Anda di halaman 1dari 12

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan / obat
Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah
Agar mahasiswa dapat memahami gejala-gejala ddan dasar farmakologi
efek toksis obat penurun glukosa darah.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang bersifat kronik yang dapat

mempengaruhi metabolisme karbohidrat, Protein dan lemak. Diabetes Militus disebabkan


oleh sebuah ketidakseimbangan atau ketidakadanya persedian insulin atau tidak
sempurnanya respon seluler terhadap insulin yang ditandai dengan tidak teraturnya
metabolisme.
Diabetesmelitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan
pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari
sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk
menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu
puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi
gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan
tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia) (Kee
dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
Pada diabetes melitus semua proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak.
Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga
darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah
gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat
meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya
dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena
adanya dehidrasi , maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum
(polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi
(Katzung,dkk,2002).
Kadar glukosa

serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110

mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari
110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya diabsorpsi

oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl.
Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama
urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria (Katzung,2002).
Metabolisme glukosa, setelah karbohidrat dari makanan dirombak dalam usus,
glukosa lalu diserap kedalam darah dan diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk penyerapannya
kedalam sel-sel tubuh diperlukan insulin, yang dapat dianggap sebagai kunci untuk pintu
sel. Sesudah masuk kedalam sel, glukosa lantas diubah menjadi energi atau ditimbun
sebagai cadangan. Cadangan ini digunakan bila tubuh kekkurangan energi karena
misalnya berpuasa beberapa waktu ( Tan,dkk, 2002).
Insulin adalah polipeptida dengan BM kira-kira 6000. Polipeptida ini terdiri dari
51 asam amino tersusun dalam dua rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai
B terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfide yaitu
antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain iu masih terdapat jembatan
disulfide antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai AKarena insulin babi lebih mirip
insulin insani maka dengan bahan insulin babi mudah dibuat insulin insani semisintetik.
Disamping itu juga dapat disintesis insulin manusia dengan teknik rekombinan DNA
(Ganiswarna,dkk,1995).
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya tidak
selalu sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umumnya timbul
dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain. Ada pula penderita
diabetes melitus yang tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu
(Tjoktoprawiro, 1998).
Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi tiga P yaitu:
a. Polifagia (meningkatnya nafsu makan, banyak makan)
b. Polidipsia (meningkatnya rasa haus, banyak minum)
c. Poliuria (meningkatnya keluaran urin, banyak kencing)
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus
meningkat, bertambah gemuk, mungkin sampai terjadi kegemukan. Pada keadaan ini
jumlah insulin masih dapat mengimbangi kadar glukosa dalam darah (Kee dan
Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
Bila keadaan diatas tidak segera diobati, kemudian akan timbul gejala yang
disebabkan oleh kurangnya insulin, yaitu :

a.
b.
c.
d.
e.

Banyak minum
Banyak kencing
Berat badan menurun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)
Mudah lelah
Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi 500
mg/dl, bahkan penderita akan jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus akibat kadar glukosa
darah terlalu tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik, gejala dan penurunan
berat badan inilah yang paling sering menjadi keluhan utama penderita untuk berobat ke
dokter (Tjokroprawiro, 1998).
Kadang-kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala akut (mendadak),

tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah beberapa bulan atau beberapa tahun
mengidap penyakit diabetes melitus. Gejala ini dikenal dengan gejala kronik atau menahun
(Katzung, 2002).
Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti yang disebut
dibawah ini :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Kesemutan
Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum
Rasa tebal pada kulit telapak kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur
Kram
Capai, pegal-pegal
Mudah mengantuk
Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
Gigi mudah goyah dan mudah lepas
Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan
Para ibu hamil sering mengalami gangguan atau kematian janin dalam kandungan,

atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5 kg. (Tjokroprawiro, 1998).
Diabetes tergantung insulin umumnya menyerang anak-anak, tetapi IDDM dapat
juga terjadi di antara orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolute
yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel- berat. Diabetes tipe I harus tergantung pada
insulin eksogen (suntikan) untuk mengontrol hiperglikemia, memelihara kadar hemoglobin
glikosilat yang dapat diterima,dan mencegah ketoasidosis (2).
Diabetes dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kebutuhan insulin yaitu: ( 2 )
1.

Diabetes tipe I ( diabetes tergantung insulin )

Penyebab diabetes tipe I yaitu ledakan sekresi insulin pada kadaan normal terjadi satelah
menelan makanan sebagai respon terhadap peningkatan sekilas kadar glukosa dan asam amino
yang bersirkulasi.
Pengobatan diabetes tipe I yaitu diabetes tipe I harus tergantung pada insulin eksogen
(suntikan ) untuk mengontrol hiperglikemia, memelihara kadar hemoglobin glikosilat (HbA)
yang dapat diterima dan mencegah ketoasidosis.
2.

Diabetes tipe II ( tidak tergantung insulin / NIDDM )

Penyebab tipe II yaitu pankreas masi mempunyai beberapa funsi sel-, yang
menyebabkan kadar insulin bervariasi yang tidak cukup untuk memelihara.
Pengobatan tipe II yaitu memelihara konsentrasi glukosa darah dalam batas normal dan
untuk mencegah perkembangan komplikasi penyakit jangka lama.
Obat Antidiabetes
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel pulau Langerhans dalam pankreas.
Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel , tetapi stimulus
yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin terikat pada
reseptor spesifik dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan ambilan
glukosa oleh hati, otot, dan jaringan adipose (Katzung, 2002).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua
rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor, yang disebut
proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk insulin dan peptida C
residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang mengandung zink dan insulin.
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel pulau
Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu makan. Sel-sel
memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat (ATP) intraselular. Saat glukosa darah
meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel dan metabolismenya menyebabkan
peningkatan ATP intraselular yang menutup kanalATP. Depolarisasi sel Depolarisasi sel yang
diakibatkannya mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini
memicu pelepasan insulin (Katzung, 2002).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit
dan dua subunit yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat pada
subunit , kompleks insulin-reseptor memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh enzim

lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang


dihasilkan olh kadar insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor
mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit dan memulai suatu rantai kompleks reaksi-reaksi
yang menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).
Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental : pengajaran pasien
tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen hipoglikemia. Agen-agen yang baru digunakan
sebagai kontrol diabetes mellitus adalah obat-obat dari golongan sulfonilurea, biguanida, turunan
thiazolidinedione, dan insulin (diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat ini telah digunakan
secara intensif karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen ini tidak dapat
memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat menekan komplikasi akut
maupun kronis (Galacia et.al, 2002).
A. Sekretagok Insulin
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi sekresi insulin oleh sel
pankreas. Golongan ini meliputi:
1. Golongan sulfonilurea
Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak begitu berat, yang sel-sel
masih bekerja cukup baik. Mekanisme kerja dari golongan sulfonilurea antara lain:
a. Merangsang fungsi sel-sel pulau Langerhans pankreas agar dapat menghasilkan insulin.
b. Mencegah (inhibisi) konversi glikogen hati kembali ke glukosa.
c. Meningkatkan penggunaan glukosa darah
Sulfonilurea dibagi dalam dua golongan/generasi yaitu:
a. Generasi pertama meliputi: Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide, Chlorpropamide
b. Generasi kedua meliputi: Glibenclamide, Gliclazide, Glipizide, Gliquidon, Glibonuride.
2. Golonganglinida
Sekretagok insulin baru, yang kerjanya melalui reseptor sulfonilurea dan mempunyai struktur
yang mirip dengan sulfonilurea. Repaglinid dan nateglinid kedua-duanya diabsorpsi dengan
cepat setelah pemberian secara oral. Repaglinid mempunyai masa paruh yang singkat dan dapat
menurunkan kadar glukosa darah puasa. Sedangkan nateglinid mempunyai masa tinggal yang
lebih singkat dan tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa (Soegondo, 2006).
B. Sensitizer Insulin

Golongan obat ini meliputi obat hipoglikemik golongan biguanida dan thiazolidinedione, yang
dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif (Depkes RI, 2005).
1. Golongan Biguanida
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin. Mekanisme kerja golongan
biguanid (metformin):
a.
b.
c.
2.

Meningkatkan glikolisis anaerobik hati.


Meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer atau mengurangi glukoneogenesis.
Menghambat absorpsi glukosa dari usus (Herman, 1993; Soegondo, 2006)
Golongan Thiazolidinedione atau Glitazon

Golongan obat ini mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan sensitivitas insulin.
Glitazon merupakan agonist peroxisomeproliferator-activated receptor gamma (PPAR) yang
sangat selektif dan poten. Reseptor PPAR gamma terdapat di jaringan target kerja insulin yaitu
jaringan adiposa, otot skelet dan hati, sedang reseptor pada organ tersebut merupakan regulator
homeostasis lipid, diferensiasi adiposit, dan kerja insulin. Glitazon dapat merangsang ekspresi
beberapa protein yang dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki glikemia, seperti
GLUT 1, GLUT 4, p85alphaPI-3K dan uncoupling protein-2 (UCP) (Soegondo, 2006).

III.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Timbangan hewan
- Stopwatch
- Alat suntik
- Alat penanda
- Beaker gelas
- Gunting
Bahan :
- Mencit
- Insulin 25 Ui/kgBB
- Insulin 50 Ui/kgBB
- Insulin 100 Ui/kgBB
- Glibenklomid 1 mg/kgBB
- Glibenklomid 1,5 mg/kgBB
- NaCl

IV.

CARA KERJA
Timbang mencit, hitung VAO (insulin dan glukosa)
Hitung kadar darah normal dan potong ekor
Berikan larutan glukosa dengan dosis 2 mg/kg BB secara oral 5 menit
setelah pemberian obat penurun glukosa darah (insulin secara IP)
Darah mencit diambil sebanyak 1 tetes dengan cara memotong ekor
mencit, kemudian teteskan ke strip pengukur glukosa.
Setelah 15 menit dari pemberian obat awal, dan ukur lagi glukosa darah
dan 30 menit ukur kembali kadar glukosa darahnya.
Catat dan simpulkan hasil

V.

HASIL DAN PENBAHASAN


Hasil

VAO
Insulin
C = 5 ui/ml
Dosis = 50 ui/ml
BB mencit = 20 g = 0,02 kg
VAO insulin = 0,02 kg X 50 ui/kg BB

= 0,2 ml

5 ui/ml
Dosis = 2 mg/kgBB
BB = 20 g = 0,02 kg
VAO glukosa = 0,02 kg X 2 mg/kgBB

= 0,2 ml

0,2 mg / ml
Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan hewan uji yaitu mencit, Sebelum perlakuan mencit
dipuasakan terlebih dahulu dipuasakan untuk menghilangkan faktor makanan. Walaupun

demikian faktor variasi biologis dari hewan tidak dapat dihilangkan sehingga faktor ini relatif
dapat mempengaruhi hasil.
Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relativ yang
terjadi jika produksi indulin tidak sesuai dengan kebutuhannya maupun defisiensi absolute yang
terjadi jika pancreas tidak berfungsi lagi dalam mensekresi insulin. Gejala gejala penyakit
diabetes melitus adalah Polyuria yaitu volume urin yang banyak atau sering buang air
kecil,Poltpipsia yaitu kurangnya cairan dalam tubuh,Polyphagia yaitu banyaknya makan yang
dapat menyebabkan meningkatnya glukosa dalam darah.
Kadar glukosa

serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110 mg/dl.

Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl.
Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal
selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik
melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai
glikosuria.
Sebelum pemberian glukosa ke hewan uji terlebih dahulu disuntikkan obat anti
diabetesnya. Pemberian glukosa ini bertujuan agar kadar glukosa hewan uji meningkat sehingga
mudah diuji dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek terapi dari obat obat
antidiabetik oral yang digunakan.
Pada mencit yang lain Obat diinjeksikan pada mencit merupakan larutan NaCl fisiologi.
Untuk keperluan percobaan, digunakan larutan ini karena kandungan dan sifat larutan tersebut
merupakan bahan yang juga terkandung dalam tubuh mencit, dengan begitu tidak akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mencit yang diuji coba. Namun pada praktikum
ini, mencit yang sudah diberi perlakuan (diberikan penambahan obat melalui sonde oral)
mengalami penurunan aktivitas dan cenderung lebih banyak diam. Hal ini terjadi mungkin saja

bukan karena NaCl fisiologis yang masuk ke dalam tubuhnya, melainkan karena kondisi psikis
mencit tersebut mengalami stress karena terlalu banyak mendapat perlakuan.
pada praktikum kali ini, jika di lihat dari hasil semua kelompok, maka hasil praktikum di
nyatakan berhasil dan baik karena hasil yang di dapat menunjukkan bahwa obat anti diabetes
dapat menurunkan glukosa darah sesuai dengan dosis yang telah di berikan.
Mekanisme kerja obat-obat hipoglikemik oral secara umum ada 4 yaitu:
1. Menurunkan absorbsi karbohidrat yaitu golongan biguanid Metformin, dan Akarbose dari
golongan glikooksidase inhibitor.
2. Menurunkan sekresi insulin yaitu golongan sulfonilurea generasi kedua dan Miglitinid.
3. Menurunkan ambilan glukosa dihati yaitu golongan Biguanid.
4. Meningkatkan ambilan glukosa dijaringan periver yaitu golongan sulfonil urea generasi
kedua tiasolidindion dan biguanid
VI.

KESIMPULAN
Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relativ
yang terjadi jika produksi indulin tidak sesuai dengan kebutuhannya maupun
defisiensi absolute yang terjadi jika pancreas tidak berfungsi lagi dalam mensekresi

insulin.
Gejala gejala penyakit diabetes melitus adalah Polyuria yaitu volume urin yang
banyak atau sering buang air kecil,Poltpipsia yaitu kurangnya cairan dalam
tubuh,Polyphagia yaitu banyaknya makan yang dapat menyebabkan meningkatnya

glukosa dalam darah.


Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110 mg/dl.
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110
mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya diabsorpsi
oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl.
Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar
bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria.

Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh defisiensi


absolut atau penghancuran sel yang dapat mengurangi produksi insulin. Biasanya
terjadi sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan berat badan,
hiperglikomia, hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena sel

batu pada langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi insulin.


Diabetes melitus tidak tergantung insulin,(N-IDDM;tipe II) disebabkan oleh
penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon jaringan terhadap insulin yang
menyebabkan hiperglikemia, tetapi tidak hetoksidosis. Tipe ini sering terjadi pada
usia lebih dari 35 tahun

VII.
1

JAWABAN PERTANYAAN

Jelaskan dengan ringkas mekanisme kerja insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah !
Jawab:
Guna insulin adalah untuk membawa glukosa dari darah menuju ke dalam sel agar
dimetabolisme yang nantinya akan menjadi energi dan ATP. Insulin + reseptor
mengaktifkan reseptor untuk mengaktifkan fosforilasi
Fosforilasi yang terjadi ada 2, yaitu :
1
2

Mitogenik : pertumbuhan, proliferasi sel ,expresi gen


Metabolik : sintesis lemak, prot, glikogen ,kelangsungan hidup dan proliferasi sel,
danvesikle GLUT -4

Jelaskan dengan ringkas mekanisme kerja glibenclamid dalam meurunkan kadar glukosa
darah !
Jawab

Glibenclamid bekerja dengan cara menstimulasi sekresi insulin di pankreas. Insulin yang
dihasilkan akan mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen yang akan disimpan
dalam jaringan adiposa sehingga kadar glukosa dalam darah akan menurun atau dapat stabil
kembali.
3

Jelaskan efek samping toksisitas obat penurun kadar glukosa darah !

Jawab

Kadang kadang terjadi gangguan saluran cerna seperti ; mual, muntah, nyeri epigastrik,
dan hipersekresi asam lambung. Gangguan sistem saraf pusat berupa Sakit kepala, bingung,
vertigo, demam, reaksi alergi pada kulit, ataksia dll. Gejala hematologik termasuk
leukopenia, trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang
sekali. Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada
gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Hipogikemia sering diakibatkan oleh obatobat antidiabetik oral dengan masa kerja panjang. Golongan sulfonilurea cenderung
meningkatkan berat badan.
VIII.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru. Cermin
Dunia Kedokteran No. 127.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Dirktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta.
Galacia, E. H., A. A. Contreras, L. A. Santamaria, R. R. Ramos, A. A. C. Miranda, L. M. G.
Vega, J. L. F. Saenz, F. J. A. Aguilar.2002. Studies on hypoglycemic activity of mexican
medicinal plants. Proc. West. Pharmacol. Soc. 45: 118-124
Herman, F.

1993. Penggunaan

obat

hipoglikemik

oral

pada

penderita

diabetes

melitus. Pharos Bulletin No.1.


Jones, D.B. and Gill, G.V. 1998. Insulin-Dependent Diabetes Mellitus : An Overview . In J.
Pickup and G. Williams (Eds): Textbook of Diabetes. Vol.1. second Edition. Blackwell
Science. United Kingdom.
Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit Salemba
Medika. Jakarta.
Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Alih
Bahasa : Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Reinauer, H., P. D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002. Laboratory Diagnosis


and Monitoring of Diabetes Mellitus. World Health Organization. Geneva.
Soegondo, S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Farmakoterapi pada pengendalian
glikemia diabetes melitus tipe 2. Editor Aru W. Sudoyo et al. Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai