FILSAFAT KEMUHAMMADIYAAN
Disusun oleh:
KELOMPOK V
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
KEMUHAMMADIYAAN “ ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu
“Studi Kritis Pemahaman K. H Ahmad Dahlan Terhadap Al-Qura’an dan As Sunnah” itu
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan Studi Kritis Pemahaman K. H
Ahmad Dahlan Terhadap Al-Qura’an dan As Sunnah, Mudah-mudahan makalah yang kami
buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih Atas perhatian serta
A. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan Kyai Haji Ahmad Dahlan
tahun 1330 H atau bertepatan dengan 1912 M1 . Gerakan ini lahir di Kauman
adalah kampung yang banyak berisi kaum atau para ahli agama. Dengan demikian
Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera dan memajukan hal agama Islam
Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal
mistik. Ketidak murnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya Al-Qur’an dan as-
Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia pena
Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Ahmad Dahlan ingin mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat
perjuangan dan da’wah untuk menegakkan amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber
pada Al-Qur’an dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk
mewujudkan gerakan tauhid. Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian
umat islam Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi
lokal nusantara dalam awal bermuatan paham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam
yag menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga
Selama masa ini, ajaran Islam mengalami tantangan dan tekanan dari pihak kolonial.
Pemikiran kritis terhadap Al-Quran dan As-Sunnah dapat dilihat sebagai upaya untuk
menjaga dan mengembangkan pemahaman Islam dalam situasi ini. Salah satu fokus
utama K.H. Ahmad Dahlan adalah pendidikan Islam yang modern dan berkualitas. Studi
bagian integral dari upaya ini untuk memahami dan mengajarkan Islam dengan lebih
baik.
Pemikiran kritis terhadap Al-Quran dan As-Sunnah dalam konteks K.H. Ahmad
Dahlan juga dipengaruhi oleh pemikiran modernisme dan reformisme yang berkembang
pada masanya. Pemahaman yang lebih kontekstual dan relevan terhadap ajaran Islam
menjadi penting dalam upaya memodernisasi Islam. Studi kritis terhadap Al-Quran dan
As-Sunnah juga mencakup aspek fikih dan ijtihad, yaitu upaya untuk memahami dan
menafsirkan hukum-hukum Islam dengan lebih baik. K.H. Ahmad Dahlan dan
dan zaman. Selain aspek fikih, pemikiran kritis terhadap Al-Quran dan As-Sunnah juga
mencakup aspek teologi dan tasawuf. Pemahaman tentang konsep-konsep agama dan
Dalam konteks globalisasi Islam, studi kritis terhadap Al-Quran dan As-Sunnah
juga dapat dipahami sebagai bagian dari upaya untuk menjembatani antara ajaran Islam
yang universal dengan tantangan dan perubahan dalam dunia modern. K.H. Ahmad
Al-Quran dan As-Sunnah juga memiliki implikasi dalam peran sosial dan keagamaan.
dan sosial, yang semuanya didasarkan pada pemahaman Islam yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2. Untuk Mengetahui pemikiran K.H Ahmad Dahlan terhadap Al-Quran dan As-Sunnah
turut mengajar anak-anak yang menjadi murid ayahnya. Anak-anak ini belajar di waktu siang
dan sore di Mushola. Pada tahun 1906, Ahmad Dahlan kembali ke Yogyakarta dan menjadi
guru agama di Kauman. Pihak Keraton Yogyakarta juga mengangkat Ahmad Dahlan sebagai
khatib tetap di Masjid Agung. Tugas-tugas beliau digunakan untuk mengamalkan ilmunya.
Dia menggunakan serambi Masjid Agung untuk memberi pelajaran kepada orang-orang yang
tidak dapat belajar di surau-surau tempat pengajian yang berjadwal tetap. Ahmad Dahlan juga
membangun asrama untuk menerima murid-murid dari luar kota dan luar daerah. Juga
membangun surau untuk menambah kemakmuran kampung Kauman dalam bidang pengajian
voor Inlandsche Ambtenaren sebuah sekolah untuk pegawai pribumi di Magelang. Peran
dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang
1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat Islam sendiri, yaitu sikap
Sikap beragama umat Islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai
sikap beragama yang rasional. Sikap beragama yang demikian bukanlah terbentuk secara
tiba-tiba pada awal abad ke 20 itu, tetapi merupakan warisan yang berakar jauh pada masa
terjadinya proses Islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti diketahui proses Islamisasi di
Indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/Tarekat dan mazhab fikih, dan
dalam proses tersebut para pedagang dan kaum sufi memegang peranan yag sangat penting.
Melalui merekalah Islam dapat menjangkau daerah-daerah hampir di seluruh nusantara ini.
2. Faktor eksernal, yaitu faktor yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial B
Faktor tersebut antara lain tanpak dalam sistem pendidikan Kolonial serta usaha ke
arah westrnisasi dan kristenisasi. Pendidikan demikian pada awal abad ke 20 telah meyebar
dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar sampai atas, yang terdiri dari lembaga
pendidikan guru dan sekolah kejuruan. Adanya lembaga pendidikan kolonial terdapatlah dua
macam pendidikan diawal abad 20, yaitu pendidikan Islam tradisional dan pendidikan
Kolonial. Kedua jenis pendidikan ini dibedakan, bukan hanya dari segi tujuan yang ingin
kolonial, dan dalam artian ini orang menilai pendidikan Kolonial sebagai pendidikan yang
bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan Barat. Hal ini merupakan salah satu
sisi politik etis yang disebut politik asosiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha
westernisasi yang bertujuan menarik penduduk asli Indonesia ke dalam orbit kebudayaan
Barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah golongan intlektual yang biasanya memuja Barat
dan menyudutkan tradisi nenek moyang serta kurang menghargai Islam, agama yang
dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan
kebudayaan Barat yang sekuler tanpa mengimbanginya dengan pendidikan agama, konsumsi
moral dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah yang dimaksud sebagai ancaman dan
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan
dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling
bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model
Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu yang
salih dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan
pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agama sama sekali. Melihat
ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang
sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum,
material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi K.H. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut
(agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan
Menurut Dahlan, materi pendidikan yang diberikan adalah pengajaran Al-Qur’an dan
Hadits, membaca, menulis, berhitung, Ilmu bumi, dan menggambar. Materi Al-Qur’an dan
Hadits meliputi; Ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan
Bagi K.H. Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan dijadikan
pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktekkan. Betapa pun bagusnya suatu program,
menurut Dahlan, jika tidak dipraktekkan, tidak akan bisa mencapai tujuan bersama. Karena
itu, K.H. Ahmad Dahlan tidak terlalu banyak mengelaborasi ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi ia
lebih banyak mempraktikkannya dalam amal nyata. Praktek amal nyata yang fenomenal
ketika menerapkan apa yang disebut dalam surat Al-Maun yang secara tegas memberi
peringatan kepada kaum muslim agar mereka menyayangi anak-anak yatim dan membantu
fakir miskin. Untuk mengamalkan isi surat Al-Ma’un sK.H. Ahmad Dahlan juga mengajak
tempat-tempat itu berkeliaran pengemis dan kaum fakir. K.H. Ahmad Dahlam
memerintahkan setiap santrinya untuk membawa fakir itu ke Mesjid Besar. Dihadapan para
santri, K.H. Ahmad Dahlan membagikan sabun, sandang dan pangan kepada kaum fakir.
K.H. Ahmad Dahlan meminta fakir miskin untuk tampil bersih. Sejak saat itulah,
agama Islam, sehingga terwujud masyaraIslam yang sebenarnya. Untuk mencapai tujuan itu,
agama. Modernisasi dalam sistem pendidikan dijalankan dengan menukar sistem pondok
pesantren dengan pendidikan modern sesuai dengan tuntutan dan kehendak zaman.
Pengajaran agama Islam diberikan di sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta.
Muhammadiyah telah mendirikan sekolah-sekolah baik yang khas agama maupun yang
bersifat umum. Metode baru yang diterapkan oleh sekolah muhammadiyah mendorong
pemahaman Al-Qur’an dan Hadis secara bebas oleh para pelajar sendiri. Sebagai sebuah
penjuru tanah air. Akan tetapi, dibandingkan dengan perkembangan organisasi NU,
Muhammadiyah sedikit ketinggalan. Hal ini terlihat bahwa jamaah NU lebih banyak dengan
jamaah Muhammadiyah. Faktor utama dapat dilihat dari segi usaha Muhammadiyah dalam
Dari segi perkembangan secara Horizontal, amal usaha Muhamadiyah telah banyak
(1927), yaitu lembaga yang menghimpun ulama-ulama dalam Muhammadiyah yang secara
tantangan dari masyarakat waktu itu, terutama dari lingkunagan pendidikan tradisional.
Kendati demikian, bagi Dahlan, tantangan tersebut bukan merupakan hambatan, melainkan
tantangan yang perlu dihadapi secara arif dan bijaksana. Arus dinamika pembaharuan terus
mengalir dan bergerak menuju kepada berbagai persoalan kehidupan yang semakin
kompleks. Dengan demikian, peranan pendidikan Islam menjadi semakin penting dan
strategis untuk senantiasa mendapat perhatian yang serius. Hal ini disebabkan, karena
pendidikan merupakan media yang sangat strategis untuk mencerdaskan umat. Melalui media
ini, umat akan semakin kritis dan memiliki daya analisa yang tajam dalam membaca peta
kehidupan masa depannya yang dinamis. Dalam konteks ini, setidaknya pemikiran
pendidikan K.H Ahmad Dahlan dapat diletakkan sebagai upaya sekaligus wacana untuk
memberikan inspirasi bagi pembentukan dan pembinaan peradaban umat masa depan yang
lebih proporsional.
Beberapa elemen yang mencirikan pemahaman beliau terhadap Al-Quran dan As-
a. Pembaruan dan Modernisasi Islam: K.H. Ahmad Dahlan adalah salah satu pendiri dan
pemahaman dan praktik Islam di Indonesia. Dalam pemikiran beliau, Al-Quran dan As-
b. Pendidikan Islam yang Berkualitas: Salah satu fokus utama K.H. Ahmad Dahlan adalah
pendidikan Islam yang modern dan berkualitas. Ia percaya bahwa pemahaman Al-Quran
dan As-Sunnah yang tepat harus menjadi dasar pendidikan, dan pendidikan yang
c. Penekanan pada Ijtihad: K.H. Ahmad Dahlan mendorong penggunaan ijtihad, yaitu
upaya penalaran dan pemikiran yang mendalam, untuk memahami Al-Quran dan As-
d. Kepedulian Sosial: Pemahaman K.H. Ahmad Dahlan tentang Al-Quran dan As-Sunnah
juga mencakup aspek sosial dan kepedulian terhadap masalah-masalah masyarakat. Dia
mengajarkan pentingnya berbuat baik, keadilan, dan kepedulian terhadap sesama sebagai
e. Penolakan Bid'ah: K.H. Ahmad Dahlan menekankan penolakan terhadap bid'ah (inovasi
agama) yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Quran dan As-Sunnah yang otentik. Ini
mencerminkan kehati-hatian dalam memahami dan mengikuti ajaran Islam yang murni.
terbatas pada aspek-aspek formal agama, tetapi juga mencakup pemikiran keagamaan
yang lebih dalam. Dia mendorong umat Islam untuk memahami konsep-konsep agama
g. Peran Ulama dan Pendidik: K.H. Ahmad Dahlan mengakui peran penting ulama dan
pendidik dalam memahami dan menyebarkan ajaran Islam yang benar. Dia sendiri adalah
pimpin aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan yang bertujuan untuk
Pemahaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al-Quran dan As-Sunnah dapat dipahami
sebagai usaha untuk menjadikan ajaran Islam relevan, berdaya guna, dan bermanfaat dalam
konteks masyarakat dan zaman yang berubah. Pendekatan beliau dalam memahami dan
Pemikiran KH.Ahmad Dahlan merupakan respon terhadap kondisi ekonomi umat Islam
Indonesia yang tidak menguntungkan. Di bawah penjajahan Belanda, umat Islam tertinggal
secara ekonomi, sosial dan politik karena tidak mempunyai akses terhadap sektor-sektor
KH.Ahmad Dahlan untuk berusaha memperbaiki sistem pendidikan Islam. Dari kondisi ini,
menurut KH.Ahmad Dahlan pendidikan Islam bertujuan pada usaha membentuk manusia
muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah
ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Proses pendidikan
yang seperti penjelasan di awal akan melahirkan pelajar atau pejuang Islam yang berkualitas.
Hal ini berdasarkan ucapan KH.Ahmad Dahlan: “Dadijo Kjai sing kemajoen, adja kesel
anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah.” (jadilah manusia yang maju, jangan
pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah) (Kurniawan dan Mahrus, 2011).
Pada petuah KH. Ahmad Dahlan ini menggambarkan akan pentingnya pendidikan
untuk kemajuan Organisasi Muhammadiyah lebih khususnya dan umat Islam pada umumnya:
Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah
kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Jadilah guru, kembalilah ke
Dahlan di atas menunjukkan betapa ia peduli terhadap masa depan dan kemajuan organisasi
menjadikan menuntut ilmu sebagai prioritas sebagai media mencapai tujuan yang dicita-
citakan dan meningkatkan kualitas diri untuk kepentingan masyarakat sehingga akan muncul
generasi yang intelek juga ulama. Dalam hal ini, K.H Ahmad Dahlan memiliki pandangan
pendidikan. Dia berpendapat bahwa tidak seorangpun dapat mencapai kebesaran di dunia ini
dan di akhirat kecuali mereka Relevansi Pemikiran Kh. Ahmad Dahlan Terhadap Pendidikan
Agama Islam Di Era 4.0 286 JPA Vol.21, No. 2. Juli- Desember 2020 yang memiliki
kepribadian yang baik. Seorang yang berkepribadian yang baik adalah orang yang
mengamalkan ajaran-ajaran al-Quran dan Hadith. Dalam pelaksanaan pendidikan yang terkait
agama dan umum secara integratif kepada lembaga pendidikan sekolah yang dipimpinnya.
menulis, berhitung, dan menggambar. Materi Al-Qur’an dan Hadith meliputi: ibadah,
pembuktian kebenaran al-Qur’an dan Hadith menurut akal, kerjasama antara agama-
manusia di dalamnya dan akhlak (Ramayulis dan Nizar, 2005). Dalam pendidikan islam K.H
yang sudah ada, dengan mengembangkan konsep pendidikan Islam. Namun konsep ini tidak
keluar dari landasan dasar (filosofis) pendidikan Islam itu sendiri. Konsep pendidikan yang
dilakukan oleh K.H Ahmad Dahlan adalah konsep pendidikan dengan model integral. Di
mana beliau memadukan pendidikan sekular dan pendidikan agama, bukan mendikotomikan
keduanya. Sebagaimana yang umum terjadi pada masa itu, pendidikan terbagi menjadi dua:
sekular dan pendidikan agama. Gagasan atau pemikiran K.H Ahmad Dahlan bisa dijadikan
bahan dasar perumusan pendidikan, beliau berpendapat akal dan pikiran suci adalah akal
yang sehat serta kesehatan akal bisa dicapai jika terus menerus diberi pengetahuan dengan
ilmu logika. Karena itu pendidikan harus dijalankan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan
akalnya, tentang kesesuaian pikiran dan kenyataan. Menurut beliau pendidikan Islam adalah
usaha untuk memperbaiki taraf hidup, kebebasan berkreasi, kebaikan moral, dan bertanggung
jawab atas kebaikan hidup dirinya, masyarakat dan dunia kemanusiaan, serta keyakinan
tauhid. Yang berarti pendidikan harus ditujukan untuk menghidupkan akal pikiran dan
dikembangkan bagi kecintaan terhadap sesama manusia dan pembebasan manusia dari
penderitaan. Menurut Shobahiya (2001) perspektif K.H. Ahmad Dahlan pada dasar
pendidikan yang perlu ditegakkan dan dilaksanakan adalah sebagi berikut: Relevansi
Pemikiran Kh. Ahmad Dahlan Terhadap Pendidikan Agama Islam Di Era 4.0 ISSN 1411-
5875 287 a.
Pendidikan akhlak, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk
mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelektual serta antara dunia dengan akhirat. c.
rasionalfungsional, yaitu menelaah sumber utama ajaran Islam dengan kebebasan akal dan
kejernihan hati nurani dan keharusan merumuskan pemahaman kedalam bentuk aksi sosial.
Pendidikan Islam yang digagas K.H. Ahmad Dahlan masih sangat relevan sekali digunakan
pada keadaan sekarang bahkan untuk masa yang akan datang. Dasar pendidikan Islam yang
memiliki peranan penting dalam upaya memperbaiki kualitas masyarakat bangsa ini.
Relevansi Pemikiran dan Pendidikan Agama Islam di Era 4.0 Pada era 4.0 uamt islam
khususnya yang sedang dalam masa pembelajaran di sekolah ataupun juga di perguruan
tinggi (baik pesantren ataupun sekolah formal lainnya) berupaya menghadapi sebuah
tantangan zaman yang mengharuskan siapapun harus melek dan bisa menggunakan teknologi
digital. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pun juga mengalami perubahan yang tak bisa
dihindarkan. Namun tantangan perubahan dan perkembangan zaman inilah yang menjadikan
(tajdid). Pemikiran atau perspektif K.H. Ahmad Dahlan dalam kaitannya dengan perubahan
dan perkembangan zaman ini masih sangat relevan dan mempunyai pengaruh yang masih
bisa diterapkan pada pendidikan agama Islam di era 4.0. Pada tajdid (pembaharuan)
pendidikan yang sudah ada, dengan mengembangkanya sesuai degan kemajuan zaman dan
tekonlogi yang ada. Namun konsep ini tidak keluar dari landasan dasar (filosofis) pendidikan
Islam itu sendiri. Maksudnya adalah, dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, para
siswa/ murid dan juga guru dituntut untuk lebih bisa memanfaatkan teknologi yang ada,
namun di sini juga Relevansi Pemikiran Kh. Ahmad Dahlan Terhadap Pendidikan Agama
Islam Di Era 4.0 288 JPA Vol.21, No. 2. Juli- Desember 2020 harus digaris bawahi bahwa
pendidikan agama Islam yang dikerjakan tidak keluar dari landasan dasar pendidikan agama
Islam sendiri. Pemanfaatan teknologi digital ini digunakan untuk membantu proses
Pemanfaatan tekonologi ini bisa berupa pengajaran atau dakwah dengan media digital
yang ada tetapi dengan mengedepankan kesantunan, kebermanfaatan, dan juga keilmuan
keislaman yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadist. K.H Ahmad Dahlan juga menuturkan
bahwa pendidikan Islam adalah usaha untuk memperbaiki taraf hidup, kebebasan berkreasi,
kebaikan moral, dan bertanggung jawab atas kebaikan hidup dirinya, masyarakat dan dunia
kemanusiaan, serta keyakinan tauhid. Yang berarti pendidikan harus ditujukan untuk
menghidupkan akal pikiran dan dikembangkan bagi kecintaan terhadap sesama manusia dan
pembebasan manusia dari penderitaan. Pada era revolusi industri ini masyarakat semakin
bebas dalam mengakses hal-hal yang tidak terjangkau dan global. Akibatkan banyak dampak-
dampak buruk yng terjadi bagi dirinya sendiri, dan juga orang lain. Konsepsi dari K.H
Ahmad Dahlan masih sangat relevan digunakan pada era sekarang di mana kebebasan dalam
hal keilmuan dan teknologi semakin nyata adanya. Pendidikan agama Islam pada era ini
haruslah bersifat terbuka, namun juga harus memeperhatikan kebaikan moral, kemanusiaan,
dan juga tidak terlepas dari keyakinan tauhid yang harus dibangun. Selain itu tiga dasar
pendidikan agama Islam menurut K.H Ahmad Dahlan yang perlu ditegakkan dan
dilaksanakan juga mengikuti perkembangan zaman. Tiga dasar tersebut (pendidikan akhlak,
Pada pendidikan akhlak, seorang muslim diharuskan menjadi insan yang gemar belajar
dan berjuang untuk sebagal hal baik yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan AsSunnah. Di
era 4.0 setiap orang semakin menggila dengan adanya teknologi yang memudahkan mereka
untuk mengakses apa saja. Kaitannya dengan pendidikan akhlak ini adalah bahwa setiap
muslim selain mengikuti perkembangan yang ada, juga tidak boleh meminggirkan pendidikan
akhlak. Karena sejatinya orang muslim harus tahu bahwa pada dasarnya Nabi Muhammad
diutus ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak dan membuat tatanan kehidupan
manusia menjadi baik dan beradab. Pendidikan invidu juga tak kalah penting yang harus
dilakukan oleh seorang muslim yang senantiasa belajar agama Islam. Selain seorang muslim
dituntut wajib untuk Relevansi Pemikiran Kh. Ahmad Dahlan Terhadap Pendidikan Agama
Islam Di Era 4.0 ISSN 1411-5875 289 memiliki akhlak yang baik, seorang muslim juga harus
kebaikan dalam hidupnya. Pada era 4.0 ini orang-orang diharuskan mempunyai skill yang
baik terhadap teknologi yang ada. Pendidikan individu ini bertujuan untuk mengembangan
antara mental dan gagasan dari setiap umat muslim yang senantia berikhtiar untuk
memantapkan dirinya menjadi lebih baik serta menambah pengetahuan dan intelektual antara
dunia dan akhirat. Selain pendidikan akhlak dan individu, pendidikan kemasyarakatan juga
tak kalah penting yang harus diterapkan dalam pendidikan agama Islam pada era 4.0 ini.
ada dan rasa kepedulian yang baik antara setiap muslim dengan lingkungan masyarakatnya.
Seorang muslim yang sudah memiliki intelektual yang baik tidaklah mungkin mau
menyimpan segala ilmu dan pengetahuan yang diketahuinya untuk dirinya sendiri. Penerapan
ini selain untuk mengamalkan hablum minannas juga sebagai sarana berbagi informasi yang
berguna dalam menghadapi perubahan dan perkembangan zaman yang ada. Ketiga dasar
dalam pendidikan agama Islam dari buah pemikiran K.H. Dahlan ini selain mengajarkan
bagaimana seorang muslim belajar dalam pendidikan agama Islam juga menelaah sumber
utama ajaran Islam dengan kebebasan akal dan kejernihan hati nurani dan keharusan
merumuskan pemahaman kedalam bentuk aksi sosial. Karena itulah pemikiran tentang
pendidikan agama Islam meurut K.H Ahmad Dahlan dinilai masih relevan dan baik
PENUTUP
A. Kesimpulan
As-Sunnah adalah bahwa beliau merupakan tokoh penting dalam sejarah Islam di
perubahan, dan berfokus pada pembaharuan serta modernisasi Islam. Beberapa poin
Quran dan As-Sunnah harus dipahami dalam konteks sosial dan sejarah yang
zaman.
2. Ijtihad dan Pembaruan: Beliau mendorong penggunaan ijtihad sebagai alat untuk
kemanusiaan dan sosial yang kuat. Beliau menekankan pentingnya berbuat baik,
keadilan, dan peduli terhadap sesama sebagai bagian integral dari ajaran Islam.
Pemahaman Toleran dan Inklusif: K.H. Ahmad Dahlan memiliki pemahaman yang
toleran dan inklusif terhadap berbagai aliran dan pemahaman Islam. Beliau
beliau memberikan kontribusi penting dalam membentuk wajah Islam yang moderat,
B. Saran
Saran mengenai pemahaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al-Quran dan As-Sunnah
Dahlan dengan lebih baik, disarankan untuk melakukan penelitian yang lebih
mendalam tentang karya-karya tulis beliau, seperti risalah, khotbah, dan tulisan-
tulisan lainnya yang dapat memberikan wawasan lebih dalam tentang pemahaman
Ahmad Dahlan dengan pemikiran ulama dan tokoh Islam lainnya pada masanya
dapat membantu menemukan aspek-aspek unik dalam pemahaman beliau. Ini juga
berkaitan dengan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan, seperti arsip-arsip keluarga atau
di mana K.H. Ahmad Dahlan hidup. Ini penting untuk memahami bagaimana
Ahmad Dahlan adalah tokoh yang memiliki pengaruh dalam berbagai bidang,
7. Diskusi dengan Sesama Peneliti: Diskusikan temuan Anda dengan sesama peneliti
atau akademisi yang memiliki minat dalam pemikiran Islam. Diskusi ini dapat
ilmiah atau makalah. Ini akan membantu dalam berbagi pengetahuan dan wawasan
Dahlan terhadap Al-Quran dan As-Sunnah masih relevan dalam konteks Islam
10. Pendidikan dan Penyuluhan: Bagikan pemahaman Anda tentang K.H. Ahmad
agar warisan intelektual beliau terus dihargai dan dipahami dengan baik.
Ahmad Dahlan terhadap Al-Quran dan As-Sunnah akan memberikan wawasan yang lebih
baik tentang pemikiran dan kontribusi beliau dalam perkembangan Islam di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Al Faruq, Umar. 2020. Peluang dan Tantangan Pendidikan Muhammadiyah di Era 4.0.
Danial, AR., Endang dan Wasriah, Nana. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Kurniawan, Syamsul dan Mahrus, Erwin. 2011. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
Lase, Deliptier. 2019. Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Sunderman, Vol. 1,
No.1
Ramayulis, Syamsul Nizar. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam; Mengenal Tokoh
Schwab, Klaus. 2019. Revolusi Industri Keempat. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama.
Shobahiya, Mahasri dkk. 2001. Studi Kemuhammadiyahan, Kajian Historis, Ideologis dan