Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME

NAMA : LUSY DWI AYU LESTARI

NIM : 191710101029

KELAS : 28

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Definisi Sistem Filsafat


Secara etimologi, kata filsafat berasal dari kata Yunani philosophia (dari
akar kata philein = mencintai, philos = cinta, dan sophia = kebenaran atau
kebijaksanaan) yang melahirkan kata Inggris philosophy atau kata Arab falsafah.
Jadi, kata majemuk philosophia berarti daya upaya pemikiran dan renungan
manusia untuk mencari kebenaran hakiki atau sejati dalam arti kebijaksaan atau
hikmat. Sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah kesadaran
pada pendiri negara yang akan berkelanjutan menjadi sebuah bahan baku yang
akan terus merangsang pemikir para filosofis berikutnya.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang mewarnai seluruh
peraturan hukum yang berlaku” mengacu pada arti komprehensif atau
menyeluruh, Dengan demikian, Pancasila merupakan suatu sistem mendasar dan
fundamental karena mendasari seluruh kebijakan penyelenggaraan negara.

Pengertian Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat karena isi dari sila – sila
Pancasila saling berhubungan satu sama lain secara runtut dan tidak mengandung
pernyataan bertentangan. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan suatu
pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di
Indonesia.
Istilah dalam Sistem Filsafat
Istilah Philosophisce Grondslag dan Weltanshauung merupakan dua
istilah yang sarat dengan nilai – nilai filosofis. Filsafat berada dalam lingkup ilmu
yang lebih bersifat teoritis dan abstrak, sementara Weltanschauung berada dalam
lingkungan hidup manusia serta lebih mengacu pada pandangan hidup yang
bersifat praktis.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai –
nilai filosofis yang terkandung dalam sila – sila Pancasila mendasari seluruh
peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan harus mendasari seluruh
peraturan perundang – undangan yang berlaku
Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai – nilai Pancasila itu
merupakan sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat
Indonesia, yang kemudian disepakati sebagai dasar filsafat negara
(Philosophische Grondslag). Weltanschauung merupakan sebuah pandangan
dunia (world – view).

Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat (filsafat Pancasila), artinya


refleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Hal – hal penting yang
sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem filsafat sebagai berikut
Pertama, meletakkan Pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan
harga diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis
dan juga merdeka dalam mengemukakan ide – ide pemikirannya untuk kemajuan
bangsa, baik secara materill maupun spiritual.
Kedua, Pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang
berakar dari nilai – nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga mampu dalam
menghadapi berbagai ideologi dunia.
Ketiga, Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk
menghadapi tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan
dan melemahkan sendi – sendi perekonomian yang berorientasi pada
kesejahteraan rakyat banyak.
Keempat, Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus
way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi
antara tindakan pemikiran.

Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat

a. Pendekatan Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus


Subjectivus
Pancasila sebagai genetivus objectivus, artinya nilai – nilai Pancasila
dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan
sistem – sistem dan cabang – cabang filsafat yang berkembang di Barat.
Pancasila sebagai genetivus subjectivus, artinya nilai – nilai
Pancasila dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang
berkembang, baik untuk menemukan hal – hal yang sesuai dengan nilai –
nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai – nilai yang tidak sesuai dengan
nilai – nilai Pancasila.
Kedua pendekatan tersebut saling melengkapi karena yang pertama
meletakkan Pancasila sebagai aliran atau objek yang dikaji oleh aliran –
aliran filsafat lainnya, sedangkan yang kedua meletakkan Pancasila sebagai
subjek yang mengkaji aliran – aliran filsafat lainnya.

b. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila


Ontologi menurut pandangan Bakker adalah ilmu yang paling
universal kareana objeknya meliputi seluruh bagian (ekstensif) dan menurut
segala aspeknya (intensif).
Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas
hakikat dan raison d’etre sila – sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara
Indonesia.Oleh karena itu, pemahaman atas hakikat sila – sila Pancasila itu
diperlukan sebagai bentuk pengakuan atas modus eksistensi bangsa
Indonesia.

c. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila


Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai – nilai Pancasila
digali dari pengalaman (empiris) bangsa Indonesia, kemudian dipadukan
menjadi sebuah pandangan yang komprehensif tentang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. Landasan Aksiologis Pancasila


Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang
terkandung dalam nilai – nilai Pancasila.

Hakikat (Esensi) Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia


bahwa Tuhan sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk. Kedua,
hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas 3
monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu,
sosial), kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan).
Ketiga, hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan. Keempat,
hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Kelima, hakikat sila
keadilan dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal dan komutatif.

Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal


dengan istilah “Philosophische Gronslag”. Gagasan tersebut merupakan
perenungan filosofis Soekarno atas rencananya berdirinya negara Indonesia
merdeka. Ide tersebut ternayata mendapat sambutan yang positif dari berbagai
kalangan, terutama dalam siding BPUPKI pertama pada tanggal 1 Juni 1945.
Namun, ide tentang Philosophische Gronslag belum diuraikan secara rinci, lebih
merupakan adagium politik untuk menarik perhatian anggota siding dan bersifat
teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa Pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia yang diangkat dari akulturasi budaya bangsa Indonesia.

Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat tidak hanya
bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai
pedoman hidup sehari – hari. Atas dasar inilah, Soeharto mengembangkan sistem
filsafat Pancasila menjadi penataran P-4. Sedangkan pada era Reformasi,
Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar resonasinya.

Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pertama, Kapitalisme yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan


individual pemilik modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih
keuntungan sebesar – besarnya merupakan upaya untuk menyejahterakan
masyarakat. Kedua, Komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai
reaksi atas perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


Pancasila sebagai Ideologi Negara
Kedudukan pancasila sebagai ideologi negara sering disebut sebagai dasar
filsafat negara. Dalam pengertian ini, Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta
norma untuk mengatur pemerintah atau penyelenggaraan negara. Sehingga, segala
sesuatu yang berjalan dalam lingkup kenegaraan ini berdasarkan atau berasaskan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Makna Pancasila bagi Suatu Negara


Negara sebagai lembaga kemasyarakatan, sebagai organisasi hidup
manusia pastinya memiliki cita-cita, harapan, ide-ide, dan pemikiran-pemikiran
yang secara bersama merupakan suatu orientasi yang bersifat mendasar bagi
semua tindakan dalam hidup kenegaraan. Keseluruhan pengetahuan tersebut
merupakan suatu landasan bagi seluruh warga negara untuk memahami alam serta
menentukan sikap dasar untuk bertindak dalam hidupnya.
Latar Belakang Pancasila Dijadikan sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai ideologi negara tidak terbentuk secara langsung dan
mendadak. Juga, bukan hanya diciptakan oleh seseorang, ataupun beberapa orang
dalam lingkup yang kecil, melainkan diciptakan melalui serangkaian proses yang
cukup panjang dalam sejarah Indonesia.
Secara kausalitas, sebelum disahkan menjadi suatu dasar filsafat negara,
nilai-nilai Pancasila sebenarnya sudah telah ada dan sudah berasal dari bangsa
Indonesia itu sendiri. Asal mula Pancasila dibedakan atas dua macam, yaitu asal
mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung.

1. Asal mula yang langsung


Asal mula secara ilmiah filsafat, dibedakan menjadi empat macam,
yaitu kausa materialis, kausa formalis, kausa efisien, dan kausa finalis. Teori-
teori tersebut dikembangkan oleh Aristoteles.
2. Asal mula yang tidak langsung
Asal mula tidak langsung Pancasila adalah bahwa unsur-unsur
Pancsila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan menjadi filsafat
negara, nilai-nilainya (nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan,
nilai Kerakyatan, nilai Keadilan) telah ada dan tercermin dalam kehidupan
sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara.

Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup,
namun bersifat reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini dimaksudkan
bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif, dan
senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-
nilai dasar yang terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan
wawasannya secara lebih konkret, sehingga memiliki kemampuan
reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa
berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek serta
zaman.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan, nilai-
nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka
adalah sebagai berikut.
1. Nilai Dasar, yaitu mengenai hakikat kelima sila Pancasila yang
meliputi Ketuhan Yang Maha Esa, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan.
2. Nilai Instrumental, yaitu yang merupakan suatu arahan, kebijakan,
startegi, sasaran, serta lembaga pelaksanaannya.
3. Nilai Praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental
dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat nyata, dalam
kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, maupun
bernegara.
Tantangan terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi, selain menghadapi tantangan dari ideologi –
ideologi besar dunia juga menghadapi dari sikap dan perilaku kehidupan yang
menyimpang dari norma – norma masyarakat umum, seperti unsur ateisme, unsur
individualisme dan kapitalisme. Selain itu, unsur – unsur lain yang
mempengaruhi tantangan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara meliputi
faktor eksternal dan faktor internal.

Hakikat Pancasila sebagai Ideologi Negara


a. Dimensi realitas mengandung makna bahwa nilai – nilai dasar yang
terkandung dalam dirinya bersumber dari nilai – nilai real yang hidup
dalam masyarakatnya.
b. Dimensi idealitas mengandung cita – cita yang ingin dicapai dalam
berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
c. Dimensi fleksibilitas mengandung relevansi atau kekuatan yang
merangsang masyarakat untuk mengembangkan pemikiran – pemikiran
baru tentang nilai – nilai dasar yang terkandung di dalamnya.
Peran Konkret Pancasila sebagai Ideologi Negara
a. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku
warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral.
b. Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai – nilai yang tidak
sesuai dengan sila – sila Pancasila.

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA

Arti Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan
pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup didunia. Pendapat atau pertimbangan
itu hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan
tempat hidupnya.
Setiap bangsa mempunyai cita-cita untuk masa depan dan menghadapi
masalah bersama dalam mencapai cita-cita bersama. Cita-cita kita sebagai bangsa
Indonesia tercantum dalam Pembukaan Undang -Undang Dasar 1945, yakni
mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur materil dan spiritual
berdasarkan Pancasila.
Pandangan hidup suatu bangsa adalah :
a. Cita-cita bangsa
b. Pikiran-pikiran yang mendalam
c. Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Pandangan hidup bangsa merupakan nilai yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang diyakini kebenarannya sehingga menumbuhkan tekad untuk
mewujudkannya. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dinilai sangat penting bagi masyarakat
Indonesia sendiri karena Pancasila dijadikan petunjuk atau pedoman hidup bagi
masyarakat Indonesia dalam segala kegiatan manusia.

Upaya Menjaga Nilai – Nilai Luhur Pancasila


Nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan suatu cerminan
dari kehidupan masyarakat Indonesia ( nenek moyang kita ) dan secara tetap telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu
kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai tersebut.
Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Upaya – upaya tersebut antara lain :
a. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran
khusus Pancasila pada setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke
perguruan tinggi.
b. Lebih memasyarakatkan Pancasila.
c. Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
d. Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap Pancasila.
e. Menolak dengan tegas paham – paham yang bertentangan dengan
Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai