diharapkan fasilitas rumah sakit ditingkatkan, seperti
lampu penerangan di jalan sekitar rumah sakit, rumput-rumput ilalang yang berada di
sekitar rumah sakit seharusnya diurus, air di asrama sering tidak ada, kurangnya
keamanan dan kenyamanan, dan perawat-perawat serta karyawan rumah sakit lebih
ditingkatkan kesabarannya dan keramahannya.
b) Ruangan Kresna Wanita
Lebih memperhatikan kebersihan dan penampilan pasien, memperlakukan pasien sesuai
Asuhan Keperawatan, alat-alat kebutuhan pasien harus lebih bersih lagi.
c) CI Ruangan
Lebih memperhatikan penugasan yang telah dikerjakan mahasiswa, agar ketika
mahasiswa melakukan kesalahan tidak berdampak besar terhadap penugasannya yang
akan dikumpulkan.
d) Institusi Pendidikan
Diharapkan agar institusi dapat menyediakan sumber edisi terbaru, mengatur jadwal
praktek dengan baik, kehadiran dosen pembimbing mata Ajaran

Anda mungkin juga menyukai