Anda di halaman 1dari 42

ASKEP KEPERAWATAN JIWA

HALUSINASI PENDENGARAN
DOSEN PENGAMPUH : NS. ECHA.F.SISWANTO AMIR .,S.KEP

DISUSUN OLEH :

SITTI AMALIYA KODENGO

RAPIKA NURAULIA ISMAIL

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA


MEDIKA KOTAMOBAGU
FAKULTAS KESEHATAN

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


berkat limpahan rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Asuhan Keperawatan yang berjudul
HALUSINASI PENDENGARAN ini disusun untuk memenuhi tugas
mata Keperawatan Kesehatan Jiwa tahun akademik 2022/2023. Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini tanpa adanya bimbingan,
dorongan, motivasi, dan doa, makalah ini tidak akan terwujud. Untuk
itu kami mengucapkan terima kasih kepada Ns Echa Efendi Siswanti
Amir S.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa
yang telah membimbing dalam kegiatan belajar mengajar. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya khususnya mahasiswa
keperawatan dan masyarakat umum.

Akhir kata kami menyadari makalah ini masih banyak


kesalahan, baik dalam penulisan maupun informasi yang terkandung
didalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
maupun saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
dimasa yang akan datang.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan
derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan
masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat
(UU Kesehatan Jiwa, 2014). Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola
perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres
atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi
kehidupan manusia (Keliat, 2014). Skizofrenia adalah sekelompok reaksi
psikotik yang memengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk
berpikir, berkomunikasi, menerima, menginterpretasikan realitas,
merasakan dan menunjukkan emosi. Menambahkan definisi skizofrenia
yaitu penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak yang
ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh
(Pardede, Keliat, & Yulia, 2015). Skizofrenia menimbulkan distorsi
pikiran, distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku sehingga pasien dengan
skizofrenia memiliki risiko lebih tinggi berperilaku agresif di mana
perubahan perilaku secara dramatis terjadi dalam beberapa hari atau
minggu. Hal inilah yang membuat perlu bantuan keluarga untuk merawat
dan memberikan perhatian khusus pada pasien skizofrenia (Pardede &
Siregar, 2016). Fenomena gangguan jiwa pada saat Latar Belakang Upaya
Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan
masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat
(UU Kesehatan Jiwa, 2014). Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola
perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres
atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi
kehidupan manusia (Keliat, 2014).
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi,
menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan
emosi. Menambahkan definisi skizofrenia yaitu penyakit kronis, parah,
dan melumpuhkan, gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau,
waham, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015).
Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran, distorsi persepsi, emosi,
dan tingkah laku sehingga pasien dengan skizofrenia memiliki risiko lebih
tinggi berperilaku agresif di mana perubahan perilaku secara dramatis
terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Hal inilah yang membuat perlu
bantuan keluarga untuk merawat dan memberikan perhatian khusus pada
pasien skizofrenia (Pardede & Siregar, 2016). Fenomena gangguan jiwa
pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap
tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa
bertambah. Berdasarkan data dari (WHO, 2013) ada sekitar 450 juta orang
di dunia yang mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian dari
(Pardede, & Hasibuan, 2019).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah di paparkan pada latar belakang maka
rumusan masalah dalam askep ini yaitu Asuhan keperawatan masalah
halusinasi pendengaran Tn.A, di Yayasan pemenang jiwa.
C. Tujuan
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan
komprehensif kepada Tn.A dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata.
(Keliat, 2014). Halusinasi pendengaran paling sering terjadi ketika klien
mendengar suara-suara, halusinasi ini sudah melebur dan pasien merasa
sangat ketakutan, panik dan tidak bisa membedakan antara khayalan dan
kenyataan yang dialaminya (Titania,& Maula 2020).
B. Etiologi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktiviani, 2020) :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan Tugas perkembangan klien terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima
dilingkungan sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan
tidak percaya pada lingkungan.
c. Biologis Faktor biologis Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang
maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogen neurokimia.Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya, klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Sosial Budaya Meliputi klien mengalami interaksi sosial dalam fase
awal dan comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di
alam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan
Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan dakam dunia nyata.
2. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi merupakan stimulus yang
dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan
yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Seperti adanya
rangsangan dari lingkungan, misalnya partisipasi klien dalam kelompok,
terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan dan
juga suasana sepi atau terisolasi, sering menjadi pencetus terjadinya
halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. Penyebab Halusinasi
dapat dilihat dari lima dimensi (Oktiviani, 2020) yaitu :
a. Dimensi fisik: Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi
fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obatobatan,
demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional: Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar
problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu
terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual: Dalam dimensi intelektual ini menerangkan
bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
d. Dimensi Sosial: Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dakam dunia nyata.
e. Dimensi Spiritual: Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas
ibadah dan jarang berupaya secara sepiritual untuk menyucikan diri.
Saat bangun tidur klien merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk

Adaptif Mal Adaptif

Pikiran logis Persepsi Distorsi pikiran Gangguan pikir/delusi


akurat emosi kosisten (pikiran kotor) Ilusi Halusinasi Perilaku
dengan pengalaman Reaksi emosi disorganisasi Isolasi
perilaku sesuai berlebih atau sosial
hubungan social kurang perilaku
aneh dan tidak bisa
menarik diri

1. Respon Adaptif
Respon adaptif respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat
memecahkan masalah tersebut, respon adaftif :
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan.
b. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman
c. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran.
d. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang
lain dan lingkungan.
2. Respon Maladaptif Respon maladaptif adalah respon individu
dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-
norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakianan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertetangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak
teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

C. Klasifikasi Halusinasi Pendengaran

Jenis Halusinasi Data Objektit Data Subjektif

Halusinasi 1. Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara


pendengaran sendiri tanpa lawan bicara atau kegaduhan
2. Marah-marah tanpa 2. Mendengar suara
sebab mencondongkan yang mengajak
telinga ke arah tertentu bercakap-cakap
3. Menutup telinga 3. Mendengar suara
yang menyuruh
melakukan sesuatu
yang berbahaya

D. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien menurut (Oktiviani, 2020) :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata cepat
4. Menutup telinga
5. Respon verbal lambat atau diam
6. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
7. Terlihat bicara sendiri
8. Menggerakkan bola mata dengan cepat
9. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
10. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain
11. Disorientasi (waktu, tempat, orang)
12. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
13. Perubahan perilaku dan pola komunikasi
14. Gelisah, ketakutan, ansietas
15. Peka rangsang
16. Melaporkan adanya halusinasi

E. Pohon masalah

F. Fase Halusinasi
Halusinasi terbagi atas beberapa fase (Oktiviani, 2020):
a. Fase Pertama / Sleep disorder pada fase ini Klien merasa banyak masalah,
ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya
banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karna berbagai stressor
terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dikhianati kekasih,
masalah dikampus, drop out, dst. Masalah terasa menekan karena
terakumulasi sedangkan support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah
sangat buruk. Sulit tidur berlangsung trus-menerus sehingga terbiasa
menghayal. Klien menganggap lamunanlamunan awal tersebut sebagai
pemecah masalah
b. Fase Kedua / Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti
adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan, dan mencoba
memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa
pengalaman pikiran dan sensorinya dapat dia kontrol bila kecemasannya
diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan
halusinasinya
c. Fase Ketiga / Condemning Pengalaman sensori klien menjadi sering datang
dan mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya
dan mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang
dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain, dengan intensitas
waktu yang lama.
d. Fase Keempat / Controlling Severe Level of Anxiety Klien mencoba
melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang. Klien dapat
merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase
gangguan psikotik.
e. Fase ke lima / Conquering Panic Level of Anxiety Pengalaman sensorinya
terganggu. Klien mulai terasa terancam dengan datangnya suara-suara
terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia
dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal
empat jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik.
Terjadi gangguan psikotik berat.

G. Penatalaksanaan Medis
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang paling sering terjadi pada gangguan
Skizofrenia. Dimana Skizofrenia merupakan jenis psikosis, adapun tindakan
penatalaksanaan dilakukan dengan berbagai terapi (Pardede, Keliat, & Wardani,
2013) yaitu :
1. Psikofarmakologis Obat sangat penting dalam pengobatan skizofrenia, karena
obat dapat membantu pasien skizofrenia untuk meminimalkan gejala perilaku
kekerasan, halusinasi, dan harga diri rendah. Sehingga pasien skizofrenia
harus patuh minum obat secara teratur dan mau mengikuti perawatan.
a. Haloperidol (HLD) Obat yang dianggap sangat efektif dalam
pengelolaan hiperaktivitas, gelisah, agresif, waham, dan halusinasi.
b. Chlorpromazine (CPZ) Obat yang digunakan untuk gangguan psikosis
yang terkait skizofrenia dan gangguan perilaku yang tidak terkontrol
c. Trihexilpenidyl (THP) Obat yang digunakan untuk mengobati semua
jenis parkinson dan pengendalian gejala ekstrapiramidal akibat terapi
obat.
1. Dosis
a) Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
b) Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8
jam sampai keadaan akut teratasi.
2. Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet:
a) Haloperidol 2x1,5 – 2,5 mg per hari.
b) Klorpromazin 2x100 mg per hari c) Triheksifenidil 2x2 mg per
hari
3. Dalam keadaan fase kronis diberikan tablet:
a) Haloperidol 2x0,5 – 1 mg perhari
b) Klorpromazin 1x50 mg sehari (malam)
c) Triheksifenidil 1-2x2 mg sehari
d) Psikosomatik

2. Terapi kejang listrik

(Electro Compulsive Therapy), yaitu suatu terapi fisik atau suatu pengobatan
untuk menimbulkan kejang grand mal secara artifisial dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektroda yang dipasang pada satu atau dua temples
pada pelipis. Jumlah tindakan yang dilakukan merupakan rangkaian yang
bervariasi pada setiap pasien tergantung pada masalah pasien dan respon
terapeutik sesuai hasil pengkajian selama tindakan. Pada pasien Skizofrenia
biasanya diberikan 30 kali. ECT biasanya diberikan 3 kali seminggu
walaupun biasanya diberikan jarang atau lebih sering. Indikasi penggunaan
obat: penyakit depresi berat yang tidak berespon terhadap obat, gangguan
bipolar di mana pasien sudah tidak berespon lagi terhadap obat dan pasien
dengan bunuh diri akut yang sudah lama tidak mendapatkan pertolongan.
3. Psikoterapi

Membutuhkan waktu yang relatif lama, juga merupakan bagian penting


dalam proses terapeutik. Upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan
rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan terapeutik, memotivasi klien
untuk dapat mengungkapkan perasaan secara verbal, bersikap ramah, sopan,
dan jujur terhadap klien

H. Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan tindakan
perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya perintah sehingga rentan
melakukan perilaku yang tidak adaptif. Perilaku kekerasan yang timbul pada
klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak berharga, takut dan
ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari hubungan
interpersonal dengan orang lain,komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
masalah utama gangguan sensori persepsi: halusinasi, antara lain: resiko prilaku
kekerasan, harga diri rendah dan isolasi sosial (Keliat, 2014).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN HALUSINASI


PENDENGARAN

RUANGAN RAWAT : Seroja TANGGAL DIRAWAT : 04-09-2022

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. A Tanggal Pengkajian :04-09-2022
Umur : 33Tahun RM No. : 150XXXX
Informan : Ny. A

II. ALASAN MASUK


Klien awalnya marah-marah dan melempar barang-barang karena kesal, suka
menyendiri, melamun, sering bicara sendiri, mondar mandir, mendengar suara-suara
tanpa wujud, tertawa sendiri.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi Pendengaran

III. FAKTOR PREDISPOSISI


√ -
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya. √
Berhasil - berhasil
kurang tdk berhasil -

3. Pelaku/Usia Klien 33 Korban/Usia Saksi/Usia Aniaya fisik

: Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa ± 2 tahun yang lalu tepatnya

pada tahun 2019 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang. Dirumah klien

tidak rutin minum obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga timbul gejala-gejala

seperti diatas kemudian klien kambuh lagi. Klien awalnya marah-marah dan

melempar barang-barang karena kesal, suka menyendiri, melamun, sering

bicara sendiri, mondar mandir, mendengar suara-suara tanpa wujud, tertawa


sendiri akhirnya keluarga membawa klien kembali di Yayasan pemenangan

jiwa Sumatera Utara pada tanggal 26 Februari 2019. Keluarga klien tidak ada

yang pernah mengalami gangguan jiwa. Masalah keperawatan : Gangngguan

Sensori Persepsi Halusinasi Pendengaran

Masalah Keperawatan :
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya √ Tidak

Hubungan keluarga - Gejala - Riwayat pengobatan/perawara


-

Masalah Keperawatan : -

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien tidak memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan

Masalah Keperawatan : -

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 130/80 mmHg N : 80x/m S : 36,50 C P : 26x/m
2. Ukur : TB : 170 cm BB : 60kg

3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak

Jelaskan : Tidak ada keluhan fisik yang dirasakan klien.

Masalah keperawatan :-
V. PSIKOSOSIAL

Genogram

Penjelasan : Klien merupakan anak keenam dari 6 bersaudara ,klien memiliki


tiga abang dan 2 kakak perempuan. Klien belum menikah. Keterangan :

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

√ Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti


tidak sesuai biasanya

Jelaskan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, berpakaian klien
rapi, klien menggunakan baju yang disediakan rumah sakit .

Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan

√ Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai


Pembicaraan
Jelaskan : Saat diajak bicara klien berbicara dengan nada cepat terkadang disertai nada
tinggi,marah-marah.
Masalah Keperawan : Kerusakan komunikasi verbal
3. Aktivitas Motorik:

Lesu √ Tegang √ Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : Klien seringkali di RSJ menyiapkan makanan dan keluyuran tanpa tujuan
tertentu.

Masalah Keperawatan : Hiperaktif

4. Alam perasaaan

Sedih Ketakutan Putus asa √ Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : Klien terlihat khawatir karena suara-suara mungkin akan muncul.

Masalah Keperawatan : Ansietas

5. Afek

Datar Tumpul √ Labil Tidak sesuai

Jelaskan : Klien saat ditanya wajahnya tidak memiliki ekspresi dan menjawab
seadanya, dan bisa tiba-tiba marah ketika merasa pertanyaan tidak jelas

Masalah Keperawatan :
 Resiko perilaku kekerasan
 Kerusakaan interaksi sosial

6. lnteraksi selama wawancara

bermusuhan Tidak kooperatif √ Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga



Jelaskan : Saat wawancara klien kooperatif, kontak mata dengan lawan bicara baik,
klien tampak curiga dan mudah tersinggung.

Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi

7. Persepsi

√ Pendengaran - Penglihatan - Perabaan

- Pengecapan - Penghidu

Jelaskan : Klien tada gangguan pada persepsi sensori pendengaran dibuktikan klien
sering mendengar suara-suara yang mengganggu.

Masalah Keperawatan : Gangguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran

8. Proses Pikir

√ sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : Klien berbicara norrmal meskipun berbelit-belit tapi sampai pada


tujuan pembicaraan karena dapat kooperatif.
Masalah Keperawatan : -
9. Isi Pikir

Obsesi √ Fobia Hipokondria

depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga

nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : Klien dulu trauma karena pernah tersesat di hutan dan tidak ada waham.
Masalah Keperawatan :

10. Tingkat kesadaran

bingung sedasi stupor


Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan : Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas
yang ditandai dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun yanng benar
saat pada wawancara. Klien juga dapat mengenali orang yang disekitarnya ditunjukkan
dengan klien bisa menyebutkan beberapa nama temannya.
Masalah Keperawatan : -

11. Memori

- gangguan daya ingat jangka panjang - gangguan daya ingat jangka


pendek

- gangguan daya ingat saat ini - konfabulasi

Jelaskan : Klien masih mampu mengingat semuanya.

Masalah Keperawatan : -

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

- mudah beralih - tidak mampu konsentra - tidak mampu berhitung


sederhana

Jelaskan : Klien dapat berhitung dengan baik. Misalnya 5+10=15,10+10=20


Masalah Keperawatan : -

13. Kemampuan penilaian

- gangguan ringan - gangguan bermakna

Jelaskan : Klien tidak mengalami gangguan penilaian terbukti ketika ditanya apa yang
dilakukan saat bangun tidur?, klien mengatakan duduk menunggu makan pagi.
Masalah Keperawatan : -

14. Daya tilik diri

mengingkari penyakit yang diderita √ menyalahkan hal-hal diluar


dirinya
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa ia mendengar suara-suara orang dari luar dirinya
sehingga membuatnya gila.

Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

- Bantuan minimal - Bantuan total

2. BAB/BAK

- Bantuan minimal - Bantual total

Jelaskan :

1. Klien mampu makan secara mandiri tanpa bantuan,klien makan 3x sehari dengan
komposisi nasi,sayur,lauk pauk dan klien minum kurang lebih 8 gelas/hari.
2. Klien mampu melakukan eliminasi dengan baik secara mandiri. BAB 1x dan
BAK kurang lebih 3x sehari.

Masalah Keperawatan : -

3. Mandi

- Bantuan minimal - Bantuan total

4. Berpakaian/berhias

- Bantuan minimal - Bantual total

5. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama : 11.00 s/d 12.30

Tidur malam lama : 22.00 s/d 06.30

Kegiatan sebelum / sesudah tidur

6. Penggunaan obat


Bantuan minimal Bantual total

7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan √ Ya tidak

Perawatan pendukung Ya tidak


8. Kegiatan di dalam rumah

Mempersiapkan makanan √ Ya tidak

Menjaga kerapihan rumah Ya tidak


Mencuci pakaian Ya √ tidak

Pengaturan keuangan Ya tidak



9. Kegiatan di luar rumah

Belanja Ya √ tidak

Transportasi Ya tidak

Lain-lain Ya √ tidak

Jelaskan :

Masalah Keperawatan : Regimen terapi obat inefektif

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya √ lainnya : sulit mempercayai orang lain


dan asik dengan stimulus internal

Masalah Keperawatan : Menarik diri

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik

Klien mengatakan sebelum sakit mengikuti kegiatan di lingkungan namun selama


sakit ini hanya berdiam diri dirumah karena merasa minder dan tetanggannya
merasa takut padanya.
Masalah dengan pendidikan, spesifik

√ Masalah dengan pekerjaan, spesifik

Klien tidak dapat bekerja

Masalah dengan perumahan, spesifik

Masalah ekonomi, spesifik



Klien memiliki masalah ekonomi karena sudah tidak dapat mencari uang dan
hanya dibiayai oleh istrinya.

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik

Masalah lainnya, spesifik

Masalah Keperawatan : Menarik diri, Isolasi sosial


X. Pengetahuan Kurang Tentang:
√ Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya :

Klien mengatakan kurang begitu tahu tentang penyakit jiwa, klien merasa ia tidak sakit
saat ini dan tidak tahu kenapa dibawa kesini.

Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakitnya.

A. Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan

1 Ds : Gangguan konsep diri :


- Klien merasa tidak berguna karena tidak harga diri rendah kronis
dapat membantu keluarga
- Klien merasa minder karena penyakit yang
di alaminya
- Klien sedih berada di yayasan pemenang
jiwa
Do :
- Klien tampak murung
- Lebih banyak diam
- Nada bicara pela

2 Ds : Gangguan persepsi sensori


- Keluarga klien mengatakan bahwa klien : halusinasi pendengaran
sering berteriak
- Klien sering mendengarkan suara – suara
tampa wajah yang menyuruhnya untuk selalu
ibadah
- Klien mengatakan suara – suara tersebut
muncul 3 kali / hari, muncul pada saat klien
sedang menyendiri
- Klien merasa gelisah dan takut jika
mendengar suara tersebut
Do :
- Klien sering marah – marah,
mondar – mandir,
bicara sendiri,
bicara ngawur,
sering senyum – senyum sendiri

3 Ds : Isolasi Sosial : Menarik


-Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan Diri
di kelompok/masyarakat.
-Klien mengatakan mempunyai hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain
karena klien sulit bergaul dan selalu ingin
menyendiri.
Do : Klien tampak menghindari interaksi,
terlihat sedih, pendangan menunduk
kebawah

B. Masalah Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Isolasi Sosial: Menarik Diri
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Gangguan presepsi sensorik : Halusinasi pendengaran
D. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional


(SLKI, 2019) (SIKI, 2018)
Setelah dilakukan Manajemen Halusinasi Observasi
tindakan keperawatan (I.09288) Observasi
selama 1X24 diharapkan - Monitor perilaku yang - Mengetahui perilaku
gangguan persepsi mengindikasi halusinasi. yang mengindikasikan
sensori: halusinasi - Monitor isi halusinasi pasien mengalami
pendengaran dapat Terapeutik halusinasi.
teratasi dengan kriteria - Pertahankan lingkungan
hasil: Persepsi Sensori yang aman. - Mengetahui isi
(L.09083) - Diskusikan perasaan halusinasi pasien.
Ekspektasi: Membaik dan respon terhadap Terapeutik
halusinasi.
- Hindari perdebatan - Lingkungan yang aman
Kriteria hasil A T tentang validitas dapat memberikan rasa
halusinasi nyaman pada pasien.
Verbalisasi 2 4 Edukasi
mendengar - Anjurkan memonitor - Mengetahui perasaan
bisikan sendiri situasi terjadinya dan respon pasien.
halusinasi.
Perilaku 2 4 - Anjurkan bicara pada - Memberikan rasa
halusinasi orang yang dipercaya saling percaya.
untuk memberikan
Melamun 2 4 Edukasi
dukungan dan umpan
balik korektif terhadap - Agar pasien dapat
konsentrasi 2 4 halusinasi. mengontrol ketika terjadi
- Anjurkan melakukan halusinasi.
distraksi (misal
Keterangan: mendengarkan music, - Agar pasien dapat
1: Menurun melakukan aktivitas, dan mengurangi terjadinya
2: Cukup menurun teknik relaksi). halusinasi dengan
3: Sedang - Ajarkan pasien cara mengekspresikan apa
4: Cukup meningkat mengontrol halusinasi. yang ia rasakan pada
5: Meningkat Kolaborasi orang lain.
- Kolaborasi pemberian
obat anti psikotik dan - Teknik relaksasi dapat
anti ansietas, jika perlu. memberikan rasa
ketenangan pada pasien.

- Agar pasien dapat


mengetahui bagaimana
cara mengontrol
halusinasi.

Kolaborasi

- Pemberian obat
antipsikotik dan
antiansietas akan
memberikan dampak
ketenangan pada pasien.
1
Tujuan Intervensi Keperawatan (SIKI, Rasional
Keperawatan 2018)
(SLKI, 2019)

Minimalisasi Rangsangan I.08241 Observasi


(SIKI 2018, hal. 233) - Mengetahui faktor
Observasi yang meningkatkan
- Periksa status mental, status rangsangan sensori
sensori, dan tingkat kenyamanan Terapeutik
(misal nyeri, kelelahan) Terapeutik - Untuk menimalkan
- Diskusikan tingkat toleransi faktor lain yang
terhadap beban sensori (misal meningkatkan beban
bising, terlalu terang) sensori
- Batasi stimulus lingkungan (misal - Memberikan
cahaya, suara, aktivitas) lingkungan yang nyaman
- Jadwalkan aktivitas harian dan bagi pasien
waktu istirahat - Dilakukan agar pasien
- Kombinasikan prosedur/tindakan memiliki aktivitas
dalam satu waktu, sesuai kebutuhan terjadwal sehingga
Edukasi gangguan rangsangan
- Ajarkan cara meminimalisasi sensori dapat
stimulus (missal mengatur diminimalkan
pencahayaan ruangan, mengurangi Edukasi
kebisingan, membatasi kunjungan) - Dilakukan untuk
Kolaborasi memberikan lingkungan
- Kolaborasi dalam meminimalkan yang nyaman dan
prosedur/Tindakan meminimalkan stimulus.
- Kolaborasi pemberian obat yang Kolaborasi
mempengaruhi persepsi stimulus - Dilakukan jika pasien
tidak mampu
meminimalkan stimulus
yang ada, sehingga
diberikan teapi medik.

Terapi Aktivitas I.05186 (SIKI Obeservasi


2018, hal. 415) - Untuk mengetahui
Observasi tingkat penurunan
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas aktivitas yang dialami
- Identifikasi kemampuan pasien
berpartisipasi dalam aktifitas - Untuk mengetahui
tertentu minat dan kemampuan
- Identifikasi sumber daya untuk pasien dalam
aktivitas yang diinginkan berpartisipasi pada
- Identifikasi strategi meningkatkan aktivitas tertentu
partisipasi dalam aktivitas - Untuk mengetahui
- Identifikasi makna aktifitas rutin sumber daya yang dapat
(misal bekerja) dan waktu luang mendukung aktivitas
- Monitor respon emosional, fisik, yang di inginkan pasien
sosial, dan spiritual terhadap - Untuk meingkatkan
aktivitas keinginan pasien dalam
Terapeutik melakukan aktivitas
- Fasilitasi fokus pada kemampuan, - Untuk mengetahui
bukan defisit yang dialami - persepsi klien tentang
Sepakati komitmen untuk rutinitas yang biasa
meningkatkan frekuensi dan rentang dilakukan.
aktivitas - Fasilitasi memilih - Dilakukan untuk
aktivitas dan tetapkan tujuan mengetahui toleransi
aktivitas yang konsisten sesuai respon pasien terhadap
kemampuan fisik, sikologis, dan aktivitas.
sosial - Koodinasikan pemilihan Terapeutik
aktivitas sesuai usia - Agar pasien dapat lebih
- Fasilitasi makna aktivitas yang di focus terhadap
pilih kemampuan yang dapat
- Fasilitasi transportasi untuk dikembangkan
menghadiri aktivitas, jika sesuai - Komitmen dilakukan
- Fasilitasi pasien dan keluarga agar pasien dapat
dalam menyesuaikan lingkungan melakukan aktivitas
untuk mengakomodasi aktivitas terjadwal sesuai rencana
yang dipilih aktivitas yang sudah
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin dibuat.
(misal ambulasi, mobilisasi, dan - Dilakukan agar pasien
perawatan diri), sesuai kebutuhan dapat memilih aktivitas
- Fasilitasi aktivitas motorik kasar yang sesuai dengan
untuk pasien hiperaktif - Tingkatkan minat dan bakat yang di
aktivitas fisik untuk memelihara miliki.
berat badan, jika sesuai - Pemilihan aktivitas
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk sesuai usia mencegah
merelaksasi otot pasien melakukan
- Fasilitasi aktivitas dengan aktivitas diluar
komponen memori implisit dan kemampuannya.
emosional (misal kegiatan - Memfasilitasi aktivitas
keagamaan khusus) untuk pasien yang dapat dilakukan
demensia, jika sesuai oleh pasien bertujuan
- Libatkan dalam permainan untuk menunjang dan
kelompok yang tidak kompetetif, meningkatkan aktivitas
terstruktur, dan aktif terjadwal pasien.
- Tingkatkan keterlibatan dalam - Agar pasien mampu
aktivitas rekreasi dan difersivikasi dan mau terlibat dalam
untuk menurunkan kecemasan aktivitas kelompok.
(misal vocal group, bola voli, tenis - Agar meningkatkan
meja, jogging berenang, tugas peran pasien dalam
sederhana, permainan sederhana, melakukan aktivitas dan
tugas rutin, tugas rumah tangga, meniminalkan
perawatan diri, dan teka teki dan kecemasan pasien.
kartu) - Melibatkan keluarga
- Libatkan keluarga dalam aktivitas, dalam aktivitas bertujuan
jika perlu - Fasilitasi untuk mendukung
mengembangkan motivasi dan pasien.
penguatan diri - Fasilitasi pasien dan -Memfasilitasi dalam
keluarga memantau kemajuannya mengembangkan
sendiri untuk mencapai tujuan motivasi bertujuan untuk
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas meningkatkan motivasi
sehari-hari dan penguatan diri
- Berikan penguatan positif atas pasien.
partisipasi dalam aktivitas - Memberikan tanggung
Edukasi jawab pada pasien utnuk
- Jelaskan metode aktifitas fisik memantau
sehari-hari, jika perlu kemampuannya dalam
- Ajarkan melakukan aktivitas yang mencapai tujuan yang
dipilih telah ditetapkan.
- Anjurkan melakukan aktivitas Edukasi
fisik, sosial, spiritual, dan kognitif - Agar pasien mampu
dalam menjaga fungsi dan kesehatan melakukan metode yang
anjurkan terlibat dala aktiviats mudah dalam melakukan
kelompok atau terapi, jika sesuai aktivitas fisik yang
- Anjurkan keluarga untuk memberi diinginkan.
penguatan positif atas partisipasi - Dilakukan untuk
dalam aktivitas meningkatkan
Kolaborasi kemampuan pasien
- Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam melakukan
dalam merencanakan dan aktivitas yang
memonitor program aktivitas, jika diingingkan
sesuai - Penguatan positif dari
- Rujuk pada pusat atau program keluarga memberikan
aktivitas, jika perlu pengaruh terhadap
motivasi pasien dalam
melakukan aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi terapis
okupasi bertujuan untuk
menggali minat dan
kemampuan pasien
dalam melakukan
aktivitas.
- Terapi okupasi dapat
memfasilitasi pasien
dalam melakukan
aktivitas yang diminati.

Pencegahan Perilaku Kekerasan Observasi


(I.14544) - Dilakukan agar
Observasi meminimalkan potensi
- Monitor adanya benda yang bahaya bagi pasien dan
berpotensi membahayakan. orang lain.
- Monitor keamanan barang yang - Agar pasien tidak
dibawa oleh pengunjung merugikan lingkungan
- Monitor selama penggunaan dan orang lain.
barang yang dapat membahayakan. - Agar tidak digunakan
Teraupetik pasien untuk
- Pertahankan lingkungan bebas dari membahayakan diri
bahaya secara rutin sendiri dan orang lain.
- Libatkan keluarga dalam Terapeutik
perawatan - Agar lingkungan pasien
Edukasi aman dan tidak
- Anjurkan pengunjung dan keluarga membahayakan.
untuk mendukung keselamatan - Agar pasien merasakan
pasien bahwa keluarga ikut
- Latih cara mengungkapkan berperan mendukung
perasaan secara asertif proses kesembuhannya.
- Latih mengurangi kemarahan Edukasi
secara verbal dan nonverbal (mis. - Agar pengunjung dan
relaksasi, bercerita) keluarga memperhatikan
halhal yang mendukung
keselamatan pasien.
- Agar pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya kepada
orang lain secara jujur.
- Agar pasien mampu
mengurangi dan
mengontrol marah
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari / tanggal : Senin, 19 september 2022

Ruangan :

Nama klien : Tn. A

Umur : 33Tahun

A. Prsedur

1. Kondisi klien
DS:
-Klien sering mendengarkan suara – suara tampa wajah yang menyuruhnya untuk
selalu ibadah
- Klien mengatakan suara – suara tersebut muncul 3 kali / hari, muncul pada saat
klien sedang menyendiri
- Klien merasa gelisah dan takut jika mendengar suara tersebut

DO :
- Klien sering marah-marah
- Mondar mandir
- Bicara sendiri
- bicara ngawur
- senyum-senyum sendiri

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan presepsi sensorik : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Keperawatan
Klien dapat mengontrol halusinasi pendengaran

4. Tindakan Keperawatan
Keperawatan untuk Pasiena.
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1)Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2)Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3)Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal 
b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.Untuk membantu pasien
mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu
terjadihalusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi munculdan respon pasien saat halusinasi muncul
2)Melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrolhalusinasi Saudara dapat
melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapatmengendalikan
halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a)Menghardik halusinasiMenghardik halusinasi
b) bercakap –cakap dengan orang lain
c) melakukan aktivitas yang terjadal
d) menggunakan obat secara teratur

A. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SP 1
Fase orientasi
Selamat pagi Pak ? saya perawat yang akan merawat bapak perkenalkan
nama saya Sitti Amaliya Kodengo, panggil saya Amaliya, kalau boleh tahu
nama Bapak siapa dan senangnya dipanggil siapa ? Saya mahasiswa dari
Institut kesehatan dan teknologi graha medika kotamobagu yang sedang
bertugas disini, saya akan merawat bapak selama 3 minggu, mulai hari
senin sampai Jum’at saya datang jam 08.00-14.00 WIB.”Bagaimana
perasaan bapak hari ini ?”
Topik : Bapak, untuk pertemuan pertama ini bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk saling mengenal dan mendiskusikan penyebab
bapak masuk ke RSJ?
Waktu : Bapak mau berbincang-bincang berapa lama? Bagaimana kalau di
ruang ini, apakah bapak setuju ?
Tempat : Bapak kita mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
bincang-bincang disini saja?
Tujuan : Hari ini kita akan berbincang-bincang agar kita saling mengenal
dan mendiskusikan penyebab bapak bisa masuk ke RSJ

Fase kerja
Apakah bapak mendengar suara tanpa ada Wujudnya?Apa yang dikatakan
suara itu?”Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu?Kapan
yang paling sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami?
Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”Apa
yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”Apa yang bapak
lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suaraitu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itumuncul?Bapak ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap cakap dengan orang lain.  Ketiga,  melakukan  kegiatan 
yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat den gan teratur.”
Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak
bilang, pergi sayatidak mau dengar, Saya tidak mau dengar. Kamu suara
palsu. Begitu diulang ulang  sampai suara itu tak terdengar lagi. 
Coba bapak peragakan! Nah begitu, bagus! Cobalagi! Ya bagus bapak
sudah bisa
Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-
suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita
buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara
masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasidalam jadwal kegiatan
harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam
berapa bapak? Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan
berlatih?Dimana tempatnyaBaiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum

SP 2
Orientasi
Assalammu’alaikum bapak bagaima perasaan bapak hari ini
Apakah suara-suaranya masihmuncul ? Apakah sudah dipakai cara yang
telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus! Sesuai janji kita tadi
saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi denganbercakap-
cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di
mana? Di sini saja?
Kerja
Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah
dengan bercakap-cakapdengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol.
Minta teman untuk ngobrol dengan bapak. Contohnya begini; tolong, saya
mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang
dirumah misalnya Kakak  bapak
katakan: Kak, ayo ngobrol dengan bapak . bapak  sedang dengar suara-
suara. Begitu bapak . Coba Dlakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak !
Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa
cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu?
Bagus, cobalah kedua cara ini kalaubapak mengalami halusinasi
lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapa
Mau jam berapa latihanbercakap-cakap?
Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul!
Besok  pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang 
ketiga yaitu melakukanaktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi?Sampai besok ya.
Assalamualaikum
SP 3
Orientasi
Assalamu’alaikum bapak bapak bagaiman perasaan bapak hari ini? 
Apakah suara-suaranyamasih muncul ?
Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih?
Bagaimana hasilnya? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar
cara yangketiga untukmencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terja
dwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Bera pa
lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja
apa saja yang bisa bapak lakukapagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam).
Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini(latih
kegiatan tersebut).Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat
D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain
akankita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga u
ntuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang
telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita
masukkan dalam jadwal kegiatan harianbapak .Coba lakukan sesuai jadwal
ya!( Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)Bagaimana
kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang
baik serta guna obat. Mau jamberapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai
jumpa.Wassalammualaikum

SP 4
Orientasi
Assalammualaikum bapak. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah
kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudahdilaksanakan ? Apakah pagi
ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikantentang
obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil
menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
Kerja
bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-
suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-
suara yang bapak dengar dan mengganggu selama initidak muncul lagi.
Berapa macam obat yang bapak minum ?(Perawat menyiapkan
obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ)3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini
yang putih (THP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan
tidak kaku.
Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama
gunanyauntuk pikiran biar tenang.Kalau suara-suara sudah hilang obatnya
tidakbolehdiberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau 
putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. Bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-
obatan ini. Pastikan obatnyabenar, artinya bapak harus memastikan bahwa
itu obat yang benar-benar punya bapak .Jangan kelirudengan obat milik
orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya,dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya. Bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali
minum, dan har us cukup minum 10 gelas per hari

Terminasi
Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan!
Bagus!(jika jawaban benar).Mari kitamasukkan jadwal minum obatnya
pada jadwal kegiatan bapak. Jangan lupa pada waktunya mintaobat pada
perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah
datang. Besok kitaketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah
suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
10.00. sampai jumpa. Wassalammu’alaikum.

Implementasi dan evaluasi pada pasien perilaku kekerasan


Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan

19 sep Halusinasi Sp 1 S : Senang


2022 pendengaran Fase orientasi O:
10.30 P: Selamat pagi Pak ? - Pasien mampu
K: Pagi ses mengenali halusinasi
P: saya perawat yang akan yang dialami nya; isi,
frekuensi, watu
merawat bapak perkenalkan
terjadi, sruasi
nama saya Sitti Amaliya pencetus,perasaan,
Kodengo, panggil saya respon dengan
Amaliya, kalau boleh tahu mandiri
nama Bapak siapa dan - Pasien mampu
senangnya dipanggil siapa ? Mengontrol
K: Nama saya bapak A halusinasinya dengan
P: Saya mahasiswa dari cara menghardik
Institut kesehatan dan dengan bantuan
teknologi graha medika A : Halusinasi (+)
kotamobagu yang sedang P:
bertugas disini, saya akan - Latihan
mengidentifikasi
merawat bapak selama 3
halusinasinya; isi,
minggu, mulai hari senin frekuensi, watu
sampai Jum’at saya datang terjadi, sruasi
jam 08.00-14.00 WIB. pencetus, perasaan
Bagaimana perasaan bapak dan respon halusinasi
hari ini ?” 3x/hari - Latihan
K: Baik menghardik
P:Bapak, untuk pertemuan halusinasi 3x/ hari
pertama ini bagaimana
kalau kita berbincang
bincang untuk saling
mengenal dan
mendiskusikan penyebab
bapak masuk ke RSJ?
K: Iyaa
P: Bapak mau berbincang-
bincang berapa lama?
K: Terserah
P:Bagaimana kalau di ruang
ini, apakah bapak setuju ?
K: Iya setju
P:Bagaimana kalau
bincang-bincang disini saja?
K: Baiklah

Fase kerja
P:Apakah bapak mendengar
suara tanpa ada Wujudnya?
K: Iya sering
P: Apa yang dikatakan suara
itu?
K: Banyak
P:Apakah terus-menerus
terdengar atau sewaktu-
waktu?
K: Hanya sewaktu-waktu
P: Kapan yang paling sering
bapak dengar suara?
K:Saat sendiri
P: Berapa kali sehari bapak
alami?
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung
data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan
komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara
perawat-klien. Pada kasus Tn.A, diperoleh bahwa klien mengalami gejala-
gejala halusinasi seperti mendengar suara-suara, gelisah, sulit tidur, tampak
tegang, mondar-mandir,tidak dapat mempertahankan kontak mata, sedih,
malu, putus asa, menarik diri, mudah marah dan lain-lain. Faktor predisposisi
pada Tn.A yaitu pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya serta
memiliki riwayat mengonsumsi alkohol dan obat terlarang.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.A,:Halusinasi
pendengaran, isolasi sosial, koping individu inefektif, regimen teraupetik
keluarga inefektif, harga diri rendah serta keputusasaan. Tetapi pada
pelaksanaannya, penulis fokus pada masalah utama yaitu halusinasi
pendengaran.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien halusinasi pendengaran dan harga diri.
4. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan halusinasi yang dialami serta dampak pada penurunan gejala
halusinasi pendengaran yang dialami.

B. Saran
1. Bagi Pasien
Hendaknya klien sering berlatih untuk meningkatkan perawatan diri
dan melakukan perawatan diri secara mandiri dan teratur.
2. Bagi Keluarga
Hendaknya sering mengunjungi klien di rumah sakit, sehingga
keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat
membantu perawat dalam pemberian asuhan keperawatan bagi klien.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, T & Maula, (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An S Dengan
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran. Karya Tulis Ilmiah,
Universitas Kusuma Husada Surakarta.
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1510/1/naskah%20publikasi%20titania
%20anggraini.pdf
Aji, W. M. H. (2019). Asuhan Keperawatan Orang Dengan Gangguan Jiwa
Halusinasi Dengar Dalam Mengontrol Halusinasi.
https://doi.org/10.31219/osf.io/n9dgs
Damaiyanti & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama.
Husein, A. N., & Arifin, S. (2011) . Gambaran Distribusi Penderita
Gangguan Jiwa Di Wilayah Banjarmasin Dan Banjarbaru. Berkala
Kedokteran, 9(2), 199-209. http://dx.doi.org/10.20527/jbk.v9i2.950
Keliat B. A. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.
Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC,
Jakarta.
Keliat, B. A dan Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta:EGC.
Kemengkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta:
Kemengkes
RI.https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/08/persebaranprevalen
si-skizofreniapsikosis-di-indonesia
Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Beban Keluarga Berhubungan
Dengan Pencegahan Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 12(3).
https://www.researchgate.net/profile/JekAmidos/publication/3479926 06
Nyumirah, S. (2013). Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif,
afektif dan perilaku) melalui penerapan terapi perilaku kognitif di rsj dr
amino gondohutomo semarang. Jurnal keperawatan jiwa, 1(2)..
https://doi.org/10.26714/jkj.1.2.2013.%25p
Oktiviani, D. P. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan
masalah Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran di Ruang Rokan Rumah Sakit Jiwa Tampan
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Riau).http://repository.pkr.ac.id/id/eprint/498

Anda mungkin juga menyukai