Anda di halaman 1dari 6

DASAR TEORI

            Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang


partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara.
Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan
sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata.
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya
jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang
representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari
suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar.
Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang
disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus
ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih
menurut program acak (Voigh, 1994).
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla
Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk
halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran
serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran
ayakan.
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu
untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa
banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita
perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat
fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel
rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam
farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan
sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moehtar, 1990).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu:
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per
oral, suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear (Parrot, 1970).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah
sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan
seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk
menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan
ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan,
volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis
tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel
yang diperiksa.
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:
Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau
tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas
mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat,
diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari
slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya
dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada
perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan
memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar
300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan  yang baik dari distribusi ,
menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian
pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika
digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan
partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan
metode ini.
Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan
ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah
pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut
meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan
diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang
ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya.
Mereka  membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada
ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada
penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui
penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali
pada setiap ayakan (Martin, 1990).

PEMBAHASAN
            Pada percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur
partikel zat dengan metode mikroskopi dan pengayakan (shieving). Bahan yang
digunakan untuk metode pengayakan adalah granul, sedangkan bahan yang
digunakan untuk metode mikroskopi optik adalah amylum. Digunakan amylum
karena ukuran partikel amylum lebih kecil dari pada granul.
            Pada metode mikroskopi yang dilakukan pertama kali adalah kalibrasi alat
yang bertujuan untuk menentukan ukuran skala okuler. Kalibrasi alat dilakukan
dengan cara menempelkan mikrometer dibawah mikroskop, dihimpitkan garis
awal skala okuler dengan skala obyektif. Kemudian menentukan garis kedua skala
yang tepat berhimpit dan diketahui harga skala okuler setelah dilihat dibawah
mikroskop maka akan terdapat kotak dengan ukuran 10 x 10.
            Kemudian dilakukan preparasi sampel dengan membuat suspensi encer
dari campuran amylum dan aquadest dan dianalisa di atas obyek glass dan
dilihat di bawah mikroskop sehingga akan terlihat partikel-partikel yang ada di
setiap kotak.
            Setelah itu dilakukan perhitungan, pada percobaan yang dilakukan
termasuk polydispers karena harga SD > 1,2 yaitu 2,18. Tujuan pembuatan
suspensi yang encer adalah untuk mempermudah dalam perhitungan partikel,
karena bila suspensi tidak encer maka pertikel yang terjadi akan berhimpitan dan
menyulitkan dalam perhitungan.
            Keuntungan dari metode mikroskopi dapat mendeteksi aglomerat dan
partikel – partikel yang terdiri lebih dari satu komponen. Sedangkan kelemahan –
kelemahannya adalah diameternya hanya dapat dilihat secara dua dimensi yaitu
panjang dan lebar. Selain itu metode ini agak lambat dan melelahkan karena harus
menghitung sekitar 500 partikel (polydispers).
            Metode pangayakan adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel
secara kasar. Sehingga dalam percobaan ini digunakan bahan yang partikelnya
kasar dibandingkan dengan bahan yang lain. Pada metode pengayakan
ini, digunakan 6 nomor ayakan yang berbeda-beda. Dimulai dari nomor ayakan
yang rendah sampai yang tinggi. Diantaranya nomor ayakan 8, 12, 20, 40, 60,  dan
100.
            Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh
yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar (yang
paling bawah) hal ini ditujukan agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu)
yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka
residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil.
            Dalam pengayakan dibantu dengan alat vibrator (mesin penggerak), mesin
ini digerakkan secara elektrik dan dapat diatur kecepatannya dan waktunya.
Dalam percobaan ini kecepatan mesin penggerak diatur 500 rpm ditujukan untuk
menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat tingginya
intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat lambatnya
intensitas penggoyangan sehingga dipilih intesitas penggoyangan setengah dari
kecepatan maksimum.
            Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang penutup dari mesin
penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang mempengaruhi gerakan
mesin, misalnya tekanan udara di atasnya atau yang faktor yang lainnya, sehingga
tidak ada gaya lagi yang bekerja kecuali gaya gravitasi yang mengarah jatuhnya
partikel ke arah bawah.
            Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana
karena cukup singkat. Namun alat  atau metode ini tingkat keakuratan yang
diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik.
            Dari data yang diperoleh  umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan
dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini
karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya. Metode ini merupakan
metode untuk mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat. Dengan melihat
semakin banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka semakin kasar zat
tersebut.
            Setelah diperoleh data, dihitung % bobot diatas ukuran dan % bobot
dibawah ukuran. Kemudian data dimasukkan pada kertas probabilitas log normal
dan di cari dg dan σg. Data dari hasil kelompok kami diperoleh dg bawah = 380 µm
dan σg bawah 2,9, dg atas = 700 µm dan σg atas 2,5.

VIII. KESIMPULAN
         Pada percobaan kali ini digunakan metode mikroskopi dan metode pengayakan.
         Metode mikroskopi digunakan untuk partikel emulsi, suspesi, dan serbuk halus.
Contohnya amylum.
         Metode pengayakan digunakan untuk partikel yang mempunyai partikel atau
ukuran serbuk lebih besar atau kasar.
         Ukuran partikel dari amylum pada percobaan ini adalah polydispers karena harga
antilog SD nya > 1,2 yaitu 2,18.
         Semakin besar nomor ayakan, semakin halus hasil yang di dapat, karena
lubangnya semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika  jilid II.   Jakarta : Universitas Indonesia Press
Moechtar. 1990.  Farmasi Fisika.  Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Parrot,  L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi.  Mineapolish : Burgess
Publishing Company
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan
I.  Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press

Anda mungkin juga menyukai