PEMBAHASAN
Saat itu, di Indonesia berkembang menjadi 2 (dua) sistem pendidikan; pendidikan barat
dengan sekolah-sekolah formalnya yang didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda dan
pendidikan non formal berupa pesantren yang diasuh oleh para ahli agama. Kedua sistem
pendidikan ini tidak hanya berbeda dari secara formalitas dan legalitasnya. Akan tetapi
keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda dari segi kurikulum, proses, maupun
tujuannya. Pendidikan Barat adalah sistem pendidikan secular yang tidak memasukkan
agama di dalamnya. Sebaliknya, pendidikan pesantren tidak memasukkan “materi-materi
umum” di dalamnya. Perbedaan mendasar ini membawa implikasi yang serus tidak
hanya pada hasil lulusannya (outcame), tapi juga berpengaruh pada ranah sosial yang
lebih luas. Di Tengah situasi semacam inilah pendidikan Muhammadiyah lahir. KH.
Ahmad Dahlan merintis jalan baru sistem pendidikan Indonesia dengan memadukan
antara sistem pendidikan barat dan pesantren. Terobosan baru pendidikan
Muhammadiyah ini berhasil mengakhiri dikotomi pendidikan umum dan pendidikan
agama di Indonesia. KH. Ahmad Dahlan telah menorehkan karya nyata untuk bangsa
dengan melakukan pembaharuan di bidang pendidikan.
Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 8 Zulhijah 1330 H
yang bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M di Yogyakarta. Ide dasar KH.
Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah antara lain:
1. Perlunya diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan Islam seperti pada bidang
politik, ekonomi, perdagangan, pendidikan, kebudayaan, dan bidang keagamaan
2. Memurnikan kembali ajaran Islam yang telah tercampur dengan berbagai paham
sehingga muncullah takhayul, khurafat, bidah, dan syirik di kalangan masyarakat
Muslim
3. Mempertahankan regenerasi Islam di masa kini dan mendatang karena derasnya
arus Kristenisasi di Indonesia
4. Mengembalikan citra Islam di kalangan pemuda dan remaja serta pelajar karena
derasnya informasi dan kebudayaan yang masuk ke Indonesia telah
mempengaruhi kepribadian umat Muslim.
1. Membersihkan Islam di Indonesia dari integrasi dan kebiasaan yang tidak Islami
2. Reformulasi doktrin Islam dengan melihat alam pikiran modern
3. Reformulasi agama dan pendidikan Islam
4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan dari luar
Sebelum lahirnya Muhammadiyah pada tahun 1912, kondisi umat dan islam di
Nusantara menghadapi beberapa tantangan dan perubahan. Berikut ini adalah gambaran
kondisi umat dan islam di Nusantara menjelang lahirnya Muhammadiyah :
Pada masa itu pelaksanaan pendidikan terdiri dari dua sistem, yaitu sistem
pendidikan pesantren dan pendidikan Barat. Pendidikan pesantren yang dikelola
secara tradisional di dalamnya diajarkan bidang studi keislaman tradisional,
misalnya ilmu kalam, ilmu fikih, tasawuf, bahasa Arab, ilmu Hadis dan ilmu tafsir.
Studi ini banyak diminati orang-orang yang dalam kategori Geertz disebut dengan
santri. Proses belajar mengajar di lembaga pendidikan ini memiliki pola pikir yang
menjauh dari perkembangan modern.
Pandangan Ahmad Dahlan, ada problem mendasar berkaitan dengan lembaga
pendidikan di kalangan umat Islam, khususnya lembaga pendidikan pesantren. Hal
yang menjadi persoalan dalam sistem pesantren adalah masalah proses belajar
mengajar, kurikulum, dan materi pendidikan. Dalam proses belajar mengajar, sistem
yang dipakai masih menggunakan sorongan dan weton, guru dianggap sebagi
sumber kebenaran yang tidak boleh dikritisi. Kondisi ini membuat pengajaran
tampak tidak demokratis. Selain itu, mendorong timbulnya sifat taklid yang
berlebihan. Fasilitas-fasilitas modern yang sebetulnya dapat digunakan justru
dilarang untuk dipakai karena dengan menggunakan sarana tersebut dianggap
menyamai orang kafir.
Sementara itu, pendidikan barat hanya mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan
di dunia Barat. Metode pengajaran sudah menggunakan metode modern. Pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial ini tidak diajarkan ilmu-ilmu yang
diajarkan di pesantren. Kebanyakan siswa yang bisa masuk dalam pendidikan yang
disebut terakhir ini adalah orang-orang yang dalam kategori Geertz disebut dengan
abangan.
Pembaharuan fundamental yang dilakukan Ahmad Dahlan dalam Bidang
Tantangan justru datang dari kalangan umat Islam sendiri. Ilmuilmu itu
dalam pendangan mereka adalah ilmu kafir yang tidak penting Untuk
dipelajari. Sampai-sampai ada yang menuduh Ahmad Dahlan murtad,
Penganut Mu’tazilah yang menurut pemahaman akidah mereka
dianggap sebagai aliran sesat. Bahkan sampai 1933 disebutkan bahwa
sekolah Muhammadiyah sebagai sekolah kebelanda-belandaan atau kebarat-
baratan.
Kedua, Ahmad Dahlan mengajarkan pendidikan agama ekstra kurikuler Di