Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASI FISIK


MIKROMERETIK (PENENTUAN UKURAN PARTIKEL)

Nama : Istiqomah
NPP : 1619002471
Kelas/Kelompok : Farmasi A/Praktikum A
Dosen pengampu : Metha Anung A., M.Sc., Apt.

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2020
PERCOBAAN MIKROMETIK
Penentuan Ukuran Partikel
Tujuan
Mahasiswa mampu :
1. Memahami prinsip dan melakukan penentuan ukuran partikel melalui
berbagai metode.
2. Menerapkan statistik pada hitungan.
3. Mengetahui kegunaan mikromeritik bagi sediaan farmasi.
Dasar Teori
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel
yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter
rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya.
Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata.
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya
jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif.
Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan,
contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh
pada jumlah awal dari 10-1000g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring
berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana
tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Martin, 1990).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang
tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi
linear (Moechtar, 1990).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya.
Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula
menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak
ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu
garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis
tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang
sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang
mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Voigt, 1994).
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel (Parrot,
1970):

 Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan
atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada
pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana
partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran
partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke
sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau
pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan
diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh
hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan
lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan
dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel
yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan
yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan
jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus
selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel
lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu
komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.
 Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan
ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah
pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan
menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas.
Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala
paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang
dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus
(lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan
kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g
setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase
mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap
ayakan.
 Dengan cara sedimentasi
Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks.
Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini
adalah metode pipet, metode hidrometer dan metode malance. Partikel dari
serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih
10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus
mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel
serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan
dengan istilah “very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”,
yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mampu melalui lubang-
lubang ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya,
pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan
biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis.
Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat
penting dalam farmasi. Jadi ukuran, dan karenanya juga luas permukaan, dari suatu
partikel dapat dihubungkan secara berarti pada sifat fisika, kimia dan farmakologi
dari suatu obat. Secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi
penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral,
rektal dan topikal. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi
kestabilan fisik dan respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran partikel yang
dicapai dalam produk tersebut. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul,
pengendalian ukuran partikel penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang
diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk. Hal ini membuat
seorang farmasis kini harus mengetahuhi pengetahuan mengenai mikromimetik yang
baik (Ansel, 1989).
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor dimaksudkan bahwa
semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu
serbuk dinyatakan dengan dua nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat
melalui pengayak dengan nomor tertinggi (Dirjen POM, 1979).
Zat-zat padat yang secara alamiah berada dalam bentuk partikel-partikel kecil
dan zat padat yang telah digerus memiliki bentuk partikel tidak beraturan, dan ukuran
partikel bervariasi dari yang paling besar sampai yang paling kecil (Leon,1989).
Alat dan Bahan

 Alat:
1. Mikroskop.
2. Mikrometer.
3. Beker Glass 250 mL.
4. Batang Pengaduk.
5. Timbangan.
6. Ayakan.
7. Obyek glass dan dek glass.

 Bahan:
1. Amylum.
2. Aquadest.
3. Granul berbagai ukuran.
Cara Kerja
1. Kalibrasi Alat

a. Ditempatkan mikrometer di bawah mikroskop.

b. Dihimpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala obyektif.

c. Ditentukan garis kedua skala yang tepat berimpit.

d. Ditentukan harga skala okuler.

2. Dibuat suspensi encer partikel yang akan dianalisis diatas objek gelas

a. Ditentukan ukuran partikel monodispers atau polydispers.

b. Ditentukan ukuran partikel sebanyak 20-25 partikel dari seluruh


sediaan.

c. Ditentukan harga logaritma masing-masing ukuran partikel.

d. Ditentukan harga logaritma ukuran partikel dan harga standard deviasi (SD) purata yang
bersangkutan.

e. Ditentukan harga antilogaritma purata ukuran partikel (dgeometrik) dan antilog SD.

f. Disebut sistem polidispers jika harga antilog SD ≥ 1,2 dan sistem disebut
monodispers jika antilog < 1,2.

3. ika monodispers tentukan ukuran partikel sebanyak 300 partikel dan


jika sistem polydispers tentukan sebanyak 500 partikel.
- Dilakukan grouping :

a. Ditentukan ukuran partikel yang terkecil dan yang terbesar.

b. Dibagi jarak ukur yang diperoleh menjadi beberapa bagian yang


gasal (paling sedikit 5 bagian).

c. Diukur partikel dan digolongkan kedalam group yang telah ditentukan.


4. Metode pengayakan

a. Dibersihkan ayakan dengan menggunakan vaccum cleaner.

b. Ditimbang tiap-tiap ayakan kosong.

c. Disusun beberapa ayakan dengan nomor berurutan, dengan makin besar


nomor ayakan dari atas ke bawah.

d. Dimasukkan granul ke dalam ayakan paling atas pada bobot tertentu yang ditimbang
seksama (100 mg).

e. Diayak granul selama 5 menit pada 500 rpm.

f. Dikeluarkan ayakan secara hati-hati tanpa kehilangan berat sampel.


g. Ditimbang kembali tiap ayakan dan ditentukan bobot sampel pada tiap
ayakan.

h. Dibuat kurva distribusi pesen bobot di atas dan di bawah ukuran versus
ukuran partikel.

i. Plot data pada kertas probabilitas lognormal, tentukan harga dg dan σg.

HASIL
A. Data perhitungan
1. Mengukur diameter
- Mengukur diameter partikel menurut metode pengayakan

No Ayakan Berat zat tertinngal


35 11,3365 gr
40 15, 3964 gr
60 32,0163 gr
120 22,4159 gr
170 2, 7881 gr
230 0, 5616 gr

Ukuran pori
Nomor Berat zat yang % tertinggal x
(rata-rata) % tertinggal
Ayakan tertinggal (g) berat pori
(mm)
35/40
40/60
60/120
120/170
170/230

Jumlah

 Ukuran pori (rata-rata) (mm)


 No ayakan 35 / 40
Ukuran pori 35 + Ukuran pori 40
2

 Berat yang tertinggal


 No ayakan 35 / 40
Berat yang tertinggal di 35 + berat yang tertinggal di 40

 % Tertinggal
 No ayakan 35 / 40
Berat zat tertinggal 35 / 40

X 100%

∑ Berat zat tertinggal


 Diameter rata-rata
∑ (Tertinggal X Ukuran pori)

100
Tabel pengayak dan derajat halus serbuk

Nomor Lebar nominalGaris tengah Perbandingan Penyimpangan


pengayak lubang (mm) nominal kawat kira-kira rata-rata
(mm) jumlah luas maksimum
lubang lubang (%)
terhadap luas
pengayak (%)
5 3,35 1,73 43 3,2
8 2,00 1,175 40 3,3
10 1,68 0,860 44 3,3
22 0,710 0,445 38 3,9
25 0,600 0,416 35 4,2
30 0,500 0,347 35 4,4
36 0,420 0,286 35 4,5
44 0,355 0,222 38 4,8
60 0,250 0,173 35 5,2
85 0,180 0,119 36 5,6
100 0,150 0,104 35 6,3
(farmakope Indonesia edisi 3 halaman 915)
2. Data perhitungan (file yang gue kirim)

B. DATA PENGAMATAN (file yang gue kirim)

PEMBAHASAN (ganti halaman baru)


Pada hari Senin 30 Maret 2020, dilakukan sebuah praktikum farmasi fisik “BAB
MIKROMERETIK” dengan sistem daring, teknis yang digunakan yaitu forum
diskusi pada Google classroom dimana mengutamakan keaktifan mahasiswa dalam
bertanya saat diskusi berlangsung. Tujuan dari praktikum mikromeretik yaitu aga
Mahasiswa mampu Memahami prinsip dan melakukan penentuan ukuran partikel
melalui berbagai metode, Dapat Menerapkan statistik pada hitungan, Serta
Mengetahui kegunaan mikromeritik bagi sediaan farmasi.
Dalam farmasi fisika ilmu yang berkaitan dengan pengukuran partikel kecil adalah
mikromeritik. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam
kefarmasian sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia, dan
farmakologi dalam pembuatan bahan obat tersebut.
Mikromeritik adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang
ukuran suatu partikel, yang mana ukuran partikel ini cukup kecil.  Mikromeritik dapat
didefinisikan sebagai cabang ilmu dan teknologi yang mengukur partikel-partikel
kecil. Manfaat dari mikromeritik yaitu kita dapat mengetahui luas permukaan dari
partikel kecil dari suatu sediaan obat, sifat fisika kimia dari suatu sediaan, kita juga
dapat mempelajari bagaimana mekanisme pelepasan obat yang diberikan secara oral,
suntikan, dan topikal. Selain itu juga untuk mempermudah kita dalam pembuatan obat
bentuk emulsi dan suspensi, kita juga dapat mengetahui stabilitas suatu obat
(tergantung ukuran partikelnya).
Salah satu Metode yang digunakan yaitu metode pengayakan, dimana dilakukan
dengan menyusun ayakan dari nomor mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai
pada nomor mesh yang paling besar (yang paling bawah) hal ini ditujukan agar
partikel-partikel yang tidak terayak (residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor
ayakan. Jika nomor ayakan besar maka residu yang diperoleh memiliki ukuran
partikel kecil.
bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu pati jagung, beras, dan granul
sebagai sampel yang akan di ukur diameter partikelnya, alkohol dan tissue untuk
membersihkan alat lalu kertas perkamen digunakan sebagai wadah sampel untuk
ditimbang.
Percobaan yang dilakukan yaitu menentukan terlebih dahulu ukuran partikel (granul)
dengan Ayakan yang gunakan pada percobaan ini terdiri dari 6 ayakan yang disusun
secara berurutan yakni ayakan no mesh 35, no mesh 40, no mesh 60, no mesh 120, no
mesh 170 dan no mesh 230. Pada saat mengayak terdapat partikel yang lolos dan
yang tertinggal,neraca analitik digunakan untuk menimbang, sendok tanduk yang
untuk memindahkan sampel dari wadah ke dalam ayakan, serta kaca arloji yang
digunakan untuk tempat saat sampel akan ditimbang.
Alkohol 70% untuk membersihkan ayakan untuk menghindari mikroorganisme yang
ada pada alat karena penyimpanan yang cukup lama serta menghindari terjadinya
kesalahan menghitung akibat tertutupnya lubang ayakan dengan zat-zat asing.
Setelah itu, ayakan mulai disusun dari bawah keatas berdasarkan banyaknya
lubang atau sesuai dari atas yaitu nomor terbesar sampai terkecil.Dalam percobaan ini
digunakan ayakan berdasarkan nomor ayakan, dengan ukuran ayakan 30/40, 40/60,
60/120, 120/170, 170/230. berbanding lurus dengan ukuran partikel dalam artian,
semakin besar nomor semakin halus ukuran partikel. Atau, semakin besar nomor
ayakan maka akan semakin banyak pula jumlah lubang yang terdapat pada ayakan.
Demikian juga jika nomor ayakan semakin kecil maka akan semakin kasar ukuran
partikel dan jumlah lubang pada ayakan semakin sedikit.
kalibrasi kertas saring dan kaca arloji yang akan digunakan sebagai tempat
sampel, agar tidak terjadi kesalahan pada saat penimbangan. Kemudian, sampel
jagung dan beras ditimbang dengan menggunakan neraca analitik masing masing 25
g.
sampel tersebut dimasukkan kedalam ayakan dengan nomor ayakan terkecil atau
urutan yang pertama.Sampel yang pertama diayak adalah jagung.Kemudian, ayakan
ditutup dan digoyang secara mekanik selama 10 menit.Setelah itu, sampel yang
tertinggal pada keempat ayakan di letakkan di atas kertas perkamen secara terpisah
yang di beri label berdasarkan nomor Ayakan.Kemudian sisa ayakan tersebut
ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Hasil dari penimbangan tadi
dihitung dengan menggunakan rumus untuk mendapatkan diameter rata-rata partikel.
Kemudian sampel selanjutnya yakni beras. Cara pengerjaan masih sama dengan
sampel jagung. Ditimbang terlebih dahulu pati berasnya, lalu diayak dengan ayakan
yang sudah disusun sesuai dengan nomor ayakan dan hasil dari beras yang tersisa
pada tiap ayakan dikeluarkan dan ditimbang untuk diukur diameter partikelnya.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran diameter rata-rata partikel dari sampel
adalah 0,2631568 µm, jumlah total dari ukuran pori rata-rata (mm) adalah 1,66 , berat
yang tertinggal (g) yakni 78,56575 , % yang tertinggal adalah 99,99%, serta %berat X
berat pori adalah 26,31568%.
Metode ini merupakan metode yang sangat sederhana karena cukup singkat dalam
penentuan ukuran partikel. Namun alat atau metode ini tingkat keakuratan yang
diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik. Dalam pengayakan
dibutuhkan waktu dan kecepatan yang konstant. Gerakan dan kecepatan yang
konstant ini dapat mempengaruhi hasil residu yang tertinggal pada masing-masing
ayakan. Pada metode ini juga memiliki kerugian yaitu relatif lama dari penentuan
ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Selain itu, metode ayakan ini memiliki
tingkat ketelitian yang rendah
KESIMPULAN (ganti halaman baru)
Dari praktikum mikromeretik dengan mendapatkan hasil diameter rata-rata
0,2631568 mahasiswa telah Memahami prinsip dan melakukan penentuan ukuran
partikel melalui berbagai metode. Mampu Menerapkan statistik pada hitungan, serta
mahasiswa bisa Mengetahui kegunaan mikromeritik bagi sediaan farmasi.
DAFTAR PUSTAKA (ganti halaman baru)
1. Martin, A. 1990. Farmasi Fisika  jilid I. Universitas Indonesia Press: Jakarta
2. Moechtar. 1990.Farmasi Fisika. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta
3. Voigt, R, 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. UGM-Press:
Yogyakarta
4. Parrot, L.E., 1970, Pharmaceutical technology. Burgess Publishing Company.
5. Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk  Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia
Press: Jakarta
6. Leon, L. Dkk, 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri 1. UI-Press: Jakarta

LAMPIRAN (foto yang aku kirim) ini halaman baru juga

Anda mungkin juga menyukai