PEMBAHASAN
Pada percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur
partikel zat dengan metode mikroskopi dan pengayakan (shieving). Bahan yang
digunakan untuk metode pengayakan adalah granul, sedangkan bahan yang
digunakan untuk metode mikroskopi optik adalah amylum. Digunakan amylum
karena ukuran partikel amylum lebih kecil dari pada granul.
Pada metode mikroskopi yang dilakukan pertama kali adalah kalibrasi alat
yang bertujuan untuk menentukan ukuran skala okuler. Kalibrasi alat dilakukan
dengan cara menempelkan mikrometer dibawah mikroskop, dihimpitkan garis
awal skala okuler dengan skala obyektif. Kemudian menentukan garis kedua skala
yang tepat berhimpit dan diketahui harga skala okuler setelah dilihat dibawah
mikroskop maka akan terdapat kotak dengan ukuran 10 x 10.
Kemudian dilakukan preparasi sampel dengan membuat suspensi encer
dari campuran amylum dan aquadest dan dianalisa di atas obyek glass dan
dilihat di bawah mikroskop sehingga akan terlihat partikel-partikel yang ada di
setiap kotak.
Setelah itu dilakukan perhitungan, pada percobaan yang dilakukan
termasuk polydispers karena harga SD > 1,2 yaitu 2,18. Tujuan pembuatan
suspensi yang encer adalah untuk mempermudah dalam perhitungan partikel,
karena bila suspensi tidak encer maka pertikel yang terjadi akan berhimpitan dan
menyulitkan dalam perhitungan.
Keuntungan dari metode mikroskopi dapat mendeteksi aglomerat dan
partikel – partikel yang terdiri lebih dari satu komponen. Sedangkan kelemahan –
kelemahannya adalah diameternya hanya dapat dilihat secara dua dimensi yaitu
panjang dan lebar. Selain itu metode ini agak lambat dan melelahkan karena harus
menghitung sekitar 500 partikel (polydispers).
Metode pangayakan adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel
secara kasar. Sehingga dalam percobaan ini digunakan bahan yang partikelnya
kasar dibandingkan dengan bahan yang lain. Pada metode pengayakan
ini, digunakan 6 nomor ayakan yang berbeda-beda. Dimulai dari nomor ayakan
yang rendah sampai yang tinggi. Diantaranya nomor ayakan 8, 12, 20, 40, 60, dan
100.
Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh
yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar (yang
paling bawah) hal ini ditujukan agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu)
yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka
residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil.
Dalam pengayakan dibantu dengan alat vibrator (mesin penggerak), mesin
ini digerakkan secara elektrik dan dapat diatur kecepatannya dan waktunya.
Dalam percobaan ini kecepatan mesin penggerak diatur 500 rpm ditujukan untuk
menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat tingginya
intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat lambatnya
intensitas penggoyangan sehingga dipilih intesitas penggoyangan setengah dari
kecepatan maksimum.
Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang penutup dari mesin
penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang mempengaruhi gerakan
mesin, misalnya tekanan udara di atasnya atau yang faktor yang lainnya, sehingga
tidak ada gaya lagi yang bekerja kecuali gaya gravitasi yang mengarah jatuhnya
partikel ke arah bawah.
Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana
karena cukup singkat. Namun alat atau metode ini tingkat keakuratan yang
diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik.
Dari data yang diperoleh umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan
dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini
karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya. Metode ini merupakan
metode untuk mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat. Dengan melihat
semakin banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka semakin kasar zat
tersebut.
Setelah diperoleh data, dihitung % bobot diatas ukuran dan % bobot
dibawah ukuran. Kemudian data dimasukkan pada kertas probabilitas log normal
dan di cari dg dan σg. Data dari hasil kelompok kami diperoleh dg bawah = 380 µm
dan σg bawah 2,9, dg atas = 700 µm dan σg atas 2,5.
VIII. KESIMPULAN
Pada percobaan kali ini digunakan metode mikroskopi dan metode pengayakan.
Metode mikroskopi digunakan untuk partikel emulsi, suspesi, dan serbuk halus.
Contohnya amylum.
Metode pengayakan digunakan untuk partikel yang mempunyai partikel atau
ukuran serbuk lebih besar atau kasar.
Ukuran partikel dari amylum pada percobaan ini adalah polydispers karena harga
antilog SD nya > 1,2 yaitu 2,18.
Semakin besar nomor ayakan, semakin halus hasil yang di dapat, karena
lubangnya semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Parrot, L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish : Burgess
Publishing Company
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan
I. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press