Anda di halaman 1dari 13

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Oleh
Kelompok 1:
Greviana Rubai (231422002)
Moh Jalikal Uaneto (231422034)
Siti Mutia Jafar (231422067)
Fahrul Frayogi (231422001)
Dosen Pengampuh: Andris K. Malae S.Pd., M.Pd

Pendahuluan
Filsafat sebagai satu sistem pemikiran tersendiri yang khas tidak bisa lepas
dari apa yang terjadi di Yunani pada 600 SM, yakni awal ditinggalkannya pemikiran
mitologis yang digantikan Filsafat bersifat rasional, artinya didasarkan atas penalaran
dan argumentasi yang bertumpu pada akal sehat, penjelasan yang dikeluarkan terbuka
bagi perdebatan dan boleh diuji oleh siapa pun guna menemukan kebenaran yang
mungkin sebelumnya tidak tampak. Sistematik, artinya didasarkan atas keruntutan
dalam satu alur pola pikir tertentu, merupakan sebuah kebulatan sistem pikir yang di
dalamnya dihindari adanya kontradiksi internal.Filsafat bersifat abstrak artinya
mempelajari yang berada di balik hal fisik guna menemukan landasan yang bersifat
metafisik.1
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, norma
moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Di samping itu, terkandung juga
pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis, dan
komprehensif, pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar yang
memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau
kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa, dan negara maka diwujudkan dalam
1
Soedarso. “Pengembangan Sistem Filsafat Pancasila “, dalam Jurnal Filsafat. Vol 39. No 01.
2006, hlm 42.
norma-norma yang kemudian menjadi pedoman.Pancasila pada hakikatnya bukan
merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis
melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.2
Pancasilah Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila merupakan filsafat sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas
kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilai
nilai kerohanian yaitu nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, estetis
dan religius yang manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena
bersumber pada kepribadian bangsa. Oleh karena itu, Pancasila yang diambil dari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat religius, kemanusiaan,
persatuan, demokrasi dan keadilan. Disamping itu Pancasila bercirikan asas
kekeluargaan dan gotong royong serta pengakuan atas hak-hak individu.3
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar
epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan sistem
filsafat lain. Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro dalam
Ganeswara, 2007 menyatakan bahwa hakikat dasar ontologis Pancasila adalah
manusia, sebab manusia merupakan subjek hukum pokok dari Pancasila. Selanjutnya,
hakikat manusia itu adalah semua kompleksitas makhluk hidup, baik sebagai
makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Secara lebih lanjut, hal ini bisa
dijelaskan bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin

2
Heri Herdiawanto. 2018, Spirtualisme Pancasilah. Jawa Tengah. PT: CV. Pena Persada, hlm
5.

3
Sri Rahayu Amri. “Pancasilah Sebagai Sistem Etika”, dalam Jurnal Voice Of Midwifery. Vol
08. No 01. 2018, hlm 5.
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang
berkeadilan sosial adalah manusia.4
Filsafat pendidikan ialah nilai dan keyakinan-keyakinan filosofis yang
menjiwai, mendasari dan memberikan identitas karakteristik suatu sistem pendidikan
nasional. Filsafat pendidikan ialah jiwa, roh dan kepribadian sistem pendidikan
nasional. Filsafatdan pendidikan merupakan dua istilah yang terdiri dari makna dan
hakikat masing-masing, namun ketika keduanya digabungkan kedalam satu tema
khusus, maka ia pun memiliki makna tersendiri yang menunjuk kedalam suatu
kesatuan pengertian yang tidak dipisahkan. Namun filsafat pendidikan telah
dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, akan tetapi bukanlah
berarti bahwa kajiannya hanya sekedar menelaah sendi-sendi pendidikan atau filsafat
semata. Filsafat pendidikan adalah bagian yang tidak dipisahkan dari filsafat secara
keseluruan, baik dalam sistem maupun metode. Filsafat pendidikan secara langsung
memberikan perhatiannya pada apa merupakan kegiatan filsafat secara keseluruhan,
baik dalam sistem maupun dalam orientasi. yang membedakan aktivitasnya hanya
pada kosentrasinya yang ditunjukkan untuk menganalisis realitas yang terbatasa
dalam berbagai problem dan isu pendidikannya.5
Sistem Filsafat Pancasila
Secara Etimologis, istilah Pancasila menurut Muhammad Yamin berasal dari
bahasa Sansekerta "panca" yang berarti lima, dan "sila" yang dapat memiliki dua arti:
"syiila" yang berarti aturan tingkah laku yang dipandang baik atau normal atau
penting; atau "syila" yang berarti asas, dasar, atau sendi. Dengan demikian, Pancasila
secara etimologis dapat berarti "lima dasar" atau "lima aturan tingkah laku yang
penting". Arti kedua (syila) lebih bersifat luas dibanding arti pertama syiila yang
berkonotasi moral praktis dan terbatas pada masalah tingkah laku. Sepanjang sejarah
diketahui bahwa istilah "pancasila" dalam pengertian syila telah lama ada di
4
Yoga Putra Semadi “Filsafat Pancasilah Dalam Pendidikan Di Indonesia Menuju Bangsa
Berkarakter”, dalam Jurnal Filsafat Indonesia. Vol 2. No 2. 2019, hlm, 3,
5
Faisal R. Dongoran.” Membangun Generasi Emas Dalam Prespektif Filsafat Pendidikan “,
dalam Jurnal Tabula Rasa.Vol 11. No 1. 2014, hlm 6.
nusantara, jauh sebelum berdirinya Indonesia. Sedangkan pada masa Indonesia lah
istilah "pancasila" dipahami dalam pengertian syila sebagaimana diimplementasikan
sebagai dasar filsafat negara. Pada masa kerajaan Budha di nusantara sekitar abad ke-
8 M, istilah pancasila berarti “lima pantangan” yang tidak boleh dilakukan seseorang
yakni: membunuh, mencuri, berzina, berdusta, dan meminum minuman keras atau
yang memabukkan. Pada masa Jawa Kuno dalam kitab Negara Kertagama 1365M
terdapat istilah pancasila yang bermakna juga “lima larangan” yang ditujukan kepada
Raja dan masyarakat Majapahit pada waktu itu, yaitu larangan untuk berbuat: tindak
kekerasan, mencuri, dengki, berdusta, dan minuman keras.6
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, secara
eksplisit Indonesia merdeka sebagai sebuah negara yang berdasarkan demokrasi Ini
tercermin dari kandungan teks proklamasi yang berbunyi "atas nama bangsa
Indoesia", artinya kemerdekaan Indonesia adalah kemerdekaan seluruh rakyat
Indonesia. Sama dengan pripsip demokrasi yang menyatakan pemerintahan yang
berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Kemerdekaan Indonesia bukan
kemerdekaannya Soekarno. Hatta. Nasir atau tokoh-tokoh kemerdekaan yang lainnya
tetapi kemerdekaan seluruh bangsa Indonesia Tidak seperti zaman kerajaan
sebelumnya yang mengklaim jika ada peperangan adalah peperangan Sultan Agung,
peperangan Diponegoro, peperangan Pattimura, peperangan Hasanudin dll. Setelah
mencapai tujuan perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka, ternyata di dalam diri
setiap tokoh kemerdekaan memiliki konsepsinya masing-masing tentang demokrasi
yang hendak dipraktikkan di Indonesia. Secara garis besarnya, masing-masing tokoh
tersebut dipengaruhi oleh dua sistem demokrasi yang sedang berebut pengaruh pada
waktu itu. Pertama adalah demokrasi liberal yang diprakarsai oleh negara-negara
Barat dengan semboyannya kebebasan politik, kebebasan ekonomi, kebebasan
budaya dan kebebasan-kebebasan yang lain. Kedua adalah demokrasi terpimpin yang

6
Soedarso. “Pengembangan Sistem Filsafat Pancasila”, dalam Jurnal Filsafat. Vol 39. No 1.
2006, hlm 46.
diinisiasi oleh negara negara blok Timur yang mengangkat isu pemerintahan ekonomi
di masyarakat.7
Hakikat Filsafat Pancasilah
Hakikat Filsafat Pancasila Filsafat berasal dari kata Philosophy yang secara
epistimologis berasal dari philos atau phileinyang yang artinya cinta dan shopia yang
berarti hikmat atau kebijaksanaan. Secara epistimologis bermakna cinta kepada
hikmat atau kebijaksanaan wisdom. Pancasila juga merupakan sebuah filsafat karena
pancasila merupakan acuan intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa, yang dalam
usaha-usaha keilmuan dapat terbangun ke dalam system filsafat yang kredibel.
Menurut Abdulgani, Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai
collective ideologie cita-cita bersama dari seluruh bangsa Indonesia. Pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang kemudian dituangkan dalam
suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro menyatakan bahwa Filsafat
Pancasila memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat dari
Pancasila. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar
epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan sistem
filsafat lain. Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro
menyatakan bahwa hakikat dasar ontologis Pancasila adalah manusia, sebab manusia
merupakan subjek hukum pokok dari Pancasila. Selanjutnya, hakikat manusia itu
adalah semua kompleksitas makhluk hidup, baik sebagai makhluk individu maupun
sebagai makhluk sosial. Secara lebih lanjut, hal ini bisa dijelaskan bahwa yang berke-
Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial
adalah manusia. Kajian epistemologis filsafat Pancasila, dimaksudkan sebagai upaya
7
Gianto, 2019. Pendidkan Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan. Ponorogo: PT Uwais
Inspirasi Indonesia, hlm 151.
untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Menurut Titus
terdapat tiga persoalan mendasar dalam epistemologytentang sumber
pengetahuanmanusia tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; dan tentang
watak pengetahuan manusia. Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana
diketahui bahwa Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sendiri serta
dirumuskan secara bersama-sama oleh “The Founding Fathers” kita. Jadi bangsa
Indonesia merupakan Kausa Materialis-nya Pancasila. Selanjutnya, Pancasila sebagai
suatu sistem pengetahuan memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam
arti susunan sila-silanya maupun isi arti dari sila-silanya. Susunan sila-sila Pancasila
bersifat hierarkis piramidal. Selanjutnya, sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologinya, yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.8
Sebelum mendeskripsikan filsafat pendidikan lebih jauh, terlebih dahulu akan
diuraikan terminologi dari filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan terdiri dari dua
frase kata, yaitu filsafat dan pendidikan. Filsafat membahas sesuatu dari segala
aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran ilmu
yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang biasa
diamati hanya sebagian kecil saja. Diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu
melihat yang diatas permukaaan lautsaja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami
sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran
dan renungan yang kritis.
Mengacu pada hal itu sebagaimana menurut Sadulloh menguraikan bahwa
filsafat dapat diartikan sebagai cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau
kebijaksanaan. Lebih jauh dijelaskan bahwa filsafat sering digunakan secara popular
dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun tidak sadar. Hal itu didasarkan
dari etimologi kata filsafat yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata philos dan
shopia. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan shopia artinya kearifan atau

8
Yoga Putra Semadi. “Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan Di Indonesia Menuju Bangsa
Berkarakter”. dalam Jurnal Filsafat Indonesia. Vol 2. No 2. 2019, hlm 83.
kebijaksanaan.Menurut pandangan tokoh-tokoh filsuf dunia, sebagaimana menurut
Plato filsafat dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli. Sedangkan menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, ekonomi, politik dan estetika. Demikian juga menurut Yamin. Filsafat
adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya. Sedangkan
pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan secara luas. Dalam arti
khusus, menurut Langevelg menguraikan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya.9
Eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir untuk menentang
zamannya. Ia lahir sebagai reaksi terhadap cara berpikir yang telah ada seperti
materialisme dan idealisme dan barangkali juga kekecewaan terhadap agama Kristen.
Hal ini terjadi akibat perang dunia, baik yang pertama maupun yang kedua.
Eksistensialisme menentang ajaran materialisme setelah memperhatikan manusia
sedalam-dalamnya. Materialisme mengajarkan manusia pada prinsipnya hanya benda
sebagai akibat dari proses unsur-unsur kimia, manusia sama saja dengan benda lain
seperti kerbau, pohon dan sebagainya. Tidak berbeda sama sekali antara keduanya
sekalipun ada kelebihan manusia apabila diperhatikan bentuknya. Eksistensialisme
terus menentang materialisme yang mengajarkan manusia pada dasarnya seperti
benda lain dan menurut materialisme manusia akan kembali kepada asal dari
percampuran unsur-unsur kimia dalam tanah seperti semula.
Dengan demikian, materialisme melupakan usaha atau cara manusia berada di
dunia karena kenyataannya manusia berjuang menghadapi dunia. Manusia tidak
semata-mata ada di dalam dunia, tetapi ia sadar, hidup dan mengalami adanya. Dunia
dihadapi manusia dengan memahami arti dan guna dari semua benda sehingga ia
mengerti apa yang ada di hadapannya. Manusia adalah subjek yang sadar. Oleh

9
I Putu Agus Aryatnaya. “Pancasila Sebagai Landasan Filosofi Pendidikan Nasional”, dalam
Jurnal Filsafat. Vol 12. No 1. 2021, hlm 115.
karena itu, kesalahan yang ditentang oleh eksistensialisme karena materialisme
memandang manusia sebagai materi semata-mata tanpa memperhatikan unsur lain.
Materialisme melupakan unsur potensi batiniah, rohaniah dari manusia. Padahal
manusia mempunyai kesadaran dan pikiran yang dimiliki dari asal kejadiannya.10
Dalil pertama dijabarkan lebih lanjut dalam dalil kedua. Dalil kedua berkaitan
dengan keadilan sosial. Perikemanusiaan yang dirumuskan sebagai dalil pertama,
harus dijalankan dalam kebersamaan. Dalam kebersamaan tersebut, diciptakan,
dimiliki dan digunakan barang barang yang berguna sebagai syarat sekaligus
perlengkapan hidup. Penjelamaan perikemanusiaan dalam kebersamaan dengan
sesama itulah yang disebut keadilan sosial. Dalil ketiga berkaitan dengan demokrasi.
Manusia hidup bersa ma orang lain dalam masyarakat. Hidup bermasyarakat berarti
mengadakan kesatuan karya yang hanya bisa terjadi kalau setiap orang saling
menghargai dan menghormati sesama sebagai pribadi. Setiap orang pantas dihormati
karena memiliki hak yang sama. Dalil keempat merupakan penjabaran
perikemanusiaan dalam aspek kebangsaan. Perikemanusiaan harus dilakukan dalam
hubungan dengan kesatuan manusia sebagai makluk historis. Kesatuan manusia
dalam penghayatan sejarah hidupnya turut membentuk manusia sebagai pribadi yang
konkret dengan segenap jiwa dan raganya. Kesatuan yang besar dalam ada bersama-
yang-lain dalam konteks keturunan, kebudayaan, peradaban yang terpatri dalam
sejarah hidup manusia itulah yang disebut kebangsaan. Dalil kelima merupakan dasar
perimakemanusiaan. Cinta kasih terhadap manusia sebagai sesama ciptaan bisa
terwujud karena cinta kasih dari dan kepada Sang Pencipta. Sang Pencipta
merupakan. Ada yang mutlak. Dia adalah dasar dari segala ada-bersama yang lain
nya. Dialah Sang Maha Ada, Sang Maha Ada itu bukan sesuatu tetapi Seseorang Dia
adalah Pribadi yang Maha Sempurna. Orang beragama menamakannya Tuhan Yang
Mahaesa. Oleh karena itu, manusia bukanlah sumber bagi dirinya sendiri. Keberadaan

10
Hisarma Saragi. 2021. Filsafat Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis, hlm 116.
manusia sebagai ada bersama dalam cinta kasih, sesungguhnya buah dari cinta kasih
dari dan kepada Sang Maha Cinta Kasih.11
Menghadapi era globalisasi ekonomi, ancaman bahaya laten terorisme,
komunisme dan fundamentalisme merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa
Indonesia. Akhir-akhir ini bangsa Indonesia patut mewaspadai pengelompokan suku
bangsa di Indonesia yang kini semakin kuat, yaitu ketika bangsa ini kembali dicoba
oleh pengaruh asing untuk di kotak-kotakan tidak saja oleh konflik vertikal tetapi
juga oleh pandangan terhadap ke Tuhanan Yang Maha Esa Rumusan pendidikan
tersebut meliputi keimanan dan ketakwaan, seni, ilmu, dan teknologi Pancasila
sebagai falsafah bangsa Indonesia merupakan karya besar bangsa Indonesia dan
merupakan lambang Ideologi bangsa Indonesia yang setingkat dengan ideologi besar
di dunia lainnya. Bangsa Indonesia menggunakan pancasila sebagai pedoman hidup
dalam kehidupan sehari hari, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila juga
dijadikan pedoman dalam pelaksaan pemerintahan. Untuk itu dalam hal memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia, pancasila mempunyai 3 tujuan
pokok yang mencangkup: tujuan nasional, tujuan pendidikan nasional, dan tujuan
pendidikan pancasila. Tujuan pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan pancasila dan UUD negara Indonesia tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia serta tangga terhadap tuntutan
perubahan zaman. Tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 12

11
Kasdin Sihotang. 2016. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT Universitas Katolik Indonesia
Atma Jaya. hlm 68.
12
T. Heru. Nurgiansah. 2021. Pendidikan Pancasila. Sumatra Barat: Pt Mitra Cendikia
Media. hlm 7.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinca keempat
Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam memorandum DPR-GR 9
Juni 1966 yang menandaskan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah
dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar
negara Republik Indonesia. Inilah sifat dasar pancasila yang pertama dan utama,
yakni sebagai dasar negara Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945 telah ditetapkan sebagai dasar negara pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang telah dianggap sebagai penjelmaan
kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka. Dengan syarat utama sebuah
negara menurut Emest Renan kehendak untuk bersatu dan memahami panggila dari
sejarahnya dapat diketahui bahwa pancasila merupakan sebuah kompromi dan
onsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua
golongan dan lapisan masyarakat Indonesia. Penetapan pancasila sebagai dasar
negara itu memberikan pengertian bahwa negara Indonesia adalah negara pancasila.
Hal im terkandung arti bahwa negara harus tunduk kepadanya, membela dan
melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan Mengenai hal itu, Kirdi
Dipoyudo menjelaskan bahwa negara pancasila adalah suatu negara yang didirikan,
dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warga negara Indonesia
(kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing masing dapat hidup layak sebagai
manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin
selengkapnya mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan Lahir
batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.13

Kesimpulan
Filsafat sebagai satu sistem pemikiran tersendiri yang khas tidak bisa lepas
dari apa yang terjadi di Yunani pada 600 SM, yakni awal ditinggalkannya pemikiran

13
Irwan Gesmi. 2018. Pendidikan Pancasila. Jawa Timur: PT Uwais Inspirasi Indonesia. hlm
5.
mitologis yang digantikan Filsafat bersifat rasional, artinya didasarkan atas penalaran
dan argumentasi yang bertumpu pada akal sehat, penjelasan yang dikeluarkan terbuka
bagi perdebatan dan boleh diuji oleh siapa pun guna menemukan kebenaran yang
mungkin sebelumnya tidak tampak.Berdasarkan pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-
sungguh. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-
bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila
yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara oindonesia, sehingga dapat
diartikan kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara
yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasar
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan
negara. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma,baik norma hukum, norma moral,
maupun norma kenegaraan lainnya. Di samping itu, terkandung juga pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis, dan komprehensif,
pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar yang memberikan
landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Daftar pustaka
Faisal R. Dongoran. “Membangun Generasi Emas Dalam Prespektif Filsafat
Pendidikan”, dalam Jurnal Tabula Rasa.Vol 11. No 1. 2014, hlm 6.
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=membangun+generasi+emas+dalam+perspe
ktif+filsafat+pendidikan&btnG=#d=gs_qabs&t=1665540184342&u=
%23p%3DcQHqlJhOqwQJ
Gianto, 2019. Pendidkan Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan. Ponorogo: PT
Uwais Inspirasi Indonesia..
Heri Herdiawanto. 2018, Spirtualisme Pancasilah. Jawa Tengah. PT: CV. Pena
Persada.
Hisarma Saragi. 2021. Filsafat Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
I Putu Agus Aryatnaya. “Pancasila Sebagai Landasan Filosofi Pendidikan Nasional”.
dalam Jurnal Filsafat. Vol 12. No 1. Maret 2021, hlm 113-115.
https://scholar.google.co.id/scholar?start=10&q=filsafat+pancasilah+
+pendidikan+indonesia&hl=id&as_sdt=0,5 -
d=gs_qabs&t=1665386298032&u=%23p%3DBlLR6Nz3WHcJ
Kasdin Sihotang. 2016. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya.
Sri Rahayu Amri. “Pancasilah Sebagai Sistem Etika”, dalam Jurnal Voice Of
Midwifery. Vol 08. No 01. 2018, hlm 5.
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pancasilah+sebagai+sisitem+etika&btnG=#
d=gs_qabs&t=1665540703653&u=%23p%3DYYrIcMi0eVAJ
Soedarso. “Pengembangan Sistem Filsafat Pancasila “, dalam Jurnal Filsafat. Vol 39.
No 01. 2006, hlm 42.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengembangan+sistem+filsafat+Pancasila+
&btnG= - d=gs_qabs&t=1665472023529&u=%23p
%3D8rgENUYU_qsJ
T. Heru. Nurgiansah. 2021. Pendidikan Pancasila. Sumatra Barat: PT Mitra Cendikia
Media.
Yoga Putra Semadi “Filsafat Pancasilah Dalam Pendidikan Di Indonesia Menuju
Bangsa Berkarakter”, dalam Jurnal Filsafat Indonesia. Vol 2. No 2. 2019,
hlm 82-83. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pancasila+sistem+filsafat&oq= -
d=gs_qabs&t=1665470642041&u=%23p%3D8QEf0NihAzQJ

Anda mungkin juga menyukai