Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK

UKURAN PARTIKEL

Dosen Pengampu : apt. Puspita Septie dianita, M.P.H.

Pertemuan ke-4

DISUSUN OLEH :
Nama : May fahtun Ninda
NPM : 21.0605.0046

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUMAMMADIYAH MAGELANG
2022/2023
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUS :
Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam perancangan, pembuatan,
dan penjaminan mutu sediaan farmasi:

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
a) Mengukur ukuran partikel zat dengan metode mikroskopik
b) Mengukur ukuran partikel zat dengan metode pengayakan
C. DASAR TEORI
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel
yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter
rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya.
Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata.
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya
jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif.
Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan,
contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh
pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring
berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana
tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Voigh, 1994).
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle.
Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan
mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus
berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk
lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan.
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk
mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak
partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau
perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-
tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk
sampel tersebut (Martin, 1990).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi,
sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan
juga terhadap efek fisiologisnya (Moehtar, 1990).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu:
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang
tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi
linear (Parrot, 1970).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya.
Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula
menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak
ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu
garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis
tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang
sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang
mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa.
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:
 Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak
diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di
bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan
mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam
mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut
lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah
disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari
dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada
perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan
memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar
300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi ,
menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian
pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika
digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan
partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode
ini.
 Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran
partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran
geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya
lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak
dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang
ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya.
Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada
ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada
penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui
penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali
pada setiap ayakan (Martin, 1990).

D. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat :
 Mikroskop
 Mikrometer
 beker glass
 batang pengaduk
 timbangan
 ayakan

Bahan :

 Asetosal
 Aquadest
 Granul
E. CARA KERJA
a. Penentuan ukuran partikel dengan metode mikroskopik
1) Kalibrasi skala okuler: tempatkan mikrometer di bawah mikroskop. Himpitkan
garis awal skala okuler dengan garis awal skala objektif kemudian tentukan
garis kedua yang tepat berhimpit. Tentukan jarak skala lensa okuler.
2) Buat suspensi asetosal encer partikel yang akan dianalisa dan buat preparat di
atas gelas objek
3) Lakukan pengelompokkan : tentukan ukuran partikel yang terkecil dan
terbesar, bagilah jarak ukur yang diperoleh menjadi beberapa bagian
4) Ukurlah partikel dan golongkan ke dalam grup/kelompok yang telah
ditentukan dan ukurlah sedikitnya 200 partikel.
5) Buat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameter rata-rata

b. Penentuan ukuran partikel dengan metode pengayakan


1) Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke bawah
makin besar nomor pengayakan
2) Sejumlah granul yang sudah ditimbang diletakkan pada pengayak paling atas,
ditutup dan mesin pengayak dihidupkan selama 10 menit
3) Fraksi yang tersisa pada masing-masing pengayak ditimbang
4) Fraksi rata-rata partikel dihitung dari rata-rata lubang pengayak yang dapat
dilewati dan lubang pengayak yang menahan serbuk tersebut
5) Buat distribusi ukuran partikel dan hitung diameter rata-rata partikel

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


 Hasil
Data praktikum awal dan kosong
Mesh 40 = 2999,7 g
Mesh 60 = 293,0 g
Mesh 80 = 292,4 g
Mesh 100 = 279,0 g
Alas kosong = 325,8 g
Data praktikum akhir dan isi
Mesh 40 = 327,6 g
Mesh60 = 296, 6 g
Mesh 80 = 303,1 g
Berat isi
1) W40 = Mesh 40 ( isi ) - Mesh 40 ( kosong)
= 327,6 g – 299,7 g
= 27,9 g
2) W60 = Mesh 60 (isi) – Mesh 60 (kosong)
= 296, 6 g – 293,0 g
= 3,51 g
3) W80 = Mesh 80 ( isi) – Mesh 80 (kosong)
= 303,1 g – 292,5 g
= 10,6 g
4) W100 = Mesh 100 (isi) – mesh 100 (kosong)
= 282,9 g – 279,2 g
= 3,9 g

Rata – rata = 27,9 g + 3,51 g + 10,6 g + 3,7 g + 3,9 g


5
=49,61 g
5
= 9,922 gram

 Pembahasan
Pada percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur
partikel zat dengan metode mikroskopi dan pengayakan (shieving). Bahan yang
digunakan untuk metode pengayakan adalah granul, sedangkan bahan yang
digunakan untuk metode mikroskopi optik adalah amylum. Digunakan amylum
karena ukuran partikel amylum lebih kecil dari pada granul.
Metode pangayakan adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel
secara kasar. Sehingga dalam percobaan ini digunakan bahan yang partikelnya
kasar dibandingkan dengan bahan yang lain. Pada metode pengayakan
ini, digunakan 6 nomor ayakan yang berbeda-beda. Dimulai dari nomor ayakan
yang rendah sampai yang tinggi. Diantaranya nomor ayakan 8, 12, 20, 40, 60, dan
100.
Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh yang
terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar (yang
paling bawah) hal ini ditujukan agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu)
yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka
residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil. Dalam pengayakan dibantu
dengan alat vibrator (mesin penggerak), mesin ini digerakkan secara elektrik dan
dapat diatur kecepatannya dan waktunya. Dalam percobaan ini kecepatan mesin
penggerak diatur 500 rpm ditujukan untuk menghindari pemaksaan partikel besar
melewati ayakan akibat tingginya intensitas penggoyangan atau tertahannya
partikel kecil akibat lambatnya intensitas penggoyangan sehingga dipilih intesitas
penggoyangan setengah dari kecepatan maksimum.
Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang penutup dari mesin
penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang mempengaruhi gerakan
mesin, misalnya tekanan udara di atasnya atau yang faktor yang lainnya, sehingga
tidak ada gaya lagi yang bekerja kecuali gaya gravitasi yang mengarah jatuhnya
partikel ke arah bawah.
Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana karena
cukup singkat. Namun alat atau metode ini tingkat keakuratan yang diperoleh
tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik.
Dari data yang diperoleh umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan dengan
semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini karena
ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya. Metode ini merupakan metode
untuk mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat. Dengan melihat semakin
banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka semakin kasar zat tersebut.
Setelah diperoleh data, W40= 27,9 g, W60 = 3,51 g, W80 = 10,6 g,
W100 = 3,7 g, W alas = 3,9 g dengan rata- rata = 9,922 gram

G. KESIMPULAN
1. Pada percobaan kali ini digunakan metode pengayakan.
2. Metode pengayakan digunakan untuk partikel yang mempunyai partikel atau
ukuran serbuk lebih besar atau kasar
3. Semakin besar nomor ayakan, semakin halus hasil yang di dapat, karena
lubangnya semakin kecil.
4. diperoleh data, W40= 27,9 g, W60 = 3,51 g, W80 = 10,6 g, W100 = 3,7 g,
W alas = 3,9 g dengan rata- rata = 9,922 gram
H. DAFTAR PUSTAKA

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Parrot, L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish : Burgess Publishing
Company
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Press
I. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai