NIM : 220106150
Kelas : FA 22 3B
Dosen pengampu : apt.Kartika Sari,M.S.Farm.
1.2.2 Bahan
No Nama Bahan Kegunaan Precaution
1 Diazefam Bahan uji Tidak bersifat
(C16H13ClN3O ) karsigonen.
2 Fenitoin Bahan uji Tidak berbahaya
(C15H12N22)
3 Mencit Hewan uji Tidak berbahaya
4 Gabapentin Bahan uji Tidak berbahaya
( C9H17NO2)
5 Karbamazepin Bahan uji Tidak berbahaya
(C15H12N20 )
6 PGA 5% Bahan uji Tidak berbahaya
Hasil Pengamatan
B. Diazepam 500 mg
Dosis konversi: 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg/ 25 gr
30
Konversi hewan Uji: 1,3 mg x 20 = 1,95 mg
1,95 𝑚𝑔
Stok Pemberian: 0,5 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 3,9 mg/ml
C. Gabapentin 300 mg
Dosis konversi: 300 mg x 0,0026 = 0,78 mg/ 25 gr
30
Konversi hewan Uji: 0,78 x 20 = 1,17 mg
1,17 𝑚𝑔
Stok Pemberian: 0,5 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,34 mg/ml
D. Karbamazepin 200 mg
Dosis konversi: 200 mg x 0,0026 = 0,52 mg/ 25 gr
30
Konversi hewan Uji: 0,52 x 20 = 0,78 mg
0,78 𝑚𝑔
Stok Pemberian: 0,5 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 1,56 mg/ml
E. Aminofilin 200 mg
200 mg ~ 0,2 gram
F. Na-CMC 5%
5
5% = %b/v = 1000 x 100 = 0,5 ml
Waktu (menit)
1 (Na-CMC) 02.20 27.00 - -
2 (Diazepam) 03.30 13.02 22.51 41.36
3 (Karbamazepin) 04.51 27.55 - -
4.2 Pembahasan
Praktikum farmakologi ini bertujuan untuk mengetahui efek obat
terhadap konvulsi pada hewan percobaan yang diinduksi oleh striknin
berdasarkan pengamatan waktu timbulnya dan lamanya konvulsi. Pengujian
efek konvulsi ini dilakukan dengan induksi striknin dan obat yang diujikan yaitu
Diazepam dengan dosis 2,6 mg/kg BB dan 5,6 mg/kg BB.
Perangsangan sistem saraf pusat oleh striknin menyebabkan neuron
tereksitasi sampai ambang kritis tertentu sehingga menimbulkan efek konvulsi
sedangkan diazepam merupakan suatu obat antikovulsi, dimana bekerja melalui
penghambatan sistem GABAergik dengan cara berikatan dengan reseptor
GABAA pada kanal ion CL- yang menyebabkan penurunan eksitabilitas dari
neuron tersebut sehingga konvulsi dapat dicegah atau diturunkan.
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan.
Digunakan mencit putih jantan karena mencit betina tidak stabil. Mencit betina
mengalami menstruasi dan pada saat menstruasi maka hormonnya akan
meningkat sehingga mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kenaikan hormon
ini juga akan berpengaruh pada efek obat, maka digunakan mencit jantan
sebagai hewan percobaan. Dengan alasan inilah mencit betina jarang digunakan
sebagai hewan percobaan. Adapun alat yang digunakan adalah syringe 1 ml,
jarum suntik karena obat diberikan secara intraperitoneal dan subkutan,
stopwatch untuk menghitung durasi waktu yang diperlukan dalam perlakuan,
dan timbangan mencit untuk mengukur bobot mencit agar dapat menghitung
volume dosis obat yang diberikan kepada tiap-tiap mencit. Bahan yang
digunakan antara lain larutan Gom Arab 2% sebagai pelarut atau pembawa obat
yang digunakan, striknin sebagai penginduksi konvulsi, dan diazepam dengan
dua dosis yaitu dosis 2,6 mg/kgBB dan dosis 5,6 mg/kgBB sebagai obat
antikonvulsi.
Alasan mencit dipakai sebagai hewan percobaan adalah karena anatomi
fisiologi tubuhnya mirip dengan manusia. Sebagai hewan percobaan mencit
yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: bersifat homogen
baik dari segi galur, berat, umur dan jenis kelaminnya karena akan
mempengaruhi dosisnya.
Disiapkan mencit dan bahan-bahan percobaan. Pertama sebanyak 5
ekor mencit diberi tanda terlebih dahulu pada ekornya agar mudah dikenali.
Lalu masing-masing mencit ditimbang berat badannya dengan menggunakan
timbangan. Pada saat mencit ditimbang, diusahakan mencit tidak bergerak
sehingga tidak mempengaruhi skala penimbangan.
Setelah itu, dihitung jumlah obat yang akan diberikan pada masing-
masing mencit berdasarkan berat badannya yaitu dengan cara menghitung
dengan menggunakan rumus: (BB ditimbang/ 20 g) x 0,5 ml untuk
intraperitonial. Larutan PGA dan diazepam yang akan diberi pada mencit
dengan cara intraperitonial.
Mencit yang sudah ditimbang dan diberi tanda dibagi menjadi 5
kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol negatif, kelompok obat uji I
kelompok obat uji II,III,IV dan V Lalu semua mencit dari setiap kelompok
diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya. Kelompok kontrol negatif
diberi PGA. Kelompok kontrol positif diberi diazepam dengan dosis 2,6
mg/kg BB dan kelompok uji diberi diazepam dengan dosis 5,2 mg/kg BB.
Pemberian zat obat dilakukan secara intraperitonial. Cara pemerian obat
melalui intraperitonial yaitu penyuntikan di perut. Mencit dipegang dengan
benar tetapi kepalanya agak ke bawah abdomen. Lalu jarum disuntikkan
dengan sudut 10° dari abdomen agak ke pinggir, untuk mencegah terkenanya
kandung kemih dan apabila terlalu tinggi akan mengenai hati.
Kemudian setelah 30 menit, hewan diberi striknin dengan dosis yang
sudah ditentukan. Diberikan setelah 30 menit karena daya absorpsi efektif
obat diazepam dan larutan PGA selama 30 menit. Cara menghitung dosis
striknin dengan cara (BB ditimbang/ 20 g) x 0,25 ml karena diberikannya
secara subkutan
Untuk mekanisme penyuntikan secara subkutan tengkuk mencit
dipegang, kemudian kulit tengkuknya ditarik dan disuntikkan di bawah kulit.
Striknin adalah suatu zat kimia yang dapat menimbulkan konvulsi. Striknin
dapat menghambat inhibisi pascasinaps dengan cara mengantagonis kerja
neurotransmitter glisin pada medulla spinalis, sehingga neuron tersebut akan
mengalami eksitasi. Eksitasi yang meningkat akan menyebabkan kontraksi
otot yang berlebihan dan tak terkendali yang disebut dengan konvulsi. Pada
pemberian striknin harus dilakukan dengan cermat, setiap akan memulai
penyuntikan pastikan suntikan telah dicuci terlebih dahulu karena apabila
tidak dicuci dapat mengakibatkan terjadi keracunan striknin pada hewan
percobaan karena akumulasi terjadinya akumulasi striknin dalam suntikan
sehingga hasil pengamatan tidak akan maksimal karena data yang didapat
akan memiliki terlalu banyak bias.
Segera setelah pemberian striknin, beberapa saat akan muncul konvulsi
pertama kemudian dicatat waktu konvulsi pertama tersebut, dan dicatat pula
waktu saat konvulsi pertama (onset) hingga waktu kematian mencit tersebut
death time. Onset didefinisikan sebagai selang waktu antara pemberian
striknin sampai timbulnya gejala kejang yang pertama, sedangkan death time
adalah panjang waktu antara timbulnya kejang pertama sampai terjadinya
kematian.
Berdasarkan perlakuan pemberian penginduksi dan antikonvulsi,
seharusnya pada mencit kontrol yang memberikan aktivitas normal akan
memberikan onset yang lebih cepat karena tidak diberikan obat antikonvulsi
sehingga akan memberikan death time yang lebih cepat pula. Pada mencit
uji I, seharusnya mencit uji I akan memberikan onset yang jauh lebih lama
daripada mencit kontrol sehingga mencit uji akan memberikan death time
yang lebih lama, karena adanya obat antikonvulsi diazepam yang bekerja
menghambat penginduksi striknin.
Dari percobaan ini diperoleh data berupa waktu onset dan waktu
mati (death time) dari mencit setelah diberi zat penginduksi konvulsi yaitu
striknin. Waktu onset yaitu waktu dari pemberian striknin sampai terjadinya
konvulsi yang pertama. Waktu mati (death time) yaitu waktu dari pertama
terjadinya konvulsi sampai mencit tersebut mati.Dari waktu onset tersebut
dapat terlihat berapa lama proses striknin dalam bekerja sehingga
ditimbulkan efek konvulsi. Striknin mudah diserap dari saluran cerna dan
tempat suntikan, lalu akan segera meninggalkan sirkulasi masuk ke sistem
saraf pusat yaitu ke medula spinalis dan mulai bekerja dengan
mengantagonis kerja neurotransmitter glisin pada medula spinalis yang
menyebabkan hipereksitabilitas neuron sehingga neuron tersebut terksitasi
sampai pada ambang kritis tertentu yang menyebabkan bertambahnya tonus
otot rangka sehingga terjadi konvulsi atau kejang. Terjadinya konvulsi
tersebut menyebabkan terjadinya gangguan sistem kardiovaskuler. Jantung
mengalami gangguan dalam melangsungkan fungsinya untuk memompa
darah ke seluruh tubuh, konduktivitas jantung menurun sehingga akhirnya
jantung gagal dalam memompa darah dan menyebabkan kematian pada
mencit.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.3 Saran
Sebelum memulai praktikum, pastikan bahwa mencit yang digunakan
dalam penelitian sehat dan tidak sedang menderita kondisi yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan dan pastikan bahwa dosis yang diberikan pada
mencit tidak melebihi dosis yang diizinkan.
DAFTAR PUSTAKA