AHMAD DAHLAN
MAKALAH
Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat, taufik, serta hidayahnya sehingga kami menyelesaikan makalah kami yakni tentang
“PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KH. AHMAD DAHLAN ”dengan baik dan tepat
waktu. Tidak lupa juga, selawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Nabi Muhammad SAW. Karena berkat beliaulah kita berada di zaman yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak kekurangan dalam penjabarannya,
sistematika kepenulisan yang kurang tepat, dan sumber data yang masih belum baik, tentu kami
masih sama-sama belajar dan masih minimnya kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna dan membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata
yang kurang berkenan. Dan kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khusunya kepada Dosen
kami Bapak Dr. Siswanto, M.Pd.I. Yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ...........................................................................................................1
A. Kesimpulan .................................................................................................12
B. Saran ...........................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pemikiran pendidikan Islam KH. Ahmad
Dahlan
2. Untuk mengetahui apa saja pemikiran pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai anak orang alim, semasa kecil Muhammad Darwis belajar agama dan
bahasa Arab. Pada tahun 1888, ia disuruh orang tuanya menunaikan ibadah haji. Ia
bermukim di Makkah selama 5 tahun untuk menuntut ilmu agama Islam, seperti tauhid,
tafsir, fiqh, tasawuf ilmu mantik dan ilmu falak. Sekembalinya kekampungnya kauman
yogyakarta pada tahun 1902, berganti nama menjadi Haji Ahmad Dahlan.1
Dalam konteks ini, ia pun mulai meluruskan akidah dan amal ibadah masyarakat
Islam Kauman. Usaha yang ia lakukan antara lain mendirikan surau dengan kiblat yang
benar. Menurut pandangannya, sesuai dengan ilmu yang ia miliki, banyak tempat ibadah
yang tidak benar arah kiblatnya, termasuk masjid Agung Yogyakarta. Dalam
melaksanakan niatnya ini, ia harus minta izin kepada Kepala Penghulu Keraton
Yogyakarta yang waktu itu dijabat oleh KH. Muhammad Chalil Kamaluddiningrat.
1
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, ( Jakarta: LP3ES, 1985). 85
2
Siswanto, M.Pd.I. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filosofis, (Pamekasan Madura: STAIN
Pamekasan Press, 2009). 128
2
Tetapi, izin itu diperoleh, sehingga ia beserta santrinya meluruskan saf masjid tersebut
dengan memberi tanda garis putih. Tindakan ini menurut kepala penghulu merupakan
suatu kesalahan, sehingga la diberhentikan dari jabatannya sebagai khatib masjid tersebut.
Ahmad Dahlan adalah seorang yang lebih bersifat pragmatis yang sering
menekankan semboyan kepada peserta didik-peserta didiknya, sedikit bicara, banyak
bekerja. Ahmad Dahlan banyak membaca buku-buku dan majalah agama dan umum,
banyak bergaul dengan berbagai kalangan, selama perjalanannya, terutama dengan orang-
orang Arab, sehingga ide-idenya bertambah dan berkembang terus menerus, Selain itu, ia
juga menolak taklid dan mulai sekitar 1910 sikap penolakan terhadapnya semakin jelas.
Akan tetapi ia tidak menyalurkan ide-idenya secara tertulis. Ide-idenya dilsalurkan lewat
karya hidupnya yang terbesar, yaitu Perserikatan Muhammadiyah.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam
dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan, Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses
pembangunan umat. Mereka hendaknya dididik agar cerdas kritis, dan memiliki daya
analisis yang tajam dalam memetakan dinamika kehidupannya pada masa depan. Adapun
kunci bagi peningkatan kemajuan umat Islam adalah dengan kembali kepada al-Qur'an
dan hadits, mengarahkan umat pada pemahaman Islam secara komprehensif, dan
menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini secara strategis dapat dilakukan
melalui pendidikan.
Pada waktu itu, pelaksanaan pendidikan hanya dipahami sebagai proses pewarisan
adat dan sosialisasi perilaku individu maupun sosial yang telah menjadi model baku
dalam masyarakat. Pendidikan tidak memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
berkreasi dan mengambil prakarsa. Kondisi yang demikian menyebabkan pelaksanaan
pendidikan berjalan searah dan tidak bersifat dialogis. Padahal menurut Dahlan,
3
pengembangan daya kritis, sikap dialogis, menghargai potensi akal dan hati yang suci,
merupakan strategi bagi peserta didik mencapai pengetahuan tertinggi.3
Secara praktis, pandangan Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan dapat dilihat
pada kegiatan yang dilaksanakan Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan,
Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan sistem
gubernemen, disamping juga dalam waktu singkat juga mendirikan sekolah yang lebih
bersifat agama. Untuk pengajian kitab, Muhammadiyah juga segera mencari
penggantinya sesuai dengan tuntutan jaman modern, usaha tersebut dapat dianggap
sebagai realisasi dari rencana Sarekat Islam yang semenjak tahun 1912 berusaha
mendirikan sekolah pendidikan gubernemen.
3
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, (Yogyakarta: Sipress, 1993). 146
4
Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2005). 105
4
Melihat perkembangan pendidikannya, ternyata Muhammadiyah berhasil
melanjutkan model pembaharuan pendidikan disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa ia
menghadapi lingkungan sosial yang terbatas pada pegawai, guru maupun pedagang di
kota. Kelompok menengah di kota dalam banyak hal merupakan latar belakang sosial
yang dominan dalam Muhammadiyah hingga sekarang ini. Berdasarkan ide-idenya itu,
terlihat bahwa Ahmad Dahlan menggunakan pendekatan self corrective terhadap umat
Islam. Menurutnya bahwa pandangan muslim tradisionalis terlalu menitik beratkan pada
aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun pemikiran dari KH. Ahmad Dahlan tentang pendidikan Islam dapat dilihat
sebagai berikut:
Jadi, Ilmu dan Amal merupakan suatu kesatuan. Artinya, peserta didik tidak
hanyaduduk di kelas dan diam memperhatikan gurunya, tetapi dengan ilmu yang
dimilikinya harus dipraktikkan di dalam kehidupan sehari-hari. Praktik merupakan
aplikasi ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan menghasilkan karya (berkarya). Di
dalam ajaran Islam, pemeluknya wajib mencari ilmu setinggi mungkin dan dengan ilmu
yang dicapainya agar diamalkan dalam bentuk karya nyata.
5
Selain itu, integrasi ilmu dan amal yang Ahmad Dahlan tanamkan ke peserta didik,
ia mencontohkan dengan mendirikan oraginisasi khusus wanita yang bernama Aisyiyah
di Kauman pada tahun 1917. Organisasi Aisyiyah adalah salah satu organisasi bagian dari
Muhammadiyah. Tujuan berdirinya organisasi Aisyiyah yaitu pembinaan keluarga
sakinah, gerakan sosial dan pendidikan. Alasan KH. Ahmad Dahlan mendirikan
organisasi Aisyiyah karena ia melihat pendidikan pertama yang diterima oleh seorang
anak adalah di rumah, maka seorang ibu mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
kemajuan masyarakat melalui asuhan dan didikan anak-anaknya sendiri.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, Upaya untuk mencapai tujuan ini terealisasi
manakala proses pendidikan bersifat integral. Artinya, peserta didik harus mempunyai
empat kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, spritual, emosional dan sosial. Dengan
demikian, proses pendidikan akan mampu menghasilkan”intelektual-ulama” yang
berkualitas.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
sesuai dengan tuntunan zaman. Seperti contoh, pada awal abad 20, KH. Ahmad Dahlan
melihat umat Muslim di Indonesia tertinggal secara ekonomi oleh kolonialisme Belanda.
Ketika itu ekonomi Muslim tidak memiliki akses ke sektor-sektor pemerintahan atau
perusahaan-perusahaan swasta. Karena partisipasi Muslim yang rendah terhadap sektor-
sektor pemerintahan itu membuat kebijakan pemerintahan kolonial Belanda yang
menutup peluang bagi Muslim untuk masuk. Peristiwa ini mendorong Ahmad Dahlan
untuk memperbaiki dengan memberikan pencerahan tentang pentingnya pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan zaman.
6
Pemikiran KH. Ahmad Dahlan menggunakan pendekatan self corrective terhadap
umat Islam. KH. Ahmad Dahlan melihat bahwa, pendidikan Islam tradisional terlalu
menitikberatkan pada aspek spiritual dalam kehidupan sehari-sehari. Ini mengakibatkan
kemunduran Islam, sementara kelompok yang lain telah mengalami kemajuan dalam
bidang ekonomi.
Oleh karena itu, KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang
sempurna adalah melahirkan individu yang utuh, menguasai ilmu agama dan ilmu umum,
intelektual dan spritual. Bagi K.H Ahmad Dahlan, kedua hal tersebut merupakan hal yang
integral, tidak dapat dipisahkan satu sama lain.5
C. Kebebasan Berpikir
KH. Ahmad Dahlan menegaskan bahwa penyebab utama kemunduran umat Islam
adalah disebabkan kejumudan pemikiran yang dimiliki dan cara pandang terhadap masa
yang akan datang, sehingga umat Islam tertinggal dengan umat yang lain. Oleh karena itu,
kebebasan berpikir merupakan atribut penting yang menjadikan manusia sebagai
pedoman dalam perbuatannya, sedangkan kemauanlah yang menjadi pendorong
perbuatan manusia.6
5
Sudarno Shobron, Studi Kemuhammadiyahan Kajian Historis, Ideologis dan Organisasi, (Sukarta: LPID,
2008). 44
6
Sutrisno Kutoyo, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Persyarikatan Muhammadiyah. 77
7
ruang dan waktu, karena yang modern secara mutlak hanyalah Allah dan tetap
berdasarkan dengan kaidah-kaidah ajaran Islam.7
pendidikan yang dianut KH. Ahmad Dahlan adalah upaya untuk pengembangan
akal melalui proses pendidikan yang kreatifitas dan memberikan implikasi bagi warga
Muhammadiyah untuk memiliki semangat pembaruan pendidikan Islam.
Jadi, kebebasan berpikir ini diharapkan mampu membebaskan pola berpikir anak,
sehingga tidak merasa terkekang dan merasa senang belajar agama, serta diharapkan
terhindar dari sikap fanatik terhadap agama dan juga tidak begitu saja menyalahkan
pendapat orang lain tanpa mengetahui dasarnya, seperti yang terjadi pada para ulama
tradisional yang gemar mengafirkan pandangan orang lain yang tidak setuju dengan
mereka. Ahmad Dahlan menekankan bahwa agama bukan sekedar pengetahuan, tetapi
sebuah kesadaran, dan amal perbuatan. Ahmad Dahlan berkata “jadilah ulama yang
7
Toto Suharto, Filsafat pendidikan Islam , (yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2011). 307
8
Ridjaluddin F.N., Filsafat pendidikan Islam: Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan Beberapa Tokoh
Lainnya, Pemecahan Problema Pendidikan Bangsa. 369-370
8
berfikir maju, dan jangan berhenti untuk kepentingan pengabdian kepada organisasi
Muhammadiyah”.
Akan tetapi, Harus diperhatikan bahwa memiliki kebebasan berfikir tidak boleh
keluar dari kaidah-kaidah Islam. Karena, berfikir sucilah yang memainkan peran penting
dan memiliki pengaruh praktis dalam pembinaan dan perjalanan manusia menuju
kesempurnaan. Kemudian, Islam melarang orang untuk berfikir pada sebagian hal
tertentu dan memandangnya sebagai jeratan setan untuk meyesatkan manusia. Islam
melarang umatnya untuk tidak berfikir tentang sesuatu yang tidak lazim atau berfikir
yang negatif.
D. Pembentukan Karakter
9
dalam agama, seperti gotong royong, menyantuni fakir miskin, anak yatim, tolong-
menolong dan lain sebagainya.9
Oleh karena itu, pembentukan karakter menurut KH. Ahmad Dahlan meliputi
moral/akhlak serta berbudi pekerti yang terkait pada diri sendiri. Akhlak mengarahkan
pada perilaku, artinya perilaku manusia mengikuti aturan Islam dalam setiap aspek
kehidupan. Sebagaimana surat al-Isra' : 9 yang artinya: “Al-Qur'an ini memberi petunjuk
ke (jalan) yang paling lurus” 10 . Ayat ini menjelaskan bahwa setiap perilaku manusia
seharusnya berpedoman pada Al-Qur'an.
Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan Islam tujuannya adalah
menanamkan semangat Islam dalam nuansa wawasan keilmuan. Sehingga hasil dari
pendidikan Muhammadiyah adalah melahirkan manusia-manusia yang berhati penuh
dengan iman, dan taqwa agar dapat membentuk manusia Muslim yang bersumber pada
Al-Qur'an dan Hadis serta berfikir bebas tetapi terikat nilai-nilai kebenaran universal
9
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, (Jakarta: LP3ES, 1986). 185
10
Q.S. Al-Isra'(17): 9
10
(Allah), progresif dan dinamis dalam mengahadapi dan merespon pada tuntutan zaman
serta wawasan kepada kependidikan Islam. Dari pemikiran KH. Ahmad Dahlan
melimpah berbagai pengetahuan dan keterampilan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari
pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan,
Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses
pembangunan umat. Mereka hendaknya dididik agar cerdas kritis, dan memiliki daya
analisis yang tajam dalam memetakan dinamika kehidupannya pada masa depan. Adapun
kunci bagi peningkatan kemajuan umat Islam adalah dengan kembali kepada al-Qur'an
dan hadits, mengarahkan umat pada pemahaman Islam secara komprehensif, dan
menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini secara strategis dapat dilakukan
melalui pendidikan.
Jadi, Ilmu dan Amal merupakan suatu kesatuan. Artinya, peserta didik tidak
hanyaduduk di kelas dan diam memperhatikan gurunya, tetapi dengan ilmu yang
dimilikinya harus dipraktikkan di dalam kehidupan sehari-hari. Praktik merupakan
aplikasi ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan menghasilkan karya (berkarya). Di
dalam ajaran Islam, pemeluknya wajib mencari ilmu setinggi mungkin dan dengan ilmu
yang dicapainya agar diamalkan dalam bentuk karya nyata.
12
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kami sangat mengharap kritik dan saran dari para pembaca supaya penulisan makalah
kami ini bisa menjadi karya yang lebih baik lagi kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sukarta: LPID.
F.N. Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam: Pandangan KH. Ahmad Dahlan dan Beberapa
14