KABUPATEN SEMARANG
Oleh:
Kelompok
Sel manusia hanya bisa bereplikasi beberapa kali sebelum menjadi tua, ketika sel membelah,
31
telomer pada untai DNA secara bertahap memendek . Mekanisme menunjukkan telomer
berfungsi sebagai pelindung kromosom. Panjang telomer yang berkurang mempengaruhi kualitas
perlindungan protein yang berada di ujung distal telomer dan memungkinkan enzim perbaikan
DNA untuk mengenali telomer di antara situs kerusakan DNA, akibatnya, hilangnya panjang
telomer dan hilangnya protein pelindung ini secara bersamaan menyebabkan ujung kromosom
32
rusak oleh enzim perbaikan DNA . Proses ini juga dipengaruhi oleh aktivasi kompleks
perbaikan DNA dari faktor transkripsi gen p53 berhubungannya dengan cyclin-dependent kinase
inhibitor p21 bisa mengakibatkan penuaan sel dan akhirnya terjadi penghentian fungsi metabolik
dan replikatifnya 33.
4. Perubahan yang terjadi pada Lansia
Usia lanjut mengalami perubahan beberapa fungsi organ tubuh sebegai berikut:
a. Gangguan pendengaran
Ketajaman visual menurun secara normal seiring bertambahnya usia (presbiopia). Orang
dewasa yang lebih tua akan sering mengalami masalah pandangan silau. Survei longitudinal
yang dilakukan di Inggris pada populasi berusia 75 tahun ke atas melaporkan prevalensi
gangguan penglihatan yang parah adalah 23% pada usia 85-89 dan meningkat menjadi 37% pada
usia di atas 90 (9). Ketajaman visual memburuk lebih cepat pada usia yang lebih tinggi. Operasi
katarak biasanya aman dan terkadang membantu fungsinya36.
c. Fungsi vestibular
Pusing merupakan sindrom geriatri multifaktorial yang sering menyebabkan jatuh. Fungsi
vestibular menurun secara bertahap seiring bertambahnya usia. Rehabilitasi vestibular bisa
menjadi pengobatan yang efektif 37.
d. Perubahan kekuatan otot dan lemak
Massa dan kekuatan otot menurun mulai dekade keempat kehidupan. Sekitar 20% pada usia
38
85 tahun, orang memenuhi kriteria sarcopenia (kehilangan massa dan kekuatan otot) .
Peradangan kronis, penurunan kadar hormon, gangguan fungsi mitokondria otot, dan gangguan
fungsi sel induk otot semuanya mungkin berkontribusi pada sarcopenia 39. Penurunan massa otot
dan peningkatan massa lemak ini berkontribusi pada perubahan penting dalam farmakokinetik.
Orang dewasa yang lebih tua (lansia) membutuhkan dosis obat yang lebih rendah daripada orang
dewasa yang lebih muda. Kelemahan otot dan kecepatan penurunan kekuatan yang cepat
keduanya memprediksi kematian di masa depan 40.
e. Sistem kekebalan tubuh
Terdapat berbagai macam perubahan terkait usia dalam sistem kekebalan, beberapa dimediasi
oleh peradangan kronis dan keadaan pro-inflamasi kronis, terjadi penurunan fungsi sel B, sel T,
aktivasi sel T yang berubah, dan disfungsi imunitas bawaan (termasuk gangguan fungsi neutrofil
dan kemotaksis serta respons monosit proinflamasi yang tidak teratur). Perubahan ini
melemahkan kapasitas tubuh untuk melawan infeksi 41. Misalnya, infeksi influenza lebih umum
dan lebih serius pada orang dewasa yang lebih tua sementara vaksinnya kurang efektif. Disfungsi
kekebalan seluler juga berkontribusi pada prevalensi herpes zoster diantara lansia. Dosis tinggi
dari vaksin influenza lebih membantu daripada dosis standar 42. Proses inflamasi yang melambat
secara kronis juga berkontribusi pada penyembuhan luka yang lambat pada lansia 43.
f. Saluran kemih
Kandung kemih seringkali tidak steril pada lansia melainkan diinfeksi oleh bakteri yang tidak
menyebabkan patogen. Bakteriuria asimtomatik lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
pria dan paling sering terjadi pada pasien rawat inap dan penghuni fasilitas perawatan jangka
panjang (hingga 50% wanita dalam kelompok berisiko tinggi) 44. Penggunaan antibiotik dalam
keadaan ini tidak tepat dan dapat menyebabkan resistensi antimikroba 45.
B. Diabetes Mellitus (DM)
1. Definisi
Diabetes merupakan penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik, yang ditandai
dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal hiperglikemia 46, hal ini bisa disebabkan
karena pancreas gagal memproduksi insulin 47, atau insulin yang tidak dapat bekerja dengan baik
atau bahkan keduanya, adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein juga dapat
48,49
berkontribusi terjadinya diabetes . Efek spesifik jangka panjang dari diabetes meliputi
retinopati, nefropati dan neuropati, selain itu penderita diabetes beresiko lebih tinggi terkena
penyakit lain, seperti jantung, arteri perifer dan penyakit serebrovaskular, obesitas, katarak,
disfungsi ereksi, dan penyakit hati berlemak nonalkohol serta beberapa penyakit menular, seperti
48
tuberculosis . Diabetes membutuhkan perawatan medis berkelanjutan dengan strategi
50
pengurangan risiko multifaktorial di luar kendali glikemik . Diabetes yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan sinkop, koma hingga kematian 49.
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi diabetes berdasarkan American Diabetes Association (ADA) pada tahun 1997, dibagi
menjadi 4, meliputi ; DM tipe 1, DM tipe 2, tipe lain, dan diabetes mellitus gestasional (GDM)
a. Diabetes Mellitus tipe 1 : kenaikan kadar gula darah yang dibebkan oleh destruksi sel β
pankreas, sehingga terjadi defisiensi insulin absolute akibat proses imunologik maupun
idiopatik 47. Penderita tipe ini membutuhkan asupan insulin dari luar. Penderita diabetes tipe
1 dan dapat menghasilkan gejala seperti polidipsia, poliuria, enuresis, kekurangan energi,
kelelahan ekstrim, polifagia, penurunan berat badan mendadak, perlambatan penyembuhan
luka, infeksi berulang dan penglihatan kabur dengan dehidrasi parah 49.
b. Diabetes Mellitus tipe 2 : terjadi kegagalan relatif sel β pankreas dan sekresi insulin, bisa
predominan gangguan sekresi insulin ataupun predominan resistensi insulin 51.
c. Diabetes Mellitus tipe lain : gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
darah yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab lainnya seperti defek genetic fungsi
sel beta, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena
obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, dan sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM 47
d. Diabetes Mellitus Gestasional : diabetes yang terjadi pada kehamilan, diduga disebabkan
oleh resistensi insulin akibat hormon-hormon seperti prolaktin, progesteron, estradiol, dan
hormon plasenta 47, bayi yang dikandung oleh penderita diabetes gestasional memiliki factor
resiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan, diabetes ini biasanya hilang setelah bayi
lahir, namun meningkatkan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari 52
3. Faktor Risiko Diabetes
Faktor risiko diabetes meliputi
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 :
a. Genetik
b. Usia
Penyebab pasti dari diabetes tipe 1 tidak diketahui. Secara umum disepakati bahwa diabetes
tipe 1 adalah hasil dari interaksi yang kompleks antara gen dan faktor lingkungan, meskipun
tidak ada faktor risiko lingkungan tertentu yang terbukti menyebabkan sejumlah besar kasus.
Mayoritas diabetes tipe 1 terjadi pada anak-anak dan remaja 53.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 :
a. Obesitas
b. Berusia 45 tahun atau lebih
c. Genetik
d. Kurang aktifitas fisik
e. Riwayat diabetes gestasional
Risiko diabetes tipe 2 ditentukan oleh interaksi faktor genetik dan metabolik.
Etnisitas, riwayat diabetes keluarga 53.
3. Diabetes Gestasional :
a. Memiliki riwayat diabetes gestasional
b. Melahirkan bayi lebih dari 9 kg
c. Obesitas
d. Genetik
e. Kelainan hormon polycystic ovary syndrome (PCOS)
4. Gejala Diabetes Mellitus 52
a. Poliuri (banyak kencing)
b. Polidipsi (banyak minum)
c. Polifagi (banyak makan)
d. Penurunan berat badan
e. Kulit kering
f. Menderita banyak infeksi
5. Epidemiologi Diabetes Melitus (DM)
Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung meningkat
setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422 juta penderita pada tahun
2014. Jumlah penderita tersebut jauh meningkat dari tahun 1980 yang hanya 180 juta
penderita. Jumlah penderita DM yang tinggi terdapat di wilayah South-East Asia dan
Western Pacific yang jumlahnya mencapai setengah dari jumlah seluruh penderita DM di
seluruh dunia. Satu dari sebelas penduduk adalah penderita DM dan 3,7 juta kematian
disebabkan oleh DM maupun komplikasi dari DM 53
Prevalensi DM di Indonesia menurut hasil riskesdas 2018 berdasarkan diagnosis
dokter pada usia ≤ 15 tahun sebesar 2 %, angka ini menujukan pengingkatan dibandigkan
prevalensi pada penduduk ≤ 15 tahun ada riskedas 2013 sebesar 1.5 %. Prevalensi diabetes
mellitus menurut hasil pemerikasaan gula darah meningkat dari 6.9 % pada 2013 menjadi
8.5% pada tahun 2018, ini menunjukan bahwa baru sekitar 25% penderita diabetes yang
mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes 46.
C. Intervensi Perawat untuk diabetes pada lansia
Perawat memiliki peran terhadap pasien diabetes mellitus dengan memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif (memberikan
pengobatan terhadap pasien) 54.
1. Peningkatan kontrol glikemik
Penderita diabetes membutuhkan pengetahuan tentang metode untuk kontrol gula darah
untuk dilakukan dalam pengobatan setiap harinya. Peran perawat dalam hal ini yaitu
memberikan pengetahuan tentang pengobatan menggunakan metode tersebut 55.
2. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan bagian penting dari manajemen diabetes. Pemeliharaan
mobilitas bersama dengan aktivitas fisik rutin merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan. Latihan fisik membantu mencegah dan mengurangi risiko sarcopenia,
mencegah jatuh dan patah tulang. Penderita yang berisiko osteoporosis harus menghindari
latihan berdampak tinggi. Latihan berdampak rendah seperti latihan satu kaki menginjak
tanah bisa dilakukan. Perawat juga bisa memerikan pelatihan khusus yang digabung dengan
penurunan berat badan akan memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan
pasien terhadap insuline atau obat hipoglikemia oral. Penderita diabetes tipe II yang tidak
menggunakan insulin tidak memerlukan makanan ekstra sebelum melakukan latihan. Perawat
harus mengetahui aktivitas fisik dan perasaan pasien diabetes mellitus. Pasien diabetes
mellitus memiliki aktivitas fisik dan perasaan lebih buruk dibandingkan pasien non diabetes
10
56
mellitus . Oleh karena itu, perawat perlu pengetahuan mengenai diabetes mellitus untuk
57
memberikan pengobatan yang optimal terhadap pasien diabetes mellitus . Perawat pasien
diabetes harus mempertimbangkan perawatan yang berpusat pada pasien dan komunikasi
yang efektif dengan pasien dan keluarganya, serta menilai stres pasien, memberikan strategi
pemecahan masalah untuk membantu pasien membuat keputusan secara sadar sesuai dengan
kebutuhan medis 58.
3. Manajemen stres
Manajemen stres sama pentingnya pada manula seperti halnya pada kelompok usia
lainnya. Perawat harus peka terhadap kebutuhan psikososial dan tantangan lansia.
Kesempatan yang tersedia harus dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan koping dan
manajemen stres. Strategi non-farmakologis untuk mempertahankan fungsi kognitif dan
menunda demensia atau kehilangan memori dapat dicoba 27.
4. Pendidikan pada pasien
Perawat klinis dibagi menjadi praktisi perawat, spesialis perawat klinis, perawat diabetes,
dan perawat generalis dengan spesifikasi tertentu. Praktisi perawat terlibat dalam promosi
kesehatan dan kegiatan pencegahan penyakit melalui pendidikan dan konseling pasien yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Spesialis perawat klinis bertindak
sebagai administrator, pemimpin, manajer dan kolaborator. Kelompok perawat ini masuk
bertugas menyediakan kebutuhan sosaial dan dukungan psikologis pasien serta keluarga
pasien 59.
5. Pencegahan jatuh dan luka
Asuhan keperawatan pada lansia dengan diabetes juga mencakup intervensi untuk
kesehatan kaki, pencegahan jatuh dan patah tulang, serta pencegahan tukak tekan. Perawatan
harus fokus tidak hanya pada manajemen mikro pada individu tertentu tetapi juga manajemen
makro lingkungan. Perubahan alas kaki, gaya hidup, furnitur, tempat tidur, dan arsitektur
berkontribusi signifikan terhadap mitigasi faktor risiko tukak dan jatuh. Perawat diabetes
harus bekerja sebagai penyokong untuk penyediaan lingkungan dan masyarakat yang ramah
diabetes 60.
11
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA TLOMPAKAN KABUPATEN
SEMARANG
2. Demografi
a. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
38%
62%
12
b. Demografi Responden berdasarkan Umur
2% <50 tahun
23% 27% 50-59 tahun
60-74 tahun
75-90 tahun
>90 tahun
48%
Hasil pengkajian didapatkan bahwa mayoritas responden berada pada usia 50-
59 tahun yaitu sebanyak 29 orang dan paling sedikit berada pada usia 75-90
tahun.
3. Etnik
Hasil wawancara dengan petugas kesehatan didapatkan bahwa penduduk Desa
Tlompokan mayoritas adalah asli jawa. Penduduk mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi makanan dan minuman manis. Hasil wawancara dengan petugas
kesehatan diketahui bahwa konsumsi makanan dan minuman manis di Desa
Tlompokan sudah menjadi tradisi misalnya memasak menambahkan gula sebagai
bumbu masakan atau membuat aneka jajanan yang manis. Penduduk juga
mempunyai kebiasaan minum kopi di pagi hari dan malam hari.
13
dalam mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat jumat bagi yang muslim dan
ibadah ke Gereja bagi yang Kristiani.
B. Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Hasil pengkajian dan wawancara dengan dilakukan pembagian kuesinoer
setiap mahasiswa dengan cara google form dan juga didapat dari survei
langsung ke wilayah Desa Tlompakan.
Hasil wawancara dengan pejabat pemerintah setempat didapatkan bahwa sebagian
besar perumahan penduduk di Desa Tlompokan adalah bangunan permanen
dengan jarak antara rumah yang cukup luas antara rumah satu dan lainnya. Selain
itu, rata-rata ventilasi rumah besar sehingga sinar matahari masuk > 10% dari luas
lantai. Mayoritas penduduk merupakan penduduk asli, sehingga rumah yang
ditempati adalah rumah milik pribadi.
Letak pasar tradisional lumayan jauh dari tempat ini, yaitu ±4 KM, namun
terdapat swalayan seperti di Indomaret dan Alfamaret dan warung-warung yang
biasanya juga digunakan masyarakat untuk berbelanja. Untuk pengelolaan
sampah, warga biasanya membuang sampah dengan menimbunnya di kebun dekat
rumah dengan membuatkan lubang. Untuk sampah organik warga
memanfaatkannya sebagai pupuk, sedangkan sampah non organik warga
membakarnya.
2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Fasilitas Kesehatan di Desa Tlompakan adalah bidan desa dan Puskesmas.
Biasanya jika sakit warga pergi ke Puskesmas atau bidan desa. Warga sudah tidak
menggunakan ritual-ritual tertentu untuk menyembuhkan penyakit. Masalah
kesehatan yang sering dikeluhkan masyarakat terutama lansia yaitu hipertensi,
nyeri tulang dan sendi, kesemutan, diabetes dan beberapa penyakit ringan lainnya.
Posyandu lansia yang dapat menjadi salah satu wadah untuk membantu lansia
mengatasi masalah kesehatan pun belum tersedia dan untuk mengatasi masalah
tersebut biasanya Puskesmas melakukan pemeriksaan dan memberikan obat setiap
kali kunjungan yaitu tiap 1 atau 2 bulan sekali.
14
a. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Baik
22% Sedang
Kurang
48%
30%
Rutin
Tidak Rutin
42%
58%
15
c. Distribusi Responden berdasarkan Keluhan yang Sering Dirasakan
Hasil pengkajian didapatkan bahwa semua atau setidaknya ada satu tanda dan
gejala dari penyakit diabetes yang dialami oleh setiap responden.
16
3. Ekonomi
Petani/buruh
10% 18% Swasta
PNS
18% Pensiunan
Ibu Rumah Tangga
Tidak Bekerja
10%
37%
7%
17
di daftarkan ke pemerintah Desa, namun masih belum terealisasikan secara
merata. Masyarakat yang sudah mendapatkan jamkesmas merasa terbantu dan
dapat menggunakannya dengan baik dan efektif.
6. Komunikasi
Cara penyampaian informasi di Desa Tlompakan melalui speaker masjid dan
ada papan pengumuman tetapi pada saat penyampaian informasi lebih sering
melalui speaker masjid karena jika melalui papan pengumuman kurang efektif.
Mayoritas masyarakat di Desa Tlompakan sudah memiliki alat komunikasi
berupa Handphone, televisi dan radio sebagai media informasi. Selain itu, ada
juga perkumpulan Karang Taruna yang bisa dipakai sebagai media informasi.
Karang Taruna di Desa Tlompakan aktif melakukan kegiatan, terutama agenda
rutin setiap tahun yaitu agenda 17 Agustus.
7. Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Desa Tlompakan ini sangat mendukung dan jarak
fasilitas pendidikan cukup dekat. Pendidikan formal terdiri dari SD berjarak ± 2
km ,SMP dan SMA terletak ± 8 km.
Tidak Sekolah
5% SD
20%
22% SMP/SMA/Sederajat
DI/DIII/S1/S2/S3
53%
8. Rekreasi
Desa Tlompakan tidak memiliki tempat rekreasi khusus / taman desa sebagai
tempat berlibur hanya saja di Desa Tlompakan terdapat tempat pemancingan
18
umum dan bumi perkemahan. Pemuda pemudi warga RW I sering bermain voli
bersama sebagai media hiburan yang ada. Penduduk biasanya menghabiskan
waktu luang di malam hari untuk melepas rasa capek setelah bekerja seharian
dengan mengobrol dengan tetangga di depan rumah, baleho atau di pos kamling.
C. Persepsi
1. Penduduk
Hasil wawancara pada beberapa keluarga, didapatkan data bahwa mereka
merasa nyaman tinggal di daerah/lingkungan tersebut karena setiap warga hidup
saling rukun satu sama lain. Setiap ada kegiatan semua warga ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut. Setiap hari minggu setiap warga ikut melakukan kerja bakti
gotong royong untuk membersihkan lingkungan. Setiap warga terlibat dalam
keamanan dengan adanya ronda dan siskamling. Pemuda dilingkungan tersebut
juga terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan tersebut. Toleransi di lingkungan
tersebut sangat dijaga dimana setiap warga yang berbeda keyakinan tetap saling
menjaga toleransi dan saling berbaur.
Hasil wawancara dengan beberapa penduduk juga didapatkan bahwa selama
ini belum ada kegiatan penyuluhan atau sosialisasi tentang diabetes.
2. Persepsi anda
Hasil observasi kami, pada tanggal 5-20 Mei 2021 kita bisa menarik
kesimpulan bahwa warga Desa Tlompakan warganya ramah dan sangat terbuka
dengan kedatangan kami. Aktif dalam kegiatan sosial, dan saling membantu satu
sama lain serta bisa membaur dan kompak dalam kegiatan aktif desa. Kami
optimis masyarakat Desa Tlompokan mempunyai semangat dan sumber daya
yang baik untuk dapat meningkatkan derajat kesehatannya namun perlu adanya
perhatian khusus berupa penyuluhan dan pendampingan sehingga dapat merubah
pola pikir dan kedepannya dapat merubah pola perilaku yang meugikan kesehatan
mereka.
19
II. ANALISIS DATA DAN PRIORITAS MASALAH
A. Analisis Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Kurang Manajemen
Kader mengatakan bahwa jarang sekali dilakukan kegiatan sosialisasi/penyuluhan tentang terpapar kesehatan
diabetes, biasanya penyuluhan tentang ibu hamil atau ibu menyusui ataupun tentang informasi tidak efektif.
hipertensi
Kader mengatakan bahwa masih ada budaya mengkonsumsi obat herbal (tumbuhan) yang
dipercaya secara turun temurun
Kader mengatakan bahwa petugas kesehatan hanya melakukan kunjungan sekitar 1 atau 2
bulan sekali
DO:
58% responden tidak rutin melakukan kontrol ke faskes setempat
30% responden mempunyai pengetahuan kategori sedang
22% responden mempunyai pengetahuan kategori kurang
Tidak adanya posyandu lansia
2 DS: Pemilihan Perilaku
Kader mengatakan bahwa penduduk Desa Tlompokan mempunyai kebiasaan mengkonsumsi gaya hidup kesehatan
makanan dan minuman manis yang tidak cenderung
Kader mengatakan bahwa penduduk Desa Tlompokan mempunyai kebiasaan ngopi di pagi sehat beresiko.
dan malam hari.
Kader mengatakan bahwa penduduk Desa Tlompokan mempunyai kebiasaan kumpul-
kumpul/ngopi (bergadang) saat malam hari
Kader mengatakan bahwa penduduk mempunyai kepercayaan bahwa memiliki berat badan
lebih (gemuk) merupakan tanda mereka hidup berkecukupan
Kader mengatakan bahwamasih ada budaya mengkonsumsi obat herba (tumbuhan) yang
20
dipercaya secara turun temurun
DO:
78,3% responden tidak memiliki kebiasaan olahraga
61,7% responden tidak menjaga pola makanannya
31,7% responden tidak mengkonsumsi obat dari faskes
B. Prioritas masalah
21
No Dx Keperawatan Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 Manajemen kesehatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan lansia
tidak efektif selama 2 minggu diharapkan manajemen menerima informasi
kesehatan meningkat, dengan kriteria hasil: - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan
- Melakukan tindakan untuk mengurangi kesepakan dengan responden
faktor resiko meningkat: menyatakan - Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
keinginan mau berolahraga kesehatan:
- Menerapkan program perawatan meningkat: a. Penyakit diabetes
menyatakan keinginan mau rutin kontrol ke b. Bahaya tidak rutin minum obat/kontrol ke fakes
faskes, rutin minum obat c. Pentingnya periksa kesehatan secara rutin
- Kemampuan menjelaskan tentang diabetes d. Manfaat olahraga bagi penderita diabetes
meningkat e. Cara penanganan hiperglikemi dan hipoglikemi
- - Beri kesempatan lansia untuk bertanya
2 Perilaku kesehatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Jadwalkan pendidkan kesehatan sesuai kesepakatan
cenderung beresiko selama 2 minggu diharapkan perilaku dengan lansia
kesehatan meningkat, dengan kriteria hasil: - Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
- Kemampuan melakukan tindakan kesehatan:
pencegahan masalah kesehatan meningkat: a. Diit diabetes
rutin melakukan kontrol kef askes, rutin b. Bahaya begadang bagi penderita diabetes
minum obat, mengatur pola makan - Buat video menu diit diabetes
- Kemampuan peningkatan kesehatan - Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat
meningkat: rutin olahraga (sesuai ditingkatkan
kemampuan), senam diabetik - Anjurkan melakukan jalan pagi atau jogging 3x
seminggu (rutin berolahraga)
- Ajarkan teknik senam diabetik
- Kolaborasi dengan petugas kesehatan, kader dan
tokoh masyarakat untuk menjadwalkan senam
seminggu sekali
22
DAFTAR RUJUKAN
3. UNFPA Indonesia. Indonesia on The Threshold of Population Ageing. 1st ed. Jakarta:
UNFPA Indonesia, 2014.
5. Jaul E, Barron J. Age-Related Diseases and Clinical and Public Health Implications for
the 85 Years Old and Over Population. Front Public Health; 5. Epub ahead of print 11
December 2017. DOI: 10.3389/fpubh.2017.00335.
6. Setiati S, Laksmi PW, Aryana IGPS, et al. Frailty state among Indonesian elderly:
prevalence, associated factors, and frailty state transition. BMC Geriatr 2019; 19: 182.
8. LOESER RF. The Role of Aging in the Development of Osteoarthritis. Trans Am Clin
Climatol Assoc 2017; 128: 44–54.
9. Rodgers JL, Jones J, Bolleddu SI, et al. Cardiovascular Risks Associated with Gender
and Aging. JCDD 2019; 6: 19.
11. Lionakis N, Mendrinos D, Sanidas E, et al. Hypertension in the elderly. World J Cardiol
2012; 4: 135–147.
12. Alqahtani N, Khan WAG, Alhumaidi MH, et al. Use of Glycated Hemoglobin in the
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Pre-diabetes and Role of Fasting Plasma Glucose,
Oral Glucose Tolerance Test. Int J Prev Med 2013; 4: 1025–1029.
13. d’Emden MC, Shaw JE, Jones GR, et al. Guidance concerning the use of glycated
haemoglobin (HbA1c) for the diagnosis of diabetes mellitus. Med J Aust 2015; 203: 89–
90.
14. Wang Q, Jokelainen J, Auvinen J, et al. Insulin resistance and systemic metabolic
changes in oral glucose tolerance test in 5340 individuals: an interventional study. BMC
Medicine 2019; 17: 217.
15. Association AD. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care
2012; 35: S64–S71.
23
16. Cade WT. Diabetes-Related Microvascular and Macrovascular Diseases in the Physical
Therapy Setting. Phys Ther 2008; 88: 1322–1335.
17. Kalyani RR, Egan JM. Diabetes and Altered Glucose Metabolism with Aging.
Endocrinology and Metabolism Clinics of North America 2013; 42: 333–347.
18. Kim K, Park SM. Association of muscle mass and fat mass with insulin resistance and
the prevalence of metabolic syndrome in Korean adults: a cross-sectional study.
Scientific Reports 2018; 8: 2703.
21. International Diabetes Federation. IDF diabetes atlas. Brussels: International Diabetes
Federation, 2015.
22. Kim KS, Kim SK, Sung KM, et al. Management of Type 2 Diabetes Mellitus in Older
Adults. Diabetes Metab J 2012; 36: 336–344.
23. Yakaryılmaz FD, Öztürk ZA. Treatment of type 2 diabetes mellitus in the elderly.
World J Diabetes 2017; 8: 278–285.
24. Kirkman MS, Briscoe VJ, Clark N, et al. Diabetes in Older Adults. Diabetes Care 2012;
35: 2650–2664.
25. Kimbro LB, Mangione CM, Steers WN, et al. Depression and All-Cause Mortality in
Persons with Diabetes Mellitus: Are Older Adults at Higher Risk? Results from the
Translating Research Into Action for Diabetes Study. J Am Geriatr Soc 2014; 62: 1017–
1022.
26. Munshi MN, Florez H, Huang ES, et al. Management of Diabetes in Long-term Care
and Skilled Nursing Facilities: A Position Statement of the American Diabetes
Association. Dia Care 2016; 39: 308–318.
27. Migdal A, Yarandi SS, Smiley D, et al. Update on Diabetes in the Elderly and in
Nursing Home Residents. Journal of the American Medical Directors Association 2011;
12: 627-632.e2.
28. Sinclair A, Morley JE, Rodriguez-Mañas L, et al. Diabetes mellitus in older people:
position statement on behalf of the International Association of Gerontology and
Geriatrics (IAGG), the European Diabetes Working Party for Older People (EDWPOP),
and the International Task Force of Experts in Diabetes. J Am Med Dir Assoc 2012; 13:
497–502.
29. United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division.
World Population Ageing.
24
31. de Magalhães JP, Passos JF. Stress, cell senescence and organismal ageing. Mech
Ageing Dev 2018; 170: 2–9.
32. Diotti R, Loayza D. Shelterin complex and associated factors at human telomeres.
Nucleus 2011; 2: 119–135.
33. Beauséjour CM, Krtolica A, Galimi F, et al. Reversal of human cellular senescence:
roles of the p53 and p16 pathways. EMBO J 2003; 22: 4212–4222.
34. Davis A, McMahon CM, Pichora-Fuller KM, et al. Aging and Hearing Health: The
Life-course Approach. Gerontologist 2016; 56: S256–S267.
35. Amieva H, Ouvrard C, Giulioli C, et al. Self-Reported Hearing Loss, Hearing Aids, and
Cognitive Decline in Elderly Adults: A 25-Year Study. J Am Geriatr Soc 2015; 63:
2099–2104.
36. Evans JR, Fletcher AE, Wormald RPL, et al. Prevalence of visual impairment in people
aged 75 years and older in Britain: results from the MRC trial of assessment and
management of older people in the community. Br J Ophthalmol 2002; 86: 795–800.
37. Jahn K. The Aging Vestibular System: Dizziness and Imbalance in the Elderly. Adv
Otorhinolaryngol 2019; 82: 143–149.
38. Dodds RM, Granic A, Davies K, et al. Prevalence and incidence of sarcopenia in the
very old: findings from the Newcastle 85+ Study. J Cachexia Sarcopenia Muscle 2017;
8: 229–237.
39. Walston JD. Sarcopenia in older adults. Curr Opin Rheumatol 2012; 24: 623–627.
40. Liu L-K, Chen L-Y, Yeh K-P, et al. Sarcopenia, but not sarcopenic obesity, predicts
mortality for older old men: A 3-year prospective cohort study. Journal of Clinical
Gerontology and Geriatrics 2014; 5: 42–46.
41. Bandaranayake T, Shaw AC. Host Resistance and Immune Aging. Clin Geriatr Med
2016; 32: 415–432.
42. Raviotta JM, Smith KJ, DePasse J, et al. Cost-Effectiveness and Public Health Impact of
Influenza Vaccine Strategies for US Seniors. J Am Geriatr Soc 2016; 64: 2126–2131.
43. Gould L, Abadir P, Brem H, et al. Chronic wound repair and healing in older adults:
current status and future research. J Am Geriatr Soc 2015; 63: 427–438.
46. Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf.
47. Kurniawaty E. 8 Diabetes mellitus Diabetes mellitus. Endokrinologie für die Praxis
2015; 114–119.
25
48. Kazi AA, Blonde L. Classification of diabetes mellitus. 2001. Epub ahead of print 2001.
DOI: 10.5005/jp/books/12855_84.
49. Kharroubi AT. Diabetes mellitus: The epidemic of the century. World Journal of
Diabetes 2015; 6: 850.
50. Power D. Standards of medical care in diabetes: Response to position statement of the
American Diabetes Association [20]. Diabetes Care 2006; 29: 476.
51. Kurniawaty E. Diabetes Mellitus. Endokrinologie fur die praxis 2015; 114–119.
52. Egan AM, Dinneen SF. What is diabetes? Medicine (United Kingdom) 2019; 47: 1–4.
53. WHO Global Report on Diabetes. Global Report on Diabetes. Isbn 2016; 978: 6–86.
54. Mulyati S. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus Dalam Konteks
Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Di Ruang Rawat Penyakit Dalam
Gedung a Rsupn Cipto Mangunkusumo Jakarta Karya Ilmiah Akhir Sri Mulyati
1106130173 Fakultas Ilmu. Karya Ilmiah Akhir Ners Universitas Indonesia.
56. Peimani M, Tabatabaei Malazy O, Pajouhi M. Nurses’ role in diabetes care; a review.
Iranian Journal of Diabetes and Lipid Disorders; 9.
57. Fireman B, Bartlett J, Selby J. Can disease management reduce health care costs by
improving quality? Health Affairs 2004; 23: 63–75.
58. Sharifirad G, Azadbakht L, Feizi A, et al. Structural role of perceived benefits and
barriers to self-care in patients with diabetes. Journal of Education and Health
Promotion 2013; 2: 37.
59. Dambha-Miller H, Griffin SJ, Kinmonth AL, et al. Provision of services in primary care
for type 2 diabetes: a qualitative study with patients, GPs, and nurses in the East of
England. British Journal of General Practice 2020; 70: E668–E675.
60. Kalra S, Sharma SK. Diabetes in the Elderly. Diabetes Ther 2018; 9: 493–500.
26