BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Praktikum
Teori dasar laboratorium farmakologi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mencit
Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang
berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan hewan ini diduga
sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia setelah manusia.
Mencit (Mus musculus L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia). Mencit
yang sering digunakan dalam penelitian di laboratorium merupakan hasil
perkawinan tikus putih “ inbreed” maupun “ outbreed” . Berikut ini adalah
klasifikasi mencit dalam sistem taksonomi yang ada :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus musculus L.
Mencit secara biologis memiliki ciri umum, yaitu berupa rambut berwarna
putih atau keabu-abuan dengan warna perut sedikit lebih pucat. Mencit
merupakan hewan nokturnal yang sering melakukan aktivitasnya pada malam
hari. Perilaku mencit dipengaruhi oleh beberapa faktor , diantaranya faktor
internal seperti seks, perbedaan umur, hormon, kehamilan, dan penyakit ; faktor
eksternal seperti makanan, minuman, dan lingkungan disekitarnya (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1998).
Mencit memiliki berat badan yang bervariasi . Berat badan ketika lahir
berkisar antara 2-4 gram, berat badan mencit dewasa berkisar antara 20-40 gram
untuk mencit jantan dan 25-40 gram untuk mencit betina dewasa. Sebagai
hewan pengerat mencit memilki gigi seri yang kuat dan terbuka. Susunan gigi
mencit adalah indicisivus ½, caninus 0/0, premolar0/0, dan molar 3/3
(Setijono,1985).
Mencit dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai
umur 3 tahun. Lama bunting 19-21 hari sedangkan umur untuk siap dikawinkan
8 minggu. Perkawinan mencit terjadi pada saat mencit betina mengalami estrus.
Satu induk dapat menghasilkan 6-15 ekor anak (Smith dan Mangkoewidjojo,
1988).
Penyebaran mencit sangat luas, semua jenis (strain) yang dapat digunakan
di laboratorium sebagai hewan percobaan berasal dari mencit liar melalui
seleksi ( Yuwono dkk, 2002). Mencit liar lebih suka hidup pada suhu
lingkungan yang tinggi, tetapi mencit juga dapat hidup terus pada suhu
lingkungan yang rendah (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Mencit sering digunakan (60-80%) dalam penelitian dengan pertimbangan
hewan tersebut memiliki beberapa keuntungan yaitu murah, mudah
berkembang biak, daur estrusnya teratur dan dapat dideteksi, periode
kebuntingannya relatif singkat, serta terdapat keselarasan pertumbuhan dengan
kondisi manusia. (Kusumawati, 2004).
Mencit mudah ditangani, bersifat penakut, cenderung berkumpul dengan
sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada
malam hari. Pernapasan 94-163 napas tiap menit, denyut jantung: 325-780
denyut tiap menit, suhu tubuh normal 37,4 ° C.
Cara memperlakukan mencit:
- Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan
tangan kanan, dan biarkan kaki depannya menjangkau kawat kandang.
- Selanjutnya menjepit kulit tengkuknya diantara telunjuk dan ibu jari
dengan tangan kiri.
- Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke tangan kiri di
antara jari manis dan kelingking, lalu pemberian obat dapat dilakukan
- Oral, diberikan dengan alat suntik dilengkapi jarum oral. Alat ini
dimasukkan kedalam mulut, kemudian dimasukkan melalui tepi langit
langit ke belakang esophagus
- Subkutan, diberikan di bawah kulit pada tengkuk
- Intravena, penyuntikan pada vena ekor
- Intramuscular, penyuntikan pada otot paha posterior dan jangan terlalu
dalam
- Intraperitoneal, hewan dipegang pada punggungnya sehingga kulit
abdomennya menjadi tegang. Pada saat penyuntikan, posisi kepala
mencit lebih rendah 10° dengan abdomen, agak menepi dari garis
tengah, untuk menghindari terkenanya kandung kencing. Jangan pula
terlalu tinggi agar tidak mengenai hati.
Dosis obat pada umumnya berdasarkan bobot badan dan usia. Orang dewasa
Indonesia umumnya mempunyai bobot badan 60 kg. pendapat mutakhir
menganjurkan perhitungan dosis obat seseorang menggunakan luas permukaan
badan. Berdasarkan luas permukaan badan dapat diturunkan dosis anak sebagai
berikut:
Dosis anak = (luas permukaan badan anak (m2) / luas permukaan dewasa) x
dosis dewasa
HED = dosis hewan (mg/kg) x [berat hewan (kg) / berat manusia (kg)]0.33
BAB III
METODE
1. Mencit
2. Kanulla
3. Timbangan
4. Pengukur tinggi
C. Perhitungan dosis
Mengerjakan soal yang di berikan dosen mengenai volume administrasi
obat dan konversi dosis manusia pada hewan
BAB IV
HASIL
4.1. Hasil
A. Perlakuan terhadap mencit
Setiap mahasiswa mempraktekkan cara mengangkat mencit
4.2. Pembahasan
4. 2. 1. Perlakuan mencit.
4. 2. 2. Perhitungan VAO
Kesimpulan
5. 1. Kesimpulan
Katzung, Bertram G. Dkk. 2015. Farmakologi Dasar & Klinik. Ed 12, Vol 1.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Setiabudy, Rianto. 2016. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Lampiran.
A. Perhitungan Dosis
1. Obat: metformin
Dosis : 500 mg
VAO : 1 ml
Berat mencit : 20 gram
Tentukan konsenstrasi sediaan yang dibuat!
Jawab:
0.167 mg/ml
2. Obat : diazepam
Dosis : 10 mg
Berat mencit : 30 gram
Tentukan VAO!
Jawab:
0.01 ml
3. Hitung dosis untuk mencit, metformin jika dosis manusia 500 mg dan
berat mencit 30 gram!
Jawab: 102,7 mg/kg
B. Pertanyaan
1. Apakah ada perbedaan nyata antara luas permukaan tubuh pria dan
wanita?
2. Apakah luas permukaan badan untuk tiap anggota kelompok sesuai
dengan kutipan/pusaka?
3. Jika dianggap bahwa dosis yang diberikan farmakope untuk orang
dewasa adalah berdasarkan bobot badan 60kg, berapa besar
penyimpangan untuk kelompok kelas, jika dilakukan penyesuaian?
4. Kesimpulan apa yang saudara kemukakan dari pengamatan ini?
5. Turunkan sebuah rumus yang menyatakan dosis anak sebagai persentase
dosis orang dewasa!
6. Bagaimana pendapat saudara mengenai dosis untuk lanjut usia?
7. Apa yang dimaksud dengan: dosis, dosis terapi, dosis maksimum, dosis
letalit, dosis toksik, dan dosis efektif?
Jawaban:
1. Ada, karena tinggi dan berat badan pria dan wanita berbeda. Biasanya
tinggi dan berat badan pria lebih besar dibandingkan dengan wanita. Hal
ini mempengaruhi luas permukaan tubuh wanita dan pria.
2. Tidak, luas permukaan badan dari setiap anggota kelas khususnya
anggota kelompok tidak sesuai dengan yang tercantum pada literatur
yaitu 1,73 m2. Hal tersebut dikarenakan setiap anggota kelompok
memiliki tinggi badan dan berat badan yang bervariasi. Berat badan
yang dimiliki pun sangat bervariasi tidak seperti pada literatur
farmakologi yaitu modul praktikum farmakologi dan Farmakope
Indonesia , pada literatur tersebut berat badan manusia dewasa yaitu 60
kg. Sementara pada anggota kelompok sangat bervariasi mulai dari
rentang 45-70 kg. Dari situ dapat terlihat LPT yang dihasilkan tidak
sesuai dengan kutipan pustaka.
Sumber: percobaan dalam menimbang berat badan dan hasil LPT pada
percobaan.
3. Tidak terdapat penyimpangan jika dianggap dosis orang dewasa
berdasarkan bobot badan 60 kg. Jadi, dosis obat itu berbanding lurus
dengan bobot badan, tinggi badan, umur, serta luas permukaan badan.
Semakin besar bobot badan, semakin tinggi badan, semakin umur
bertambah dan luas permukaan tubuh semakin besar, maka tempat-
tempat penyerapan pada tubuh semakin luas sehingga memerlukan obat
relatif banyak dan dosis yang diberikan pun semakin besar.
4. Secara garis besar dapat diketahui bahwa dosis obat berbanding lurus
dengan bobot badan, tinggi badan, dan luas permukaan tubuh. Jadi
semalin besar bobot badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh dan usia
maka semakin besar dosis obat. Namun, hal ini tidak berlaku untuk usia
lanjut karena secara fungsional fisiologis maupun biologisnya berbeda
dengan orang dewasa pada umumnya. dosis obat yang tercantum
umumnya hanya untuk orang dewasa, sehingga jika dikehendaki dosis
bayi dan anak dihitung berdasarkan dosis dewasanya. Perhitungan dosis
bayi dan anak terhadap dosis dewasa dapat dilakukan berdasasrkan usia,
bobot badan, atau luas permukaan badan. Saat ini perhitungan dosis bayi
dan anak berdasarkan usia orang dewasa sudah jarang dilakukan. Yang
saat ini banyak dipakai adalah perhitungan dosis anak terhadap orang
dewasa berdasarkan pada luas permukaan badan seberarnya,
perhitungan inilah yang dianggap paling baik saat ini, karena
perhitungan luas permukaan telah memperthitungkan bobot badan dan
tinggi tubuh.
Sumber: Farmakope Indonesia Ed. III
5. Rumus Du Bois dan Du Bois
H(cm)×BB(kg)
Rumus BSA (m2) =√ 3600
C. Foto