Anda di halaman 1dari 22

KH AHMAD DAHLAN

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah Kemuhammadiyahan yang diampu oleh dosen pengampu:
Imam Hanafi,S.S.,M.Pd.

Disusun Oleh :

Ifan Pratama (1700001054)

Fiyanka R Kartika (1700001028)

Intan Nur Sakina (1700001045)

Aghtia Mutiara Larasati (1700001020)

Aprilia Puspita Sari (1800001164)

Kelas : A Kelompok : 2

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat,
dan anugerah-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “KH Ahmad Dahlan”
yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kemuhammadiyahan yang diberikan oleh
bapak Imam Hanafi. S.S, M.Pd. Tidak lupa ucapan terimakasih saya tujukkan kepada pihak-
pihak yang turut mendukung terselesaikannya makalah ini kepada bapak Imam Hanafi. S.S,
M.Pd. selaku dosen Kemuhammadiyahan.

Makalah yang berjudul “KH Ahmad Dahlan” berisi tentang nasab KH. Ahmad Dahlan,
Biografi KH. Ahmad Dahlan, pemikiran KH. Ahmad Dahlan, kepribadian KH. Ahmad
Dahlan, dan tokoh-tokoh KH. Ahmad Dahlan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai nasab KH. Ahmad Dahlan, Biografi KH. Ahmad Dahlan,
pemikiran KH. Ahmad Dahlan, kepribadian KH. Ahmad Dahlan, dan tokoh-tokoh KH.
Ahmad Dahlan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat, mengingat tidak ada yang sempurna
tanpa adanya saran yang mendukung.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 12 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Nasab KH Ahmad Dahlan...............................................................................................4
B. Biografi KH Ahmad Dahlan...........................................................................................5
C. Pemikiran KH Ahmad Dahlan........................................................................................7
D. Kepribadian KH Ahamad Dahlan.................................................................................12
E. Tokoh-tokoh awal Muhammadiyah..............................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam era Islam di Indonesia telah lahir beberapa organisasi pergerakan
Islam. Lahirnya Organisasi-organisasi Pergerakan tersebut seperti Muhammadiyah,
Al-Irsyad, Persatuan Islam. Adapula yang berpegang teguh pada mazhab seperti
Nahdatul Ulama, Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan Al Wasliyah. Organisasi-
organisasi tersebut telah banyak ditulis oleh para ahli sesuai dengan bidangnya
masing-masing, terutama Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama karena kedua
organisasi tersebut merupakan organisasi terbesar di Indonesia yang di prakarsai oleh
tokoh-tokoh kepemimpinan yang bersifat pribadi. Faktor yang menggerakkan
berdirinya Organisasi Muhammadiyah pada waktu itu di tengah kehadiran pemerintah
Belanda serta misi Kristenisasi di Indonesia. Pada masa itu, orang yang beragama
Islam selalu di golongkan kepada penduduk pribumi, apakah Melayu, Jawa atau yang
lain. Di antara orang – orang Batak yang ketika itu banyak yang terdiri dari orang –
orang yang berkepercayaan berbega, yang meninggalkan agamanya untuk masuk
Islam, dikatakan mengubah kebangsaan atau kesukuannya menjadi Melayu. Demikian
pula halnya dengan orang Cina di Sumatra yang masuk Islam, merekapun disebut
menjadi Melayu, di Jawa semua orang bumi putera disebut wong Selam, orang Islam.
Sebaliknya Barat atau Belanda disamakan dengan Kristen atau Kafir. Orang-orang
Indonesia yang mengirimkan anak-anak mereka sekolah ke sekolah Belanda ataupun
ke sekolah Melayu/Jawa yang didirikan oleh pemerintah Belanda sering dituduh
menyuruh anak – anak itu masuk agama Kristen.
Tuduhan itu sering di lontarkan walaupun banyak di antara guru-guru sekolah
tersebut terdiri dari orang Indonesia yang beragama Islam, maka tidaklah jarang
terjadi bahwa seorang Kyai atau guru ngaji mengeluarkan fatwa bahwa memasuki
sekolah Belanda adalah Haram, atau sekurang-kurangnya menyalahi Islam. Fatwa
yang sama di keluarkan pula berhubungan dengan pakaian orang-orang Indonesia
yang memakai pakaian ala Eropa di anggap meniru-niru orang Eropa atau Belanda,
yaitu orang-orang Kristen dan kadangkala dianggap pula telah menjadi kafir. Lebih-
lebih memakai dasi. Celana pantalon dan topi-topi ala Eropa, sangatlah di benci oleh
Kyai atau guru mengaji umumnya yang menghukum pemakaian dasi, celana pantalon,

1
dan topi tadi sebagai haram. Oleh karena penduduk pribumi, yang mengenal eratnya
hubungan agama dengan pemerintahan, setelah masuk Kristen, akan menjadi warga
yang loyal lahir dan batin bagi kompeni, sebutan yang di berikan kepada administrasi
Belanda. Politik Kolonial Belanda mempunyai kepentingan terhadap penyebaran
agama Kristen di Indonesia. Berbagai macam tantangan saat ini bagi umat Islam
ketika sekolah dan rumah sakit didirikan sebagai alat bagi misi Kristenisasi.
Perjuangan Organisasi Muhammadiyah sebagai Organisasi sosial Islam untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia telah dirintis sejak 18 November 1912
oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan, didirikan di Yogyakarta atas saran yang di ajukan oleh
murid- muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo.
Organisasi ini didirikan dengan tujuan “ menyebarkan pengajaran kanjeng
Nabi Muhammad S.A.W kepada penduduk bumi putera” dan memajukan hal agama
Islam kepada anggota-anggotanya. Untuk mencapai kemajuan organisasi dengan cara
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, PKU (Penolong Kesengsaraan Umum),
mendirikan Rumah Yatim Piatu, mendirikan organisasi wanita yang bernama
Sopotrisno menjadi Aisyiyah, rapat – rapat dan tabligh yang membicarakan masalah-
masalah Islam dan mendirikan wakaf dan membangun masjid-masjid serta penerbitan
buku – buku, brosur-brosur, surat-surat kabar dan majalan-majalah. Keberhasilah
organisasi ini tidak lepas dari biografi Kyai Haji Ahmad Dahlan yang memiliki
pribadi yang kuat dan caranya berpropaganda dengan memperlihatkan toleransi dan
mengenalkan pembaharuan di Mesir sehingga dengan organisasi Muhammadiyah
sebagai jalan untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran pembaharuan – pembaharuan
tersebut di Indonesia. Salah satu semboyan dari kyai Haji Ahmad Dahlan “jangan cari
penghasilan di Muhammadiyah, tetapi hidup – hidupilah Muhammadiyah”. Inilah
yang akan di teliti apakan realisasi semboyan ini masih berlaku bagi anggotanya dan
bagaimana mencapai kesejahteraan keluargannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka,rumusan masalah dalam penelitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bagaimana Nasab KH Ahmad Dahlan


2. Bagaimana Biografi KH Ahmad Dahlan
3. Bagaimana Pemikiran KH Ahmad Dahlan
4. Bagaimana Kepribadian KH Ahamad Dahlan

2
5. Bagaimana Tokoh-tokoh awal Muhammadiyah

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Nasab KH Ahmad Dahlan
2. Untuk mengetahui Biografi KH Ahmad Dahlan
3. Untuk mengetahui Pemikiran KH Ahmad Dahlan
4. Untuk mengetahui Kepribadian KH Ahamad Dahlan
5. Untuk mengetahui Tokoh-tokoh awal Muhammadiyah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nasab KH Ahmad Dahlan


Kata nasab yang sering kita dengar tentunya berasal dari bahasa arab yakni
kata “an nasab” yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia yakni keturunan atau
kerabat. Kata nasab juga berarti memiliki ciri atau atau memberikan karakter
keturunannya. Adapun dalam kamus besar bahasa Indonesia kata nasab itu sendiri
tidak memiliki perbedaan ari atau pergeseran makna. Nasab dalam kamus besar
bahasa Indonesia artinya keturunan terutama keturunan dari pihak bapak. Inilah
silsilah nasab KH Ahmad Dahlan :

1. Nabi Muhammad SAW


2. Fatimah Az-Zahra
3. Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
4. Al-Imam Sayyidina Hussain
5. Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
6. Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
7. Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
8. Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
9. Sayyid Muhammad An-Naqib bin
10. Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
11. Ahmad al-Muhajir bin
12. Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
13. Sayyid Alawi Awwal bin
14. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
15. Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
16. Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
17. Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
18. Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
19. Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin
20. Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin
21. Sayyid Ahmad Shah Jalal /Ahmad Jalaludin Al-Khan bin

4
22. Sayyid Syaikh Jumadil Qubro/ Jamaluddin Akbar Al-Khan bin
23. Sayyid Maulana Malik Ibrahim Asmoroqandi / Syech Samsu Tamres bin
24. Adipati Andayaningrat / Kyai Ageng Penging Sepuh / Syarif Muhammad
Kebungsuan II
25. Kyai Ageng Kebo Kanigoro bergelar Kyai Ageng Banyu Biru bergelar Kyai
Ageng Gribig I bergelar Sunan Geseng
26. Ki Ageng Gribig II .
27. Ki Ageng Gribig III / Kyai Getayu
28. Ki Ageng Gribig IV
29. Ki Demang Juru Sapisan
30. Ki Demang Juru Kapindo
31. Kyai Ilyas
32. Kyai Murthada
33. KH. Muhammad Sulaiman
34. KH. Abu Bakar
35. KH Ahmad Dahlan Pendiri PP Muhammadiyah.

Mungkin ada penyesuaian lagi jika ada nasab yang ditemukan dari sumber
yang lebih tua lagi. Data Silsilah Nasab KH Ahmad Dahlan diatas merujuk catatan
kuno Pangeran Kajoran tahun 1677 yang menyebutkan bahwa Kyai Ageng Gribig Jati
Anom bernama lain Sunan Geseng murid dari Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar
serta menantu dari Sunan Pandanaran II beliau lebih di kenal dengan sebutan Kyai
Ageng Kebo Kanigoro dari Pajang. Pada jaman dulu jamak satu orang mengunakan
beberapa nama penyamaran untuk menyembunyikan jati diri mereka atau menghindar
dari kejaran tentara Demak Bintaro.

B. Biografi KH Ahmad Dahlan


K.H. Ahmad Dahlan memiliki nama kecil Muhammad Darwis, ia lahir dari
sebuah keluarga muslim di Kauman Yogyakarta pada 1 Agustus 1868. Sebutan K.H.
Ahmad Dahlan itu sendiri didapatkan saat setelah sekembalinya menunaikan ibadah
haji dari Mekkah. K.H. Ahmad Dahlan merupakan anak ke empat dari tujuh
bersaudara, ia merupakan keturunan ke duabelas dari Maulana Malik Ibrahim,salah
satu seorang walisongo dalam penyebaran agama Islam ditanah Jawa. Ayah K.H.

5
Ahmad Dahlan bernama K.H. Abu Bakar bin K.H. Sulaiman, seorang ulama dan
khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Ibunya bernama Siti Aminah Putri
dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
pada masa itu. Kampung Kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat Muhammad
Darwis dibesarkan dengan demikian merupakan lingkungan keagamaan yang sangat
kuat, yang berpengaruh besar dalam perjalanan hidup Muhammad Darwis di
kemudian hari. Kauman kemudian secara popular menjadi nama dari setiap daerah
yang berdekatan letaknya dengan masjid. Suasana kampung Kauman yang sangat anti
penjajah tidak memungkinkan Muhammad Darwis memasuki sekolah yang dikelola
oleh pemerintah jajahan. Pada waktu itu siapa yang memasuki sekolah Gubernemen,
yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah jajahan, dianggap kafir atau
Kristen. Sebab itu, Muhammad Darwis tidak menuntut ilmu pada sekolah
Gubernemen, ia mendapat Pendidikan, khususnya Pendidikan keagamaan dari
ayahnya sendiri (Weinata, 1995: 37-39).

Pendidikan Muhammad Darwis semasa kecilnya pertama kali dididik oleh


ayahnya sendiri mengenai baca tulis al-Quran dan pengetahuan agama Islam.
Pendidikan Islam pada waktu itu biasanya dilakukan di pondok atau pesantren
ataupun surau-surau (Sembodo, 2009: 59). Pada usia 8 tahun Muhammad Darwis
telah berhasil menyelesaikan pelajaran membaca al-quran serta menghafal 20 sifat-
sifat Allah. Setelah mencapai usia yang cukup dan pemahaman keIslaman yang baik
kemudian Muhammad Darwis belajar kepada beberapa ulama, seperti pengetahuan
Fiqh yang dipelajarinya dari K.H. Muhammad Saleh, pengetahuan nahwu dari K.H.
Muhsin, dan pengetahuan lainnya. Diantara guru-guru K.H. Ahmad Dahlan yang
lainnya adalah K.H.R. Dahlan, K.H. Mahfuz, Syaikh Khayyat Sattokh, Syaikh Amin,
dan Sayid Bakri. Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad
Dahlan menjadi tenaga pengajar agama dikampungnya. Disamping itu, ia juga
mengajar di sekolah negeri, seperti Kweekschool (sekolah Pendidikan guru) di jetis
(yogyakarta) dan Opleiding School Voor Inlandhsche Ambtenaren (OSVIA, sekolah
untuk pegawai pribumi) di Magelang, sambal mengajar, ia juga berdagang dan
bertabligh (Samsul, 2013: 194-195).K.H. Ahmad Dahlan diakui sebagai salah seorang
tokoh pembaharu dalam pergerakan Islam di Indonesia, antara lain karena mengambil
peran dalam mengembangkan Pendidikan Islam dengan pendekatan-pendekatan yang
lebih modern (Suwendi, 2004: 92). Gagasan pemeikiriannya tersebut didapatinya

6
ketika ia bermukim di mekkah selama 5 tahun untuk menuntut ilmu agama pada tahun
1888 dan pada tahun 1903 selama 3 tahun sekembalinya ke kampung. Dalam
kegiatannya menimba ilmu agama di mekkah K.H. Ahmad Dahlan banyak belajar
bersama Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Ide pembaharuan Pendidikan
Islam pula banyak dipengaruhi utamanya pemikiran tokoh-tokoh pembaharuan Islam
timur tengah, diantaranya ialah Jamaludin al-Afgani (1838-1897), Muhammad Abduh
(1849-1905), dan Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935) melalui kitab-kitabya.
Pemikiran mengenai pentinganya kemurnian ajaran Islam telah dirintis oleh para
tokoh terdahulu seperti Ibnu Taimiyah yang mendorong pentingnya untuk kembali
kepada sumber Islam yang asli, yaitu Al-Quran dan Sunnah.

Selanjutnya muncul pemikiran pembaruan dari Muhammad bin Abdul Wahab


pada abad ke-18 yang melancarkan kritiknya terhadap berbagai praktik yang
menyimpang dari ajaran Islam. Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab yang
kemudian popular dengan ajaran wahabi mendapatkan pengaruhnya ketika Ibnu Saud
tampil memerintah Hijaz menggantikan Syarif Kasim. Jamaluddin al-Afghani,
Muhammad Abduh,dan Rasyid Ridha yang muncul kemudian memperkuat dorongan
bagi pembaruan keagamaan untuk memperbaiki kondisi umat dan dunia Islam
(Nurhayati, 2009: 85). Sebagaimana diketahui bahwa tafsir al-Manar karya
Muhammad Abduh lebih mengedepankan pemikiran rasional dalam memahami
pesan-pesan Al-Quran (Nurhayati, 2009: 84). Gagasan tersebut banyak
mempengaruhi pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dalam pembaharuan Islam di
Indonesia. Beberapa kitab yang lain adalah al-Islam wa Nasroniyah karangan Abduh,
Idzar al-Haq karangan Rahmatullah al-Hindi, dan juga kitab-kitab hadis karangan
ulama-ulama Mazhab Hambali (R.H. Hadjid: 4-5). Selain gagasan pemikiran-
pemikiran pembaharuan Islam yang ia pelajari, atas saran yang diajukan oleh murid-
muridnya dan beberapa anggota Budi Utomo mendorong K.H. Ahmad Dahlan untuk
mendirikan suatu lembaga Pendidikan.

C. Pemikiran KH Ahmad Dahlan


Pemikiran pembaharuan K.H Ahmad Dahlan tidak bisa dilepakan dengan
tiga tokoh pembaruan Islam yang sangat berpengaruh dari timur tengah, tokoh
tersebut ialah Jamaludin al-Afgani (1838-1897), Muhammad Abduh (1849-1905),
Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935). Ketiga tokoh pembaruan Islam inilah yang

7
mempengaruhi pemikiran K.H. Ahmad Dahlan untuk melaksanakan kegiatan
pembaruan di Indonesia.

1. Jamaludin al-Afgani (1838-1897)

Jamaluddin al-Alghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam


Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu negara Islam ke
negara Islam lain. Jamaluddin lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan
meninggal dunia di Istanbul di tahun 1897. Pemikiran pembaharuannya berdasar
atas keyakinan bahwa Islam adalah yang sesuai untuk semua bangsa, semua
zaman dan semua keadaan. Untuk interpretasi itu diperlukan ijtihad dan ijtihad
baginya terbuka (Harun, 2003: 46-47). Jamaluddin al-Afghani juga
mengembangkan pemikiran dan gerakan Salafiyah, yakni aliran keagamaan yang
berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus
kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan
oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa disebut Salaf (pendahulu) yang saleh
yaitu Muhammad SAW yang membawa ajaran Islam yang murni. Untuk
mencapai pembaharuan tersebut cara-cara yang harus dilakukan antara lain, 1).
Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan; 2) orang harus yakin
bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat budi luhur; 3) rukun iman harus
betul-betul menjadi pandangan hidup; dan 4)setiap generasi umat harus ada
lapisan istimewa untuk memberikan pengajaran dan Pendidikan kepada manusia
bodoh, memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan disiplin (Akmal, 2017: 14-
15).

2. Muhammad Abduh (1849-1905)


Salah satu murid al-Afghani adalah Muhammad Abduh yang lahir di Mesir
Hilir tahun 1849 M. Muhammad Abduh bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani
pada waktu beliau meneruskan pendidikannya di Kairo. Mereka dituduh
bersekongkol untuk menggulingkan Khadefi Tawfiq sehingga dibuang keluar
Kairo. Kemudian dibolehkan kembali ke kota dan diserahi tugas memimpin surat
kabar resmi al-Waqai al-Mishriyyah. Ia memberontak pada tahun 1882 M.
dibawah pimpinan Urabi Pasya yang menyebabkan ia dibuang keluar Negeri,
pertama kali ke Beirut, lantas ke Paris. Disana ia bertemu lagi dengan Jamaluddin
al-Afghani dan menerbitkan al-Urwah al-Wutsqa (Machfud, 2013: 349). Perlu

8
ditegaskan bahwa bagi Muhammad Abduh tidak cukup hanya kembali kepada
ajaran-ajaran asli itu, seabagai yang dianjurkan oleh Muhammad Abd al Wahab.
Karena zaman dan suasana umat Islam sekarang telah jauh berubah dari zaman
dan suasana umat Islam zaman klasik, ajaran-ajaran asli itu perlu disesuaikan
dengan keadaan modern sekarang. Penyesuaian itu, menurut Muhammad Abduh
dapat dijalankan. Paham Ibn Taimiyah bahwa ajaran-ajaran Islam terbagi dalam
dua kategori, ibadat dan muamalat (hidup kemasyarakatan manusia) diambil dan
ditonjolkan Muhammad Abduh. Ia melihat bahwa ajaran-ajaran yang terdapat
dalam al-quran dan hadist mengenai ibadat bersifat tegas, jelas dan terperinci.
Sebaliknya ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan umat hanya merupakan
dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum yang tidak terperinci. Seterusnya ia melihat
bahwa ajaran-ajaran yang terdapat dalam al-quran dan hadist mengenai soal-soal
kemasyarakatan itu hanya sedikit jumlahnya.Karena prinsip-prinsip itu bersifat
umum tanpa perincian, Muhammad Abduh berpendapat bahwa semua itu dapat
disesuaikan dengan tuntutan zaman (Harun, 2003: 54).
3. Rasyid Ridha (1865-1935)

Rasyid Ridha adalah murid Muhammad Abduh, ia lahir pada tahun 1865
di al-Qalamun suatu desa di Lebanon. Ia mulai mencoba menjalankan ide-ide
pembaharuan itu ketika masih berada di syiria, tetapi usaha-usahanya mendapat
tantangan dari pihak kerajaan usmani. Ia mereasa terikat dan tidak bebas dan oleh
karena itu memutuskan pindah ke Mesir, dekat dengan Muhamamd Abduh . pada
bulan Januari 1898 ia sampai di negeri gurunya ini. Beberapa bulan kemudian ia
mulai menerbitkan majalah yang termasyhur, al-Manar. Di dalam nomor pertama
dijelaskan bahwa tujuan al-Manar sama dengan tujuan al-Urwah al-Wusqa, antara
lain, mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi,
memberantas takhyul dan bidah-bidah yang masuk kedalam tubuh Islam,
menghilangkan paham fatalism yang terdapat dalam kalangan umat Islam, serta
paham-paham salah yang dibawa terekat-tarekat tasawuf, meningkatkan mutu
Pendidikan dan membelaumat Islam terhadap permainan politik negara-negara
barat (Harun, 2003: 60-61). Rasyid Ridha memfokuskan perhatiannya
mengadakan modernisasi di bidang hukum Islam dengan mengedepankan
supremasi al-Quran dan Sunnah. Rasyid Ridha berpendapat bahwa umat Islam
mundur karena tidak lagi menganut ajaran Islam yang sebenarnya. Maryam

9
Jameelah sebagaimana dikutip oleh Sumper Mulia Harahap (2014) mengatakan
bahwa ada empat point yang diperjuangkan Rasyid Ridha dalam wacana
modernisme Islam yaitu 1) Pemurnian (purifikasi) ajaran Islam dari pengaruh-
pengaruh menyimpang, khususnya terhadap ajaran-ajaran sufisme dan tarekat
yang sesat; 2) Reformasi Pendidikan tinggi Islam sesuai dengan tantangan zaman
modern; 3) Reinterpretasi doktrin Islam menurut pemahaman modern dan; 4)
mempertahankan integritas dunia Islam dari rongrongan Barat (Sumper, 2014:
259).

KH. Ahmad Dahlan memberikan banyak sumbangansih berupa gagasan,


pokok-pokok pikiran dan ide, yang berkaitan dengan islam dan umatnya, demi
pemurnian dan pengembangan umat islam yang lebih berkemajuan. Pokok
gagasan pemikirannya tentag islam dan keutamatan, diantaranya adalah :

1. Gagasan dan pokok-pokok pikiran tidak akan dilakukan oleh orang perorang,
karena itu perlu mendirikan sebuah wadah, yakni organisasi yang diberi nama
“Muhammaduyah”. Ide mendirikan organisasi sebagai wadah peruangan

bukanlah tanpa alasan, ia telah lama melakukan kajian terhadap ayat al-Quran
surah Ali Imran ayat 104 yang berbunyi :

Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang


meyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran: 104).

10
2. Arah kiblat yang digunakan umat islam Indonesia yang mengarah lurus ke
Barat adalah sesuatu yang keliru. Itu beraryi sholat umat islam Indonesia
mengarah persis ke Afrika, karena itu arah kiblat umat islam Indoneisia perlu
diubah menjadi menjadi miring sedikit ke kanan (dialog dalam film Sang
Pencerah).
3. Islam tidak hanya dipahami secara kognitif semata, tetapi ada kewajiban untuk
menerjemahkan kedalam bentuk aksi sosial sebagai wujud perbaikan
masyarakat. Dalam bahasa sekarang, seseorang yang mendalami islam tidak
hanya dituntut mempunyai kesalehan individual semata, tetapi juga perlu
memiliki kesalhean sosial yang justru meruakan suatu keharusan untuk
dilakukan sebagai bukti kedalaman iman yang dimilikinya (Tamimi, 1990: 4).
4. Pemahaman terhadap kedua sumber ajaram islam perlu penggunaan akal dan
hati menajdi sesuatu yang tidak bisa ditolak. Dengan cara demikian, akan
ditemukan islam yang sebenar-benarnya (Timimi, 1990: 6).

5. Kebenaran al-Quran itu sesuai dan pararel dengan kebenaran sosial dan
natural. Kebenaran ilmu pengetahuan tekonologi dan kebenaran tafsir atas teks
dilihat dari fungsi pragmatis menguah sejarah ke arah lebih baik dan adil
(Mulkhan, 2010: 146).
6. Untuk mewujudkan obsesi masa depan islam Indonesia, ia berpendapat
perluna rekrontuksi menyeluruh atas etos kerja, keilmuan sampai metodologi
pemahaman islam yang tepat (Hidayat, dkk, 2010: 37).

7. Bahwa islam yang dianut umat terkesan berwajah terbelakang, bodoh dan
miskin. Padahal, islam adalah agama yang hidup, dinamis dan menggerakkan
kehidupan, bukan agama yang mati dan statis. Hal ini terjadi karena islam
tidak dikembalikan secara langsung pada sumbernya yang murni, yakni al-
quran dan as-sunnah, dan diahami dengan menggunakan akal fikiran yang
sehat melalui ijtihad, untuk kemudian ditransformasikan ke dalam relitas ke
kehidupan para pemeluknya (Nashir, 2000:3-4).
Pemikiran-pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang dikemukakan tersebut, masih
merupakan bagian kecil ide dan gagasannya. Namun, bila menganalisis lebih jauh dari
aktivitas dan gerakan yang dilakukannya, secara lebih jauh, maka kita menemukan
banyak ide dan pemikirannya yang dapat dijadikan pelajaran. Mulkhan (2007: 84-85)
mengungkapkan bahwa dari kajian kritis terhadap perilaku dan pemikiran KH.
Ahmad Dahlan, diteukan beberapa hal penting, antara lain :

11
1. Iman bukan sekedar kesaksian lisan dalam ucapan kalimat syahadat, tetapi juga
sekaligus tindakan atau amal saleh dan aksi sosial.
2. Kesalehan atau amal saleh bukan sekedae memnuhi aturan fiqh, tetapi
membebaskan manusia dari penyakit fisik dan mental, kemiskinan, ketakutan,
ketindasan dan kebodohan.
3. Mengembangkan kesalehan personal menjadi gerakan kesalehan sosial untuk
tujuan-tujuan antara lain meningkatkan kesejahteraan sosial dan menghikangkan
kesenjangan sosial.
4. Menjadikan organisasi dan manajemen modern sebagai alat dan media kegiatan
ibadah dan amal saleh.
5. Berpikir dengan akal sehat didalam oengembangan ilmu pngetahuan dan teknologi
(iptek) adalah tindakan ihsan sebagai realisis ibadah, iman dan amal shaleh.
6. Terus- menerus memperbarui pemahaman terhadap al-quran (dan sunnah) secara
kritis dengan menggunakan akal.

D. Kepribadian KH Ahamad Dahlan


1. Mencintai ilmu pengetahuan

Kepribadian KH. Ahmad Dahlan yang cinta ilmu pengetahuan dapat


dilihat dari sejarah hidupnya. Permulaan pendidikannya tentang dasa-dasar agama
islam diperoleh di pangkuan ayahanda, KH. A bu Bakar (di rumah sendiri). Sejak
usia 7 tahun beliau sudah dapat membaca al-Quran dengan khatam. Beliau
merupakan orang yang cerdas dalam pemikiran dan dapat mempengaruhu kawan-
kawan sepermainanya. Setelah usia beranjak dewasa, mulai membuka kitab-kitab,
mengaji ilmu fiqih bersama KH. Muh Saleh, dan ilmu nahwu bersama KH.
Mushin. Kedua guru tersebut merupakakan kakak ipar yang tinggal satu kampung
dan berdampingan rumahnya. Selain itu, beliau juga berguru kepada KH.Muh
Noor bin KH. Fadlil, seorang kepala penghulu hakim kota Yogyakarta dan KH.
Abdulhamid di kampung Lempuyangan Wangi, Yogyakarta.

Kecintaan ilmu KH. Ahmad Dahlan juga dapat dilihat pada masa beliau
berada di Makkah pada saat melaksanakan ibadah haji. Selain melaksanakan
ibadah haji, KH. Ahmad Dahlan belajar ilmu agama islam. Selain dipandang
sebagai tempat munculnya agama islam dan negeri yang penuh mengandung
riwayat perjuangan agama, sejak Nabi Ibrahim sampai Nabi Muhammad, di
Makkah banyak juga ulama besar dari berbagai bangsa dan khususnya ulama
12
bangsa Indonesia yang telah menetap disana. Berbekal ilmu yang didapat ketika di
Indonesia dan ditambah belajar pada para ulama di Makkah maka bertambahlah
ilmu pengetahuannya. Sepulang dari Makkah, beliau membantu memberi
pelajaran kepada murid-murid ayahnya yang belajar di waktu siang (ba’da dsuhur)
dan sore (ba’da maghrib dan isya’). Beliau sering diberi tugas oleh ayahnya (KH
Abu Bakar) untuk mengajar, kecuali pengajian sore ba’da ashar yang sepenuhnya
masih diasuh ayahnya.

2. Suka berderma dan menolong sesama

KH. Ahmad Dahlan mengajarkan bahwa manusia harus bersiap


menghadapi kematian, dengan jalan menyelesaikan urusan-urusannya kepada
Allah dan dengan sesama manuia. Baginya, mati adalah bahaya besar tetapi lupa
kepada kematian adalah bahaya yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan agar
manusia selamat dari siksa neraka dengan berbuat amala kebajikan, yaitu beramal
dengan memberikan sebagian harta endanya untuk kemajuan agama islam. Karena
itu, menurut KH. Ahmad Dahlan, mati sebaga pendorong seseorang untuk
beramal.Menurut beliau, mengumpulkan ilmu, nazar dan uang adalah untuk
diambil manfaatnya dan dibagikan, bukan demi kemegahan dan diketahui orang
lain.karena pada dasarnya manusia dianjurkan untuk bekerja mencari rezeki yang
halal, kemudian membelanjakan untuk kepentingan umat, misalnya : zakat, infaq,
sedekah, wakaf, dan santunan kepada orang miskin dan anak yatim. Kepribadian
KH. Ahmad Dahlan yang suka berderma dan menolong sesama dapat dipeajari
dari kisah beliau pada waktu menjual barang-barang miliknya demi membayar
gaji guru.

Siang itu di tahun 1921, KH. Ahmad Dahlan tiba-tiba memukul kentongan
yang ada dirumahnya. Kentongan dipukulnya keras-keras suaya warga datang dan
berkumpul di rumahnya. Tidak lama kemudian warga Kauman berdatangan. Saat
warga sudah berkumpul beliau pun kemudian berpidato. Beliau menceritakan
bahwa uang kas Muhammadiyah kosong. Padahal, Muhammadiah memerlukan
uang untuk membayar gaji guru dan karyawan. KH. Ahmad Dahlan kemudia
ingin melelang barang-barang yang ada dirumahnya. Pakaian, lemari, kursi
bahkan lampu-lampunya juga dilelang. Uangnya akan digunakan untuk membayar
gaji guru dan membiayai sekolah atau madrasah Muhammadiyah. Mendengar

13
kenginanan KH. Ahmad Dahlan tersebut, warga kaget. Seketika itu, beberapa
warga Kauman yang kaya dan menjadi pengusaha maupun juragan segera berebut
dalam lelang barang milik KH. Ahmad Dahlan. Barang pribadi dan perlengkapan
rumah tangga milik KH. Ahmad Dahlan dalam waktu singkat habis terlelang.
Begitu semua sudah terlelangm warga Kauman yang hadir segera meninggalkan
rumah KH. Ahmad Dahlan tanpa membawa satu pun barang yang dibeli. KH.
Ahmad Dahlan bingung, lalu ditanyakanlah kepada para peserta lelang : saudara-
saudara silahkan barang yang sudah dilelang ini dibawa pulang, atau jika
sesusahan akan saya antar kerumah masing-masing. Para pemenang lelang lalu
menjawab :tidak usah, semua barang yang dilelang kami serahkan kembali kepada
KH. Ahmad Dahlan. Lalu uang hasil lelang in bagaimana kalau semua barangnya
dikembalikan kepada saya? Gunakan saja uangnya untuk Muhammadiyah. Tadi
KH. Ahmad Dahlan bilang bahwa Muhammadiyah membutuhkan uang untuk
menggaji guru, karyawan dan membiayai sekolh atau madrasah milik
Muhammadiyah. Dari kisah itu kita semua dapat mengamambil nilai kebaikan
bahwa KH. Ahmad Dahlan duka berderma dan menolong sesama. Bahkan untuk
kepentingan umum, beliau rela mengorbankan harta benda miliknya. Semoga kita
dapat meneladani sikap KH. Ahmad Dahlan.

3. Suka berdakwah amar ma’ruf nahu munkar

Konsep dakwah yang dipelopori KH. Ahmad Dahlan melalui


Muhammadiyah pada prinsipnya adalah ingin mengembalikan ajaran islam sesuai
tuntunan Rasullah saw, yakn berdasar pada al-Quran dan Hadits. Cara yang
dilakukan untuk menjalankan dakwah seperti ini adalah dengan membedakan
antara ajaran islam dan yang termasuk adat atau tradisi masyarakat. Oleh sebab
itu, KH. Ahmad Dahlan berusaha memberantas pengaruh-pengaruh yang dapat
merusak akidah islam yaitu : takhayul, bid’ah dan khufarat. Takhayul yaitu
mengait-kaitkan kejadian yang dianggap aneh dengan sesuatu, yang mana tidak
ada dasarnya didalam ajaran islam. Contoh : takhayul adalah mempercayai akan
mendapat rezeki ketika orang tertimpa kotoran cicak, atau kupu-kupu didalam
rumah dianggap akan ada tamu yang datang. Bidi’ah yaitu menambah-nambah
(membuat-buat) sesuatu yang baru dalam ibadah yang jelas-jelas tidak ada
tuntunannya. Khurafat yaitu sesuatu memiliki kekuatan yang dapat mempengaruh

14
manusia. Khurafat lebih dekat kepada syirik, sehingga dapat berbahaya dalam
akidah seseoraang.

KH. Ahmad Dahlan adalah sosok pembaru dalam rangka kebangkitan


dunia islam. Sikap dan tanggapan beliau dalam berdakwah amar ma’ruf nahu
munkar didasarkan pada al-Quran surat Ali-Imran ayat 104.

15
Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang meyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran: 104).

Berdasarkan ayat tersebut, KH. Ahmad Dahlan mrngjak kembali kepada


kemurnian tauhd, dan mengajak untuk menjauhkan sikap mempercayai sesuatu, dan
mengajak untuk menjauhkan sikap mempercayai sesuatu tanpa dasar hukum, serta
menghidupkan kembali semangat untuk melakukan pembaruan. Dalam mewujudkan
cita-cita itu, beliau mendirikan persyarikatan Muhammadiyah yang hingga sekarang
ini telah berdakwah luas melalui berbagai bidang. Dalam bidang pendidikan,
Muhammadiyah mempunyai sekolah atau madrasah. Dalam bidang kesehatan
Muhammadiyah memiliki rumah sakit PKU Muhammadiyah. Dalam bidang sosial,
Muhammadiyah menyelenggarakan panti asuhan bagi orang miskin, jompo, dan lain
sejenisnya.

E. Tokoh-tokoh awal Muhammadiyah


Kepemimpinan Muhammadiyah 100 Tahun

Sejak 1912 sampai 2010 persyarikatan Muhammadiyah telah melakukan


permusyawaratan pimpinan tingkat pusat atau nasional sebanyak 46 kali. Tahun
1912 sampai dengan 1925 dalam bentuk Rapat Tahunan yang diselenggarakan setiap
tahun (Rapat Tahunan ke 1-14). Tahun 1926-1941 dengan nama Kongres Tahunan
(Kongres 15-30). Tahun 1944 (Masa Pendudukan Jepang) permusyawaratan tersebut
diberi nama Muktamar Darurat. Tahun 1946 diselenggarakan Silaturahmi se-Jawa.
Tahun 1950 diselenggarakan lagi permusyawaratan nasional dengan nama
Muktamar ke-31. Sampai Muktamar ke-40 (1978) permusyawaratan ini
diselenggarakan dalam selang waktu 3 tahunan. Baru mulai Muktamar ke – 41 (1985)
sampai terakhir Muktamar 1 abad (ke-46, tahu 2010) muktamar di selenggarakan
dalam selang waktu 5 tahun.

16
Berikut daftar ketua yang memimpin Muhammadiyah dari masa ke masa:

No. Nama Masa Jabatan

1. K. H. Ahmad Dahlan 1912-1923


2. K. H. Ibrahim 1923-1932
3. K. H. Hisyam 1932-1936
4. K. H. Mas Mansyur 1936-1942
5. Ki bagus Hadikoesoemo 1942-1953
6. Buya AR Sutan Mansur 1953-1959
7. K. H. M. Yunus Anis 1959-1962
8. K. H. Ahmad Badawi 1962-1968
9. K. H. Faqih Usman 1968-1971
10. K. H. A. R. Fachruddin 1971-1990

11. K. H. Ahmad Azhar Basyir, MA. 1990-1995


12. Prof. Dr. H. Amien Rais 1995-1998
13. Prof. Dr. H. A. Syafi’i Ma’arif 1999-2005
14. Prof. Dr. H. Din Syamsuddin 2005-2015
A.

17
PENUTUP

A. Kesimpulan
K.H. Ahmad Dahlan memiliki nama kecil Muhammad Darwis, ia lahir dari
sebuah keluarga muslim di Kauman Yogyakarta pada 1 Agustus 1868. Sebutan K.H.
Ahmad Dahlan itu sendiri didapatkan saat setelah sekembalinya menunaikan ibadah
haji dari Mekkah. K.H. Ahmad Dahlan merupakan anak ke empat dari tujuh
bersaudara, ia merupakan keturunan ke duabelas dari Maulana Malik Ibrahim,salah
satu seorang walisongo dalam penyebaran agama Islam ditanah Jawa. Ayah K.H.
Ahmad Dahlan bernama K.H. Abu Bakar bin K.H. Sulaiman, seorang ulama dan
khatib di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Ibunya bernama Siti Aminah Putri
dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
pada masa itu. Kampung Kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat Muhammad
Darwis dibesarkan dengan demikian merupakan lingkungan keagamaan yang sangat
kuat, yang berpengaruh besar dalam perjalanan hidup Muhammad Darwis di
kemudian hari. Kauman kemudian secara popular menjadi nama dari setiap daerah
yang berdekatan letaknya dengan masjid. Suasana kampung Kauman yang sangat anti
penjajah tidak memungkinkan Muhammad Darwis memasuki sekolah yang dikelola
oleh pemerintah jajahan. Nasab dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya
keturunan terutama keturunan dari pihak bapak. Inilah silsilah nasab KH Ahmad
Dahlan :

1. Nabi Muhammad SAW


2. Fatimah Az-Zahra
3. Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
4. Al-Imam Sayyidina Hussain
5. Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
6. Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
7. Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
8. Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
9. Sayyid Muhammad An-Naqib bin
10. Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. (2017). KH Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis). Jurnal Sosiologi Agama,


9(1), 22-37.

Arofah, S. (2016). Gagasan Dasar dan Pemikiran Pendidikan Islam KH Ahmad Dahlan.
Tajdida: Jurnal Pemikirandan Gerakan Muhammadiyah, 13(2), 114-124.

Lenggono, W. (2018). Lembaga Pendidikan Muhammadiyah (Telaah Pemikiran KH Ahmad


Dahlan tentang Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia). Islamadina: Jurnal Pemikiran
Islam, 19(1), 43-62.

Mulkhan, Abdul. (2010). Marhaenis Muhammadiyah. Yoyakarta : Galang Press.

Nirwana, Ade dan Sucipto, Hendro. (2019). Pendidikan Kemuhammadiyahan. Jakarta :


Majelis pendidikan dasar dan menengah pimpinan pusat Muhammadiyah.

Pasha dan Darban. (2005). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta : CKM.

Shihab, Alwi. (1998). Membendung Arus Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap


Penetrasi Misi Kristen di Indonesia. Bandung: Mizan.

Sjoeja’, M. dalam Saifullah dan Musta’in. 1990. K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
Versi Baru (Manuskrip).

Tamimi, M. Djindar. (1990). Muhammadiyah, Sejarah, Pemikiran, dan Amal Usaha. Malang:
UMM Press.

Taufiqurrahman. (2016). Al- Islam dan Kemuhamadiyahan. Yogyakarta : majelis pendidikan


tinggi peneltian dan pengembangan pimpinan pusat Muhammadiyah.

19

Anda mungkin juga menyukai