Anda di halaman 1dari 11

Nilai Paraf

PEMBUATAN SIMPLISIA DARI RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa Linn.


syn.)

Ditujukan untuk memenuhi tugas praktikum farmakognosi

Disusun oleh :
Kelas : FA4
Grup/Kelompok : Kel.6 ‘ Gel.8

Nama : Annisa Wulan S. NPM : 221FF03161


Nama : Elvira Najwa Z.N. NPM : 221FF03174
Nama : Aldo Togar Pohan NPM : 221FF03155
Nama : Salma Dewi A. NPM : 221FF03163
Nama : Shyfa Amelia N.P. NPM : 221FF03170

Asisten Praktikum :
Nia Kurniawati, S.Farm
Hayatun Nufus Agustina, S.Farm
Ria Lestari, S.Farm

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI STRATA 1 (S1)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2023
I. TUJUAN
a. Kompetensi yang Dicapai
Mahasiswa mampu mempraktekan cara pembuatan simplisia yang baik
b. Tujuan Praktikum
Mampu membuat simplisia dengan kandungan zat berkhasiat tidak
mengalami kerusakan dan dapat di simpan ( tahan lama )
II. PRINSIP
Prinsip pembuatan simplisia dengan pengeringan adalah penguapan air yang
ada dalam bahan dengan jalan pemanasan.
III. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan
yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa Simplisia Nabati, Simplisa Hewani, dan
Simplisia Mineral / Pelikan.
Jenis Simplisa =
a. Simplisa Nabati, yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman / . yang
dimaksud eskudat tanaman. Yang dimaksud dengan eskudat tanaman
tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman / yang
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman nya.
b. Simplisia Hewani, berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat – zat
berguna yang di hasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c. Simplisia mineral / pelikan, simplisia yang berupa bahan pelikan / mineral
yang belum diolah / telah di olah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni .
Contoh = Serbuk seng dan Serbuk Tembaga.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya,
maka simpisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi
persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain
adalah =
1. Bahan baku simplisia
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku
simplisia
3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia
A . Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda – beda antara lain
tergantung pada =
- Bagian tanaman yang digunakan
- Umur tanaman yang di gunakan
- Waktu panen
- Lingkungan tempat tumbuh
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di
dalam bagian tanaman yang akan di panen. Waktu panen yang tepat pada saat
bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang besar.
Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman / tanaman
pada umur tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu
di perhatikan pula saat panen dalam sehari.
Contoh , simplisia yang mengandung minyak minyak astiri lebih baik di panen
pagi hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu
di pertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam simplisia
terhadap panas sinar matahari.
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut =
1. Diambil bijinya, yang telah tua, seperti kadawung ( Parkia rosbbrgii ),
pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah.
2. Diambil buahnya, dihubungkan dengan tingkat kemasakanny, ditandai
dengan terjadinya perubahan pada buah seperti perubahan tingkat
kekerasan, contohnya labu merah ( Cucurbitan – oscllata ), perubahan
warna, contohnya asam ( tarnotindus indica ), kadar air buah, contohnya
belimbing waluh ( Averhoa Belimbi ) , jeruk nipis ( Citrus aurantifiola ) ,
perubaahan bentuk buah,misal mentimun ( Cucurnis sativus ) dan pare (
Mornodica charantia ) .
3. Diambil pucuknya, kumis kucing ( orthospihon stranineus )
4. Diambil daunnya yang telah tua, sembung ( Blumea balsomifera )
5. Tanaman di ambil kulit batang, dilakukan saat musim kemarau.
6. Diambil umbi lapis, misal bawang merah ( Amilum Cepa )
7. Diambil rimpangnya, diambil menggunakan mesin.
B. Sortasi basah
Dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran / bahan – bahan asing lainnya
dari bahan simplisia. Misal pada simplisia yang di buat dari akar suatu tanaman
obat, bahan – bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun akar yang
telah rusak, serta pengotoran lainnya harus di buang.
Tanah mengandung macam – macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh
karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurang jumlah
mikroba awal.
C. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang
melekat pada bahan simplisa. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya
air dari mata air, air sumur, atau air pam. Bahan simplisia yang mengandung zat
yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam
waktu yang sesingkat mungkin.
D. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan
bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau.
Dengan alat mesin perajang khusus sehingga memperoleh irisan tipis / potongan
dengan ukuran yang di kehendaki. Semakin tipis bahan yang akan di keringkan,
semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan
tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya / hilangnya
zat berkhasiat yang mudah menguap.
E.Pengeringan
Tujuan pengeringan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan di cegah penurunan mutu /
perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu
dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad reniklainnya.
Hal – hal yang perlu di perhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembapan udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan
cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat di keringkan pada suhu 30° sampai
90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C.
Pengeringan siplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari /
menggunakan suatu alat pengering. Pada pengeringan bahan simplisia tidak
dianjurkan dilakukan dengan menggunakan alat berbahan plastik. Selama
proses pengeringan bahan simplisia, faktor – faktor tersebut harus di perhatikan
agar dapat memperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan
selama penyimpanan.
Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “ face hardering “ ,
yaitu bagian luar bahan sudah kering, sedangkan bagin dalam masih basah. Hal
ini disebabkan karena irisan karena irisan bahan simplisia yang tebal, suhu
pengeringan yang tinggi / suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air
pada permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam
kepermukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan
menghambat pengeringan selanjutnya.
F. Sortasi kering
Sortasi setalah pengeringan sebenernya merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda – benda asing seperti bagian
– bagian tanaman yang tidak di inginkan dan pengotoran –pengotoran lain yang
masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum
simplisia di bungkus untuk kemudian disimpan.
Serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan, yaitu =
1. Kadar air. Tidak lebih 10%
2. Angka lempeng total. Tidak lebih dari 10
3. Angka kapang dan khamr. Tidaka lebih dari 10
4. Mikroba patogen. Negatif .
5. Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bpj.
Untuk penggunaan seperti bahan pengawet, serbuk dengan bahan baku
simplisia dilarang di tambahkan bahan pengawet. Wadah dan penyimpanan
untuk serbuk simplisia ialah dalam wadah tertutup baik, disimpan pada suhu
kamar, di tempat kering, dan terlindung dari sinar matahari.
IV. ALAT BAHAN
Bahan Alat
- Alumunium foil
- Tampah
- Plastik
- Label / etiket
Jahe ( Zingiberis Rhizoma ) - Kertas
- Timbangan
- Baskom
- Oven
- Nampan
( loyang alumunium )

V. PROSEDUR
Prosedur:
1. Sebanyak 250 gram bahan tanaman yang akan dibuat simplisia dikumpulkan
2. Melakukan proses sortasi basah untuk memisahkan kotoran dari bahan
simplisia
3. Mencuci bersih bahan simplisia dengan air mengalir
4. Merajang bahan (jika perlu perajangan)
5. Mengeringkan bahan dengan oven pada suhu 40°-60°C (Simplisia yang telah
dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil rajangan mudah diremah
dan mudah patah)
6. Mensortasi kering simplisia yang telah dikeringkan untuk menghilangkan
kotoran yang masih ada.
7. Menimbang Simplisia yang dihasilkan dan memasukkannya ke dalam wadah
8. Memberi etiket (Nama Simplisia, Nama tanaman asal, Tgl pembuatan, Berat
Awal dan Akhir)
VI. DATA PENGAMATAN

Sampel Bobot akhir Bobot awal Waktu Suhu % Rendemen

Jahe ( Zingiberis 55,64 g 500 g 2 hari 40° C 78%


Rhizoma )

VII. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada saat praktikum, kelompok kami
melakukan pembuatan simplisia dengan sampel utama Jahe ( Zingiberis
Rhizoma ).
Jahe memiliki klasifikasi sebagai berikut =
Kerajaan: Plantae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Z. Rhizoma
Pada pengamatan kali ini, kami mengamati bahwa rimpang jahe memiliki bentuk
yang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, dengan diamter kurang
lebih 2-4 cm dan ada rambut cabangnya.
Zingiber Rhizoma atau jahe mengandung 6% bahan obat – obatan yang sering di
pakai sebagai rumusan obat-obatan atau sebagai obat resmi di 23 negara.
Secara empiris, jahe diketahui berkhasiat merangsang kelenjar pencernaan
sehingga baik untuk membangkitkan nafsu makan. Jahe juga dapat digunakan
sebagai obat luar untuk mengatasi mulas. Gingerol pada jahe bersifat
antikoagulan, yaitu mencegah pengumpulan darah, jadi mencegah tersumbatnya
pembuluh darah, penyebab utama stroke.
Dengan banyaknya manfaat dari tumbuhan jahe, jahe di jadikan sebagai
tanaman obat atau salah satu bahan baku obat tradisional.
Sebelum jahe dijadikan bahan baku obat tradisional, jahe di buat menjadi
simplisia dengan dengan beberapa tahapan.
Pada tahap panen, umumnya jahe dipanen tua setelah umur 8 – 10 bulan saat
kadar oleoresin optimum di tandai dengan rasa pedas dan bau harum. Khusus
untuk jahe gajah biasanya di panen sesuai dengan tujuan pemanfaatannya.
Pada tahap pertama pembuatan simplisia, jahe di timbang sebnyak 500 g untuk
di jadikan simplisia, kemudian dilakukan Sortasi basah. Sortasi dilakukan untuk
memisahkan kotoran – kotoran atau bahan – bahan asing. Penyortiran di lakukan
untuk menghilangkan bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur
agar segera di pisahkan supaya tidak mencemari jahe lainnya. Sortasi basah
juga di lakukan untuk menghilangkan kerikil, rumput batang, daun dan akar yang
telah rusak.
Pada tahap kedua, dilakukan pencucian. Pencucian di lakukan untuk
menghilangkan tanah yang melekat pada bahan simplisia. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencuciannya
dilakukan harus dalam waktu yang singkat. Pencucian juga harus dilakukan
dengan air mengalir, agar kotoran terbuang. Karena jika menggunakan air yang
menggenang, jahe tidak akan bersih, karena kotoran dan air nya menyatu tidak
langsung terbuang.
Pada tahap ketiga, dilakukan perajangan. Proses ini hanya dilakukan oleh
beberapa jenis bahan simplisia yang memerlukan. Perajangan dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Perajangan
juga dapat dilakukan dengan pisau atau dengan alat mesin perajang khusus
sehingga mendapatkan irisan tipis / sesuai .
Proses perajangan ini dilakukan, agar jahe semakin tipis. Semaki tipis jahe yang
akan di keringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu
pengeringan. Akan tetapi irisan juga tidak boleh terlal tipis, karena irisan yang
terlalu tipis dapat menyebabkan berkurangnya / hilangnya zat berkhasiat yang
mudah menguap. Lebih parahnya lagi, jika simplisia jahe terlalu tipis saat
( dilakukan pengeringaan ) akan hancur.
Kemudia setelah dilakukan perajangan, dilakukan proses pengeringan.
Pengeringan ini bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat di simpan dalam kurun waktu yang lama. Pada proses
pengeringan ini, jahe kelompok kami di keringkan oleh alat pengering / oven,
sebenarnya metode pengeringan itu ada dua, bisa menggunakan sinar matahari
dan juga oven, namun simplisia jahe lebih baik dilakukan oleh oven, agar lebih
meghemat waktu. Pada saat proses pengeringan, jahe di keringkan pada suhu
40°C selama dua hari agar hasil maksimal.
Pada proses ini, cara yang dilakukan harus benar, karena jika salah dapat
mengakibatkan terjadinya “ Face Hardening “ atau di sebut juga sebagai satu
kesalahan pengeringan, karena yang terjadi simplisia bagian luar sudah kering,
sedangkan bagian dalam nya tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi / suatu
keadaaan lain yang menyebabkan penguapan air pada permukaan bahan jauh
lebih cepat daripada difusi air dalam kepermukaan tersebut, sehingga
permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya.
Proses selanjutnya adalah sortasi kering. Sortasi kering dilakukan untuk
memisahkan benda asing seperti bagian tanaman yang tidak di inginkan dan
pengotoran lain yang masih tertinggal pada saat simplisia kering.
Tahap terakhir, simplisia di timbang bobot akhir nya sebelum di simpan. Bobot
akhir simplisia kelompok kami sebesar 55,64 g.
Saat penimbangan pun ada beberapa hal yang harus di perhatikan, jika bobot
akhir tidak berkurang berat nya dari bobot awal, berarti pengeringan simplisia
dikatakan gagal.
Setelah dilakukan penimbangan bobot akhir, simplisia di simpan kedalam wadah
dan di tutup rapat. Untuk mengawetkan simplisia, bisa juga di tambahkan
semacam glica gel
Simplisia di taruh di tempat kering dan terlindung dari cahaya sinar matahari.
Setelah simplisia selesai, dilakukan perhitungan % rendemen dengan rumus =
Bobot awal = 500 g
Berat akhir = 55,64 g
Perhitungan % rendemen = Bobot akhir x 100%
Bobot awal
= 55,64 gram x 100%
500 gram
= 78 %
Jadi, % rendemen simplisia kelompok kamii sebesar 78%
VIII. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan :
Setelah melakukan praktikum pembuatan simplisia, kami mampu mempraktekan
cara pembuatan simplisa yang baik dan benar. Dan , kami juga mampu membuat
simplisia dengan kandungan berkhasiat, tidak mengalami kerusakan dan dapat di
simpan ( tahan lama )

Daftar Pustaka :
1. Ruth febriana, 2013, Pembuatan simplisia.
2. Ingga sayang, 2015, April, Pembuatan Simplisia.
3. Ardila Putri Y, Wahyu R, Maitsa R, 2018, Laporan pembuaatan simplisia
nabati.
4. BPOM,2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomer 12, Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu
obat Tradisional, Jakarta.
5. Depkes RI, 1985, Cara pembuatan Simplisia, Jakarta.
Keterangan pembagian tugas =
1. Aldo Togar Pohan ( Prosedur )
2. Shyfa Amelia N.P ( Pembahasan )
3. Elvira Najwa Z.N. ( Kesimpulan, daftar Pustaka )
4. Annisa Wulan sari ( Hasil Pengamatan )
5. Salma Dewi Apriliati ( Dasar Teori )

Anda mungkin juga menyukai