Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. N DENGAN


DIABETES MEILITUS ULKUS DI RUANGAN INTERNA WANITA
RUMAH SAKIT Dr. M HAULUSSY AMBON

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidat , lemak dan protein yag disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati. (Yuliana elin,2009)

2. Etiologi
a. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pancreas yang disebabkan oleh :
 Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu
sendiri , tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1
 Faktor imonologi (autoimun)
 Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta
 DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II : usia,obesitas , riwayat dan keluarga
.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan
dibagi menjadi 3 yaitu (Sudoyo Aru,dkk 2009)
1). < 140 mg/dl-> normal
2). 140- < 200 mg/dl toleransi glukosa terganggu
3). >= 200 mg/dl diabetes

3. prevalensi / epidemologi

4. Anatomi dan Fisiologi


Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat
mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram.
Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum
dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan
glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di
sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya
sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang
sebenarnya menyentuh lympa.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :


a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar,
tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel
alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan
sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi
glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :


a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang
membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis
enzim dari pancreas adalah :
1) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa
dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida
kemudian dijadikan monosakarida.
2) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian
menjadi asam amino.
3) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi
asam lemak dan gliserol gliserin.
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk
hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil
yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak
mempunyai saluran.

Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans


langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang
membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh
pancreas adalah insulin dan glukagon
a. Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk
manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain
dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh
glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting.
Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa
darah adalah 80 – 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu
:
1) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu
meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin
juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari
usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk
glikogen.
2) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa
darah normal.
3) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah
terhadap hypothalamus adalah merangsang simpatis.
Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar
adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih
lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap
hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
1) Menambah kecepatan metabolisme glukosa
2) Mengurangi konsentrasi gula darah
3) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

b. Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa
pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan
insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi
glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai
berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
1) Pemecahan glikogen (glikogenolisis)
2) Peningkatan glukosa (glukogenesis)

Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa


darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon
dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah
dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70
mg/100 ml darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang
sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi
glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia
5. Patofisiologi
6. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi
insulin (Price & Wilson)
c. Kadar glukosa puasa tidak normal
d. Hoperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis
osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul
rasa haus (polidipsia)
e. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
f. Lelah dan mengantuk
g. Gejala lain di keluhkan adalah kesemutan, gatas, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva.

Kriteria diagnosis DM : (Sudoyo Aru, dkk 2009)


a. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1
mmol/L)
b. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memperhatikan waktu
c. Gejala klasik DM + glukosa plasma ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L)
d. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 100 mg/dl (11,1 mmol/L)

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau


kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula
darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 -
180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan


seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala
diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam
hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita
penyakit diabetes mellitus tipe 1.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka
tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak
mengetahui telah menderita kencing manis.

7. Komplikasi
komplikasi diabetes melitus erbagi dalam dua kategori , yakni
komplikasi jang pendek (akut) dan komplikasi jangka panjang (kronis)
a. komplikasi jangka pendek (akut)
komplikasi diabetes melitus akut bisa disebabkan oleh dua hal,
yakni peningkatan dan penurunan gula darah yang drastis.
Komplikasi diabetes akut terbagi dalam tiga macam :
 Hipoglekimia
Adalah kondisi dimana terjadinya penurunan kadar gula
darah yang drastis akibar terlalu banyak insulin dalam
tubuh, terlalu banyak mengonsumsi obat penurun gulah
darah, atau terlambat makan.
 Katosiadosisdiabetik (KAD)
Adalah kondisi kegawatan medis akibat peningkatan kadar
gula darah yang terlalu tinggi .ini adalah komplikasi DM
yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan hal
gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar, sehingga
tubuh mengelola lemak dan menghasilkan zat keton
sebagai sumber energi.
 Hiperosmoler hyperglycemic state (HHS)
Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan medis
pada penyakit kencing manis, dengan tingkat kematian
mencapai 20%. HHS terjadi akibat adanya lonjokan kadar
gulah darah yang sangat tinggi dalam waktu tertentu.
b. Komplikasi diabetes melitus kronis
Komplikasi DM jangka panjang (kronis) biasanya berkembang
secara bertahap dan terjadi ketika DM tidak dikelolah dengan bai.
Beberapa komplikasi janga panjang pada penyakut DM yaitu :
 Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Diabetes dapat merusak pembuluh darag di retinah.
Kondisi ini disebut retinopati diabetik, yang berpotensi
menyebabkan kebutaan.pembuluh darah dimata yang
rusak karena diabetes juga meningkatkan resiko gangguan
penglihatan,seperti katarak dan glukosa
 Kerusakan ginjal nefropati diabetik)
Kodisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal, bahan bisa
berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik . saat
terjadi gagal ginjal, penderita harus melakukan cuci darah
rutin ataupun transplantasi ginjal
 Kerusakan saraf
Tingginya gula dalam darah dapat merusak pemuluh
darah dan saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang
biasa disebut neuropati diabetik ini terjadi ketika saraf
mengalami kerusakan, baik secara langsung akibat
tingginya gulah darah, maupun karena penurunan aliran
drah menuju saraf.
 Masalah kaki dan kulit
Komplikasi DM yang juga umum terjadi adalah masalah
pada kulit dan luka pada kaki yang disebabkan oleh
kerusakan pembuluh darah dan saraf , serta aliran darah ke
kaki yang sangat terbatas.
 Penyaklit kardiovaskular
Kadar gula drah yang tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah di dalam tubuh. Ini dapat
menyebabkan gangguan pada sirkulasi darah dan seluruh
ubuh termasuk pada jantung.

8. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa darah
Tabel : kadar glukosa adarah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring
b. Criteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
- Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
- Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
- Glukosa plasma dari sample yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pradial (pp) > 200
mg/dL).
c. Tes labolatorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

d. Tes Saring
Tes-tes sering pada DM adalah :
- GDP, GDS
- Tes Glukosa Urin :
 Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)
 Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
e. Tes diagnostic
Tes-tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa
Darah 2 jam Post Prandial), Glukosa Jam ke 2 TTGO
i. Tes monitoring terapi
f. Tes-tes monitoring terapi DM adalah
1. GDP : Plasma vena, darah kapiler
2. GD2PP : plasma vena
3. A1c : darah vena, darah kapiler
ii. Tes Untuk mendeteksi komplikasi
g. Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
1. Mikroalbuminuria : urin
2. Ureum, kreatinin, asam urat
3. Kolesterol total : plasma vena (puasa)
4. Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
5. Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
6. Trigliserida : plasma vena (puasa)

9. Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan :
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
 Ketoasidosis diabetic (KAD) atau hiperglikemia
hiperosmolar non ketotik (HONK)
 Hiperglikemia dengan asidosis laktat
 Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
 Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
 Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan.
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
 Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga,
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses
terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan
secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk
mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,
riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa
lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat
dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri,
kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit
kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,
mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.

f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi
berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien Diabetes Mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.
3.
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tanda-tanda vital. 1. Hypovolemia dapat
dimanifestasikan oleh
cairan tubuh keperawatan diharapkan
hipotensi dan
berhubungan dengan keseimbangan cairan dapat takikardia.
2. Merupakan indikator
diuresis osmotik. dipertahankan dengan
dari tingkat dehidrasi,
2. Kaji nadi perifer, pengisian
kriteria hasil: atau volume sirkulasi
kapiler, turgor kulit, dan
yang adekuat
a. Mempertahankan membran mukosa.
3. Memberikan perkiraan
urine output sesuai
kebutuhan akan cairan
usia dan BB, BJ urine
3. Pantau masukan dan keluaran, pengganti, fungsi
normal, HT Normal
catat berat jenis urine. ginjal, dan keefektifan
b. Tekanan darah, suhu
dari terapi yang
tubuh, nadi dalam
diberikan
batas normal
4. Memberikan hasil
c. Tidak ada tanda-tanda
pengkajian yang
dehidrasi, elastisitas
terbaik dari status
turgor kulit baik,
cairan yang sedang
membrane mukosa
4. Timbang berat badan setiap berlangsung dan
lembab, tidak ada rasa
hari. selanjutnya dalam
haus yang berlebihan
memberikan cairan
pengganti
5. Tipe dan jumlah dari
cairan tergantung pada
derajat kekurangan
cairan dan respons
pasien secara
individual.

5. Berikan terapi cairan sesuai


indikasi.
Rasional :
2. Perubahan status nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan program diet dan 1. Mengidentifikasi
pola makan pasien dan kekurangan dan
kurang dari keperawatan diharapkan
bandingkan dengan makanan penyimpangan dari
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi dapat yang dapat dihabiskan oleh kebutuhan terapeutik.
pasien.
berhubungan dengan dipertahankan dengan
2. Timbang berat badan setiap
2. Mengkaji pemasukan
ketidakcukupan insulin, kriteria hasil: hari atau sesuai indikasi.
makanan yang adekuat
penurunan masukan a. Adanya peningkatan (termasuk absorbsi dan
berat badan sesuai utilisasinya).
oral.
dengan tujuan 3. Jika makanan yang
3. Identifikasi makanan yang
b. Berat badan ideal sesuai disukai pasien dapat
disukai/dikehendaki termasuk
dengan tinggi badan dimasukkan dalam
kebutuhan etnik/kultural.
c. Mampu perencanaan makan,
mengidentifikasi kerjasama ini dapat
kebutuhan nutrisi diupayakan setelah
d. Tidak ada tanda pulang.
malnutrisi 4. Meningkatkan rasa
e. Menunjukkan keterlibatannya;
peningkatan fungsi memberikan informasi
4. Libatkan keluarga pasien pada
pengecapan dari pada keluarga untuk
menelan perencanaan makan sesuai memahami nutrisi
f. Tidak terjadi penurunan indikasi. pasien.
berat badan yang berarti 5. Insulin reguler
memiliki awitan cepat
dan karenanya dengan
cepat pula dapat
membantu
5. Berikan pengobatan insulin
memindahkan glukosa
secara teratur sesuai indikasi.
ke dalam sel.
Rasional :

3. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi tanda-tanda infeksi 1. Pasien mungkin masuk
dan peradangan. dengan infeksi yang
berhubungan dengan keperawatan diharapkan
biasanya telah
hyperglikemia. infeksi dapat terkontrol mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat
dengan kriteria hasil:
mengalami infeksi
a. Klien bebas dari tanda nosokomial.
dan gejala infeksi 2. Mencegah timbulnya
b. Mendeskripsikan proses infeksi silang
penularan penyakit,
2. Tingkatkan upaya untuk
factor yang
pencegahan dengan
mempengaruhi
melakukan cuci tangan yang
penularan serta
baik pada semua orang yang
penatalaksanaanya.
berhubungan dengan pasien
c. Menunjukkan
termasuk pasiennya sendiri.
kemampuan untuk 3. Kadar glukosa yang
3. Pertahankan teknik aseptik
mencegah timbulnya tinggi dalam darah
pada prosedur invasif.
infeksi akan menjadi media
d. Jumlah leukosit dalam terbaik bagi
batas normal pertumbuhan kuman.
e. Menunjukkan perilaku 4. Sirkulasi perifer bisa
hidup sehat terganggu yang
menempatkan pasien
4. Berikan perawatan kulit
pada peningkatan
dengan teratur dan sungguh-
resiko terjadinya
sungguh.
kerusakan pada
kulit/iritasi kulit dan
infeksi.
5. Membantu dalam
memventilasi semua
daerah paru dan
memobilisasi sekret.

5. Lakukan perubahan posisi,


anjurkan batuk efektif dan
nafas dalam.
Rasional :
4. Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tanda-tanda vital dan 1. Sebagai dasar untuk
status mental. membandingkan
perubahan persepsi keperawatan diharapkan
temuan abnormal
sensori berhubungan keseimbangan cairan dapat 2. Menurunkan
2. Panggil pasien dengan nama,
kebingungan dan
dengan dipertahankan dengan orientasikan kembali sesuai
membantu untuk
dengan kebutuhannya.
ketidakseimbangan kriteria hasil: mempertahankan
kontak dengan realitas.
glukosa/insulin dan atau a. Mempertahankan urine
3. Membantu
elektrolit. output sesuai usia dan memelihara pasien
BB, BJ urine normal, tetap berhubungan
3. Pelihara aktivitas rutin pasien
HT Normal dengan realitas dan
sekonsisten mungkin, dorong
b. Tekanan darah, suhu mempertahankan
untuk melakukan kegiatan
tubuh, nadi dalam batas orientasi pada
sehari-hari sesuai
normal lingkungannya.
kemampuannya.
c. Tidak ada tanda-tanda 4. Neuropati perifer
dehidrasi, elastisitas dapat mengakibatkan
turgor kulit baik, rasa tidak nyaman
membrane mukosa yang berat, kehilangan
4. Selidiki adanya keluhan
lembab, tidak ada rasa sensasi
parestesia, nyeri atau
haus yang berlebihan sentuhan/distorsi yang
kehilangan sensori pada
mempunyai resiko
paha/kaki.
tinggi terhadap
Rasional
kerusakan kulit dan
gangguan
keseimbangan.

5. Kelelahan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Diskusikan dengan pasien 1. Pendidikan dapat
kebutuhan akan aktivitas. memberikan motivasi
dengan penurunan keperawatan diharapkan
untuk meningkatkan
produksi energi energy dapat terkontrol tingkat aktivitas
meskipun pasien
metabolik. dengan kriteria hasil:
mungkin sangat
a. Memverbalisasikan lemah.
peningkatan energy dan 2. Mencegah kelelahan
merasa lebih baik yang berlebihan
b. Menjelaskan
penggunaan energy 2. Berikan aktivitas alternatif
untuk mengatasi dengan periode istirahat yang
3. Mengindikasikan
kelelahan cukup.
tingkat aktivitas yang
c. Kecemasan menurun 3. Pantau nadi, frekuensi
dapat ditoleransi
d. Glukosa darah adekuat pernafasan dan tekanan darah
secara fisiologis
e. Kualitas hidup sebelum/sesudah melakukan
4. kepercayaan diri/harga
meningkat aktivitas.
diri yang positif sesuai
f. Istirahat cukup 4. Tingkatkan partisipasi pasien
tingkat aktivitas yang
g. Mempertahankan dalam melakukan aktivitas
dapat ditoleransi.
kemampuan untuk sehari-hari sesuai toleransi.
berkonsentrasi.
Rasion

6. Ketidakberdayaan Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan pasien/keluarga 1. Mengidentifikasi area


untuk mengekspresikan perhatiannya dan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan
perasaannya tentang memudahkan cara
penyakit jangka infeksi dapat terkontrol perawatan di rumah sakit dan pemecahan masalah.
penyakitnya secara
panjang/progresif yang dengan kriteria hasil:
keseluruhan.
tidak dapat diobati, a. Klien bebas dari tanda 2. Tentukan tujuan/harapan dari
dan gejala infeksi pasien atau keluarga. 2. Harapan yang tidak
ketergantungan pada
b. Mendeskripsikan proses realistis atau adanya
orang lain. penularan penyakit, tekanan dari orang lain
factor yang atau diri sendiri dapat
mempengaruhi mengakibatkan
penularan serta perasaan
penatalaksanaanya. frustasi.kehilangan
c. Menunjukkan kontrol diri dan
kemampuan untuk mungkin mengganggu
mencegah timbulnya kemampuan koping.
infeksi 3. Meningkatkan
d. Jumlah leukosit dalam perasaan kontrol
batas normal terhadap situasi.
3. Berikan dukungan pada
e. Menunjukkan perilaku
pasien untuk ikut berperan
hidup sehat
serta dalam perawatan diri
sendiri dan berikan umpan
balik positif sesuai dengan
usaha yang dilakukannya. 4. Meningkatkan
4. Berikan dukungan pada perasaan kontrol
pasien untuk ikut berperan terhadap situasi.
serta dalam perawatan diri
sendiri.
Rasional
7. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Ciptakan lingkungan saling 1. Menanggapai dan
percaya memperhatikan perlu
tentang penyakit, keperawatan diharapkan
diciptakan sebelum
prognosis dan klien dapat mengetahui pasien bersedia
mengambil bagian
kebutuhan pengobatan tentang penyakitnya dengan
dalam proses belajar.
berhubungan dengan kriteria hasil: 2. Memberikan
pengetahuan dasar
kurangnya a. Pasien dan keluarga
2. Diskusikan dengan klien dimana pasien dapat
menyatakan pemahaman
pemajanan/mengingat, tentang penyakitnya. membuat
tentang penyakit,
pertimbangan dalam
keselahan interpretasi kondisi, prognosis, dan
memilih gaya hidup.
program pengobatan
informasi. b. Pasien dan keluarga 3. Kesadaran tentang
mampu melaksanakan pentingnya kontrol
prosedur yang diet akan membantu
dijelaskan secara benar pasien dalam
c. Pasien dan keluarg merencanakan
3. Diskusikan tentang rencana
mampu menjelaskan makan/mentaati
diet, penggunaan makanan
kembali apa yang program.
tinggi serat
dijelaskan perawat/tim 4. Membantu untuk
kesehatan lainnya. mengontrol proses
penyakit dengan lebih
ketat.

4. Diskusikan pentingnya untuk


melakukan evaluasi secara
teratur dan jawab pertanyaan
pasien/orang terdekat.
Rasional :
DAFTAR PUSTAKA
Hardhi, A. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA. Amerika: Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai