Anda di halaman 1dari 14

PATOFISIOLOG

I HIPERTENSI

Oleh :
Nikmatul Rizqi
P1337420319129
Definisi

Hipertensi adalah sebuah kondisi sebagai peningkatan


tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah makin besar pula resikonya. (Price, 2000)
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2
golongan :
1. Hipertensi primer (esensial)
 Faktor pengaruh : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf,
angiostensin, dan peningkatan Na dan Ca intrasel.
 Faktor resiko : obesitas, merokok, alkohol, dan polisetemia.
2. Hipertensi sekunder
 Faktor penyebab : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing, dan kehamilan.
Jenis
1. Hipertensi dimana tekanan tekanan sistolik sama
atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik
lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik
lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab
 Elastisitasdinding aorta menurun.
 Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun menyebabkan
menurunnnya kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
No. Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
1. Optimal < 120 < 120

2. Normal 120 – 129 80 – 84

3. High normal 130 – 139 85 – 89

4. Hipertensi

5. Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

6. Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

7. Grade 3 (berat) 180 – 209 110 – 119

8. Grade 4 (sangat berat) > 210 > 120


Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekana darah arteri oleh dokter pemeriksa.
2. Gejala yang lazim
Gejala yang lazim menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim pasien yang mencari pertolongan medis.
Gejala
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
 Mengeluh sakit kepala dan pusing
 Lemas dan kelelahan
 Sesak nafas
 Gelisah
 Mual dan muntah
 Epistaksis
 Kesadaran menurun
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin
I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan
kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan
arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa
meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada
ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya
perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan
darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ
seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Syukron katsir 

Anda mungkin juga menyukai