DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh:
(PO71200190022)
TINGKAT
2B D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Dokumentasi keperawatan.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di tentukan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya. Serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005)
Di masa dahulu gangguan jiwa di pandang sebgai kerasuan setan, hukuman karena
pelanggaran social atau agama, kurang minat atau semangat dan pelanggaran norma social.
Penderita gangguan jiwa di nyatakan tidak dapat di sembuhkan dan di belenggu dalam penjara
tanpa di beri makanan, tempat berteduh, atau pakaian yang cukup. Namun, saat ini gangguan jiwa
di definisikan sebagai masalah medis.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa/mahasiswi mampu memahami konsep dan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus yang nyata, artinya klien
mengidentifikasi sesuatu yang nyata tanpa stimulus dari luar.
( Stuart and Laraia, 2005 ).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa,
klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa
stimulus nyata. ( Dr. Budi Anna Keliat 2012)
Halusinasi pendengaran adalah suatu persepsi klien yang mendengar suara yang membicarakan,
mengejek, menertawakan, mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang hal-hal yang
membahayakan). ( Trimelia S, Skp, 2012 )
Varcarolis mendefinisikan halusinasi sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat simulus (Yosep, 2009)
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar,
membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima
indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Kesimpulannya
bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau
rangsangan yang nyata.
B. PSIKODINAMIKA
1. Etiologi
Terjadinya perubahan sensori persepsi : halusinasi dipengaruhi oleh multi factor baik eksternal maupun
internal diantaranya : koping individu tidak adekuat, individu yang mengisolasi diri dari lingkungan, ada
trauma yang menyebabkan rasa rendah diri, koping keluarga tidak efektif, dan permasalahan yang kronik
tidak diselesaikan.
Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (2009) dikutip oleh
Syahbana (2009) tanda dan gejala yang berkaitan dengan halusinasi sebagai berikut:
Dari definisi yang elah djelaskan sebelumnya, dapat dismpulkan bahwa halusinasi merupakan persepsi
yang nyata tanpa adanya stimulus. Gangguan sensori persepsi : halusinasi disebabkan oleh fungsi otak
yang terganggu. Respon individu terhadap gangguan orientasi berfokus sepanjang rentang respon dari
adaptif sampai yang maladaptif, dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Keterangan Gambar:
a) Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya secara
umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana individu menyelesaikan masalah dalam batas
normal yang meliputi :
1. Pikiran logis adalah segala sesuatu yang diucapkan dan dilaksanakan oleh individu sesuai
dengan kenyataan.
2. Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang disadari oleh indra perasaan, dimana dapat
membedakan objek yang satu dengan yang lain dan mengenai kualitasnya menurut
berbagai sensasi yang dihasilkan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan individual sesuai
dengan stimulus yang datang.
4. Prilaku sesuai dengan cara berskap individu yang sesuai dengan perannya.
5. Hubungan sosial ialah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
c) Respon maladaptif ialah suatu respon yang tidak dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya secara umum yang berlaku dimasyarakat, dimana individu dalam menyelesaikan masalah
tidak berdasarkan norma yang sesuai diantaranya :
1. Kelainan pikir ialah keyakinan yang secara kokoh dapat dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh oranglain dan bertentangan dengan keyataan sosial
2. Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan informasi yang diterima
otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, dan pengelihatan
3. Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan Individu tidak sesuai dengan
stimulus yang datang.
4. Prilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak sesuai dengan
peran.
5. Isolasi social adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari lingkungan atau tidak
mau berinteraksi dengan lingkungan.
C. Pengkajian keperawatan
A. Faktor Predisposisi
B. Faktor Presipitasi
Adalah stimulus yang dipersiapkan oleh individusebagai tantangan, ancaman,
atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk koping.
Menurut Stuart (2007) yang dikuip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmapuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
A. Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap pengaruh
gangguan otak dan prilaku. Kekuatan dapat meliputi seperti modal intelegensia atau
kreatifitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anak dan dewasa
muda tentang ketrampilan koping, karena meraka biasanya tidak hanya belajar dari
pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit. Finansial
yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga kemampuan serta untuk memberikan
dukungan csecara kesinambungan.
B.Mekanisme koping
1.) Regresi : menghindari stress, kecemasan dan menampilkanprilaku
kembali seperti pada prilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas.
2.) Proyeksi : keinginan yang tidak dapat ditoleransi mencurahkan emosi
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi).
3) Isolasi sosial : reaksi yang ditampilakn dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atu lari menghindar sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan
lain-lain. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku
apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan.
4.) Prilaku halusinasi
Menurut Rawlins dan Heacokck ( dalam Yosep 2010) Prilaku
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi sebagai berikut:
a.) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama. Tanda gejala yang ditimbulkan yaitu muka merah, kadang pucat,
ekspresi dengan perubahan wajah tegang, TD meningkat, nafas
tersengah-sengah, nadi cepat, timbul gangguan kebutuhan nutrisi.
a. Isi halusinasi
Ini dapat ditanyakan, suara apa yang didengar, apa saja yang dikatakan suara
itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien,
jika halusinasi visula, bau apa yang tercium, jika halusinasi penghidu, rasa
apa yang dikecap jika halusinasi pengecap, dan apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
c. Pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu perawat perlu juga bisa mengobservasi apa yang dialami
klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasikan pernyataan
klien.
d. Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan klien saat mengalami halusinasi.
5.Aspek Medik
a. Chlorpromazine (CPZ)
1) Klasifikasi sebagai antipsikotik dan antiemetic
2) Indikasi
Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada gangguan bipolar, ganggauan
skizoaktif, ansientas dan agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan.
3) Mekanisme kerja
Mekanisme antipsikotik yang tepat belum di pahami sepenuhnya namun mungkin berhubungan
dengan efek antidopaminergi. antipsikotik dapat menyekat reseptor dopamine postsinaps pada ganglia
basal, hipotalamus, system limbic, batang otak dan medulla.
4) Kontrakindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sumsum tulang, penyakit parkinson,
insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 bulan dan wanita selama kehamilan dan muntah.
5) Efek samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostastik, hipertensi, mulut kering, mual dan
muntah.
B. Haloperidol ( HLP)
2) Indikasi
Penatalaksanaan psikotik kronis dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan masalah yang berat pada anak-
anak.
3)Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum di pahami sepenuhnya tampak menekan SSP pada tingkat
subkortikal, penyakit parkinson, dan anak di bawah usian 3 tahun.
4) Hipersensitivitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang, kerusakan otak subkortikal
formasi retikuler otak, mensefalon dan batang otak.
5) Efek samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, obat kering dan anoreksia.
C. Trihexypenidil (THP)
1. Klasifikasi antiparkinson
2. Indikasi
Segala penyakit parkinson, gajala ekstra pyramidal berkaitan dengan obat anti parkinson.
3. Mekanisme kerja
Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum,
asetikolin disekat oleh sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebihan.
4. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, glaukoma sudut tertutup, hipertropi prostat, pada anak dibawah usia 3
tahun.
5. Efek samping
6. Pohon masalah
Isolasi sosial
D. Diagnosa keperawatan
3. Isolasi sosial
E. Perencanaan keperawatan
Kriteria evaluasi : klien mampu menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi kondisi yang menimbulkan
halusinasi.
• Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (dengar,melihat, menghidu, mengraba
dan mengecap)
• Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tak
mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)
• Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama
• Isi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,malam atau sering dan kadang-
kadang)
• Takut
• Sedih
• Senang
• Cemas
• Jengkel
3) diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan berikan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan.
4) diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut
5) diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya
Kriteria evaluasi :
• Klien mapu menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
• Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi
• Identifikasi bersama klien atau cara yang dapat dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah,
menyibukkan diri, dan lain-lain)
• Diskusikan cara yang digunakan klien, jika acara yang digunakan adaptif, berikan pujian, jika
cara yang digunakan mal adaptif, diskusikan cara tersebut
• Keluarga mampu menyebutkan pengertian tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi, untuk
mengendalikan halusinasi
• Buat kontrak dengan keluarga nuntuk pertemuan (waktu, tempat dan topik)
• Diskusikan dengan keluarga pda saat pertemuan keluarga atau pada saat kunjungan ( pengertian,
tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi, cara mengendalikan halusinasi, obat halusinasi, cara
merawat anggota keluarga dirumah)
• Klien mampu menyebutkan manfaat minum obat, kerugian jika tidak minum obat( nama, warna,
dosis, efek samping obat)
• Klien mampu menyebutkan akibat berhenyi minum obat tanpa konsultasi dokter
• Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat, kerugian minum obat (nama, warna, dosis,
efek samping obat dan efek terapi obat)
• Diskusikan akibat dari berhenti minum obat tanpa konsultasi dengsn dokter
• Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
F. Implementasi keperawatan
Sebelum melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu mengvalidasi
dengan singkat apakah rencana tindakan masih dibutuhkan klien dan sesuai dengan kondisi saat ini. Pada
saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien dengan
menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang diharapkan.
Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat adalah sesuai dengan strategi pelaksanaan (sp) yang
telah dibuat. Strategi pelaksanaan yang diberikan untuk pasien dan keluarga terdiri dari:
1) sp 1 pasien, yaitu membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan mengajarkan pasien menghardik halusinasi
2) sp 2 pasien, yaitu melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang lain
5) sp 1 keluarga, yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara – cara merawat pasien halusinasi
6) sp 2 keluarga, yaitu melatih keluarga pratik merawat pasien langsung dihadapan pasien. Memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi lansung
dihadapan pasien.
G. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada renspon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan (keliat,2005)
Evaluasi digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah dibuat.
Adapun evaluasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP (keliat, 2005: hal 17)
yaitu :
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masalah masih
tetap atau muncul masalah atau ada data yang kontra indikasi dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klein. Pada inplementasi
dilakukan maka, evaluasi hasil interfensi terhadap pasien halusinasi yaitu: terbina hubungan saling
percaya antara klien dan perawat, klin dapat mengenal halusinasinya, mendapatkan dukungan dari
keluarga untuk mengontrol halusinasinya dan dapat memanfaatkan obat baik sesuai dengan program
pengobatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. IDENTITAS
Nama : ny.A
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Perkejaan : karyawan swasta
Agama : islam
Status perkawinan : menikah
Alamat : kp. Babakan . RT 01 / 01. Kecamatan tapos kelurahan sukatani
Sukubangsa : Indonesia
Nomor RM : 315441
Ruang : kresna wanita
Tanggal pengkajian: 24 oktober 2015
Diagnos medis : Skizofrenia Paranoid
K
Keterangan :
: Wanita
: Pria
: Klien
K
: Bibi klien
B
: Tinggal serumah
Klien anak pertama dari empat bersaudara, sebelum ibu dan ayahnya meninggal klien
tinggal bersama ayah dan ibu dan ketiga adiknya. Pola asuh dalam keluarga klien selalu
disayang, komunikasi terbuka, pengambilan keputusan di keluarga yaitu ayahnya. Setelah
orang tua klien meninggal diambil alih oleh bibinya dari pihak ayahnya. Pola asuh bibi
klien tidak mau mengurus klien, lalu klien ditempatkan di pesantren.
Masalah keperawatan: koping keluarga in efektif
2. KONSEP DIRI
a. Gambaran diri: Klien menganggap dirinya sempurna
b. Identitas: Klien mengatakan puas dengan anggota tubuhnya
c. Peran: klien mengatakan sebagai ibu rumah tangga tidak mampu menjalankan
tugasnya sebagai ibu rumah tangga
d. Ideal diri: Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera bertemu dengan suami
dan anaknya .
e. Harga diri: Klien mengatakan merasa malu karena tidak mampu menjalankan
tugasnya sebagai ibu rumah tangga
Masalah keperawatannya : harga diri rendah
3. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti Klien mengatakan ibu , ayah , suami dan anaknya adalah
orang yang berarti dalam hidupnya .
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok klien mengatakan tidak mempunyai
kegiatan kelompok sosial
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain klien mengatakan malas
berhubungan dengan orang lain
Masalah keperawatan : isolasi sosial
4. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinana yang dianut Klien mengatakan keyakianan yang di anutnya
islam
b. Kegiatan ibadah Klien mengatakan sering melalkukan sholat 5 waktu
Tidak di temukan masalah keperawatan
2. PEMBICARAAN
Pembicaraan klien cepat dan keras , nada suara klien tinggi
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan
3. AKTIVITAS MOTORIK
4. ALAM PERASAAN
Klien mengatakan “ sedih , ingin cepat pulang dan cepat sembuh
Masalah keperawatannya tidak di temukan masalah keperawatan
5. AFEK
Afek klien sesuai , jika ada stimulus menyenangkan klien akan berespon senang dan ceria
, jika stimulus yang menyedihkan klien akan berespon sedih .
Masalah keperawatannya : tidak di temukan masalah
7. PERSEPSI
“Klien mengatakan mendengar suara ibunya yang menyuruh klien menjaga adik-adiknya
pada waktu pagi, siang dan malam hari, frekuensi sering, pada saat sendiri, bila medengar
suara klien kesal “
“Klien mengatakan melihat bayangan ibunya, pada waktu pagi dan siang hari, frekuensi
lebih dari 3 kali, pada saat sendiri, bila melihat bayangan klien menangis”
8. PROSES PIKIR
Pada saat interaksi , klien mampu menjawab pertanayaan yang di berikan perawat Tidak
di temukannya masalah keperawatan
9. ISI PIKIR
Pada saat ineraksi , tidak ditemukan adanya waham
Masalah keperawatan tidak ditemukan
Gangguan daya ingat jangka panjang klien tidak mengalami gangguan gangguan daya
ingat jangka panjang , di buktikan kliem mampu menceritakan saat ayah dan ibunya
meninggal .
Gangguan daya ingat jangka pendek klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka
pendek di buktikan klien mampu menceritakan sebelum dibawa ke RS . Gangguan daya
ingat saat ini klien tidak mengalami gangguan daya ingat saat ini di buktikan klien
mampu menceritakan kegiatan bangun tidur sampai saat ini .
Tingkat konsentrasi dan berhitung klien baik di buktikan pada saat dalam pertanyaan
hitung-hitungan klien mampu menjawab dengan benar .
13 KEMAMPUAN PENILAIAN
Klien mampu melakukan penilaian sederhana pada saat di berikan 2 pilihan : makan
terlebih dahulu atau mandi terlebih dahulu , klien menjawab mandi terlebih dahulu baru
makan
B. Analisa data
DATA MASALAH
Subjektif : Gangguan sensori persepsi : halusinasi
“Klien mengatakan mendengar suara ibunya yang pendengaran dan penglihatan
menyuruh klien menjaga adik-adiknya pada waktu
pagi, siang dan malam hari, frekuensi sering, pada
saat sendiri, bila medengar suara klien kesal “
“Klien mengatakan melihat bayangan ibunya, pada
waktu pagi dan siang hari, frekuensi lebih dari 3
kali, pada saat sendiri, bila melihat bayangan klien
menangis”
Objectif :
-gelisah
-mondar-mandir
-berbicara sendiri
Subjectif : Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan bila medengar suara klien kesal
Objektif :
- Pembicaraan klien cepat dan keras , nada suara
klien tinggi
C. Pohon masalah
isolasi sosial
(berpakaian) dan makan
Berduka disfungsional
D. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:
1. Gangguan sensori persepsi: pendengaran dan penglihatan
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi Sosial
4. Defisit perawatan diri : berhias (berpakaian) dan makan
5. Harga diri rendah
E. NCP (terlampir)
F. Catatan perkembangan :
Selasa/20-10-2015 DS : “Klien mengatakan tidak ada suara- S : “Klien menagtakan tidak ada
Jam : 11.00 WIB suara suara-suara”
DO : -klien tampak gelisah O : pasien belum mampu
-mondar-mandir mengidentifikasi jenis halusinasi
-bicara sendiri -pasien belum mampu
Dx : gangguan sensori persepsi mengidentifikasi waktu halusinasi
halusinasi -pasien belum mampu
Tindakan keperawatan: mengidentifikasi frekuensi halusinasi
-mengidentifikasi jenis halusinasi -pasien belum mampu
-mengidentifikasi waktu halusinasi mengidentifikasi situasi hausinasi
-mengidentifikasi frekuensi halusinasi -pasien belum mampu
Mengidentifikasi situasi hausinasi mengidentifikasi respon terhadap
-mengidentifikasi respon terhadap halusinasi.
halusinasi. -pasien belum mampu menghardik
- menganjurkan klien memasukkan halusinasi.
kedalam jadwal kegiatan harian A : Halusinasi masih ada
RTL: Bantu klien mengenal halusinasi P : Lapor bila halusinasi muncul
DS : -
Jam 12.00 WIB DO : -cara makan klien tidak rapih S : klien mengatakan sebelum makan
- nasi tumpah-tumpahan mencuci tangan terlebih dahulu dan
-bila minum air tumpah kebaju berdoa
DX : defisit perawatan diri : makan Klien mengatakan makan yang benar
Tindakan keperawatan : tidak terburu-buru
-mengevaluasi jadwal kegitan harian O : -klien mampu mengevaluasi
klien jadwal kegitan harian
-menjelaskan cara makan yang baik -klien mampu menjelaskan cara
-membantu klien mempratekkan cara makan yang baik
makan yang baik -klien mampu mempratekkan cara
-menganjurkan klien untuk memasukkan makan yang baik
ke dalam jadwal kegiatan harian - klien mampu untuk memasukkan ke
RTL : dalam jadwal kegiatan harian
Latih klien cara berhias (berpakaian) A : defisit perawatan diri masih ada
P : latihan makan yang benar 3x
sehari
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut hasil pengkajian pada Ny. A didapatkan ada sedikit perbedaan antara teori dan
kasus yaitu faktor predisposisi untuk persepsi sensori: Halusinasi adalah faktor sosial budaya dan
kultural dimana keluarga dan lingkungan pasien sangat menerimanya sejak bayi. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan telah sesuai antara teori dan kasus. Perencanaan dilakukan sesuai
dengan standar asuhan keperawatan secara teoritis yang ada menurut standar asuhan keperawatan
secara teoritis menurut standar Asuhan Keperawatan Jiwa.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kelompok memberikan saran atau masukkan kepada :
a) RS Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor diharapkan fasilitas rumah sakit ditingkatkan, seperti
lampu penerangan di jalan sekitar rumah sakit, rumput-rumput ilalang yang berada di
sekitar rumah sakit seharusnya diurus, air di asrama sering tidak ada, kurangnya
keamanan dan kenyamanan, dan perawat-perawat serta karyawan rumah sakit lebih
ditingkatkan kesabarannya dan keramahannya.
b) Ruangan Kresna Wanita
Lebih memperhatikan kebersihan dan penampilan pasien, memperlakukan pasien sesuai
Asuhan Keperawatan, alat-alat kebutuhan pasien harus lebih bersih lagi.
c) CI Ruangan
Lebih memperhatikan penugasan yang telah dikerjakan mahasiswa, agar ketika
mahasiswa melakukan kesalahan tidak berdampak besar terhadap penugasannya yang
akan dikumpulkan.
d) Institusi Pendidikan
Diharapkan agar institusi dapat menyediakan sumber edisi terbaru, mengatur jadwal
praktek dengan baik, kehadiran dosen pembimbing mata Ajaran