Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU (BI-3201)

UJI MEMORI, SENSORIK, DAN MOTORIK PADA MENCIT


(Mus musculus)

Tanggal Praktikum : 17 Maret 2017


Tanggal Pengumpulan : 24 Maret 2017

Disusun oleh:
Hany Husnul Chotimah
10614025
Kelompok 9

Asisten:
Sherly Arista Pratiwi
10613028

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan mamalia yang
diduga berasal dan tersebar dari wilayah mediteranian China. Mencit
memiliki habitat yang berada di sekitar manusia dan cukup tersebar luas.
Mencit memiliki ukuran tubuh sekitar 65-95 mm dan ekornya memiliki
panjang sekitar 60-105 mm. Tubuh mencit dilapisi rambut yang berwarna
putih hingga kecokelatan sehingga keberadaannya cukup mudah dideteksi
(Ballenger, 1999). Mencit termasuk salah satu hewan model yang banyak
dipilih untuk suatu penelitian. Penggunaan mencit dalam berbagai penelitian
khususnya bidang biomedik dan neurobiologi dikarenakan mencit memiliki
karakter genetik yang tidak jauh berbeda dengan manusia. Karakter genetik
ini dapat diuji melalui fisiologi, anatomi, dan metabolisme serta perilaku
yang ditunjukkan oleh mencit tersebut (Your Genome, 2017). Pengujian
terhadap aspek tersebut dapat dilakukan dengan memberikan stimulus yang
dapat memicu kognisi dari mencit. Kognisi ialah serangkaian proses mental
yang melibatkan kesadaran, persepsi, belajar, dan memori suatu individu.
Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan pengujian terhadap komponen
kognisi mencit yang meliputi memori, sensori, dan motorik.
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan kelompok mencit yang memiliki latensi tercepat pada uji
memori.
2. Menentukan jenis stimulus yang menyebabkan respon menjauh paling
banyak pada mencit.
3. Membandingkan kecepatan respon refleks antara mencit normal dan
perlakuan freeze.
4. Menentukan karakteristik lokomosi berenang mencit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi Mencit


Mencit merupakan salah satu jenis mamalia yang berasal dari wilayah
mediteranian China dan telah terdistribusi hampir ke seluruh belahan dunia.
Mencit memiliki ukuran tubuh sekitar 65-95 mm, sedangkan ekornya
memiliki panjang sekitar 60-105 mm. Massa tubuh mencit umumnya berada
dalam rentang 12-30 gram. Mencit merupakan hewan yang bereproduksi
dengan sistem poliginus. Ketika memasuki musim kawin, mencit betina
akan mengeluarkan feromon yang akan menginduksi mencit jantan untuk
mengeluarkan suara ultrasonik sebagai reproduction call (Ballenger, 1999).
Secara umum, taksonomi mencit adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
2.2. Sistem Sensori Mencit
Sistem sensori merupakan seperangkat organ yang berfungsi untuk
menerima berbagai stimulus yang berasal dari lingkungan. Reseptor sensori
merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk menerima respon dan
menghantarkannya ke sistem saraf pusat. Impuls listrik yang dihantarkan
oleh saraf akan diterjemahkan sebagai sensasi. Pada mencit, sebagian besar
sistem sensori ini terletak dibagian kepalanya (Reed College, 2007). Struktur
sistem sensori pada bagian kepala mencit dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Sistem sensori mencit
(Reed College, 2007)
2.3. Sistem Lokomosi Mencit
Lokomosi merupakan suatu pergerakan atau perpindahan yang
dilakukan individu sebagai suatu upaya untuk mempertahankan
kesintasannya. Lokomosi biasanya dilakukan hewan untuk mengeksplorasi
wilayah baru atau mencari makanan. Dalam kegiatan tersebut tentunya
membutuhkan aktivitas dari sistem sensori dan motorik. Pada mencit, jenis
lokomosi yang biasa dilakukannya adalah berjalan dan berenang. Kerjasama
antara sistem sensori dan motorik pada mencit juga digunakan sebagai
navigasi, sehingga kegiatan eksplorasi atau pencarian makannya dapat
bersifat lebih efisien. Lokomosi berenang mencit merupakan salah satu jenit
perilaku innate yang dimiliki oleh setiap individunya (Poucet, 1986),
sedangkan lokomosi berjalan pada mencit memiliki suatu pola yang biasa
disebut sebagai alternate stepping gait (Mendes et al., 2015). Pola lokomosi
tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Pola lokomosi berjalan mencit


(Mendes et al., 2015)
2.4. Kognisi, Memori, dan Pembelajaran Spasial pada Mencit
Kognisi merupakan serangkaian proses mental yang melibatkan
kesadaran, persepsi, belajar, pengetahuan dan memori suatu individu.
Memori adalah kemampuan otak untuk menahan informasi yang telah
diterima kemudian memanggil kembali informasi tersebut. Memori
melibatkan proses sensasi, persepsi, perhatian, motivasi, penguatan, dan
respon motorik (Goodenough et al., 1993). Kognisi dan memori sangat erat
kaitannya dengan pembelajaran spasial. Pembelajaran spasial biasanya
muncul akibat adanya eksplorasi yang dilakukan oleh suatu individu.
Eksplorasi mengenai suatu wilayah ditangkap oleh otak sebagai suatu
informasi, yang kemudian memasuki proses pembentukan memori. Di otak,
informasi hasil eksplorasi dibentuk menyerupai suatu “peta” oleh
hipokampus. Ketika informasi tersebut dipanggil kembali maka prosesnya
akan secara bertahap hingga akhirnya dapat menjadi suatu gambaran yang
utuh (Poucet, 1986).
2.5. Jenis-jenis Maze untuk Uji Kognisi Mencit
Pengujian terhadap proses belajar dan memori mencit dapat dilakukan
melalui metode maze learning test battery. Pada percobaan ini biasanya
dilakukan beberapa pengulangan sehingga mencit memiliki latensi yang
semakin cepat. Pengulangan ini juga berfungsi sebagai upaya penguatan
informasi sekaligus pelatihan bagi mencit. Uji kognisi menggunakan maze
juga dapat menunjukkan kondisi sensorik dan motoril dari hewan yang diuji
(Wolf et al., 2016). Beberapa jenis maze yang biasa digunakan dalam uji
kognisi mencit dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Jenis-jenis maze


(Wolf et al. 2016)
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3. 1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Stopwatch Mencit prasapih
Kandang mencit Mencit dewasa
Lap bersih Maze learning test battery ukuran
Kaca arloji 50x50 cm2
Botol vial Pakan mencit
Akuarium Parfum
Termometer Amonia pekat
Minyak kayu putih
Tinta cina
Cotton bud
Air hangat
HVS
Gloves

3.2. Cara Kerja


3.2.1. Uji Maze Learning Test Battery
Pakan mencit diletakkan di salah satu sudut maze sebagai goal.
Mencit yang telah ada di titik start dilepaskan. Waktu yang
diperlukan dan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh mencit untuk
mencapai sasaran dicatat dengan durasi maksimum 3 menit.
Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan individu
yang sama untuk setiap kelompok mencit (baik prasapih maupun
dewasa) secara berturut-turut tanpa istirahat.
3.2.2. Olfactory Avoidance Test
Pengujian dilakukan pada masing-masing mencit prasapih
maupun dewasa sebanyak dua kali pengulangan pada individu yang
sama, dengan mendekatkan mencit pada jarak 2 cm dari cotton bud
yang sebelumnya telah dicelupkan ke dalam pakan mencit yang telah
dihaluskan, amoniak pekat, minyak kayu putih, dan parfum. Mencit
yang tidak bereaksi pada bau dinyatakan berpenciuman netral.,
menghindari bau non-pakan dinyatakan berpenciuman negatif (-),
dan mendekat pada bau nonpakan dinyatakan berpenciuman positif
(+).
3.2.3. Uji Kemampuan Refleks Motorik Membalikkan Badan
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan mencit prasapih
dengan perlakuan normal dan perlakuan pendinginan. Mencit pada
masing-masing kelompok diletakkan di tempat datar dengan posisi
terlentang dan punggung rapat pada permukaan meja, ditahan
sebentar kemudian dilepas. Waktu yang diperlukan mencit (latensi)
untuk dapat membalikkan tubuhnya hingga keempat kakinya di atas
bidang datar dicatat. Pengujian dilakukan dengan pengulangan 3 kali
pada masing-masing kelompok perlakuan menggunakan individu
yang sama dan dihitung rata-rata latensinya. Latensi maksimal setiap
individu adalah 3 menit.
3.2.4. Uji Kemampuan Refleks Menghindari Jurang
Percobaan dilakukan pada mencit prasapih kelompok normal
dengan perlakuan pendinginan. Mencit pada masing-masing
kelompok diletakkan dengan posisi ujung jari kaki depan dan mulut
sejajar dengan tepi meja, kemudian ditahan lalu dilepas. Waktu yang
dibutuhkan mencit (latensi) untuk dapat memutar badannya dan
menjauhi tepi meja dicatat. Pengujian dilakukan dengan tiga kali
pengulangan pada masing-masing kelompok mencit menggunakan
individu yang sama serta dihitung rata-rata latensinya. Latensi
maksimal untuk pengamatan ini adalak 3 menit.
3.2.5. Uji kemampuan Refleks Geotaksis Negatif
Percobaan dilakukan padamencit prasapih kelompok normal dan
perlakauan pendinginan. Mencit pada masing-maisng kelompok
diletakkan pada bidang miring (25-45˚) dengan kepala mengarah ke
bawah dan tubuh sejajar garis vertikal, ditahan sebentar lalu
dilepaskan. Waktu yang diperlukan mencit (latensi) untuk dapat
memutar tubuhnya 180˚ dicatat.pengujian dilakukan pada masing-
masing kelompok mencit hingga 3 kali pengulangan menggunakan
individu mencit yang sama dan dihitung rata-rata latensinya. Latensi
maksimal untuk setiap individu adalah 3 menit.
3.2.6. Uji Lokomosi Berenang
Akuarium diisi dengan air hangat (27-30˚C) dengan tinggi air
sekitar setengah tinggi akuarium. Mencit prasapih dijatuhkan di sisi
ujung akuarium dan diamati pergerakannya. Lokomosi berenang
diamati selama 3 menit dengan 3 pengulangan menggunakan
individu yang sama (jeda istirahat untuk setiap pengulangan adalah 2
menit). Pencatatan nilai lokomosi berenang dilakukan dengan skor
berikut.
- Skor arah berenang: tenggelam (0), terapung (1), berputar-
putar (2), dan lurus (3).
- Skor sudut berenang: kepala dan tubuh di bawah permukaan
air (0), permukaan kepala dan sebagian hidung berada di
atas permukaan ait (1), bagian kepala sebatas mata dan
setengah telinga berada di atas permukaan air (3), kepala dan
seluruh telinga ada di atas permukaan air (4).
- Skor penggunaan anggota badan: tidak menggunakan
anggota gerak (0), menggunakan keempat anggota gerak (1),
menggunakan kedua kaki depan saja (2).
3.2.7. Uji Lokomosi Berjalan
Jalur lurus untuk berjalan mencit dibuat menggunakan kertas
HVS. Kaki mencit lalu ditandai dengan tinta cina dan diamati pola
lokomosi yang terbentuk. Langkah mencit dengan kecepatan
maksimum diamati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Memori Mencit


Pada uji memori, digunakan dua kelompok mencit berbeda yaitu
mencit dewasa dan mencit prasapih. Kedua kelompok mencit ini lalu
diletakkan pada suatu labirin dan dilakukan pengulangan sehingga
kemampuan memori mencit pada masing-masing kelompok dapat diketahui.
Berdasarkan hasil pengamatan, jenis kesalahan dan frekuensi yang
dilakukan setiap kelompok mencit pada uji memori dapat dilihat pada
gambar 4.1 berikut.
80 70
67 66
70
59
60
47
50
Frekuensi

38
40 Mencit Prasapih
30 Mencit Dewasa
20
10
0
Seleksi Zonasi Backing
Jenis kesalahan

Gambar 4. 1 Perbandingan frekuensi jenis kesalahan mencit dewasa dan prasapih

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, terlihat bahwa antara mencit


prasapih maupun mencit dewasa tidak memiliki perbedaan frekuensi
melakukan kesalahan yang signifikan. Hal ini juga didukung dengan hasil
analisis menggunakan two way ANOVA (lihat lampiran A), dimana nilai p-
value untuk data tersebut adalah 0,605 (> 0,05). Sedangkan jenis kesalahan
yang cukup banyak dilakukan oleh kedua kelompok mencit tersebut
berdasarkan analisis Post Hoc Tukey Test adalah kesalahan seleksi (lihat
lampiran A). Perbandingan frekuensi kesalahan pada masing-masing
kelompok mencit terhadap pengulangan perlakuan dapat dilihat pada
gambar 4.2 berikut.
40 37
35 33
29 28
30 26
Frekuensi 25
25 21 20
20 18 17 Seleksi
13 14
15 11 121212 Zonasi
9 10
10 Backing
5
0
1 2 3 1 2 3
Mencit Prasapih Mencit Dewasa
Pengulangan

Gambar 4.2 Frekuensi setiap jenis kesalahan pada masing-masing kelompok mencit
Dalam percobaan ini, yang menjadi target tujuan mencit adalah
makanan yang diletakkan pada salah satu sudut labirin (goal). Setiap
individu mencit memiliki perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai goal tersebut. Waktu yang dibutuhkan atau latensi setiap
kelompok mencit pada masing-masing pengulangannya dapat dilihat pada
gambar 4.3 berikut.
180
Rata-rata latensi (detik)

160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 1 2 3
Mencit Prasapih Mencit Dewasa
Pengulangan

Gambar 4.3 Rata-rata latensi setiap individu pada kelompok mencit


Berdasarkan hasil analisis menggunakan independent t test, diketahui
tidak adanya perbedaan yang signifikan antara waktu yang dibutuhkan
kelompok mencit prasapih dan mencit dewasa untuk mencapai goal. Hal ini
dapat dilihat dari nilai p-value yang di dapat, yaitu 0,08 (> 0,05).
Pada uji memori, labirin (maze) berfungsi sebagai perangkat uji yang
digunakan untuk melihat penampilan proses belajar dan kemampuan
menyimpan memori spasial mencit. Memori merupakan suatu proses
menahan dan merekonstruksi suatu informasi yang pernah diterima
sebelumnya (Kandel et al., 2014). Memori dapat terbentuk akibat adanya
pengulangan dari suatu informasi yang diterima atau penguatan
(reinforcement). Terdapat tiga tipe memori, yaitu short term memory,
intermediate term memory, dan long term memory (Goodenough et al.,
1993). Pada percobaan ini, mencit harus melakukan proses belajar terhadap
keadaan spasial yang diberikan. Proses pembelajaran spasial ini melibatkan
bagian hipokampus pada otak mencit. Pengulangan yang dilakukan
menyebabkan sensitivitas dari hipokampus mencit meningkat. Ketika
mencit berada di tempat terbuka yang bebas, neuron hipokampus bertugas
sebagai place cells. Hipokampus akan membentuk suatu “peta” yang
menunjukkan lokasi dari keberadaan mencit, sehingga pengulangan dengan
posisi goal yang tidak berubah menyebabkan kemampuan mencit untuk
mencapai goal tersebut harusnya semakin cepat (Kandel et al., 2014).
4.2. Uji Sensori Mencit
Pada pengamatan ini, digunakan dua kelompok mencit yang berbeda,
yaitu mencit dewasa dan mencit prasapih. Penggunaan mencit prasapih
bertujuan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan sensori pada anakan
mencit tersebut. Selain itu, mencit prasapih diasumsikan belum mengalami
proses pembelajaran yang kompleks sehingga perilaku yang ditunjukkan
merupakan perilaku yang alami dimiliki oleh mencit (innate). Uji sensori
mencit dilakukan dengan memberikan empat jenis stimulus yaitu, pakan
mencit yang dihaluskan, ammonia pekat, minyak kayu putih dan parfum.
Setiap kelompok mencit dengan masing-masing pengulangannya
menunjukkan respon yang berbeda-beda terhadap stimulus yang berbeda
pula. Berdasarkan pengamatan tersebut, frekuensi setiap jenis respon
terhadap keempat jenis stimulus pada masing-masing kelompok mencit
dapat dilihat pada gambar 4.4 dan 4.5 berikut.
28 25 24
24 21 20
20
16
Frekuensi 12
8 6
3 4 4 4
4 0 0 1
0 Mendekat

Netral

Mendekat

Mendekat

Mendekat
Netral

Netral

Netral
Menjauh

Menjauh

Menjauh

Menjauh
Pakan mencit Ammonia pekat Minyak kayu putih Parfum

Stimulus dan Respon Mencit Prasapih

Gambar 4. 4 Frekuensi respon mencit prasapih pada setiap stimulus

28 27 25
23
24 21
20
16
Frekuensi

12
8 4
3 2 2 3
4 0 1 1
0
Mendekat

Mendekat

Mendekat

Mendekat

Netral
Netral

Netral

Netral
Menjauh

Menjauh

Menjauh
Menjauh

Pakan mencit Ammonia pekat Minyak kayu putih Parfum


Stimulus dan Respon Mnecit Dewasa

Gambar 4. 5 Frekuensi respon mencit dewasa pada setiap stimulus

Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar individu


baik kelompok mencit dewasa maupun prasapih menunjukkan respon
mendekat pada stimulus berupa makanan, sedangkan pada stimulus
ammonia pekat, minyak kayu putih, dan parfum individu dari kedua
kelompok mencit cenderung menjauh. Bau yang dihasilkan dari keempat
jenis stimulus akan dikenali oleh reseptor penciuman yaitu epitelium
olfaktori. Lendir olfaktori mengandung protein yang dapat berikatan dengan
stimulus bau tersebut, yang kemudian akan dihantarkan ke otak dan diproses
lebih lanjut. Bagian saraf pusat yang terlibat dalam proses sensori ini adalah
amigdala, hipokampus, dan subiculum yang termasuk ke dalam sistem
limbik. Setelah itu, saraf pusat akan memerintah sistem saraf lainnya,
termasuk saraf motorik sehingga mencit dapat menunjukkan respon
mendekat, menjauh, atau bahkan netral (cenderung tidak memberi respon
yang drastis) sebagai indikasi bahwa tidak adanya bahaya yang ditimbulkan
oleh jenis stimulus yang diberikan (Buck & Axel, 1991).
4.3. Uji Motorik Refleks Mencit
Pada uji motorik refleks, dilakukan tiga jenis percobaan utama, yaitu
surface righting, cliff avoidance, dan negative geotaxis dengan dua jenis
perlakuan mencit yaitu normal dan freeze. Uji surface righting bertujuan
untuk menguji refleks vestibular yang dimiliki oleh mencit prasapih serta
kemampuan neuroplasticity-nya (Cullen, 2012). Cliff avoidance dan
negative geotaxis dilakukan dengan tujuan untuk melihat kecenderungan
mencit prasapih dalam menuju bidang datar dan mengetahui apakah perilaku
tersebut bersifat innate atau diperoleh melalui pembelajaran. Rata-rata
latensi masing-masing kelompok mencit dapat dilihat pada gambar 4.6
berikut.
25
Rata-rata latensi (detik)

20
15
10
5
0
Normal Freeze Normal Freeze Normal Freeze
Surface righting Cliff avoidance Negative geotaxis
Perlakuan

Gambar 4.6 Rata-rata latensi setiap kelompok mencit pada masing-masing uji
Berdasarkan gambar 4.6 di atas serta analisis statistik menggunakan
independent t test diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan
antara rata-rata latensi mencit normal dan mencit perlakuan freeze. Hal ini
dibuktikan dari nilai p-value yang didapatkan, yaitu sebesar 0,395 (> 0.05).
Perlakuan freeze dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur sinaps
yang mengakibatkan penghantaran rangsang atau stimulus yang tertunda,
sehingga seharusnya, perlakuan freeze pada percobaan memiliki latensi yang
lebih lama dibandingkan dengan mencit normal (Montgomery &
Macdonald, 1990).
4.4. Uji Motorik Lokomosi Mencit
Pada pengamatan uji lokomosi mencit, dilakukan dua percobaan yaitu
pengamatan terhadap lokomosi berjalan dan lokomosi berenang mencit. Pola
berjalan yang ditunjukkan oleh mencit dalam percobaan dapat dilihat pada
gambar 4.7 berikut.

Gambar 4.7 Pola lokomosi berjalan mencit


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lokomosi berjalan
mencit, diketahui bahwa pola yang terbentuk cenderung sedikit berbelok-
belok. Pada hewan rodentia seperti mencit, umumnya lokomi berjalan
dilakukan dengan alternate stepping gait, dimana lokomosi dimulai dengan
kaki depan yang kemudian diikuti oleh kaki belakang namun pada sisi yang
berlawanan. Kemudian diikuti oleh kaki depan pada sisi yang sama dan
diikuti kaki yang berlawanan sisi, sehingga membentuk pola lokomosi yang
terlihat berkelok (Mendes et al., 2015).
Pada lokomosi berenang, terdapat beberapa parameter yang diamati,
seperti arah berenang, sudut berenang, serta alat gerak yang digunakan.
Ketiga parameter ini kemudian diberi skor. Rata-rata scoring untuk masing-
masing parameter dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut.
4 3,8809523
81
3 2,5

Rata-rata skor
1,4761904
2 76

0
Arah berenang Sudut berenang Anggota badan

Parameter penilaian

Gambar 4.8 Rata-rata skor tiap parameter


Berdasarkan pengamatan terhadap lokomosi berenang mencit
prasapih, dapat dikatakan bahwa berenang merupakan salah satu perilaku
bawaan yang dimiliki oleh setiap mencit (innate). Dari rataan tersebut juga
dapat diperkirakan perilaku berenang yang ditunjukkan oleh sebagian besar
mencit, yaitu arah berenangnya cenderung lurus, kepala dan seluruh telinga
hampir di atas permukaan air, serta berenang menggunakan keempat
anggota gerak. Kondisi tersebut dapat menunjukkan bahwa mencit prasapih
tersebut mengalami perkembangan neuromuskular karena adanya induksi
terhadap sistem vestibular tubuhnya (Goodenough et al., 1993).
.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Kelompok mencit yang memiliki latensi tercepat pada uji memori
adalah mencit dewasa.
2. Pada mencit prasapih, respon menjauh paling banyak terjadi ketika
stimulusnya adalah ammonia pekat, sedangkan pada mencit dewasa
respon menjauh paling banyak terjadi ketika stimulusnya minyak kayu
putih.
3. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kecepatan refleks mencit
normal dan freeze, sehingga tidak dapat dibandingkan.
4. Karakteristik lokomosi berenang sebagian besar mencit adalah arahnya
cenderung lurus,kepala dan seluruh telinga hampir di atas permukaan
air, serta menggunakan keempat alat geraknya.
DAFTAR PUSTAKA

Ballenger, L. 1999. “Mus musculus”. [Online]


http://animaldiversity.org/accounts/Mus_musculus/ diakses pada 23 Maret 2017
pukul 17:17 WIB.
Buck, L. & Axel, R. 1991. “A Novel Multigene Family May Encode Odorant Receptors:
A Molecular Basis for Odor Recognition”. Cell, 65(1) : 175-187.
Cullen, K. E. 2012. “The Vestibular Sytem: Multimodal Integration and Encoding of
Self-Motion for Motor Control”. Trends Neurosci, 35 (3) : 96-185.
Goodenough, E., B. McGuire, & R. A. Wallace. 1993. Perspectives on Animal Behavior.
New York: John Wiley & Sons.
Kandel, E. R., Y. Dudai, & M. R. Mayford. 2014. “The Molecular and Systems Biology
of Memory”. Cell, 157 (1) : 163-186.
Mendes, C. S., I. Bartos, Z. Marka, T. Akay, S. Marka, & R. S. Mann. 2015.
“Quantification of Gait Parameters in Freely Walking Rodents”. BMC Biology,
13(50) :1-11.
Montgomery, J. C. & J. A. Macdonald. 1990. “Effect of Temperature on Nervous
System: Implication for Behavioral Performance”. Regulatory, Integrative and
Comparative Physiology, 259 (2) : 6-191.
Poucet, B. 1986. “A Study of Exploratory Behavior as an Index of Spatial Knowledge in
Hamster”. Animal Learning & Behavior, 14(1) : 93-100.
Reed College. 2007. “Ontogeny”. [Online]
http://www.reed.edu/biology/professors/srenn/pages/teaching/web_2007/emmylin
h/ontogeny.html diakses pada 23 Maret 10:12 WIB.
Wolf, A., B. Bauer, E. L. Abner, T. A. Frollinger, & M. Anika. 2016. “A Comprehensive
Behavioral Test Battery to Assess Learning and Memory in 129S6/Tg2576 Mice”.
PloS ONE, 11(1) : 1-23.
Your Genome. 2017. “Why Use The Mouse in Research?”. [Online]
http://www.yourgenome.org/facts/why-use-the-mouse-in-research diakses pada 23
Maret 2017 pukul 18:48 WIB.
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Uji Memori Mencit

 Hasil analisis two way ANOVA dan Tukey test


Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Frekuensi
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 19,840 5 3,968 1,571 ,169
Intercept 483,741 1 483,741 191,576 ,000
Mencit ,207 1 ,207 ,082 ,775
Kesalahan 17,223 2 8,611 3,410 ,035
Mencit * Kesalahan 2,540 2 1,270 ,503 ,605
Error 613,590 243 2,525
Total 1117,000 249
Corrected Total 633,430 248
a. R Squared = ,031 (Adjusted R Squared = ,011)

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Frekuensi
Tukey HSD
(I) Jenis (J) Jenis Mean Std. Sig. 95% Confidence Interval
kesalahan kesalahan Difference (I-J) Error Lower Bound Upper Bound
Zonasi ,05 ,247 ,979 -,53 ,63
Seleksi
Backing ,58 ,247 ,052 ,00 1,16
Seleksi -,05 ,247 ,979 -,63 ,53
Zonasi
Backing ,53 ,247 ,082 -,05 1,11
Seleksi -,58 ,247 ,052 -1,16 ,00
Backing
Zonasi -,53 ,247 ,082 -1,11 ,05
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2,525.

 Hasil analisis independent t test


Independent Samples Test
Levene's Test t-test for Equality of Means
for Equality of
Variances
F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence
tailed) Difference Difference Interval of the
Difference
Lower Upper
Equal variances
,339 ,563 1,778 66 ,080 22,15497 12,46237 -2,72695 47,03689
assumed
Latensi
Equal variances
1,779 65,885 ,080 22,15497 12,45570 -2,71444 47,02438
not assumed
LAMPIRAN B
Uji Motorik Refleks Mencit

 Hasil analisis independent t test

 Independent Samples Test

Levene's Test t-test for Equality of Means


for Equality of
Variances

F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence


tailed) Difference Difference Interval of the
Difference

Lower Upper

Equal
variances 1,122 ,291 -,851 247 ,395 -2,54267 2,98699 -8,42589 3,34055
assumed
Latensi
Equal
variances not -,853 244,437 ,395 -2,54267 2,98243 -8,41721 3,33187
assumed

Anda mungkin juga menyukai