Nama : Istiqomah
NPP : 1619002471
Kelas/Kelompok : Farmasi A/Praktikum A
Dosen pengampu : Metha Anung A., M.Sc., Apt.
Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan
atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada
pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana
partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran
partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke
sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau
pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan
diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh
hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan
lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan
dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel
yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan
yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan
jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus
selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel
lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu
komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.
Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan
ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah
pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan
menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas.
Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala
paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang
dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus
(lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan
kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g
setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase
mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap
ayakan.
Dengan cara sedimentasi
Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks.
Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini
adalah metode pipet, metode hidrometer dan metode malance. Partikel dari
serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih
10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus
mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel
serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan
dengan istilah “very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”,
yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mampu melalui lubang-
lubang ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya,
pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan
biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis.
Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat
penting dalam farmasi. Jadi ukuran, dan karenanya juga luas permukaan, dari suatu
partikel dapat dihubungkan secara berarti pada sifat fisika, kimia dan farmakologi
dari suatu obat. Secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi
penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral,
rektal dan topikal. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi
kestabilan fisik dan respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran partikel yang
dicapai dalam produk tersebut. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul,
pengendalian ukuran partikel penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang
diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk. Hal ini membuat
seorang farmasis kini harus mengetahuhi pengetahuan mengenai mikromimetik yang
baik (Ansel, 1989).
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor dimaksudkan bahwa
semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu
serbuk dinyatakan dengan dua nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat
melalui pengayak dengan nomor tertinggi (Dirjen POM, 1979).
Zat-zat padat yang secara alamiah berada dalam bentuk partikel-partikel kecil
dan zat padat yang telah digerus memiliki bentuk partikel tidak beraturan, dan ukuran
partikel bervariasi dari yang paling besar sampai yang paling kecil (Leon,1989).
Alat dan Bahan
Alat:
1. Mikroskop.
2. Mikrometer.
3. Beker Glass 250 mL.
4. Batang Pengaduk.
5. Timbangan.
6. Ayakan.
7. Obyek glass dan dek glass.
Bahan:
1. Amylum.
2. Aquadest.
3. Granul berbagai ukuran.
Cara Kerja
1. Kalibrasi Alat
b. Dihimpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala obyektif.
2. Dibuat suspensi encer partikel yang akan dianalisis diatas objek gelas
d. Ditentukan harga logaritma ukuran partikel dan harga standard deviasi (SD) purata yang
bersangkutan.
e. Ditentukan harga antilogaritma purata ukuran partikel (dgeometrik) dan antilog SD.
f. Disebut sistem polidispers jika harga antilog SD ≥ 1,2 dan sistem disebut
monodispers jika antilog < 1,2.
d. Dimasukkan granul ke dalam ayakan paling atas pada bobot tertentu yang ditimbang
seksama (100 mg).
h. Dibuat kurva distribusi pesen bobot di atas dan di bawah ukuran versus
ukuran partikel.
i. Plot data pada kertas probabilitas lognormal, tentukan harga dg dan σg.
HASIL
A. Data perhitungan
1. Mengukur diameter
- Mengukur diameter partikel menurut metode pengayakan
Ukuran pori
Nomor Berat zat yang % tertinggal x
(rata-rata) % tertinggal
Ayakan tertinggal (g) berat pori
(mm)
35/40
40/60
60/120
120/170
170/230
Jumlah
% Tertinggal
No ayakan 35 / 40
Berat zat tertinggal 35 / 40
X 100%
100
Tabel pengayak dan derajat halus serbuk