Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN


“HALUSINASI”

Dosen Pembimbing : Rizka Yunita, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK : 10

1. Diah Oktavia Ningsih (14201.11.19005)


2. Ivan Adinata (14201.11.19020)
3. Maysaroh Lukmana (14201.11.19025)

PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga makalah dengan judul “KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada
Nabi kita Muhammad SAW, juga segenap keluarga, dan para sahabatnya.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina
Yayasan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku Ketuan STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
3. Ibu Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Kepala Prodi
Sarjana Keperawatan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo.
4. Ibu Rizka Yunita, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa II.
5. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
6. Rekan – rekan STIKes Hafshawaty Zainul Hasan Genggong STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo semester VI.
Karena tanpa dukungan dan bimbingan beliau makalah ini tidak akan
terselesaikan, seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada
saya mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para pembaca
untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini

Probolinggo, 24 Mei 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan
pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi identik dengan skizofrenia.
Seluruh klien dengan skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa
ada rangsangan dari luar (Meylani & Perdede, 2022).
Halusinasi dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak 20%
mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan,
70% mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi
penglihatan, dan 10% mengalami halusinasi lainnya (Hulu & Perdede,
2022).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan penderita
skizofrenia dengan halusinasi meliputi ekspresi emosi keluarga yang
tertinggi, pengetahuan, keluarga yang kurang, ketersediaan pelayanan
kesehatan, penghasilan keluarga dan kepatuhan minum obat pasien
skizofrenia (Afconneri, 2020).
Penanganan secara tepat untuk mengatasi dampak dari halusinasi
yakni dengan melakukan tindakan asuhan keperawatan dan terapi
stimulasi. Asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita halusinasi
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pasien dalam kehidupan nyata.
Terapi stimulasi persepsi dalam mengonrol halusinasi yaitu menghardik
dengan menutup telinga, mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat,
mengajak klien untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain, mengajak klien untuk melakukan aktivitas yang paling
klien sukai (Stuart, dkk. 2016 dalam Perdede & Sianturi, 2022)

Berdasarkan fenomena dan latar belakang yang telah dijelaskan di


atas maka penulis tertarik untuk membuat makalah ini, agar nantinya
mampu memberikan pemahaman kepada pembaca tentang asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan “Halusinasi”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Apa saja etiologi/ penyebab halusinasi?
3. Apa saja manifestasi klinik halusinasi?
4. Apa saja klasifikasi halusinasi?
5. Bagaimana rentang respon halusinasi?
6. Bagaimana tahapan/ fase halusinasi?
7. Bagaimana mekanisme koping halusinasi?
8. Bagaimana penalaksanaan pada halusinasi?
9. Bagaimaan asuhan keperawatan pada halusinasi?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


a. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka makalah ini memiliki tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang halusinasi
2. Untuk mengetahui etiologi/ penyebab halusinasi
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik halusinasi
4. Untuk mengetahui klasifikasi halusinasi
5. Untuk mengetahui rentang respon halusinasi
6. Untuk mengetahui tahapan/ fase halusinasi
7. Untuk mengetahui mekanisme koping halusinasi
8. Untuk mengetahui penalaksanaan pada halusinasi
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada halusinasi
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
memahami dan mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan halusinasi. Serta sebagai bahan mata ajar dalam proses
belajar mengajar di Institusi

2. Tenaga Kesehatan (Perawat)


Agar mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
halusinasi sehingga dapat mengaplikasikannya dalam dunia kerja,
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di
masyarakat.
3. Mahasiswa
Menambah wawasan teori kepada mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan halusinasi sehingga nantinya
mereka dapat mengetahui apa yang dimaksud perilaku kekerasan,
etiologi, manifestasi klinis, dan penatalakasanaan dari perilaku
kekerasan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien
mengalami perubahan sensorik dalam persepsi indra, ketidakmampuan
untuk membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar), adanya persepsi yang salah tentang lingkungan
tanpa benda (Emulyani, 2020).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi biasanya muncul pada klien gangguan jiwa
diakibatkan terjadinya perubahan orientasi realita, klien merasakan
simulasi yang sebetulnya tidak ada. Dampak yang muncul akibat
gangguan halusinasi adalah hilangnya kontrol diri yang menyebabkan
seseorang menjadi panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi
(Syahdi & Perdede, 2022).
Halusinasi merupakan suatu gangguan persepsi panca indera yang
terjadi tanpa ada rangsangan dari luar, dimana seseorang akan
menganggap sebagai hal nyata namun tidak dapat dirasakan oleh orang
lain (Lase & Pardede, 2022)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan halusinasi adalah gangguan
persepsi sendori dari suatu obyek rangsangan dari luar, gangguan persepsi
sensori ini meliputi seluruh panca indra. Halusinasi biasanya pada klien
gangguan jiwa di akibatkan terjadinya perubahan orientasi realita, klien
merasakan stimulasi yang sebenarnya tidak ada.dampak yang muncul
akibat gangguan halusinasi adalah hilangnya kontrol diri yang
menyebabkan seseorang menjadi panik dan perilaku di kendalikan oleh
halusinasinya.
B. ETIOLOGI / PENYEBAB
1. Faktor Presdiposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang memengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.
Faktor predisposisi dapat meliputi faktor perkembangan,
sosiokultural, biokimia, psikologis, dan sosial budaya (Oktiviani,
2020).
a) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya
diri.
b) Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan
seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut
merasa kesepian di lingkungan yang embesarkannya.
c) Faktor Biokimia
Faktor biologis Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami
seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogen neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
d) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya, klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam khayal.
e) Faktor Sosial Budaya
Meliputi klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien meganggap bahwa hidup
bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam
dunia nyata.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang
memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Seperti adanya
rangsangan dari lingkungan, misalnya partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di
lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi, sering menjadi
pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan
stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik. Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi
(Oktiviani, 2020) yaitu :
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obat-obatan,
demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan
untuk tidur dalam waktu yang lama.
b) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu
terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa
dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut
c) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang
akan mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi Sosial
Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di
alam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan
Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata.
e) Dimensi Spiritual
Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah
dan jarang berupaya secara sepiritual untuk menyucikan
diri. Saat bangun tidur klien merasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi
lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan
lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk.
C. MANIFESTASI KLINIS / TANDA GEJALA
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap
pasien serta ungkapan pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi sebagai
berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2018) ; Hamid, Keliat and Putri,
2020:

Subjektif Mayor :
1. Mendengar suara bisikan dan melihat bayangan
2. Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman, perabaan,
atau pengecapan
Subjektif Minor :
1. Menyatakan kesal
2. Menyatakan senang dengan suara-suara
3. Bicara seorang diri
4. Tertawa sendiri
5. Marah tanpa sebab
Objektif mayor :
1. Distorsi sensori
2. Respons tidak sesuai
3. Bersikap seolah melihat,mendengar, mengecap, meraba atau
mencium sesuatu
Objektif minor :
1. Menyendiri
2. Melamun
3. Kosentrasi buruk
4. Disorientasi waktu, tempat, orang, dan situasi
5. Curiga
6. Melihat ke satu arah
7. Mondar mandir
8. Bicara sendiri
Data Objektif
1. Bicara atau tertawa sendiri
2. Marah-marah tanpa sebab
3. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk nunjuk kearah tertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10. Muntah
11. Menggaruk-garuk permukaan kulit
Data Subjektif
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
5. Mencium bau-bauan seperti bau darah, unrin, feses, kadang
kadang bau itu menyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah, urin, atau feses
7. Merasakan takut atau senang dengan halusinasinya
8. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat
sedang sendirian
9. Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi

D. KLASIFIKASI / JENIS
Halusinasi memiliki lima jenis sesuai pancaindera yaitu (Merry Dame
Cristy Pane,2020; Paige Fowler,2021)
1) Halusinasi Penglihatan (visual)
Penderita halusinasi penglihatan akan melihat sesuatu yang
sebenernya tidak ada. Objek yang dilihat bisa manusia, benda, atau
cahaya. Melihat benda dengan bentuk yang salah atau melihat
benda bergerak dengan cara yang biasanya tidak. Terkadang
terlihat seperti kilatan cahaya.
2) Halusinasi Pendengaran (auditory)
Penderita halusinasi pendengaran akan mendengar suara, perintah,
atau ancaman yang sebenernya tidak ada. Seseorang merasakan
bahwa suara itu datang dari dalam atau dari luar pikirannya klien
mungkin mendengar suara berbicara satu sama lain atau merasa
seperti mereka menyuruhnya melakukan seuatu.
3) Halusinasi Penciuman (olfaktori)
Penderita halusinasi penciuman akan mencium bau harum atau bau
yang tidak sedap, padahal bau tersebut sebenarnya tidak ada. Klien
mengira bau itu berasal dari dari sesuatu di sekitarnya, atau berasal
dari tubuh sendiri padahal sebenernya tidak ada.
4) Halusinasi Pengecapan (gustatory)
Penderita halusinasi pengecapan akan mengecap rasa yang aneh,
misalnya rasa logam, pada makanan atau minuman yang di
konsumsi, padahal rasa itu sebenarnya tidak ada.
5) Halusinasi Sentuhan (taktil)
Penderita halusinasi sentuhan seakan-akan ada seseorang yang
meraba atau menyentuhnya, atau ada hewan yang merayap di
kulitnya, padahal sebenarnya tidak ada. Klien berpikir bahwa ada
yang menggelitiki bahkan ketika tidak ada orang lain di sekitarnya.
Atau mungkin dia merasa bahwa ada serangga yang merayap
ditubuh.

E. RENTANG RESPON HALUSINASI


Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual
yang berbeda rentang respon neurobiologi dalam Ini merupakan persepsi
maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan,
penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan
suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada.
Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu
hal mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus
yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika
interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai
stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut sebagai berikut
(Pardede et al, 2021)

1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-
norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan
dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaftif :
a.) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat
pada kenyataan.
b.) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman
c.) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran.
d.) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan
orang lain dan lingkungan.
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
a.) Kelainan pikiran adalah keyakianan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertetangan dengan kenyataan sosial
b.) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c.) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati.
d.) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak
teratur.
e.) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

F. TAHAP-TAHAP HALUSINASI
Tahap-tahap halusinasi dimulai dari beberapa tahap, hal ini dapat
dipengaruhi oleh keparahan dan respon individu dalam menanggapi
adanya rangsangan dari luar. Menurut Hulu & Pardede, (2022), halusinasi
terjadi melalui beberapa tahap, antara lain:
1) Tahap 1: Sleep disorder
Tahap ini merupakan suatu tahap awal sebelum muncul halusinasi.
Individu merasa banyak masalah sehingga ingin menghindar dari
orang lain dan lingkungan karena takut diketahui orang lain bahwa
dirinya banyak masalah (missal: putus cinta, turun jabatan,
bercerai, dipenuhi hutang dan lain-lain). Masalah semakin terasa
sulit dihadapi karena berbagai stressor terakumulasi sedangkan
support yang di dapatkan kurang dan persepsi terhadap masalah
sangat buruk. Sehingga akan menyebabkan individu tersebut sulit
tidur dan akan terbiasa menghayal. Individu akan menganggap
lamunan-lamunan awal tersebut sebagai upaya pemecahan
masalah.
2) Tahap 2: Comforting Moderate Level of Anxiety
Pada tahap ini, halusinasi bersifat menyenangkan dan secara umum
individu menerimanya dengan sesuatu yang alami. Individu
mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa dan ketakutan sehingga individu
mencoba untuk memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan
dan pada penanganan pikiran untuk mengurangi kecemasan
tersebut. Dalam tahap ini, ada kecendrungan klien merasa nyaman
dengan halusinasinya dan halusinasi ini bersifat sementara
3) Tahap 3: Condmning Severe Level of Anxiety
Di tahap ini halusinasi bersifat menyalahkan dan sering
mendatangi klien. pengalaman sensori individu menjadi sering
datang dan mengalami bias sehingga pengalaman sensori tersebut
mulai bersifat menjijikan dan menakutkan. Individu mulai merasa
kehilangan kendali, tidak mampu mengontrol dan berusaha untuk
menjauhi dirinya dengan objek yang dipersepsikan individu.
individu akan merasa malu karena pengalaman sensorinya tersebut
dan akhirnya menarik diri dengan orang lain dengan intensitas
waktu yang lama.
4) Tahap 4: Controling Severe level of Anxiety
Di tahap ini, halusinasi bersifat mengendalikan, fungsi sensori
menjadi tidak relavan dengan kenyataan dan pengalaman sensori
tersebut menjadi penguasa. Halusinasi menjadi lebih menonjol,
menguasai, dan mengontrol individu sehingga mencoba melawan
suara-suara atau sensori abnormal yang datang. Hingga akhirnya
individu tersebut menjadi tidak berdaya dan menyerah untuk
melawan halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya.
Individu mungkin akan mengalami kesepian jika pengalaman
sensori atau halusinasinya tersebut berakhir. Dari sinilah
dimulainya fase gangguan psikotik.
5) Tahap 5: Concuering Panic Level of Anxiety
Tahap terakhir ini dimana halusinasi bersifat menaklukan atau
menguasai, halusinasi menjadi lebih rumit dan individu mengalami
gangguan dalam menilai lingkungannya. Pengalaman sensorinya
menjadi terganggu dan halusinasi tersebut berubah mengancam,
memerintah, dan menakutkan apabila tidak mengikuti perintahnya
sehingga klien mulai merasa mengancam.

G. MEKANISME KOPING
Apabila mendapat masalah, pasien takut/ tidak mau menceritakan
kepada orang lain (koping menarik diri). Mekanisme koping yang
digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang
sering digunakan pada halusinasi adalah: (Prabowo, 2014 dalam Oktivaini,
2020)
1. Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihkan tanggung jawa kepada orang lain.
3. Manarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal.

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Rahayu (2016), penatalaksanaan medis pada pasien halusinasi
pendengaran dibagi menjadi dua:
1. Terapi Farmakologi
a. Haloperidol
1) Klasifikasi : antipskotik, neuroleptic, butirofenon
2) Indikasi
Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian
hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipenuhi
sepenuhnnya, tampak menekan susunan saraf pusat pada tingkat
subkortikal formasi retricular otak, mesenfalon dan batang otak.
4) Kontraindikasi
Hipersensivitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan
sumsum tulang belakang, kerusakan otak subkortikal, penyakit
Parkinson dan anak dibawah usia 3 tahun.
5) Efek Samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan
anoreksia
b. Clorpromazin
1) Klasifikasi : sebagai antipsikotik, antiemetic.
2) Indikasi
Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania
pada gangguan bpolar, gangguan skizofrenia, ansietas dan
agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik
berlebih.
3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum dipahami
spenuhnya, namun berhubungan dengan efek antidopaminergik.
Antipsikotik dapatmenyekat reseptor dipamine postsinaps pada
ganglia basa, hipotalamus, system limbic, batang otak dan
medulla.
4) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi
sumsum tulang, penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan
jantung, anak usia dibawah 6 tahun dan wanita selama masa
kehamilan dan laktasi.
5) Efek Samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipertensi,
ortostatik, hipotensi, mulut kering, mual dan muntah.
c. Trihexypenidil ( THP )
1) Klasifikasi antiparkinson
2) Indikasi
Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan
dengan obat antiparkinson.
3) Mekanisme Kerja
Mengorks ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan
kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat
oleh sinaps untuk menguragi efek kolinergik berlebihan.
4) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, glaucoma sudut tertutup,
hipertropi prostat pada anak dibawah usia 3 tahun.
5) Efek Samping
Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual
dan muntah.
2. Terapi Non Farmakologi
a. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.
b. Elektro Convulsif Therapy ( ECT )
Merupakan pengobatan secara fisik meggunakan arus listrik
dengan kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara
jelas namun dapat dikatakan bahwa terapi ini dapat
memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat
permudahk kontak dengan orang lain.
c. Pengekangan atau pengikatan
Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik
seperti manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki
dimana klien pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi
dengan membalutnya, cara ini dilakukan padda klien halusinasi
yang mulai menunjukkan perilaku kekerasan diantaranya:
marahmarah atau mengamuk.
I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan tahap awal dalam melakukan sebuah asuhan
keperawatan. Metode yang digunakan dalam tahap pengkajian data
adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, serta studi
dokumentasi. Dalam keperawatan jiwa, seorang perawat diharapkan
memiliki kesadaran atau kemampuan tilik diri (self awereness),
kemampuan mengobservasi dengan akurat, berkomunikasi dengan
terapeutik dan kemampuan berespon secara efektif, karena hal tersebut
merupakan kunci utama dalam menumbuhkan hubungan saling
percaya dengan pasien. Hubungan saling percaya antar perawat dengan
pasien akan memudahkan perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan (Hulu & Pardede 2022)
Pada tahap ini ada beberapa yang perlu dieksplorasi baik pada klien
yang berkenaan dengan kasus halusinasi yang meliputi:
a) Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS, infroman, tanggal pengkajian, nomor
rumah klien, dan alamat klien.
b) Keluhan utama
Keluhan utama biasanya berupa bicara sendiri, tertawa sendiri,
tertawa sendiri, senyum sendiri, menggerakkan bibir tanpa
suara, menarik diri dari orang lain, tidak dapat membedakan
yang nyata dan tidak nyata, ekspresi muka tegang mudah
tersinggung, jengkel dan marah ketakutan bisa
terdapatdisorientasi waktu tempat dan orang, tidak dapat
mengurus diri dan tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan ansietas
yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien
mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b) Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
merasa disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat
diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi.
c) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran
ganda atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan
ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
d) Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien
gangguan orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik
otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk
sel kortikal dan limbik.
e) Faktor genetic
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan
cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi
jika kedua orang tua skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi (Oktiviani,
2020) yaitu :
a) Dimensi fisik: Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa
kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaaan
obatobatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol
dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b) Dimensi Emosional: Perasaan cemas yang berlebihan atas
dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut.
c) Dimensi Intelektual: Dalam dimensi intelektual ini
menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi Sosial: Klien mengalami interaksi sosial dalam
fase awal dan comforting, klien meganggap bahwa hidup
bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam
dunia nyata.
e) Dimensi Spiritual: Secara sepiritual klien Halusinasi mulai
dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara
sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun tidur klien
merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput
rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.
3. Aspek Fisik
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, nadi, pernapasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien. Terjadi peningkatan
denyut jantung pernapasan dan tekanan darah.
4. Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
5. Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah/ tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi/
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan
tubuh,persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan
bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan.
b) Peran
Berubah/ berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua putus sekolah dan PHK.
c) Identitas diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya dan
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
d) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri dan kurang percaya diri.
6. Status Mental
Pada pengkajian status mental pasien halusinasi ditemukan data
berupa bicara sendiri, senyum sendiri, tertawa sendiri,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal yang lambat, menarik diri dari oranglain berusaha
untuk menghindari orang lain, tidak dapat membedakan yang
nyata dan tidak nyata, terjadi peningkatan denyut jantung
pernapasan dan tekanan darah, perhatian dngan lingkungan
yang kurang/ hanya beberapa detik untuk berkonsentrasi
dengan pengalaman sensori, sulit berhubungan dengan orang
lain, ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan
marah tidakmampu mengikuti perintah dari perawat, tampak
tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi,danbertindak
merusak diri orang lain.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan pendengaran d.d
Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan.
Luaran Utama : Persepsi Sensori (L.09083)
Intervensi Utama : Manajemen Halusinasi (I.09288)
Intervensi pendukung : Terapi Aktivitas (I.05186)
b. Isolasi Sosial b.d Perubahan Status Mental d.d merasa ingin
sendiri, menarik diri
Luaran Utama : Keterlibatan Sosial (L.13116)
Intervensi Utama : Terapi Aktivitas (I.05186)
Intervensi Pendukung : Terapi Kelompok (I.13500)
c. Risiko Perilaku Kekerasan d.d Halusinasi
Luaran Utama : Kontrol Diri (L.09076)
Intervensi Utama : Pencegahan Perilaku Kekerasan
(I.14544)
Intervensi Pendukung : Pemberian Obat (I.02062)
3. INTERVENSI
Strategi Pelaksanaan (SP) 1 Halusinasi Pada Pasien

Pengertian Strategi tindakarn keperawatan yang dilakukan secara mandiri


oleh perawat untuk mengurangi dan mengendalikarn keluran
paslen gangguan jiwa

Tujuan Untuk mengurangi keluhan dan memandirikan paslen


gangguan jiwa dalam mengendalikan keluhan

Indikasi Pasien Risiko Bunuh Diri


Kontraindikasi Pasien Panik dan Maniak
Persiapan alat 1. Bolpoin
2. Buku catatan

Langkah Kerja Tahap Orientasi


a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenal keluhan yang dirasakan
c) Memperkenalkan nama perawat
d) Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f) Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g) Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h) Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i) Menjelaskan kerahasiaan
j) Meminta persetujuan pasien

Tahap Kerja
a) Identifikasi halusinasi : Isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, respon.
b) Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan.
c) Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.
d) Masukkan pada Jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik.

Tahap Terminasi
a) Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b) Memberikan reward secara positif
c) Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
d) Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan
dan melatihnya
e) Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f) Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g) Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h) Mengakhiri pertemuan dengan baik: memberikan salam

Dokumentasi Catat hasil interaksl dalam catatan keperawatan


Sikap :
a) Bertanggung jawab
b) Sabar dan sopan

Strategi Pelaksanaan (SP) 2 Halusinasi Pada Pasien

Pengertian Strategi tindakan keperawatan yang dilakukan secara mandiri


oleh perawat untuk mengurangi dan mengendalikan keluhan
pasien gangguan jiwa
Tujuan Untuk mengurangi keluhan dan memandirikan pasien
gangguan jiwa dalam mengendalikan keluhan
Indikasi Pasien Risiko Bunuh Diri
Kontraindikasi Pasien Panik dan Maniak
Persiapan alat a) Bolpoin
b) Buku catatan
Langkah Kerja Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan pasien
Tahap Kerja
a. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6
benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat).
c. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat.
Tahap Terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien Jakukan
dan melatihnya
e. Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan balk: memberikan salam
Dokumentasi Catat hasil interaksl dalam catatan keperawatan
Sikap :
a) Bertanggung jawab
b) Sabar dan sopan

Strategi Pelaksanaan (SP) 3 Halusinasi Pada Pasien

Pengertian Strategi tindakan keperawatan yang dilakukan secara mandiri


oleh perawat untuk mengurangi dan mengendaikan keluhan
pasien gangguan jiwa
Tujuan Untuk mengurangi keluhan dan memandirikan paslen
gangguan jiwa dalam mengendalikan keluhan
Indikasi Pasien Risiko Bunuh Diri
Kontraindikasi Pasien Panik dan Maniak
Persiapan alat a) Bolpoin
b) Buku catatan
Langkah Kerja Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan pasien
Tahap Kerja
a. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan minum obat.
Beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
saat terjadi halusinasi.
c. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik,
minum obat dan bercakap-cakap.
Tahap Terminasi
i. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
j. Memberikan reward secara positif
k. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
l. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien Jakukan
dan melatihnya
m. Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
n. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
o. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
p. Mengakhiri pertemuan dengan balk: memberikan salam

Dokumentasi Catat hasil interaksl dalam catatan keperawatan


Sikap :
c) Bertanggung jawab
d) Sabar dan sopan

Strategi Pelaksanaan (SP) 4 Halusinasi Pada Pasien

Pengertian Strategi tindakan keperawatan yang dilakukan secara mandiri


oleh perawat untuk mengurangi dan mengendaikan keluhan
pasien gangguan jiwa
Tujuan Untuk mengurangi keluhan dan memandirikan paslen
gangguan jiwa dalam mengendalikan keluhan
Indikasi Pasien Risiko Bunuh Diri
Kontraindikasi Pasien Panik dan Maniak
Persiapan alat a) Bolpoin
b) Buku catatan
Langkah Kerja Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
e. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i. Menjelaskan kerahasiaan
j. Meminta persetujuan pasien
Tahap Kerja
a. Evaluasi keglatan latihan menghardik, obat dan bercakap-
cakap. Beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian (mulai 2 kegiatan).
c. Masukkan pada Jadual kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan kegiatan
harian.
Tahap Terminasi
a. Menanyakan kepada pasien mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien Jakukan
dan melatihnya
e. Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan balk: memberikan salam
Dokumentasi Catat hasil interaksl dalam catatan keperawatan
Sikap :
a) Bertanggung jawab
b) Sabar dan sopan

Strategi Pelaksanaan (SP) 5 Halusinasi Pada Pasien

Pengertian Strategi tindakan keperawatan yang dilakukan secara mandiri


oleh perawat untuk mengurangi dan mengendalikan keluhan
pasien gangguan jiwa
Tujuan Untuk mengurangi keluhan dan memandirikan paslen
gangguan jiwa dalam mengendalikan keluhan
Indikasi Pasien Risiko Bunuh Diri
Kontraindikasi Pasien Panik dan Maniak
Persiapan alat a) Bolpoin
b) Buku catatan
Langkah Kerja Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Melakukan validasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c. Memperkenalkan nama perawat
d. Menanyakan nama pasien dan panggilan kesukaan
Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
f. Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
g. Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
h. Menjelaskan kerahasiaan
i. Meminta persetujuan pasien
Tahap Kerja
a. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, obat, bercakap-
cakap dan kegiatan harian. Berikan pujian.
b. Latih kegiatan harian.
c. Nilai kemampuan yang telah mandiri.
d. Nilai apakah halusinasi terkontrol.

Tahap Terminasi
a. Menanyakan kepada paslen mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b. Memberikan reward secara positif
c. Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan.
d. Merencanakan tindak lanjut yang harus pasien lakukan
dan melatihnya
e. Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f. Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g. Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h. Mengakhiri pertemuan dengan baik: memberikan salam

Dokumentasi Catat hasil interaksl dalam catatan keperawatan


Sikap :
c) Bertanggung jawab
d) Sabar dan sopan
Strategi Pelaksanaan (SP) 1 Halusinasi Pada Keluarga

Pengertian Strategi tindakan keperawatan yang dilakukan secara mandiri


oleh perawat untuk mengurangi dan mengendalikan keluhan
keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa
Tujuan Untuk mengurangi keluhan dan memandirikan keluarga
dalam merawat pasien gangguan jiwa dalam mengendalikan
keluhan
Indikasi Pasien Halusinasi
Kontraindikasi Pasien Panik dan Maniak
Persiapan alat a) Bolpoin
b) Buku catatan
Langkah Kerja Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Melakukan valldasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c) Memperkenalkan nama perawat
d) Menanyakan nama keluarga dan panggilan kesukaan
e) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
f) Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g) Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h) Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i) Menjelaskan kerahasiaan
j) Meminta persetujuan keluarga
Tahap Kerja
a) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses
terjadinya halusinasi (gunakan booklet)
c) Jelaskan cara merawat halusinasi
d) Latih cara merawat halusinasi: hardik
e) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi
pujian
Tahap Terminasi
a) Menanyakan kepada keluarga mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b) Memberikan reward secara positif
c) Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
d) Merencanakan tindak lanjut yang harus keluarga lakukan
dan melatihnya
e) Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f) Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g) Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h) Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan salam

Dokumentasi Catat hasil interaksl dalam catatan keperawatan


Sikap :
a) Bertanggung jawab
b) Sabar dan sopan

Strategi Pelaksanaan (SP) 2 Halusinasi Pada Keluarga

Pengertian Strategi tindakan keperawatan yang dilakukan secara mandiri


oleh perawat untuk mengurangi dan mengendalikan keluhan
keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa.
Tujuan Untuk mengurangi keluhan dan memandirikan keluarga
dalam merawat pasien gangguan jiwa dalam mengendalikan
keluhan
Indikasi Pasien Halusinasi
Kontraindikasi Pasien Panik dan Maniak
Persiapan alat a) Bolpoin
b) Buku catatan
Langkah Kerja Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Melakukan valldasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c) Memperkenalkan nama perawat
d) Menanyakan nama keluarga dan panggilan kesukaan
e) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
f) Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g) Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h) Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i) Menjelaskan kerahasiaan
j) Meminta persetujuan keluarga
Tahap Kerja
a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
menghardik, beri pujian.
b) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
c) Latih cara memberikan/membimbing pasien minum obat
d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi
pujian
Tahap Terminasi
a) Menanyakan kepada keluarga mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b) Memberikan reward secara positif
c) Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
d) Merencanakan tindak lanjut yang harus keluarga lakukan
dan melatihnya
e) Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f) Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g) Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h) Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan salam
Dokumentasi Catat hasil interaksl dalam catatan keperawatan
Sikap :
a) Bertanggung jawab
b) Sabar dan sopan

Strategi Pelaksanaan (SP) 3 Halusinasi Pada Keluarga

Pengertian Strategi tindakan keperawatan yang dilakukan secara mandiri


oleh perawat untuk mengurangi dan mengendalikan keluhan
keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa.
Tujuan Untuk mengurangi keluhan dan memandirikan keluarga
dalam merawat pasien gangguan jiwa dalam mengendalikan
keluhan
Indikasi Pasien Halusinasi
Kontraindikasi Pasien Panik dan Maniak
Persiapan alat a) Bolpoin
b) Buku catatan

Langkah Kerja Tahap Orientasi


a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Melakukan valldasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c) Memperkenalkan nama perawat
d) Menanyakan nama keluarga dan panggilan kesukaan
e) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
f) Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g) Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h) Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i) Menjelaskan kerahasiaan
j) Meminta persetujuan keluarga

Tahap Kerja
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
menghardik dan memberikan obat. Beri pujian.
b. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
untukmengontrol halusinasi.
c. Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien
terutama saat halusinasi.
d. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi
pujian.
Tahap Terminasi
a) Menanyakan kepada keluarga mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b) Memberikan reward secara positif
c) Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
d) Merencanakan tindak lanjut yang harus keluarga lakukan
dan melatihnya
e) Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f) Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g) Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h) Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan salam

Dokumentasi Catat hasil interaksl dalam catatan keperawatan


Sikap :
a) Bertanggung jawab
b) Sabar dan sopan

Strategi Pelaksanaan (SP) 4 Halusinasi Pada Keluarga

Pengertian Strategi tindakan keperawatan yang dilakukan secara mandiri


oleh perawat untuk mengurangi dan mengendalikan keluhan
keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa.
Tujuan Untuk mengurangi keluhan dan memandirikan keluarga
dalam merawat pasien gangguan jiwa dalam mengendalikan
keluhan
Indikasi Pasien Halusinasi
Kontraindikasi Pasien Panik dan Maniak
Persiapan alat a) Bolpoin
b) Buku catatan
Langkah Kerja Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Melakukan valldasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c) Memperkenalkan nama perawat
d) Menanyakan nama keluarga dan panggilan kesukaan
e) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
f) Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g) Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h) Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i) Menjelaskan kerahasiaan
j) Meminta persetujuan keluarga

Tahap Kerja
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
menghardik dan memberikan obat, beri pujian.
b. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh dan rujukan.
c. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi
pujian.
Tahap Terminasi
a) Menanyakan kepada keluarga mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b) Memberikan reward secara positif
c) Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
d) Merencanakan tindak lanjut yang harus keluarga lakukan
dan melatihnya
e) Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f) Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g) Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h) Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan salam

Dokumentasi Catat hasil interaksl dalam catatan keperawatan


Sikap :
a) Bertanggung jawab
b) Sabar dan sopan
Strategi Pelaksanaan (SP) 5 Halusinasi Pada Keluarga

Pengertian Strategi tindakan keperawatan yang dilakukan secara mandiri


oleh perawat untuk mengurangi dan mengendalikan keluhan
keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa.
Tujuan Untuk mengurangi keluhan dan memandirikan keluarga
dalam merawat pasien gangguan jiwa dalam mengendalikan
keluhan
Indikasi Pasien Halusinasi
Kontraindikasi Pasien Panik dan Maniak
Persiapan alat a) Bolpoin
b) Buku catatan

Langkah Kerja Tahap Orientasi


a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Melakukan valldasi (kognitif, adektif, dan psikomotor)
mengenai keluhan yang dirasakan
c) Memperkenalkan nama perawat
d) Menanyakan nama keluarga dan panggilan kesukaan
e) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
f) Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
g) Menjelaskan waktu untuk melakukan tindakan
h) Menentukan tempat untuk melakukan tindakan
i) Menjelaskan kerahasiaan
j) Meminta persetujuan keluarga

Tahap Kerja
a. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
menghardik, memberikan obat, dan melakukan kegiatan
harian dan follow up. Beri pujian
b. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien.
c. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke PKM.
Tahap Terminasi
a) Menanyakan kepada keluarga mengenai respon yang
dirasakan setelah tindakan keperawatan dilakukan
b) Memberikan reward secara positif
c) Memperhatikan, mengamati, dan mengobservasi respon
yang ditimbulkan
d) Merencanakan tindak lanjut yang harus keluarga lakukan
dan melatihnya
e) Menentukan topik pada pertemuan selanjutnya
f) Menentukan waktu untuk pertemuan selanjutnya
g) Menentukan tempat untuk pertemuan selanjutnya
h) Mengakhiri pertemuan dengan baik : memberikan salam

Dokumentasi Catat hasil interaksl dalam catatan keperawatan


Sikap :
a) Bertanggung jawab
b) Sabar dan sopan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada BAB II maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Halusinasi merupakan suatu gangguan persepsi panca indera yang
terjadi tanpa ada rangsangan dari luar, dimana seseorang akan
menganggap sebagai hal nyata namun tidak dapat dirasakan oleh
orang lain.
2. Halusinasi memiliki lima jenis sesuai pancaindera yaitu :
Halusinasi Penglihatan (visual), Halusinasi Pendengaran
(auditory), Halusinasi Penciuman (olfaktori), Halusinasi
Pengecapan (gustatory), dan Halusinasi Sentuhan (taktil)
3. Tanda dan gejala halusinasi antara lain: berbicara, tertawa dan
tersenyum sendiri, bersikap seperti mendengar sesuatu,
disorientasi, tidak mampu atau kurang kosentrasi, dll.
4. Penatalaksanaan halusinasi yaitu dengan terapi farmakologi :
Haloperidol, clorpromazin, trihexypenidil, dan terapi non
farmakologi: terapi aktivitas kelompok, ECT, dan pengekangan
atau pengikatan
B. Saran
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan tambahan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya
dalam pemahaman tentang konsep halusinasi, sehingga penulis
menyarankan kepada para pembaca agar bisa mengaplikasikan hal tersebut
dalam kehidupan sehari – hari maupun di lahan kerja dengan mampu
memahami apa itu perilaku kekerasa, etiologi dan penatalaksanaannya
sehingga nantinya makalah ini mampu meningkatkan keperawatan sebagai
suatu disiplin ilmu yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Afconneri, Y., Lim., & Erwina, I. (2020). Faktor-Faktor Kekambuhan Pada Klien
Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Hb Sa’anin Padang,
Jurnal Endurance; Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 5(2), 321-330.

Dwi Oktiviani, P. (2020). Asuahn Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan masalah
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Rokan
Rumah Sakit Jiwa Tampan (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Riau).

Hulu, M.P.C., & Perdede, J.A. (2022). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn. S Dengan Masalah Halusinasi Melalui Terapi Generalis SP 1-4:
Studi Kasus.

Lase, A.A.N., & Pardede, J.A. (2022). Penerapan Terapi Generalis (SP 1-4) Pada
Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi Di Ruang Sibual-buali:
Studi Kasus.

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour


Therapy Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal
Mutiara Ners,3(1), 8-14.

Pardede, J.A. (2020). Beban Keluarga Berhubungan Dengan Koping Saat


Merawat Pasien Halusinasi. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 445-452.

Pardede, J.A., & Sianturi, S.F. (2022). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Ny. H Dengan Masalah Halusinasi.

Prabowo, E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sianturi, S.F. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. H Dengan
Masalah Halusinasi.

Syahdi, D., & Pardede, J.A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4
Dengan Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.
Wulandari, Y., & Perdede, J.A. (2022). Aplikasi Terapi Generalis Pada Penderita
Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran.

Anda mungkin juga menyukai