Anda di halaman 1dari 18

Taken from: http://grace107.blogspot.com/2011/01/cara-penentuan-ukuranpartikel.

html#ixzz2jRvVOKAo Grace

Cara Penentuan Ukuran Partikel Menggunakan Mikroskop


at 7:30 PM Labels: farmakognosi analitik, praktikum, teknologi likuid-semisolida, teknologi steril, ujian apoteker

Untuk mengukur partikel yang tidak nampak secara visual, kita dapat menggunakan bantuan mikroskop. Selain mikroskop, perlengkapan penting yang harus disediaakan adalah lensa okuler dan kaca objek khusus yang namanya ocular and stage micrometer. Penggunaan alat ini pernah disinggung dalam kuliah Farmakognosi Analitik dalam topik mengukur ukuran serbuk. Namun yang akan saya tulis di sini adalah penggunaannya dalam evaluasi sediaan (sediaan dalam sistem terdispersi dan sediaan yang dipersyaratkan jumlah partikel dengan ukuran tertentu). Penentuan ukuran partikel ini digunakan dalam evaluasi sediaan dengan sistem terdispersi. Yang akan ditentukan adalah distribusi ukuran partikel dalam sediaan dispersi tersebut. Selain itu, juga untuk menentukan jumlah partikel dengan rentang ukuran tertentu pada salep mata. Untuk ulasan mengenai evaluasi distribusi ukuran partikel dan evaluasi jumlah partikel dalam salep mata bisa klik di sini. Pada lensa mikrometer okuler (ocular micrometer) terdapat garis-garis yang diberi angka (ukuran), maksudnya seperti gambar berikut:

Pada mikrometer kaca objek (stage micrometer) terdapat garis-garis dengan panjang total dari garis pertama hingga garis terakhir adalah 0.01 mm = 10 m. Gambarnya sebagai berikut:

Fungsi dari mikrometer kaca objek adalah sebagai pemberi ukuran standar. Pada kaca tersebut terdapat garis-garis skala dengan ukuran tertentu. Agar saat pengamatan, agar dapat ukuran partikel dapat diukur saat diamati, maka perlu dilakukan terlebih dahulu kalibrasi garis pada mikrometer okuler terhadap ukuran standar.

Kalibrasi dilakukan dengan menhitung jumlah garis yang berhimpit. Pada contoh gambar di atas, jumlah total garis pada mikrometer okuler (eyepiece lines, disebut X) adalah dari 21 hingga 59 atau 38 garis skala. Jarak garis pertama hingga garis akhir pada kaca mikrometer objek (calibration slide lines, disebut Y) adalah 10 garis skala. Dengan begitu, dapat dikatakan: 38 skala pada mikrometer okuler ~ 10 garis skala kaca mikrometer objek. 1 skala pada mikrometer okuler ~ (10/38) x 10m = 2.63 m 1 skala pada mikrometer okuler = (Y/X) x 10 m

Prosedur pengukuran ukuran partikel: 1. Siapkan mikroskop, pasang mikrometer okuler dan mikrometer kaca objek pada tempatnya. 2. Lakukan kalibrasi mikrometer okuler terhadap mikrometer objek dengan perbesaran yang akan digunakan (jika beberapa perbesaran yang digunakan, kalibrasikan pada seluruh perbesaran yang digunakan). Pada tahap ini, putar mikrometer okuler dan geser posisi mikrometer kaca objek hingga didapatkan posisi yang berhimpit antara garis-garis pada mikrometer okuler dan mikrometer kaca objek. Tentukan berapa garis pada mikrometer okuler yang berhimpit (superimpose) dengan garis pada mikrometer kaca objek. Disarankan untuk menggunakan garis awal dan garis akhir terhimpit dengan jarak yang paling jauh untuk mengurangi kesalahan. 3. Siapkan sampel pada kaca objek yang lain. Jangan gunakan di mikrometer kaca objek, toh fungsi dari mikrometer kaca objek itu hanya untuk kalibrasi saja, lagipula saat diberi sampel garis-garis pada mikrometer kaca objek akan tertutup sampel.. apalah bedanya dengan kaca objek biasa jadinya? Terlebih lagi mengingat harga mikrometer kaca objek yang pasti tidak murah. 4. Lepas mikrometer kaca objek, hati-hati jangan mengubah tinggi tabung mikroskop. 5. Tempatkan kaca objek yang sudah berisi dengan sampel pada tempatnya. 6. Silakan cari partikel yang akan diukur, ukur ukuran partikel dengan skala pada mikrometer okuler. 7. Hitung ukuran sesungguhnya partikel yang diukur.

Sumber isi dan gambar:

1. Biology Program Iowa State University: "Lab Topic 2: Technique in Microscopy" 2. Gustavus Adolphus College: "Exercise 1.3 - Measurements: Ocular and Stage Micrometers" 3. LabShop.com - Affordable Lab Shop 4. Mr. Damon: "Laboratory Investigation: The Micrometer Eyepiece" 5. MxRady Lab Solutions Pvt.Ltd. 6. Shibuya Optical Co., Ltd. : Objective Micrometer 7. The blog of rosadora: Distribusi Ukuran Partikel

II.

DASAR TEORI Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata. Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Voigh, 1994). Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan.

Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikelpartikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990). Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moehtar, 1990). Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu: 1. 2. 3. Menghitung luas permukaan Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat

Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan dan topikal 4. 5. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).

Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Parrot, 1970). Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan,

volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa. Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel: Mikroskopi Optik Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur. Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini. Pengayakan Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling

besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada

ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan (Martin, 1990). III. ALAT DAN BAHAN Alat : 1. Mikroskop 2. Mikrometer 3. Beker Glass 250 mL 4. Batang Pengaduk 5. Timbangan 6. Ayakan 7. Obyek glass dan dek glass Bahan : 1. Amylum 2. Aquadest 3. Granul berbagai ukuran IV. CARA KERJA SKEMATIS A. Mengukur diameter partikel secara mikroskopis 1. Kalibrasi Alat Ditempatkan mikrometer di bawah mikroskop Dihimpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala obyektif

Ditentukan garis kedua skala yang tepat berimpit Ditentukan harga skala okuler 2. Dibuat suspensi encer partikel yang akan dianalisis di atas obyek glass 3. Ditentukan ukuran partikel monodispers atau polydispers: a. Ditentukan ukuran partikel sebanyak 20-25 partikel dari seluruh sediaan

b. Ditentukan harga logaritma masing-masing ukuran partikel c. Ditentukan harga logaritma ukuran partikel dan harga standard deviasi (SD) purata yang bersangkutan d. Ditentukan harga antilogaritma purata ukuran partikel (dgeometrik) dan antilog SD e. Disebut siste polidispers jika harga antilog SD 1,2 dan sistem disebut monodispers jika antilog < 1,2 4. Jika monodispers tentukan ukuran partikel sebanyak 300 partikel dan jika sistem polydispers tentukan sebanyak 500 partikel. Dilakukan grouping : Ditentukan ukuran partikel yang terkecil dan yang terbesar Dibagi jarak ukur yang diperoleh menjadi beberapa bagian yang gasal (paling sedikit 5 bagian) Diukur partikel dan digolongkan kedalam group yang telah ditentukan 5. Dibuat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameter-diameter berikut ini: Length-Number Mean : dln = Surface Number Mean : dsn =

Volume number Mean : dvn = Volume Surface Mean : dvs = Volume Weight Mean : dwm =

Dimana n = jumlah partikel dalam tiap range ukuran partikel (size range) d = rata-rata range ukuran partikel (mid size) dalam mikron bahan yang dipakai : amylum / lycopodium 6. Ditentukan arti dari harga diameter-diameter diatas B. Metode Pengayakan Dibersihkan ayakan dengan menggunakan vaccum cleaner Ditimbang tiap-tiap ayakan kosong Disusun beberpa ayakan dengan nomor berurutan, dengan makin besar nomor ayakan dari atas kebawah Dimasukkan granul ke dalam ayakan paling atas pada bobot tertentu yang ditimbang seksama (100 mg) Diayak granul selama 5 menit pada 500 rpm Dikeluarkan ayakan secara hati-hati tanpa kehilangan berat sampel

Ditimbang kembali tiap ayakan dan ditentukan bobot sampel pada tiap ayakan Dibuat kurva distribusi pesen bobot di atas dan di bawah ukuran versus ukuran partikel Plot data pada kertas probabilitas lognormal, tentukan harga dg dan g V. HASIL PERCOBAAN A. Metode mikroskopi a) Kalibrasi Alat = 0,1 mm = 100 m 1 skala obyektif = skala okuler

b) Penentuan Monodispers atau Polydispers No Ukuran partikel (m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3 5 8 10 11 14 17 18 21 24 Log ukuran partikel 0,47 0,69 0,90 1 1,04 1,36 1,14 1,23 1,25 1,32 1,38 0,34 22,90 2,18 Rata-rata log ukuran partikel (x) SD Antilog X Antilog SD

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

25 28 31 33 34 37 38 40 42 43 45 47 48 50 50

1,39 1,44 1,49 1,51 1,53 1,56 1,57 1,60 1,62 1,63 1,65 1,67 1,68 1,69 1,69

Sistem tersebut adalah : Polydispers c) Penentuan ukuran partikel Mid Range Size Range (d) 1-5 6-10 11-15 3 8 13 partikel (n) 47 56 54 141 448 702 423 3584 8694 1269 28672 93312 3807 229376 1542294 Jumlah n.d n.d2 n.d3 n.d4

16-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50

18 23 28 33 38 43 48

49 52 50 48 50 53 41

882 1196 1400 1584 1900 2279 1968 nd = 12500

15876 27508 39200 52272 72200 97997 94464 nd2 = 412218

285768 632684 1097600 1724976 2743600 4213871 4534272 nd3 = 15356024

5143824 14551732 30732800 56924208 104256800 181196453 217645056 nd4 = 612226350

255

n = 500

B. Metode Pengayakan Berat Ukuran No ayakan Lubang (mm) (m) (g) 8 12 20 40 60 100 2,360 1,700 0,850 0,425 0,250 0,150 > 2,360 2,360-1,700 1,700-0,850 0,850-0,425 0,425-0,250 0,250-0,150 2360 3210 1280 640 340 200 4,4 5,8 22,8 28,6 9,9 6,2 ukuran 4,46 10,34 33,47 62,47 72,51 78,80 ukuran 100 95,54 89,66 66,53 37,53 27,48 Size Range Mid Size Granul atas bawah % bobot di % bobot di

penampung

0-0,150

75

20,9

100

21,20

VI. PERHITUNGAN A. Metode pengayakan % bobot diatas ukuran = Diket : berat granul = 98,6 g No ayakan 8 :

=
= 4,46 %

No ayakan 12 : = = 10,34 % No ayakan 20 : = = 33,47 % No ayakan 40 : = = 62,47 % No ayakan 60 : = = 72,51 % No ayakan 100 : = = 78,80 % Penampung : = = 100 % % bobot diatas ukuran = Diket : berat granul = 98,6 g

No ayakan 8 : = = 100 % No ayakan 12 : = = 95,54 % No ayakan 20 : = = 89,66 % No ayakan 40 : = = 66,53 % No ayakan 60 : = = 37,53% No ayakan 100 : = = 27,48% Penampung : = = 21,20% Harga dg atas = 700 m Harga standart deviasi (g) atas = = = 2,5 Harga dg bawah = 380 m Harga standart deviasi (g) atas = = = 2,9

B. Metode Mikrometik 1. Rata-rata ukuran partikel (x) = 1,36 2. SD = 0,34

3. Antilog SD 4. Antilog x

= 2,18 = 22,90

Harga antilog SD > 1,2 maka sistem pada percobaan ini adalah polydispers Perhitungan berbagai diameter a. Length Number Mean (dln) dln = = = 25 m b. Surface Number Mean (dsn) dsn = c. Volume Number Mean (dvn) dvn = d. Volume Surface Mean (dvs) dvs = = = 37, 2530 m e. Volume Weight Mean (dwm) dwm = = = 39, 8688 m VII. PEMBAHASAN Pada percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur partikel zat dengan metode mikroskopi dan pengayakan (shieving). Bahan yang digunakan untuk metode pengayakan adalah granul, sedangkan bahan yang digunakan untuk metode mikroskopi optik adalah amylum. Digunakan amylum karena ukuran partikel amylum lebih kecil dari pada granul. Pada metode mikroskopi yang dilakukan pertama kali adalah kalibrasi alat yang bertujuan untuk menentukan ukuran skala okuler. Kalibrasi alat dilakukan dengan cara menempelkan mikrometer dibawah mikroskop, dihimpitkan garis awal skala okuler dengan skala obyektif. Kemudian menentukan garis kedua skala yang tepat berhimpit dan diketahui harga

skala okuler setelah dilihat dibawah mikroskop maka akan terdapat kotak dengan ukuran 10 x 10. Kemudian dilakukan preparasi sampel dengan membuat suspensi encer dari campuran amylum dan aquadest dan dianalisa di atas obyek glass dan dilihat di bawah mikroskop sehingga akan terlihat partikel-partikel yang ada di setiap kotak. Setelah itu dilakukan perhitungan, pada percobaan yang dilakukan termasuk polydispers karena harga SD > 1,2 yaitu 2,18. Tujuan pembuatan suspensi yang encer adalah untuk mempermudah dalam perhitungan partikel, karena bila suspensi tidak encer maka pertikel yang terjadi akan berhimpitan dan menyulitkan dalam perhitungan. Keuntungan dari metode mikroskopi dapat mendeteksi aglomerat dan partikel partikel yang terdiri lebih dari satu komponen. Sedangkan kelemahan kelemahannya adalah diameternya hanya dapat dilihat secara dua dimensi yaitu panjang dan lebar. Selain itu metode ini agak lambat dan melelahkan karena harus menghitung sekitar 500 partikel (polydispers). Metode pangayakan adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel secara kasar. Sehingga dalam percobaan ini digunakan bahan yang partikelnya kasar dibandingkan dengan bahan yang lain. Pada metode pengayakan ini, digunakan 6 nomor ayakan yang berbedabeda. Dimulai dari nomor ayakan yang rendah sampai yang tinggi. Diantaranya nomor ayakan 8, 12, 20, 40, 60, dan 100. Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar (yang paling bawah) hal ini ditujukan agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil.

Dalam pengayakan dibantu dengan alat vibrator (mesin penggerak), mesin ini digerakkan secara elektrik dan dapat diatur kecepatannya dan waktunya. Dalam percobaan ini kecepatan mesin penggerak diatur 500 rpm ditujukan untuk menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat tingginya intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat lambatnya intensitas penggoyangan sehingga dipilih intesitas penggoyangan setengah dari kecepatan maksimum. Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang penutup dari mesin penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang mempengaruhi gerakan mesin, misalnya tekanan udara di atasnya atau yang faktor yang lainnya, sehingga tidak ada gaya lagi yang bekerja kecuali gaya gravitasi yang mengarah jatuhnya partikel ke arah bawah. Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana karena cukup singkat. Namun alat atau metode ini tingkat keakuratan yang diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik. Dari data yang diperoleh umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya. Metode ini merupakan metode untuk mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat. Dengan melihat semakin banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka semakin kasar zat tersebut. Setelah diperoleh data, dihitung % bobot diatas ukuran dan % bobot dibawah ukuran. Kemudian data dimasukkan pada kertas probabilitas log normal dan di cari dg dan g. Data dari hasil kelompok kami diperoleh dg bawah = 380 m dan g bawah 2,9, dg atas = 700 m dan g atas 2,5.

VIII. KESIMPULAN Pada percobaan kali ini digunakan metode mikroskopi dan metode pengayakan. Metode mikroskopi digunakan untuk partikel emulsi, suspesi, dan serbuk halus. Contohnya amylum. Metode pengayakan digunakan untuk partikel yang mempunyai partikel atau ukuran serbuk lebih besar atau kasar. Ukuran partikel dari amylum pada percobaan ini adalah polydispers karena harga antilog SD nya > 1,2 yaitu 2,18. Semakin besar nomor ayakan, semakin halus hasil yang di dapat, karena lubangnya semakin kecil.

IX. DAFTAR PUSTAKA Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press Parrot, L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish : Burgess Publishing Company Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press

Anda mungkin juga menyukai