DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan tugas praktek lapangan yaitu membuat makalah yang disusun untuk
memenuhi tugas mahasiswa mata kuliah keperawatan jiwa.
1. Dosen mata kuliah keperawatan jiwa yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam makalah ini.
2. Pembimbing Lahan yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyelesaian
makalah ini.
3. Serta rekan - rekan kelompok dan semua pihak yang terkait dalam penyelesaian dan
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan saran dan masukan untuk
perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat baik bagi penyusun maupun para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju, modern dan industri, yaitu penyakit degeneratif, kanker, gangguan
jiwa dan kecelakaan (Hawari, 2014). gangguan jiwa tersebut ketidak mampuan serta
invaliditas tidak baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pertumbuhan
pada individu dan lingkungan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien. Jenis
halusinasi yang umum terjadi yaitu halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan.
Halusinasi pendengaran tanpa di jumpai adanya rangsangan dari luar, walaupun dampak
sesuatu yang khayal halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental
penderita yang teresepsi (Yosep, 2016).
Klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dapat di lakukan
dengan memberikan asuhan keperawatan dan tindakan terapi. Asuhan keperawatan yang
di lakukan pada pasien halusinasi pendengaran yaitu membina hubungan saling percaya,
membantu pasien mengenal penyebab halusinasi pendengaran, membantu pasien
mengenali ke untungan dari membina hubungan dengan orang lain, membantu pasien
mengenal kerugian dari tidak membina hubungan, membantu pasien untuk berinteraksi
dengan orang lain secara bertahap.
Sedangkan pada terapi, ada beberapa macam terapi yang dapat di lakukan pada
pasien halusinasi pendengaran salah satunya yaitu terapi aktivitas kelompok. Terapi
aktivitas kelompok terdiri dari terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif / persepsi
terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok orientasi realitas,
dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Pada penelitian ini penulis melakukan terapi
aktivitas kelompok sosialisasi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan halusinasi
pendengaran di RSKD Duren Sawit Jakarta?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Diagnosa
Halusinasi pendengaran di ruang dukuh RSKD Duren Sawit Jakarta
b. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata (Keliat, 2014).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang
sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).
B. Proses Terjadinya
a. Factor Presdiposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya control dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia, akibat stress
berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya neutransmitter otak.
4) Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyataa menuju alam hayal
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
padapenyakit ini. (Prabowo, 2014: 132-133)
b. Factor Prespitasi
1) Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk di
interprestasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress.
(Prabowo, 2014: 133)
4) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan nyata dan tidak.
Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,
demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan
untuk tidur dalamwaktu yang lama.
Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusianasi itu
terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa peritah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah
tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengotrol semua
perilaku klien.
Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain
individu cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan
suatu proses interkasi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama
sirkardiannya terganggu. (Damaiyanti, 2012: 57-58)
a. Respon adaptif adalah respon yang yang dapat diterima oleh norma – norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi denagn orang lain dan
lingkungan.
DO :
DO :
DO :
H. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. solasi social: menarik diri
3. Resiko perilaku kekerasan
I. Rencana Keperawatan
Pertemuan
Diagnosa Tindakan
1 2 3 4
halusinas Pasien 1. Bina 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi
i hubungan jadwal kegiatan jadwal kegiatan jadwal kegiatan
saling percaya harian klien harian klien harian klien
2. Diskusikan 2. Melatih klien 2. Melatih klien 2. Melatih klien
klien untuk mengontrol dan mengendalikan mengontrol
mengenal mengendalikan halusinasi halusinasi
halusinasinya. halusinasi yang dengan bercakap- dengan cara
. dialaminya cakap dengan
melakukan
Identifikasi dengan minum orang lain
kegiatan harian
jenis obat secara (kegiatan yang
teratur bisa di lakukan) (kegiatan yang
halusinasi
klien 3. Memberikan 3. Menganjurkan bisa di lakukan
Identifikasi isi pendidikan klien memasukan klien)
halusinasi kesehatan tentang dalam jadwal 3. Menganjurkan
klien penggunaan obat harian klien klien memasukan
Identifikasi secara teratur dalam jadwal
waktu 4. Menganjurkan harian klien
halusinasi klien memasukan
klien dalam jadwal
Identifikasi kegiatan harian
frekuensi
halusinasi
klien
Identifikasi
situasi
halusinasi
klien
Identifikasi
respon klien
terhadap
halusinasinya
3. Ajarkan klien
untuk
mengontrol
halusinanya
dengan cara
menghardik
4. Anjurkan
klien
memasukan
cara
menghardik
dalam jadwal
kegiatan
harian
Keluarg Pendidikan Melatih keluarga Membuat perencanaan
a kesehatan tentang praktek merawat pasien pulang Bersama keluarga
pengertian halusinasi, langsung dihadapan
jenis halusinasi yang pasien
dialami pasien, tanda
dan gejala halusinasi
dan cara merawat
pasien halusinasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Identitas Klien
a. Nama : Tn. D
b. Umur : 29 tahun
c. Informan : pihak panti dan klien
d. Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2021
e. RM no : 07.03
f. Ruang Rawat : Dukuh
g. Tanggal Dirawat : 10 Desember 2021
II. Factor presipitasi / alasan masuk
Klien dibawa oleh pihak panti ceger dengan alasan suka marah – marah, bicara
sendirian, sulit tidur dan gelisah.
Klien mengatakan mendengar suara – suara.
III. Factor presdiposisi
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa, ini adalah
pengobatan pertama klien. Dan klien juga mengatakan tidak pernah mengalami
penganiayaan fisik, maupun melakukan penganiayaan fisik tetapi klien mengatakan
pernah bertengkar dengan orang lain.
IV. Fisik
1. Tanda Vital :
TD : 105/73 mmHG
N : 74 x/mnt
S : 35,2oC
P : 79 x/mnt
2. Ukur
TB : 160 cm
BB : 55 kg
3. Keluhan fisik : Saat ini klien tidak ada keluhan fisik
V. Genogram
Keterangan :
: Laki - Laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal satu rumah
Konsep Diri
a. Gambaran diri :
Klien mengatakan tidak menyukai tangan kirinya, karena pernah terjatuh saat
masih sekolah.
b. Identitas :
Klien mengatakan pernah bekerja dipasar
Klien mengatakan bekerja sebagai buruh (kuli panggul dipasar)
c. Peran :
Klien mengatakan berperans sebagai adik dan tulang punggung ibunya
(keluarganya)
d. Ideal diri :
Klien mengatakan ingin melihat ibunya meniggal dan klien mengatakan tidak
ingin tinggal di panti.
e. Harga diri :
Klien mengatakan jika harapannya tidak tercapai dia biasa saja.
Hubungan social
a. Orang berarti :
Klien mengatakan seseorang yang sangat berarti adalah ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan suka mengikuti pengajian malam jum’at.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan malu saat bertemu orang lain
Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien mengatakan beragama islam dan meyakini adanya Allah SWT
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan tidak oernah shalat, namun pasien mengatakan bisa mengaji
↑
Isolasi Sosial
↑
Harga Diri Rendah
DATA MASALAH
Ds : Gangguan persepsi sensori :
Petugas panti mengatakan klien Halusinasi
suka berbicara sendiri.
Klien mengatakan suka mendengar
suara “kamu harus gial”.
Do :
Klien Nampak berbicara sendirian
Klien terlihat mondar mandir dari
kamar ke kamar mandi
Klien kadang suka gelisah dan
kadang klien suka berteriak
Ds : Harga Diri Rendah
Klien mengatakan malu dengan
tangan kirinya karena bekas
kecelakaan sewaktu sekolah.
Do :
Klien tampak malu saat didekati
oleh teman sekamarnya
Tangan kiri klien tampak jarang
digerakan untuk beraktivitas.
Ds : Resiko Perilaku Kekerasan
Petugas panti mengatakan suka
marah marah, gelisah dan sulit
tidur
Do :
Klien belum kooperatif saat
dibawa masuk ke ruangan
Klien terkadang suka marah –
marah sendiri
Klien tampak lesuh karena kurang
tidur
Ds : Isolasi Sosial
Klien mengatakan malu jika
bertemu dengan orang lain.
Do :
Klien tampak menyendiri di kamar
Klien kurang bersosialisasi dengan
teman sekamarnya
Klien hanya mempunyai atau
hanya mengenal 1 orang diruangan
XV. Rencana Asuhan Keperawatan
Tindaka Pertemuan
Diagnosa
n 1 2 3 4
halusinas Pasien 1. Bina hubungan 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi
i saling percaya jadwal kegiatan jadwal kegiatan jadwal kegiatan
2. Diskusikan klien harian klien harian klien harian klien
untuk mengenal 2. Melatih klien 2. Melatih klien 2. Melatih klien
halusinasinya.. mengontrol dan mengendalikan mengontrol
Identifikasi jenis mengendalikan halusinasi dengan halusinasi dengan
halusinasi klien halusinasi yang bercakap-cakap cara melakukan
Identifikasi isi dialaminya dengan orang lain
kegiatan harian
halusinasi klien dengan minum (kegiatan yang
(kegiatan yang
Identifikasi waktu obat secara bisa di lakukan)
teratur 3. Menganjurkan bisa di lakukan
halusinasi klien
3. Memberikan klien memasukan klien)
Identifikasi
pendidikan dalam jadwal 3. Menganjurkan
frekuensi halusinasi
kesehatan harian klien klien memasukan
klien
Identifikasi situasi tentang dalam jadwal
halusinasi klien penggunaan obat harian klien
Identifikasi respon secara teratur
klien terhadap 4. Menganjurkan
halusinasinya klien
3. Ajarkan klien memasukan
untuk mengontrol dalam jadwal
halusinanya dengan kegiatan harian
cara menghardik
4. Anjurkan klien
memasukan cara
menghardik dalam
jadwal kegiatan
harian
XVI. Implementasi dan Evaluasi
Diagnose waktu Implementasi evaluasi
Halusinasi 10.00 Membina hubungan S:
pendengaran saling percaya Pasien mengatakan
Pasien mampu mendengar suara “
menjawab salam kamu harus gila “
perkenalkan diri O:
Menanyakan Pasien naapk
isi,waktu, frekuensi, mengikuti ajaran
siruasi, respon perawat, yaitu casra
terhadap halusinasi mengontrol
Pasien engatakan halusinasi dengan
mendengar cara menghardik
suara”kamu harus A:
gila” endengarnya Halusinasi
saat alam hari saja pendengaran
Mengajarkan pasien P:
mengontrol Lanjutkan tindaskan
halusinasi dengan selanjutnya yaitu
cara menghardik cara minum obat
Pasien dapat teratur (SP 2)
mengikuti yang
perawat contohkan
Menganjurkan pasien
untuk memasukan
kegiatan tadi ke
jadwal harian
Pasien engikuti
anjuran perawat
Memberikan pujian
kepada pasien
Bagus sekali ya pak