Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN VI
SISTEM SARAF

Disusun oleh :
Muhammad Rizal Zaelani
220106170
Kelas – FA22J

Dosen Pengampu : Zulkaida, S.Farm., M.S.Farm.


Asisten Praktikum : Azka Silmi Dzilaalurrahmi
Hari/Tanggal :

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Praktikum
1.1.1. Menentukan anatomi dan fisiologi otak Menentukan berbagai jenis 2ystem pada manusia
1.1.2. Menentukan jenis keterlibatan saraf kranial dalam suatu aktivitas kehidupan
Menentukan efek adnergik dan kolinergik terhadap ukuran pupil katak
1.1.3.

1.1.4.

1.2. Prinsip
Berdasarkan system saraf pusat merupakan system tubuh yang menerima
dan memproses semua informasi dari seluruh bagian tubuh. Terdiri dari otak,
sumsum tulang belakang dan neuron. Hal ini dapat dikatakan sebagai system yang
paling penting bagi tubuh. Pengaruh system saraf yakni dapat mengambil sikap
terhadap adanya perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya. (Hendra
marcos, 2016).

Bedasarkan ilmu anatomi dan fisiologi otak,di sini kita akan menjelaskan
Tentang berbagai jenis refekls pada manusia dan juga lebih mempelajari beberapa
tentangKeterlibatan saraf kranial dan fungsi sytem saraf nya serta mengenal
refelkspada manusia (nusantari . 2011).
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Teori Dasar
Sistem saraf adalah 3ystem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke
susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan
(Feriyawati, 2006). 3ystem3333u susunan saraf merupakan salah satu bagian
terkecil dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks.
Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan kecepatan
pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf)
(Bahrudin, 2013).
Alur informasi pada 3ystem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi
tiga tahap. Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-organ
sensorik akan menginduksi pembentukan impuls yang berjalan 3ystem3 susunan
saraf pusat (SSP) (impuls afferent), terjadi proses pengolahan yang komplek pada
SSP (proses pengolahan informasi) dan sebagai hasil pengolahan, SSP membentuk
impuls yang berjalan 3ystem3 perifer (impuls efferent) dan mempengaruhi respons
3ystem3 terhadap stimulus (Bahrudin,2013)
Susunan Sistem Saraf
Susunan 3ystem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf
pusat (otak dan 3ystem3 spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal)
dan secara fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf 3ystem3 (Bahrudin,
2013).
Sistem Saraf Pusat
Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan 3ystem3
spinalis, yang merupakan pusat integrasi dan 3ystem3 seluruh aktifitas
tubuh. Bagian fungsional pada susunan saraf pusat adalah neuron akson
sebagai penghubung dan transmisi elektrik antar neuron, serta dikelilingi
oleh sel glia yang menunjang secara mekanik dan 3ystem333 (Bahrudin,
2013).
1. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tengkorak.
Bagian utama otak adalah otak besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak
tengah (Khanifuddin, 2012).
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak
besar ini dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Tiap belahan
tersebut terbagi menjadi 4 lobus yaitu frontal, parietal, okspital, dan temporal.
Sedangkan disenfalon adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari 3ystem33,
hipotalamus, dan epitalamus (Khafinuddin, 2012). Otak belakang/ kecil terbagi
menjadi dua subdivisi yaitu metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon berubah
menjadi batang otak (pons) dan cereblum. Sedangkan 7 mielensefalon akan
menjadi medulla oblongata (Nugroho, 2013). Otak tengah/ 3ystem limbic terdiri
dari hipokampus, hipotalamus, dan amigdala (Khafinuddin, 2012).
Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan serebrospinalis.
Cairan cerebrospinalis ini mengelilingi ruang sub araknoid
disekitar otak dan 4ystem4 spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan
ini menyerupai plasma darah dan cairan interstisial dan dihasilkan oleh plesus koroid
dan sekresi oleh sel-sel epindemal yang mengelilingi pembuluh darah serebral dan
melapisi kanal sentral 4ystem4 spinalis. Fungsi cairan ini adalah sebagai bantalan
untuk pemeriksaan lunak otak dan 4ystem4 spinalis, juga berperan sebagai media
pertukaran 4ystem44 dan zat buangan antara darah dan otak serta 4 sistem spinalis
(Nugroho, 2013).
B. Medula Spinalis (Sumsum tulang belakang)
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga
tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang
pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis
yaitu lapisan luar berwarna putih (white area) dan lapisan dalam berwarna
kelabu (grey area) (Chamidah, 2013). Lapisan luar mengandung serabut
saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf. Di dalam sumsum
tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf 4ystem4 dan saraf
penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak
4ystem otak serta sebagai pusat pengatur gerak 4ystem (Khafinuddin,
2012).
Sistem Saraf Tepi
Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang
merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh . SST tersusun dari
semua saraf yang membawa pesan dari 4ystem SSP (Bahrudin, 2013).
Berdasarkan fungsinya SST terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
2. Sistem Saraf Somatik (SSS)
Sistem saraf 4ystem4 terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31
pasang saraf spinal. Proses pada saraf 4ystem4 dipengaruhi oleh
kesadaran.
3. Saraf kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak.
Beberapa dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi
sebagian besar rersusun dari serabut sensorik dan 4ystem4.
4. Saraf spinal
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks
dorsal
(posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan
4ystem4 dan sensorik, membawa informasi ke korda melalui neuron
aferen dan meninggalkan melalui eferen. Saraf spinal (Gambar 2.6) diberi
nama dan angka sesuai dengan regia kolumna vertebra tempat munculnya
saraf tersebut.
Sistem Saraf Otonom (SSO)
Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari. Jaringan dan organ tubuh yang diatur oleh 4ystem saraf otonom
adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem ini terdiri atas 4ystem saraf
simpatik dan 4ystem saraf parasimpatik. Fungsi dari kedua 4ystem saraf
ini adalah saling berbalikan,
BAB III METODELOGI PERCOBAAN

Alat dan Bahan


Alat

Nama Gambar Kegunaan

Batang
Pengaduk Alat untuk
uji refleks
faring

Kapas Alat untuk


uji refleks
kornea

Kunci Alat untuk


uji refleks
abnominal
Peniti Alat untuk
uji coba
refleks
siliospinal

Pensil
Alat untuk
uji coba
refleks
Babinski’s
sign dan
refleks
plantar

Senter
Alat untuk
uji coba
refleks
Photo-
pupil

Alat Uji
Stetoskop coba
refleks
sfinkter
kardiak
3.1.2. Bahan
Nama Bahan kegunaan
Air matang Untuk kebutuhan uji coba
Cuka Untuk kebutuhan uji coba
Kopi Untuk kebutuhan uji coba
Nanas Untuk kebutuhan uji coba
Teh Untuk kebutuhan uji coba

3.2. Prosedur
3.2.1. Pada prosedur ini gambarkan anatomi otak manusia lalu identifikasi dan
sebutkan bagian anatomi otak beserta fungsinya.
3.2.2. Pada prosedur ini yaitu Refleks Pada Manusia
1. Deep Reflex
Knee-jerk Reflex
Pada prosedur ini praktikan duduk di atas bangku yang cukup
tinggi yang memungkinkan kaki tergantung bebas. Tutuplah mata,
biarkan teman praktikan memukul lembut ligamen lutut praktikan (persis
di bawah tempurung lutut) beberapa kali. Catat respon Anda beserta
kekuatannya. Bagian mana dari sistem saraf Anda yang bertanggung
jawab atas respon ini. Hilangnya respon tersebut merupakan indikasi
kerusakan pada struktur yang mana. Kemudian ulangi prosedur di atas
sambil mengepalkan tangan praktikan kuat-kuat di punggung. Catat
respon kekuatannya. Menghitung (tanpa menulis) suatu soal Matematika.
Catat respon dan kekuatannya. Lalu bandingkan hasil yang didapat.
Babinski’s Sign
Pada prosedur ini yaitu mintalah teman praktikan menekan
sepanjang telapak kaki praktikan menggunakan benda tumpul. Amati
respon yang terjadi. Tanda positif ditunjukkan dengan fleksi ibu jari (ke
arah telapak). Bagian sistem saraf manakah yang bertanggung jawab
untuk kemunculan tanda ini. Kemudian catat hasil nya.
Reflex Achilles
Pada prosedur ini buka alas kaki praktikan dan posisikan kaki
sedikit demi sedikit dorsofleksi untuk meningkatkan tekanan otot
gastroknemius. Kemudian mintalah teman praktikan memberikan
pukulan singkat pada
tendon Achilles menggunakan prekursor.

Reflex Biseps
Pada prosedur ini letakan lengan atas praktikan di atas meja
sedemikan sehingga siku praktikan membentuk sudut 90 derajat.
Kemudian ketuklah tendon bisep dan catat respon yang terjadi.

Reflex Triseps
Pada prosedur ini posisikan lengan praktikan horizontal terhadap
dada. Kemudian berikan ketukan pada tendon triseps dan amati respon
yang terjadi.

2. Superficial Reflex
Refleks Plantar
Pada prosedur ini dengan memakai benda agak tajam, ketuklah tepi
lateral telapak kaki subjek mulai dari tumit dan diteruskan ke arah ibu
jari, catat hasil yang teramati
Refleks Abdominal
Pada prosedur ini berikan ketukan singkat pada abdomen, tepat di
bawah tulang dada menggunakan kunci dan kulu. Catat respon yang
teramati.
Refleks Kornea
Pada prosedur ini sentuhlah kornea dengan kapas. Catat respon
yang terjadi.
Refleks Faring
Pada prosedur ini sentuh uvula dan fauces dengan batang pengaduk
bersih. Catat hasil yang terjadi.
Refleks Kutan
Pada prosedur ini gerakan objek tumpul sepanjang permukaan kulit
dan amati perubahan pada warna kulit. Apakah yang mungkin
menyebabkan perubahan ini. Apakah beda dari refleks ini dengan refleks
lainnya. Disebut apakah refleks kutan ini.
Refleks Pilomotor
Pada prosedur ini belailah dengan lembut kulit. Catat respon yang terjadi.
3. Viseral Reflex
Refleks Photo-Pupil
Pada prosedur ini pejamkan mata praktikan. Biarkan teman
praktikan menyinari kelopak mata praktikan. Segera setelah itu, buka
mata dan bandingkan diameter pupil terhadap ukuran sebelum disinari.
Catat respon yang terjadi. Saraf-saraf kranial mana yang terlibat dalam
respon ini.
Refleks Konsensual
Pada prosedur ini sementara salah satu mata disinari, amati respon
yang ditunjukkan pada mata yang lain. Kemudian kesimpulan apa yang
dapat ditarik dari respon ini.

Refleks Akomodasi
Pada prosedur ini lihatlah objek yang berjarak jauh, dan mintalah
teman Anda mengukur diameter pupil. Ulangi prosedur yang sama pada
saat melihat objek dekat, sekitar 25 cm. Bandingkan diameter pupil pada
dua kondisi di atas. Kemudian berikan penjelasan.
Refleks Siliospinal
Pada prosedur ini usaplah bagian kanan leher praktikan dengan
peniti. Kemudian mintalah seorang teman untuk mengukur diameter
pupil sebelum dan sesudah leher diusap.
Refleks Sfinkter Kardiak
Pada prosedur ini tempatkan stetoskop pada xiphistrenum
(perpanjangan xiphoid) seorang teman. Kemudian mintalah dia menelan
air. Catat waktu yang diperlukan untuk terbukanya sfinkter secara reflex
(waktu setelah menelan sampai terdengar bunyi melalui stetoskop).

3.2.3. Saraf Kranial


Pada prosedur ini tentukanlah saraf kranial dengan tabel mana yangsedang
diuji ketika sedang melakukan aktivitas Membedakan sejumlah aroma (kopi,
nanas, teh, cuka) menggunakan kedua lubang hidung, Membaca buku, Menyinari
mata, Menggerakan mata mengikuti pergerakan telunjuk vertikal dan horizontal,
Mengunyah, Menyentuh dengan lembut keseluruhan bagian wajah dengan kapas,
Menggerakan mata dari satu sisi ke sisi lainnya, Mengkerutkan dahi, Tersenyum,
Bersiul, Berbisik kepada teman Anda, kemudian mintalah dia untuk mengulangi
perkataan Anda, Berjalan, Mempertahankan keseimbangan sementara Anda
berdiri di atas satu kaki, Berbicara, kemudian menelan, amati bila ada kelainan,
Mengangkat pundak Anda (sambil ditekan). Putar kepala Anda ke arah dimana
tekanan diberikan, Menjulurkan lidah. Tentukanlah Saraf Kranial yang terlibat.
3.2.4. Saraf Otonom
Pada prosedur ini praktikan jelaskan apa yang diketahui mengenai saraf
otonom, lengkapi dengan gambar dan jelaskan mengenai Adrenergik dan
kolinergik
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1 Anatomi otak manusia

Bagian bagian otak


a. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia
yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan.
Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan
binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa,
logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual.
Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
b. Cerebellum (Otak Kecil) Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian
belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum
mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya : mengatur sikap atau
posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh.
Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis
yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat
menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
c. Brainstem (Batang Otak) Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang
tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang
punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi
dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh,
mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia
yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
d. Limbic System (Sistem Limbik) Sistem limbik terletak di bagian tengah otak,
membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin
yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia
sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain
hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem
limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.

4.2. Refleks pada manusia

4.2. Refleks pada manusia

4.2.1. Deep refleks

4.2.1.1 Knee Jerk refleks

Ketika tempurung lutut dipukul dengan lembut maka terjadi reflex kaki
bergerak ke depan

4.2.1.2. Babinski’s Sign

Dorsofleksi ibu jari kaki dan Gerakan jari – jari kaki mekar

4.2.1.3. Refleks Achilles

Terjadi plantar flexy pada kaki (reflex kaki berjinjit


4.2.1.4. Refleks Biseps

Terjadi flexy lengan dan tampak kontraksi otot biseps. Ditandai dengan
berkedutnya lengan

4.2.1.5. Refleks Triseps

Memberikan respon berupa ekstensi lengan bawah pada sikut (ekstensi


lengan dan tampak kontraki otot triseps)

4.2.2. Superficial refleks

4.2.2.1. Refleks plantar

Respon yang dirasakan terasa sakit di saat benda tajam mulai


diketukkan dari tepi lateral menuju arah ibu jari.
4.2.2.2. Refleks abdominal

4.2.2.3. Refleks kornea

Di saat kapas mengenai kornea mata, respon yang ditunjukan mata


langsung berkedip dan timbul air dikarenakan terasa perih
4.2.2.4. Refleks faring

Ketika batang pengaduk menyentuh uvula dan fauces, respon yang


terjadi merasa ingin muntah.
4.2.2.5. Refleks kutan

Disaat objek tumpul ditekan ke permukaan kulit,respon yang terjadi


tidak terdapat perubahan warna secara langsung. Namun setelah beberapa saat,
bekas yang di tekan muncul kemerahan.
4.2.2.6. Refleks pilomotor

Ketika dibelai respon yang terjadi yaitu bulu kuduk berdiri dan merasa
geli.
4.2.3. Viseral refleks

4.2.3.1 Refleks photo pupil

Hasil yang di dapat menunjukan adanya diameter, sebelum dilakukan


percobaan diameternya 3 mm. dan setelah diberi percobaan melebar menjadi
3,5 mm

4.2.3.2. Refleks konsensual

Kedua pupil terasa mengecil secara bersamaan walaupun hanya satu mata
yang disinari,semua itu bisa terjadi karena ada interneuron antara nukleus
propekpalil kanan dan kiri

4.2.3.3. Refleks akomodasi

Pada saat objek menjauh, pupil membesar sedikit. Sedangkan pada saat
objek dalam keadaan dekat pupilnya menyempit dan kembali normal

4.2.3.4. Refleks siliospinal

Sebelum leher diusap pupil berdiameter 3,5 mm dan setelah leher diusap
refleks diameternya mengecil menjadi 3 mm

4.2.3.5. Refleks Sfinkter karidak

Waktu yang didapat adalah 3 detik .


4.3. Saraf Kronial

No Aktivitas Saraf kranial yang terlibat


1 Membedakan sejumlah aroma
(kopi, nanas, teh, cuka) Saraf olfsktorius
menggunakan kedua lubang
hidung
2 Membaca buku Saraf optic
3 Menyinari mata Saraf optic
4 Menggerakan mata mengikuti Saraf abdusen
pergerakan telunjuk vertikal dan
horizontal
5 Mengunyah Saraf troklearis
6 Menyentuh dengan lembut Saraf trigeminus
keseluruhan bagian wajah dengan
kapas
7 Menggerakan mata dari satu sisi ke Saraf okulomotor
sisi lainnya
8 Mengkerutkan dahi Saraf motoric
9 Tersenyum Saraf motoric
10 Bersiul Saraf glosofaringeal
11 Berbisik kepada teman Anda,
kemudian mintalah dia untuk Saraf vestibulokoklaris
mengulangi perkataan Anda
12 Berjalan Saraf vestibulokoklaris
13 Mempertahankan keseimbangan
sementara Anda berdiri di atas Saraf vestibulokoklaris
satu
kaki
14 Berbicara, kemudian menelan, Saraf glosofaringeal
amati bila ada kelainan
15 Mengangkat pundak Anda (sambil
ditekan). Putar kepala Anda ke Saraf aksesorius
arah dimana tekanan diberikan
16 Menjulurkan lidah Saraf hipoglossus
4.4. Saraf Otonom

Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang berfungsi untuk mengontrol aktivitas
tubuh yang terjadi tanpa kita sadari, seperti tekanan darah, detak jantung, hingga suhu
tubuh. Bila fungsi sistem saraf ini terganggu, berbagai masalah kesehatan pun dapat
terjadi.
1) Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun
dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem
ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang
kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal
ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion
disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf perifer yang sebagian
besar bertindak independen dari kontrol sadar (sengaja) dan terdiri dari saraf
di otot
jantung, otot polos, eksokrin dan kelenjar endokrin. Sistem saraf otonom
bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi pemeliharaan yang memiliki reputasi
untuk menjadi di luar kendali sadar. Pembagian utama lain dari sistem saraf
perifer, sistem saraf somatik, terdiri dari tengkorak dan saraf tulang belakang yang
menginervasi jaringan otot rangka dan lebih di bawah kontrol sengaja.
Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam
kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja
secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Sistem saraf otonom juga
disebut sistem saraf tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran. Struktur jaringan
yang dikontrol oleh sistem saraf otonom yaitu otot jantung, pembuluh darah, iris
mata, organ thorakalis, abdominalis, dan kelenjar tubuh. Secara umu, sistem saraf
otonom dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis.
Sistem saraf otonom bekerja secara tidak sadar. Ada 3 hal yang membedakan
antara saraf motorik somatik dan otonom yaitu:
a. Efektor; saraf motorik somatik akan menstimulasi otot skeletal, sedangkan
saraf otonom akan menginervasi organ viseral seperti otot jantung, usus,
dll.
b. Jaras eferen dan ganglion; badan sel saraf somatik terletak pada SSP
membentuk nukleus (inti saraf) dan aksonnya menuju otot skeletal dan
akson tersebut memiliki karakteristik tebal dan bermielin yang menghantar
impuls saraf secara cepat.
c. Neurotransmiter; semua saraf motorik somatik akan melepaskan
neurotransmiter asetilkolin (ACh) yang memberikan efek eksitasi yang
menyebabkan otot skeletal untuk melakukan kontraksi sedangkan saraf
otonom akan melepaskan neurotransmiter pada postganglion berupa
norepinefrin pada sinaps akson postganglion saraf simpatis dan asetilkolin
pada sinaps akson postganglion saraf parasimpatis yang dapat
menyebabkan eksitasi atau inhibisi pada target organ tergantung pada
reseptor yang dimiliki
2) a. Adrenergik
Sistem adrenergic dikenal sebagi sistem saraf simpatis, diperkirakan bahwa
adrebalin merupakan norepinefrin. Obat-obat yang mempunyai efek dari
norepinefrin disebut sebagai obat-obat adrenergic atau simpatomimetik. Obatobat
itu juga dikenal dengan nama agonis adrenergic karena memulai respons pada
tempat reseptor adrenergic. Obat-obat yang menghambat efek norepinefrin disebut
sebagai penghambat adrenergic. Obat-obat ini dikenal dengan nama adrenergic
karena mencegah respons pada tempat reseptor. Ada tiga jenis sel-sel organ
reseptor adrenergic yaitu, alfa, beta dan beta. Noripenefrin dilepaskan dari ujung
saraf terminal dan merangsang reseptor sel untuk menghasilkan suatu respons
b. Kolinergik
Sistem kolinergik dikenal sebagai sistem saraf parasimpatis, neurotransmitter terdapat
pada ujung saraf neuron yang mempersarafi otot yaitu asetilkolin. Obatobat yang
menyerupai asetilkolin disebut sebagai obat-obat kolinergik atau parasimpatik. Obat-obat
ini dikenal juga dengan nama agonis kolinergik karena memulai respon kolinergik,
sedangkan obat- obat yang mengahmbat efek asetilkolin disebut antikolinergik. Obat-obat
ini dikenal juga dengan nama antagonis kolinergik karena menghambat efek asetilkolin
pada organ. Reseptorreseptor kolinergik pada sel-sel organ dapat bersifat nikotinik atau
muskarinik yang berarti dirangsang oleh alkaloid nikotin atau muskarin. Asetilkolin
merangsang reseptor untuk menghasilkan suatu respons, tetapi enzim asetilkolinesterase
dapat menginaktivasi asetilkolin sebelum mencapai sel reseptor.

4.2. Pembahasan
Pada praktikum percobaan terhadap sistem saraf. Dengan tujuan untuk
menentukan anatomi dan fisiologi otak, menjelaskan berbagai jenis refleks pada
manusia, menentukan jenis keterlibatan saraf kranial dalam suatu aktivitas kehidupan
dan menentukan efek adrenergik serta kolinergik terhadap ukuran pupil mata. Sistem
saraf merupakan serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf. Sistem saraf berfungsi untuk menyelenggarakan kerja
sama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh.

Pada praktikum ini, dibagi menjadi 2 prosedur. Yaitu anatomi dan refleks pada
manusia. Pada prosedur anatomi, digunakan buku rujukan yang ada kemudian
digambarkan anatomi otak manusia dan dijelaskan bagian-bagian beserta nama
bagian yang sesuai. Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan
yang timbul namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan
gerakan yang bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan
gerakan volunter, maupun untuk membela diri. Bila suatu perangsangan dijawab
dengan bangkitnya suatu gerakan, menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan
otot yang bergerak secara reflektorik terdapat suatu hubungan.
Anatomi Otak Manusia

Otak merupakan organ kecil yang tersimpan didalam batok kepala yang
merupakan pusat sistem syaraf dan berfungsi sebagai pusat kendali dan koordinasi
seluruh aktifitas biologis, fisik, dan sosial dari seluruh tubuh. Batok kepala manusia
rata-rata mampu menampung volume sekitar 1700 ml yang berisi 1400 ml (80%)
otak, 150 ml (10%) darah, dan 150 ml (10%) cairan otak. Manusia terlahir dengan
struktur otak yang sempurna dengan berat sekitar 1300-1400 gram (2% berat tubuh).
Otak merupakan sumber dari seluruh pemikiran, perasaan, keinginan, dan juga
merupakan penjaga memori kita. Didalam otak terdapat 100 miliar sel neuron dan 1
trilyun sel neuroglia. Setiap neuron mampu membangun 10.000 cabang dendrit
bahkan bisa mencapai 100.000, sehingga akan terbentuk 1000 trilyun sinapsis
(koneksi komunikasi). Secara anatomis, otak terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu:
otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brainstem).

Otak menangkap semua rangsangan untuk dipahami (dipersepsi) melalui kerja sel
saraf, sirkuit saraf, dan nemotransmitter (Wathon, 2016). Otak besar (cerebrum)
merupakan bagian terbesar (±80%) dari berat otak. Otak besar merupakan pusat
aktifitas mental seperti memori (ingatan), kepandaian (inteligensia), dan juga
kesadaran dan pertimbangan. Keberadaannya memungkinkan individu untuk
berpikir, berbicara, mengingat, dan mengendalikan pikiran. Otak ini pun memiliki
peran yang besar dalam proses belajar seseorang. Selain itu, tingkat kecerdasan
individu juga dibentuk di otak besar. Bongkahan cerebrum terbagi menjadi dua
belahan (hemisfer) yaitu kiri dan kanan oleh alur fissura longitudinal. Setiap hemisfer
memiliki fungsi yang berbeda. Otak kiri, dikenal sebagai otak rasional bekerja dalam
pola yang linier, sekuensial, mengurusi hal-hal yang terkait logika-rasio, kata dan
bahasa, dan
matematik. Sebaliknya otak kanan atau otak irasional bekerja dengan pola yang tidak
teratur, berkaitan dengan kreativitas, seni, desain, musik, warna dll. Selain itu
belahan otak ini berfungsi untuk kontrol dan koordinasi bagian tubuh secara
bersilangan. Kedua belahan otak ini terhubung oleh sebuah struktur jaringan syaraf
yang disebut corpus callosum. Cerebrum terbagi dalam beberapa bagian (lobus)
dengan fungsi khasnya masing-masing, yaitu: (a) Lobus frontal; kegiatan berpikir,
perencanaan, dan penyusunan konsep, (b) Lobus temporal; bertanggung jawab pada
persepsi suara dan bunyi, (c) Lobus perietal; bertanggung jawab pada kegiatan
berpikir, terutama pengaturan memori Lobus occipital; mengatur fungsi penglihatan.
Keseluruhan bagian otak terbungkus oleh selaput yang dinamakan cortex cerebri
(kulit otak). Struktur ini melapisi seluruh permukaan cerebrum hingga pada lekukan
terdalam sekalipun. Lapisan ini memiliki ketebalan yang bervariasi antara 1,5 mm –
4,5 mm, rata-rata 2,5 mm (lobus frontal), paling tebal 4,5 mm (area motorik), dan
paling tipis 1,5 mm - 2,2 mm (area visual). Jumlah sel syaraf pembentuknya sekitar
2,6 x 109 sel neuron. Struktur ini terlihat ”tak beraturan” berupa lekukan (konvolusi)
yang terdiri atas cekungan (sulcus) dan tonjolan (gyrus). Fungsi utama kulit otak
yaitu fungsi sensorik, asosiasi, dan motorik. Melalui instrumen Positron Emission
Tomography (PET) diketahui bahwa terdapat enam sistem otak (brain system) yang
secara terpadu meregulasi semua perilaku manusia. Keenam sistem otak tersebut
adalah cortex prefrontalis, sistem limbik, gyros cingulatus, ganglia basalis, lobus
temporalis, dan cerebellum. Keenam sistem otak tersebut mempunyai peranan
penting dalam pengaturan kognisi, afeksi, dan psikomotorik, termasuk IQ, EQ, dan
SQ (Suyadi, 2012)

Otak kecil (cerebellum) terletak dibagian belakang kepala, dibawah lobus


occipital dekat dengan ujung leher bagian atas. Ia terhubung ke otak melalui
pedunculus cerebri. Cerebellum bertanggung jawab dalam proses koordinasi dan
keseimbangan. Secara lebih detil Rohkamm (2004: 54) menjelaskan struktur dan
fungsi otak kecil terbagi pada tiga spesifikasi, yaituvestibulocerebellum
(anrcheocerebellum), terdiri atas flocculonodular lobe dan lingula, bertanggung
jawab untuk mengontrol keseimbangan, otot aksial dan proksimal, irama pernafasan,
pergerakan kepala dan mata (stabilisasi pandangan). Kedua, spinocerebellum
(paleocerebellum); berfungsi dalam mengontrol otot-otot yang berkaitan dengan
postur, keseimbangan. Ketiga, pontocerebellum (neocerebellum); berfungsi untuk
keseimbangan tubuh, kecepatan
serta ketepatan pergerakan tubuh dan perkataan. Batang otak (brainstem), posisinya
berada didalam tulang tengkorak bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang
punggung atau sumsum tulang belakang. Batang otak tersusun atas otak tengah,
pons, dan medulla. Didalamnya terdapat inti syaraf kranial dan jalan naik-turunnya
pertukaran informasi dari otak, otak kecil, dan tulang belakang. Bagian otak ini
mengatur fungsi dasar kehidupan seperti pernafasan, denyut jantung, suhu tubuh,
proses pencernaan, dan lain-lain

Refleks Manusia

Pada prosedur refleks pada manusia, prosedur ini dibagi menjadi 3 Sub prosedur
refleks. Yaitu deep refleks, superficial refleks dan visceral refleks. Deep refleks yaitu
refleks pada tendon, superficial refleks yaitu refleks pada kulit dan visceral refleks
adalah organik refleks. Pada sub prosedur deep refleks, ada percobaan knee-jerk
reflek. Knee-jerk refleks adalah refleks pada tendon patella. Pada refleks ini, respons
yang terjadi saat mengepalkan tangan yaitu ekstensi tungkai bawah dan respons saat
sambil menghitung adalah kaki bergerak kedepan. Hal ini dikarenakan pukulan pada
tendon ini akan secara pasif meregangkan otot-otot kuardriseps dan mengaktifkan
reseptor- reseptor gelendongnya, refleks ini juga menghasilkan kontraksi otot-otot
ekstensor sehingga mengalami ekstensi tungkai bawah. Pada waktu lutut dipukul,
maka lutut memberikan respon dengan adanya gerakan refleks yaitu dengan
menggerakan lututnya. Refleks pada lutut ini disebut refleks sumsum tulang
belakang, karena saraf penghubungnya terletak di dalam sumsum tulang belakang.
Pada percobaan Babinski sign, Babinski sign adalah refleks yang timbul ketika
telapak kaki dirangsang dengan instrumen tumpul. Pada refleks ini, respon yang
terjadi adalah dorsofleksi ibu jari kaki dan gerakan mekar jari-jari kaki. Gerakan
dorsofleksi ibu jari tersebut disebabkan adanya kontraksi pada m. Ekstensor hallusis
longus. Pada percobaan refleks Achilles, refleks ini adalah refleks pada tendon
Achilles. Respon yang terjadi adalah plantar fleksi pada kaki, hal ini disebabkan
berkontraksinya m. triceps surae dan memberikan gerak plantar fleksi pada kaki.
Pada percobaan refleks biseps, refleks biseps adalah refleks lengkung C5 dan busur
refleks C6 dengan menenkan secara cepat pada tendon biseps brachii. Respon yang
terjadi adalah fleksi lengan dan kontraksi otot biseps, hal ini dikarenakan
mengaktifkan reseptor peregangan di dalam otot biceps brachii yang berkomunikasi
terutama dengan saraf tulang belakang C5 dan sebagian dengan saraf tulang
belakang C6 untuk menginduksi kontraksi refleks otot biseps dan sentakan
lengan bawah. Pada refleks triseps, refleks triseps adalah refleks karena timbulnya
kontraksi paksa dari otot triseps barkii. Respon yang terjadi adalah ekstensi lengan.
Hal ini disebabkan karena kontraksi yang mendadak pada otot trisep menyebabkan
ekstensi.

Pada sub prosedur superficial reflex, ada refleks plantar. Refleks plantar adalah
refleks yang timbul ketika telapak kaki dirangsang dengan instrumen tumpul atau
agak tajam. Respon yang terjadi adalah fleksi plantar kaki dan semua jari kaki dan
rasa sakit dapat dirasakan saat benda tersebut diketukkan dari tepi lateral menuju arah
ibu jari. Terjadinya plantar fleksi dari jari-jari kaki. (Pusat lumbar (L)5 – sacral (S)1 -
saraf perifer n. tibialis). Pada refleks abdominal, adalah refleks yang timbul saat
dinding perut digores dengan menggunakan benda agak runcing seperti kunci.
Respon yang terjadi adalah berupa otot berkontraksi dan pusar bergerak ke arah otot
yang berkontraksi. Hal ini disebabkan karena otot (m. rectus abdominis)
berkontraksi. Pada refleks kornea, refleks kornea adalah refleks yang mengakibatkan
mata kedip. Respon yang terjadi adalah refleks mengakibatkan dipejamkannya mata
(m. orbicularis oculi) dan dirasakan perih dan muncur air mata. Dan sensibilitas
kornea dipengaruhi oleh
N.V sensorik cabang oftalmik. Pada refleks faring, refleks faring adalah kontraksi
refleks pada bagian belakang tenggorokan. Respon yang terjadi adalah refleks ingin
muntah, hal ini dikarenakan kontraksi dari otot konstriktor di faring karena adanya
stimulasi dari reseptor sensori di soft palate oleh rasangan fisik, refleks ini mencegah
benda asing melintasi tenggorokan diluar cara menelan normal dan membantu
mencegah tersangkutnya benda asing tersebut di tenggorokan. Pada refleks kutan,
refleks kutan adalah refleks yang terjadi ketika daerah kulit digerakan suatu objek
tumpul disepanjang permukaan kulit. Respon yang terjadi adalah tidak ada perubahan
warna kulit secara langsung, namun setelah beberapa saat bekas yang ditekan muncul
kemerahan, timbul kemerahan dapat disebabkan karena pada kulit yang mengalami
tekanan terjadi penumpukan darah. Pada refleks pilomotor, refleks pilomotor adalah
ini terjadi karena saat kulit diraba dengan ringan dan otak akan langsung
mengaktifkan mode siap siaga terhadap ancaman. Respon yang terjadi adalah
berdirinya bulu kuduk dan terasa geli, hal ini disebabkan oleh kontraksi otot
piloerektor yang melekat pada setiap rambut. Setiap otot yang berkontraksi
menciptakan depresi dangkal pada permukaan kulit, yang menyebabkan area di
sekitarnya menonjol.
Pada sub prosedur visceral refleks ada percobaan refleks photopupil, refleks
photopupil adalah refleks cahaya. Respon yang terjadi adalah adanya perbedaan
diameter, sebelum diberi perlakuan diameternya 3 mm dan setelah diberi perlakuan
melebar menjadi 3,5 mm. Hal ini disebabkan karena otot sirkuler relaksasi dan otot
radier berkontraksi untuk mengatur cahaya yang masuk. Pada refleks konsensual,
refleks konsensual adalah refleks perubahan pupil saat salah satu mata disinari.
Respon yang terjadi adalah saat salah satu mata disinari, pupil secara bersamaan
mengecil. Hal ini disebabkan perubahan pupil terlepas dari mata mana yang terpapar
cahaya, ketika cahaya menyinari satu mata refleks yang terjadi kedua pupil mata
akan tetap mengecil bersamaan karena setiap ekstremitas aferen memiliki dua
ekstremitas eferen, satu ipsilateral dan satu kontralateral. Tungkai eferen ipsilateral
mentransmisikan sinyal saraf untuk refleks cahaya langsung dari ipsilateral dan
ekstremitas eferen kontralateral menyebabkan refleks cahaya konsensual pupil
kontralateral. Pada percobaan refleks akomodasi, refleks akomodasi adalah respons
terhadap pemfokusan pada objek yang dekat, kemudian melihat objek yang jauh (dan
sebaliknya), yang terdiri dari perubahan terkoordinasi dalam vergensi , bentuk lensa (
akomodasi ) dan ukuran pupil. Respon yang terjadi adalah pada saat objek menjauh,
pupil melebar sedikit. Sedangkan saat objek dalam keadaan dekat pupil menyempit
dan kembali normal. Hal ini terjadi karena daya akomodasi mata diatur melalui saraf
parasimpatis, perangsangan saraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris
yang selanjutnya akan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias.
Dengan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding
waktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata
frekuensi impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar objek tetap
dilihat dengan jelas. Pada refleks siliospinal, refleks siliospinal adalah refleks yang
berhubungan langsung dengan sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi. Respon
yang terjadi adalah sebelum leher diusap pupil berdiameter 3,5 mm dan setelah leher
diusap diameternya mengecil menjadi 3 mm. Hal ini terjadi karena pada tengkuk
terdapat saraf penghubung yang menghubungkan neurun pada bagian tengkuk
kepusat sistem saraf dan pupil mata sebagai efektor dari rangsangan yang diberikan.
Pada refleks sfinkter kardiak, reflekd sfinkter kardiak adalah refleks menutup dan
membukanya kerongkongan. Respon yang terjadi, saat waktu 3 detik refleks sfinkter
bekerja dengan membuka dan mendorong air masuk. Hal ini disebabkan Ketika
proses penelanan makanan atau minuman berlangsung, esofagus akan berkontraksi,
yang juga disebut sebagai gerak
peristaltik. Gerak peristaltik ini akan membuat sfingter esofagus mengendur dan
memberi jalan pada makanan untuk masuk ke dalam lambung.

4.3 Saraf Kranial

Saraf kranial, saraf kranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat
dari otak, saraf kranial merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Nama-nama saraf
tersebut berasal dari urutan letak mereka mulai dari atas sampai ke bawah. Fungsi
utama dari saraf-saraf ini adalah mengatur segala fungsi organ-organ yang berada di
daerah kepala mulai dari kesadaran, fungsi berkomunikasi, fungsi mengunyah hingga
fungsi menelan. Saraf kranial memiliki 3 macam fungsi yakni motoric, sensoris dan
otonom dan berbeda pada masing-masing saraf. Pada aktivitas pertama, membedakan
sejumlah aroma, saraf yang terlibat adalah saraf olfaktorius atau saraf kranial I yang
merupakan saraf pertama dari 12 saraf kranial, saraf ini penting dalam penciuman.
Kedua, membaca buku dan menyinari mata melibatkan saraf optikus atau saraf optic,
saraf ini mengirimkan informasi penglihatan dari retina ke otak. Ketiga, melalukan
kegiatan dengan menggerakan mata mengikuti pergerakan telunjuk vertical dan
horizontal, saraf yang terlibat adakah saraf abdusen, saraf ini memasok salah satu
otot pada mata. Keempat, mengunyah melibatkan saraf troklearis, saraf ini terletak
dibagian ventral dari gray matter periaqueductal dan berada langsung dibawah
kompleks inti oculomotor di tingkat colliculli rendah. Kelima menyentuh wajah
dengan lembut dengan menggunakan kapas, saraf yang terlibat adakah saraf
trigeminus, saraf ini berperan dalam mengirimkan sensai dari kulit bagian anterior
kepala, rongga mulut, hidung, gigi dan meninges. Keenam, menggerakan mata dari
satu sisi ke sisi lain, saraf yang terlibat adalah okulomotor, saraf ini berperan
mwngontrol sebagian besar gerakan mata, konstriksi pupil dan mempertahankan
terbukanya kelopak mata. Ketujuh, mengerutkan dahi dan tersenyum melibatan
fasialis saraf mototik dan berperan dalam persarafan otot ekspresi wajah. Kedelapan,
bersiul melibatkan saraf glosofaringeal yang memiliki peran dalam gag refleks.
Kesembilan, berbisik kepada teman dan mengulangi perkataan, berjalan dan
mempertahankan keseimbangan dan berdiri pada satu kaki melibatkan saraf
vestibulokoklaris yang berperan dalam proses mendengar dan menjaga
keseimbangan tubuh. Kesepuluh, berbicara kemudian menelan dan amati bila ada
kelainan melibatkan saraf glosofaringeal. Kesebelas mengangkat pundal sambil
ditekan dan putar kepala kearah dimana tekanan diberikan melibatkan saraf
aksesorius yang
berperan dalam memberikan persyarafan otot-otot leher. Kesebelas, menjulurkan
lidah, melibatkan saraf hipoglossus yang berperan smemberikan persyarafan pada
otot-otot lidah.

4.4 SARAF OTONOM


Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang berfungsi untuk mengontrol aktivitas
tubuh yang terjadi tanpa kita sadari, seperti tekanan darah, detak jantung, hingga suhu
tubuh. Bila fungsi sistem saraf ini terganggu, berbagai masalah kesehatan pun dapat
terjadi.
3) Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun
dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem
ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang
kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal
ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion
disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf perifer yang sebagian
besar bertindak independen dari kontrol sadar (sengaja) dan terdiri dari saraf di
otot jantung, otot polos, eksokrin dan kelenjar endokrin. Sistem saraf otonom
bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi pemeliharaan yang memiliki reputasi
untuk menjadi di luar kendali sadar. Pembagian utama lain dari sistem saraf
perifer, sistem saraf somatik, terdiri dari tengkorak dan saraf tulang belakang yang
menginervasi jaringan otot rangka dan lebih di bawah kontrol sengaja.

Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam


kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja
secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Sistem saraf otonom juga
disebut sistem saraf tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran. Struktur jaringan
yang dikontrol oleh sistem saraf otonom yaitu otot jantung, pembuluh darah, iris
mata, organ thorakalis, abdominalis, dan kelenjar tubuh. Secara umu, sistem saraf
otonom dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis.
Sistem saraf otonom bekerja secara tidak sadar. Ada 3 hal yang membedakan
antara saraf motorik somatik dan otonom yaitu:
d. Efektor; saraf motorik somatik akan menstimulasi otot skeletal, sedangkan
saraf otonom akan menginervasi organ viseral seperti otot jantung, usus,
dll.
e. Jaras eferen dan ganglion; badan sel saraf somatik terletak pada SSP
membentuk nukleus (inti saraf) dan aksonnya menuju otot skeletal dan
akson tersebut memiliki karakteristik tebal dan bermielin yang menghantar
impuls saraf secara cepat.
f. Neurotransmiter; semua saraf motorik somatik akan melepaskan
neurotransmiter asetilkolin (ACh) yang memberikan efek eksitasi yang
menyebabkan otot skeletal untuk melakukan kontraksi sedangkan saraf
otonom akan melepaskan neurotransmiter pada postganglion berupa
norepinefrin pada sinaps akson postganglion saraf simpatis dan asetilkolin
pada sinaps akson postganglion saraf parasimpatis yang dapat
menyebabkan eksitasi atau inhibisi pada target organ tergantung pada
reseptor yang dimiliki
4) a. Adrenergik
Sistem adrenergic dikenal sebagi sistem saraf simpatis, diperkirakan bahwa adrebalin
merupakan norepinefrin. Obat-obat yang mempunyai efek dari norepinefrin disebut sebagai obat-
obat adrenergic atau simpatomimetik.
Obatobat itu juga dikenal dengan nama agonis adrenergic karena memulai respons pada tempat
reseptor adrenergic. Obat-obat yang menghambat efek norepinefrin disebut sebagai penghambat
adrenergic. Obat-obat ini dikenal dengan nama adrenergic karena mencegah respons pada tempat
reseptor. Ada tiga jenis sel-sel organ reseptor adrenergic yaitu, alfa, beta dan beta.
Noripenefrin dilepaskan dari ujung saraf terminal dan merangsang reseptor sel untuk menghasilkan
suatu respons
b. Kolinergik
Sistem kolinergik dikenal sebagai sistem saraf parasimpatis, neurotransmitter terdapat pada
ujung saraf neuron yang mempersarafi otot yaitu asetilkolin. Obatobat yang menyerupai asetilkolin
disebut sebagai obat- obat kolinergik atau parasimpatik. Obat-obat ini dikenal juga dengan nama
agonis kolinergik karena memulai respon kolinergik, sedangkan obat-obat yang mengahmbat efek
asetilkolin disebut antikolinergik. Obat-obat ini dikenal juga dengan nama antagonis kolinergik
karena menghambat efek asetilkolin pada organ. Reseptorreseptor kolinergik pada sel-sel organ
dapat bersifat nikotinik
atau muskarinik yang berarti dirangsang oleh alkaloid nikotin atau muskarin. Asetilkolin
merangsang reseptor untuk menghasilkan suatu respons, tetapi enzim asetilkolinesterase dapat
menginaktivasi asetilkolin sebelum mencapai sel reseptor
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1 Pada percobaan sistem saraf ini praktikan dapat mengetahui
anatomi dan fisiologi daro suatu otak manusia
5.1.2 Praktikan dapat menentukan jenis jenis refleks yang ada pada manusia
5.1.3 Praktikan dapat menentukan jenis keterlibatan saraf kraonial dalam suatau
aktivitas kehidupan manusia
5.1.4 Praktikan dapat menentukan efek adnergik dan kolinergik terhadap ukuran
pupil katak
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin (2013). “ Anatomi Sistem Saraf.”


Marcos, Hendra, and Galuh Kusumastuti.” Sistem pakar diagnosis penyakit saraf pusat
dengan Metode forward Chaining. “Jurnal Teknik Elektro 8.2 (2016) : 23-24.”
Susanti,L. (2015). Faktor factor yang mempernaruhi kejadian insomnia di poliklinik saraf
RS Dr.M. Sjamal Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 4(3).
LAMPIRAN

Gambar 1. Refleks kornea


Gambar 2. Refleks Kutan

Gambar 3. Refleks pilomotor Gambar 4. Babinski’s


Gambar 5. Refleks abdominal

Anda mungkin juga menyukai