Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AQIDAH

AKHLAK AL-HAUDH
(TELAGA)
Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas Aqidah Akhlak
Dosen Pengampu : Bapak Mu’tasim Lidinillah, Lc. M.si

Disusun Oleh :
Kelompok

 Dede Hilmi (20142011016)


 Eviani Oktavia (20142011021)
 Gita Yatna R (20142011027)
 Maya Rismayanti (20142011032)
 Siti Depi (20142011047)
 Velia Bernika (19142011049)
 Wulan Sri (20142011052)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKes) YPIB MAJALENGKA
Jl. Gerakan Koperasi No. 003 Majalengka
45411 Telp. (0233) 284098
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, segala puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat, rahmat serta
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda
besar Nabi Muhammad SAW.
Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
isi maupun teknik cara pembuatannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, agar makalah ini dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca.Penyusun mengucapkan banyak terima kasih.

Majalengka, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Rumusan Masalah
1
1.3 Tujuan Perumusan Masalah
1
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHAS
AN
2.1 Pengertian Al-Haudh (Telaga)
2
2.2 Gambaran Al-Haudh (Telaga)
2
2.3 Golongan Yang Ditolak Al-Haudh (Telaga)
3
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
3.2 Saran

ii
17
DAFTAR PUSTAKA

iii
LAMPIRAN – LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULU
AN

1.1 Latar Belakang Masalah


Segala sesuatu tidaklah luput dari ketentuan Allah SWT yang telah
mengkabarkan kepada kita semua para ummat-Nya, bahwasanya tiap-
tiap sesuatu bermula adalah mesti ada awal dan akhir, jika ada hidup
maka tentu ada mati, jika ada awal dijadikannya semesta alam maka
tentu pula semesta alam ini akan diakhiri oleh Allah SWT. Demikian pula
halnya dengan kehidupan makhluk-makhluk-Nya terlebih bagi jin dan
manusia.
Manusia hidup dalam rentang perjalanan yang amat sangat
panjang, yang diawali alam ruh, alam rahim, alam dunia, dan kehidupan
setelah mati. Tahapan kehidupan manusia itu tidak bisa dihindari atau
dipungkiri oleh siapapun. Karena hal tersebut sudah merupakan tahapan
dalam proses kehidupan manusia yang ditentukan oleh Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Al-Haudh (Telaga)?
2. Seperti apakah gambaran Al-Haudh (Telaga)?
3. Golongan seperti apakah yang ditolak oleh Al-Haudh (Telaga)?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Al-Haudh (Telaga)
2. Untuk mengetahui seperti apakah gambaran Al-Haudh (Telaga)
3. Untuk mengetahui golongan seperti apakah yang ditolak oleh Al-
Haudh (Telaga).

1.4 Manfaat
Setelah membaca dan mempelajari tentang Al-Haudh semoga

1
penulis dan juga pembaca menjadi lebih faham dan mengerti seperti

2
apakah Al-Haudh, dan menjadikannya sebagai acuan untuk berlaku
taat kepada Allah SWT dan juga Rasul-rasulnya.

3
BAB II
PEMBAHAS
AN

2.1 Pengertian Al-Haudh (Telaga)


Al-Haudh dalam bahasa adalah Telaga. Dalam bahasa Arab, Al-
Haudh yang artinya “Air yang tergenang dalam jumlah besar tetapi
bukan lautan”. Al-Haudh adalah tempat berkumpulnya air di tanah
Mahsyar yakni telaga yang diberikan Allah SWT kepada Nabi SAW dan
ummatnya sebagai bentuk penghargaan atau kemuliaan bagi mereka.
Keberadaan Al-Haudh adalah kepastian. Tidak bisa diingkari dan
diragukan keberadaannya.
Di antara perkara yang wajib diimani sehubungan dengan iman
kepada hari akhir adalah keberadaan al-haudh (telaga) Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kemuliaan yang Allah Ta’ala
berikan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang pada hari
kiamat nanti orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam sewaktu di dunia akan mendatangi dan
meminum air telaga yang penuh kemuliaan tersebut.

2.2 Gambaran Al-Haudh (Telaga)


Di antara hal yang wajib diimani oleh seorang Muslim adalah
iman kepada Haudhul Kautsar yang berarti telaga atau danau kautsar
sebagai bagian dari iman kepada hari akhir.
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushirin dari al-Muhtar
dari Anas berkata. Suatu hari ketika Rasulullah SAW di antara kami, tiba-
tiba Beliau tertidur sejenak, lalu Beliau mengangkat kepalanya sambil
tersenyum. Maka kami berkata, “Apa yang membuatmu tersenyum
wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Baru saja diturunkan kepadaku
satu surah.” Beliau pun membacakan surah itu, “Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.– Sungguh,

4
Kami telah memberimu (Muhammad) Al Kautsar, Maka laksanakanlah
shalat karena Tuhanmu, dan

5
berkurbanlah, Sungguh orang-orang yang membencimu dialah yang
terputus (dari rahmat Allah).” (Qs. Al Kautsar: 1-3) Kemudian Beliau
bersabda, “Tahukah kamu apa Al Kautsar?” Kami menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya ia adalah sungai
yang dijanjikan Tuhanku ‘Azza wa Jalla kepadaku, di atasnya terdapat
kebaikan yang banyak; yaitu telaga yang akan didatangi umatku pada
hari Kiamat, bejananya sejumlah bintang (di langit), lalu ada seorang
hamba yang ditarik darinya, maka aku pun berkata, “Yaa Rabbi,
sesunggunya ia termasuk umatku.” Allah berfirman, “Engkau tidak
mengetahui apa yang mereka perbuat setelahmu.” Ibnu Hujr
–salah seorang rawi- menambahkan dalam haditsnya, “(Rasulullah
SAW) berada di antara kami di masjid (HR. Muslim).
Hadits tentang telaga kautsar ini berkaitan dengan turunnya
surat Al-Kautsar. Menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir bin As-Sa’di
dalam Taisir al-Karim fi Tafsir Kalam al-Manan, menjelaskan bahwa
“Allah SWT berfirman kepada Nabi-Nya memberikan nikmat kepadanya,
“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.”
Yakni kebaikan yang banyak dan karunia yang melimpah yang di
antaranya adalah apa yang Allah berikan kepada Nabi SAW pada hari
Kiamat berupa sungai yang disebut dengan Al Kautsar, dan telaga yang
panjangnya selama sebulan, lebarnya selama sebulan, airnya lebih putih
daripada susu, lebih manis daripada madu, bejananya seperti bintang-
bintang di langit karena banyak dan bersinarnya. Barang siapa yang
meminumnya, maka dia tidak akan haus setelahnya selama-lamanya.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahih
Muslim Bab Hujjatu Man Qala al-Basmalah nomor 921. Juga
diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud Bab Fi al-
Haudh, nomor 4749.

2.3 Golongan Yang ditolak Al-Haudh (Telaga)


Haudhul kautsar memang disediakan untuk umat Muhammad
6
SAW dan suatu keistimewaan yang luar biasa dapat meminum air
telaga tersebut. Namun apakah seluruh pengikut Muhammad diberikan
kemudahan untuk mengakses air telaga kautsar tersebut.
Di dalam Hadits lain dijelaskan bahwa banyak orang yang akan
terusir dari telaga kautsar seperti diusirnya unta oleh pemilik telaga.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyaar, telah
menceritakan kepada kami Ghundar, telah menceritakan kepada kami
Syu’bah dari Muhammad bin Ziyaad, aku mendengar dari Abu Hurairah
bahwa Nabi SAW bersabda : Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-
Nya, sungguh akan banyak laki-laki yang ditolak (diusir) dari telagaku,
sebagaimana diusirnya unta asing dari telaga (pemilik unta) (HR. Al-
Bukhari).
Pada saat di Mahsyar nanti banyak sekali manusia yang datang
ke haudh Nabi SAW. Tetapi mereka ditolak dan tidak diizinkan, hal itu
karena semasa di dunia mereka melakukan sesuatu yang membuat
mereka terhalangi untuk mencapai haudh. Di antara orang-orang yang
terhalang dari haudh Nabi SAW, adalah :
a. Orang yang berpaling dari agama Allah SWT
b. Orang yang membuat bid’ah
c. Orang yang menyimpang dari kelompok mayoritas Islam
d. Orang yang dengan terang-terangan melakukan dosa besar
e. Orang yang berlebihan dalam berbuat kezhaliman.
Imam Ibnu Abdil Barr berkata, “Semua orang yang melakukan
perbuatan bid’ah yang tidak diridhai Allah dalam agama ini akan diusir
dari telaga Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada hari kiamat
nanti), dan yang paling parah di antara mereka adalah orang-orang
(ahlul bid’ah) yang menyelisihi (pemahaman) jama’ah kaum muslimin,
seperti orang-orang khawarij, syi’ah rafidhah dan para pengikut hawa
nafsu, demikian pula orang-orang yang berbuat zhalim yang melampaui
batas dalam kezhaliman dan menentang kebenaran, serta orang-orang
yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-terangan, semua mereka
7
ini dikhawatirkan termasuk orang-orang yang

8
disebutkan dalam hadits ini (yang diusir dari telaga Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam).

9
BAB IV

PENUT

UP

3.1 Kesimpulan

Al-Haudh merupakah sebuah telaga yang dijanjikan oleh Allah


SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang diatasnya terdapat kebaikan
yang banyak yang merupakan telaga yang akan didatangi umat muslim
pada hari Kiamat atas keimanan dan ketaatannya kepada Allah SWT,
yang dimana dapat menghilangkan haus selamanya.

3.2 Saran
Untuk penulis dan pembaca diharapkan dapat mencari referensi
lain dan ilmu lebih mengenai Al-Haudh ini dan menjadikannya acuan
untuk tetap berbuat kebaikan dan ketaatan pada Allah SWT dan juga
kepada Rasul-rasulnya.

1
DAFTAR
PUSTAKA

Bacaanmadani. 2018. “Pengertian Al-Haudh (Telaga) Rasulullah SAW di


Padang Mahsyar dan sifat-sifatnya”.
https://www.bacaanmadani.com/2018/02/pengertian-al-haudh-
telaga-rasulullah.html, diakses pada 22 Maret 2022 pukul 18.21
Muhammadiyah, Suara. 2021. “Hadits Telaga Al-Kautsar di Surga”,
https://suaramuhammadiyah.id/2021/03/17/hadits-telaga-al-
kautsar-di-surga/, diakses pada 22 Maret 2022 pukul 18.21
Tuasikal, Muhammad Abduh. 2017. “Telaga Kemuliaan Rasulullah pada
Hari Kiamat”, https://muslim.or.id/4624-telaga-kemuliaan-rasulullah
-pada-hari-kiamat.html, diakses pada 22 Maret 2022 pukul 18.21

Anda mungkin juga menyukai