Anda di halaman 1dari 27

ASKEP AGREGAT DALAM KOMUNITAS KESEHATAN LANSIA

Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II


Dosen Pengajar : Siti Santy Romauly.,S. Kep. M. Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Endang Margianti (2017.C.09a.0884)


2. Mia Yohana (2017.C.09a.0899)
3. Pipik (2017.C.09a.0905)
4. Selvia Resi (2017.C.09a.0909)
5. Veronika (2017.C.09a.0912)
6. Windy (2017.C.09a.0916)
7. Yosep Ekstrada (2017.C.09a.0919)
8. Yulita (2017.C.09a.0921)
9. Yunira (2017.C.09a.0922)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada  Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menulis makalah ini yang
berjudul “Askep Agregat Dalam Komunitas Kesehatan Lansia” hingga selesai.
Meskipun dalam makalah ini penulis mendapat banyak yang menghalangi, namun
mendapat pula bantuan dari beberapa pihak baik secara moral, materi maupun
spiritual.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada dosen
pembimbing serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas
selesainya penulis makalah ini. Di dalam penulisan makalah ini penulis menyadari
bahwa masih ada kekurangan mengingat keterbatasannya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh sebab itu, sangat di harapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk melengkapkan makalah ini dan
berikutnya.

Palangka Raya, 03 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Masalah 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Lansia 4
2.1.1 Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia 5
2.1.2 Teori-teori Proses Menua 6
2.1.3 Perubahan- perubahan yang terjadi pada Lansia 7
2.2 Tugas Perkembangan Lansia 11
2.3 Permasalahan yang Timbul pada Lansia 12
2.4 Sikap Perawat pada Lansia 13
2.5 Asuhan Keperawatan Agregat dalam Kesehatan Komunitas Lansia 14
2.5.1 Pengkajian 14
2.5.2 Diagnosa Keperawatan 18
2.5.3 Intervensi 19
2.5.4 Implementasi 21
2.5.5 Evaluasi 21
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 22
3.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat
dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun
masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling
berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada
diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa
yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian
pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan
interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang
tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area
atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan
khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan
kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai
masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari

1
2

praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan


memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan
tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam
ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk
di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk
kelompok siswa di sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas
pelajar intervensi dibuat untuk seluruh pelajar dan lingkungan sekolah sehingga
diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas akademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia
dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan
bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang
mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih besar,
kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan kontemporer
masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus pada
peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain
menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk
usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan
3

dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut
individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual
yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur
dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia
mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18%
diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori
fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai
paling tidak satu masalah kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari lansia?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan memperoleh informasi dan
gambaran tentang Askep Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
2. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan
masalah yang ada.
3. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus
lansia.
4. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
5. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus lansia.
6. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia yang bermasalah.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65
dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut
organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah
kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74
tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi  pada
tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang

4
5

aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan
untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat
keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
2.1.1 Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang
lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram
dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang
dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak
berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan
yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa
kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah
kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan
sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial
(social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan
manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga,
kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah
kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan
kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-
masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan. Sejak awal
kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar
(Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan
rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut
usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak
terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang
akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).
6

2.1.2 Teori-teori Proses Menua                                                                 


Sebenarnya secara individual
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
1. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang
telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis
dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika
jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan
atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa
ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata.
2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
3. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori
akumulasi dari produk sisa”.
5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7.  Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
       Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh
menjadi lemah dan sakit.
8. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
7

9.    Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
10. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas
( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
12. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah
sel- sel mati.
2.1.3 Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan -perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a.  Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif
terhadap perubahan  suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau
daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau
8

nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi
pada usia diatas 65 tahun.
b.  Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya
kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres
4. Sistem penglihatan
a.  Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan
pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a.  Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi
kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau
dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal
kurang lebih 90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat,
yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
9

a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35


derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
bernafas menurun.
c.   Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri
tidak berganti
e.  Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a.   Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b.   Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
d.   Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
f.   Menciutnya ovari dan uterus
g.   Atropi payudara
h.   Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur – angsur.
i.    Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
 j.   Selaut lendir menurun
10

9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
a.  Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai
200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria
susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c.  Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a.    Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b.    Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c.    Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d.    Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e.    Menurunnya produksi aldosteron
f.    Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron
11. Sistem kulit
a.    Kulit keriput atau mengkerut
b.    Permukaan kulit kasar dan bersisik
c.    Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d.    Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e.    Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f.  Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularitas
g.    Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku
kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.
h.    Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12. Sistem muskoloskeletal
a.    Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b.    Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
11

c.    Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.


d.    Persendian membesar dan kaku
e.    Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f.     Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

2.2 Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil
konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
2.2.1 Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan
pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk
mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian
ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang
dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan
cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan
okupasi.
2.2.2 Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia
mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan
dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin
mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka.
Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi
dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan
ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai
mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa
menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
2.2.3 Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara
paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan
dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek
dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan
perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh
seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada
yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini
melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada
masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih
12

aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang


meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu
yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa  yang mereka
lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar
diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).

2.3 Permasalahan yang timbul Pada Lansia


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
2.3.1 Permasalah Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan
lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan
kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000
akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya
15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber
( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar
41%  dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
b.   Jumlah lansia miskin makin banyak
c.   Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani
lansia
e.  Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f.  Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2.3.2 Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya
perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik.
Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi
kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun
sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman
berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang
berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan
13

berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas


menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut,
dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah,
otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi
terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi
lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan
melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya:
katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.

2.4 Sikap perawat terhadap lansia


Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai
tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan
mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan
ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank
keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut
independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan
keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan
kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses
kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan
managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap
tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif,
perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat
mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih
jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien
dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi
perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan
mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat
14

meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak
lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk
memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan
lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi
dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena
lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi
perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.
2.4.1 Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai
penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul
bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi
mereka.

2.5 Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia


2.5.1 Pengkajian
      Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi
tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk
etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada
lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010).
15

Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan


pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan
subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang
pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang
subsistem sebagai berikut :.
1. Data inti
a.    Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
            Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk
lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik,
pekerjaan, agama, nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok
atau komunitas yang dapat dicontohkan sebagai berikut :
 Jumlah penduduk              : 987 jiwa
a) Laki – laki                  : 523 jiwa
b) Perempuan                 : 464 jiwa 
Pendidikan penduduk      : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga
lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa                     : Suku Jawa
Status perkawinan             : Menikah dan kebanyakan penduduk di komunitas
tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya meninggal.
Nilai dan kepercayaan       : Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal
nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus
berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
Agama                                   : Mayoritas beragama Islam dan beberapa
diantaranya beragama nasrani
2.  Data subsistem
a. Lingkungan fisik
1)   Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas,
apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga atau
tidak.
16

2)   Kualitas air


Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
keadaan saluran air disekitar rumah.
3)   Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia,
contohnya seperti pabrik.
4)  Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.
b.  Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
c.    Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam
atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak.
Sarana transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari
menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d.   Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
e.    Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian
fasilitas pelayanan kesehatan.
f.     Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas
tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan
informasi dari luar  misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang
diberikan kepada komunitas.
17

g.    Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau
tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h.   Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan
komunitas untuk mengurangi stress.
3. Analisis data
a. Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah
dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
1. Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
terjadi.
2. Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta
interaksi perilaku dengan lingkungan.
3. Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
b. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
.
1 Ds: Hiperglikemi Kebiasaan hidup lansia yang tidak
- Kader posyandu terkontrol
mengatakan 35%
lansia menderita
diabetes namun jarang
memeriksakan
kondisinya.
Do:
18

- Lansia menkonsumsi
makanan dengan tidak
terkontrol dan hanya
berada di rumah setiap
harinya
2 DS: Bidan desa Hipertensi Ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
mengatakan lansia posyandu lansia
banyak yang menderita
hipertensi dan lansia
malas mengikuti
posyandu lansia yang
diselengarakan setiap
bulannya.
3. Ds: Resiko kerusakan Perubahan status kesehatan
-     Banyak warga yang integritas kulit
mengeluh gatal-gatal
pada tubuhnya.
Do:
-    Tubuh terlihat bintik-
bintik merah.

2.5.3 Diagnosa  
1.  Hiperglikemi berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak
terkontrol.
2.  Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
posyandu lansia.
3.  Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status
kesehatan.

2.5.4 Rencana Tindakan


19

Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi Rasional


hasil)
Hiperglikemia Setelah dilakukan 1. Kaji faktor 1. untuk
berhubungan tindakan yang mengetahui
dengan keperawatan menjadi tanda gejala
kebiasaan Selama 4 minggu, penyebab ketidakstabilan
hidup lansia komunitas ketidakstabil glukosa
yang tidak diharapkan dengan an glukosa 2. terjadi atau
terkontrol kriteria hasil : 2. Pantau keton tidak
ditandai 1. Lansia mampu urine komplikasi
dengan 35 % mengontrol 3. Gambarkan ketoadosis
lansia asupan makanan mengenai diabetik
menderita sehari harinya proses 3. memberikan
diabetes dan dapat perjalanan sebuah
melakukan penyakit gambaran
sedikit aktivitas. 4. Pantau tanda tetang masalah
2. Lansia rutin gejala yang dialami
setiap bulannya terjadinya pasien
menghadiri hipoglikemi 4. upaya untuk
kegiatan dan mengontrol
posyandu lansia hiperglikemi kadar glukosa
yang diadakan. 5. Memberikan dalam darah
penyuluhan 5. merencanakan,
mengenai melakukan
penyakit program
ulkus penyuluhan,
diabetik, diit, pasin
obat melaksanakan
program diet,
dan menerima
obat resep
Hipertensi Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Untuk
berhubungan tindakan 2. Jelaskan batas mengetahui ttv
20

dengan keperawatan tekanan darah pasien


ketidakpatuhan Selama 4 minggu, normal, 2. Memberikan
lansia dalam diharapkan tekanan darah pemahaman
mengikuti masakah pasien tinggi dan tentang
posyandu dapat teratasi efeknya peningkatan
lansia. dengan kriteria 3. Jelaskan cara tekanan darah
hasil : mencegah dan efeknya
1. Tekanan darah hipertensi 3. Untuk
dalam rentang 4. Anjurkan mengetahui
normal ( 140/90 pasien untuk cara mencegah
mmHg ) menghindari hipertensi
makanan yang 4. Untuk
mengandung menghindari
garam peningkatan
berlebih tekanan darah
5. Kolaborasi pasien
dengan tim 5. Kolaborasi
medis lainnya dengan tim
medis lainnya
Resiko Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk
kerusakan tindakan keadaan kulit mengetahui
integritas kulit keperawatan pasien keadaan kulit
berhubungan Selama 4 minggu, 2. Memberikan pasien
dengan diharapkan masalah pemahaman 2. Memberikan
penurunan pasien dapat resiko infeksi pemahaman
status dengan kriteria 3. Anjurkan tentang
kesehatan. hasil : pasien untuk mencegah
tidak adanya infeksi
1. Intergritas kulit
memakai 3. Untuk
membaik dan
pakaian yang mencegah
tidak terjadi
ketat adanya
perluasan
4. Ubah posisi kerusakan kulit
kerusakan
tiap 2 jam jika pasien
21

tirah baring 4. Untuk


mencegah
kerusakan kulit
pasien

2.5.5 Implementasi Keperawatan 


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

2.5.6 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
 
22
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65
dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat
3.2 Saran
3.2.1 Bagi perawat
Perawat yang menjalankan perawatan komunitas hendaknya sudah
memiliki SIP, harus kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab terhadap
tugasnya.
3.2.2 Bagi pasien dan keluarga
Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka terhadap perawat
lansia, mengikuti anjuran dari perawat, membantu dalam proses tindakan
keperawatan, dan dapat bersifat kooperatif dalam menerima informasi dari
perawat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan
Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid)
Pada Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia
pada Home Care. Universita Muhammadiyah Malang
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :
Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC
Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi kedua. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai