Anda di halaman 1dari 32

ASKEP KOMUNITAS DENGAN MASALAH KESEHATAN

POPULASI PENYAKIT KRONIK: DIABETES MELITUS

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. PUTRI PAMELYA HARAHAP


2. SUKMA ANNISA MATOVANY
3. SYARIPUDDIN HARAHAP
4. TUTI ALAWIYAH
5. WAHDINA SYARIFAH
6. YULIAMAN ZEBUA
7. YUNI ARTA BATUBARA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya makalah ini membahas “Askep Komunitas dengan Masalah Kesehatan
Populasi Penyakit Kronik : Diabeets Melitus”

Pada dasar nya makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang “Askep Komunitas dengan
Masalah Kesehatan Populasi Penyakit Kronik : Diabetes Melitus”

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik daei
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruksi dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Padangsidimpuan, 14 Mei 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya
semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir dengan
kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang
sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi
hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat
dipengaruhi oleh proses menjadi tua.

Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari
tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit atau
perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?

2.      Bagaimana gambaran klinis diabetes mellitus?

3.      Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita diabetes mellitus?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui definisi diabetes mellitus

2.      Mengetahui gambaran klinis diabetes mellitus

3.      Mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita diabetes mellitus


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    KONSEP KELUARGA

1.      Pengertian keluarga

Fredman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu yang mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Pakar konseling dari yogyakarta Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu
ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berkelainan jenis
hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri maupun adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Keluarga merupakan suatu gejala yang bersifat universal dan mempunyai 4 karakteristik
pada keluarga.

a.       Keluarga terdiri dari orang yang bersatu karena ikatan perkawinan darah atau adopsi.

b.      Para anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam suatu rumah membentuk suatu rumah
tangga.

c.       Keluarga merupakan satu kesatuan orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi yang
memainkan peran suami dan isteri , bapak dan ibu , anak dan saudara.

d.      Keluarga mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar bersal dari
kebudayaan umum yang lebih besar/luas.

Atas landasan keempat dari karakteristik diatas dapat disimpulkan pengertian


keluarga adalah sebagai berikut:

Keluarga merupakan kelompok orang yang dipersatukan dari ikatan perkawinan ,darah atau
adopsi yang membentuk suatu rumah tangga yang saling berinteraksi dan berkomunikasi satu
sama lain dengan melalui peran masing-masing sebagai anggota keluarga dan mempertahankan
kebudayaan masyarakat yang berlaku umum menciptakan kebudayaan sendiri.

2.      Tipe-tipe keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan.
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a.       Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau  keduanya.

b.      Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah( kakek-nenek,paman-bibi).

Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,


pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi:

a.       Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.

b.      Orang tua tunggal(single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang
tua dengan anak-anak akibat dari perceraian atau ditinggal pasangannya.

c.       Ibu dengan anak tanpa perkawinan( the unmarried teenage mother)

d.      Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone)

e.       Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heteroseksual


cohabiting family) biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan tetapi pada akhirnya
mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah.

f.       Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family)
3.      Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut:

a.       Fungsi efektif ( the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain.fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

b.      Fungsi sosial dan tepat bersosialisasi (sosialization unsocial placement function) adalah
fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

c.       Fungsi reproduksi (the reproduktive function) adalah fungsi untuk memprtahankan


generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d.      Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu kelurga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e.       Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healt care function) yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

B.     KONSEP DASAR DIABETES MELITUS

1.      Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin
atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan
glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan
dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi
insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan dengan
hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

2.      Etiologi

Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi terhadap glukosa juga
meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi
daripada orang dewasa non usia lanjut.

Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang
berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-obatan, disamping karena
pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60
tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal.
Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi
penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor.

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi kalori
berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal
ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus
pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar :

a.       Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi


pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).

b.      Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol,
dan lain-lain.)

Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya
diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala
diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada
malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang
mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa
hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

3.      Klasifikasi

a.       Diabetes melitus tipe I

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui proses
imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:

1.      Mudah terjadi ketoasidosis

2.      Pengobatan harus dengan insulin

3.      Onset akut

4.      Biasanya kurus

5.      Biasanya terjadi pada umur yang masih muda

6.      Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4

7.      Didapatkan antibodi sel islet

8.      10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

b.      Diabetes melitus tipe II :

Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Karakteristik DM tipe II :

1.      Sukar terjadi ketoasidosis


2.      Pengobatan tidak harus dengan insulin

3.      Onset lambat

4.      Gemuk atau tidak gemuk

5.      Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun

6.      Tidak berhubungan dengan HLA

7.      Tidak ada antibodi sel islet

8.      30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

9.      ± 100% kembar identik terkena

4.      Patofisiologi

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke
dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang
dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam
darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pasien
diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan
autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap
sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal  tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke
dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
5.      Manifestasi Klinis

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia umumnya tidak ada.
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat
muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus
pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap
dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya
yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf.

Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan
yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada
tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :

a.       Katarak

b.      Glaukoma

c.       Retinopati

d.      Gatal seluruh badan

e.       Pruritus Vulvae

f.       Infeksi bakteri kulit

g.      Infeksi jamur di kulit

h.      Dermatopati

i.        Neuropati perifer
j.        Neuropati viseral

k.      Amiotropi

l.        Ulkus Neurotropik

m.    Penyakit ginjal

n.      Penyakit pembuluh darah perifer

o.      Penyakit koroner

p.      Penyakit pembuluh darah otak

q.      Hipertensi

6.      Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni : penatalaksanaan secara medis
dan penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan secara medis adalah sebagai berikut:

a.       Obat Hipoglikemik oral

1.        Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat golongan lain, yaitu
biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama
meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para
penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan. Obat – obat yang beredar dari
kelompok ini adalah:

a.       Glibenklamida (5mg/tablet)

b.      Glibenklamida micronized (5 mg/tablet)

c.       Glikasida (80 mg/tablet).

d.      Glikuidon (30 mg/tablet).

2.        Golongan Biguanid / Metformin


Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan glukosa dari
jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan berat
badan.

3.        Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase

Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan, sehingga dapat
menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang
masih normal.

b.      Insulin

1.        Indikasi insulin

Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human Monocommponent
Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah Actrapid. Injeksi insulin juga
diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak
berhasil dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami
kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana
sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan
gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.

2.        Jenis Insulin

a.       Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan semilente.

b.      Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)

c.       Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

Sedangkan unuk penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai berikut:

a.       Diet

Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah mendapat
tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak melaksanakannya.
Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi idealnya
sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein. Karena itu diet yang tepat untuk
mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi
kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak
konsumsi serat.

b.      Olahraga

Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif.
Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stress.
Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan
olahraga yang berat – berat

7.      Pemeriksaan Diagnostik

Glukosa darah sewaktu

a.       Kadar glukosa darah puasa

b.      Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

a.       Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b.      Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

c.       Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

8.      Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk dalam
komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic
hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah
retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.

a.       Komplikasi akut

1.      Diabetes ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringan
adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap
kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)

b.      Komplikasi kronis:

1.      Retinopati diabetic

Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula bagian
iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini
adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga
mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan
ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.

2.      Nefropati diabetic

Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang
tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular
dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson
ditemukan hanya pada DM.

3.      Neuropati

Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling sering
ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.

4.      Displidemia

Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.

5.      Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau
proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial.
Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati,
nepropati, dan penyakit makrovaskular.

6.      Kaki diabetic

Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya
amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial
untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan
dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.

7.      Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang merupakan
komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada
pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Kasus :

Tn. M (65 tahun) mempunyai istri Ny. S (60 tahun). Mereka memiliki 2 orang anak, yakni Ny.
K  (38 tahun) dan Tn. O (30 tahun). Ny. K yang telah menikah, tinggal bersama suaminya di luar
kota. Tn. O yang juga sudah menikah dengan  Ny. J (27 tahun) yang tinggal bersama
Tn. M. Ny.S sering mengeluh banyak minum, sering kencing serta nafsu makannya meningkat.
Keadaanya terlihat lemas, dan kurang bersemangat. 1 tahun yang lalu, Ny.S dibawa periksa
ke puskesmas kota dan didiagnosa diabetes militus (DM).

Ny. S tidak bisa kontrol teratur ke puskesmas karena yang mengantarkan tidak ada dan
keterbatasan biaya. Tn. M, Tn. O dan Ny. J bekerja sebagai buruh pabrik. Tn. M kadang (jika ada
rejeki) membeli obatnya di apotek terdekat sesuai foto copi resep dokter. Hasil observasi jari
kaki Ny. S sebelah kiri terdapat luka kecil sudah 3 minggu belum sembuh.

A.    Pengkajian

1.      Data Umum

a.       Identitas Keluarga

Nama KK        : Tn. M

Jenis Kelamin  : Laki – laki

Umur               : 65 tahun

Pendidikan                  : SD

Pekerjaan                     : Swasta

Alamat                        : Gayaman Kota Mojokerto


b.      Komposisi Keluarga

Jenis Hubungan
No nama Umur Pekerjaan ket
kelamin keluarga

1. Tn.M L Suami 65 thn Swasta sehat

2. Ny.S P Istri 60 thn Ibu RT DM

3. Tn.O L Anak 30 thn Swasta Sehat

4. Ny.J P Menantu 27 thn Swasta sehat

c.       Genogram

d.      Type Keluarga             : Keluarga usia lanjut

e.       Suku / Kebangsaan     : Jawa

f.       Agama                         : Islam

g.      Status Sosial Ekonomi

1.      Kegiatan Organisasi

Keluarga Tn. M termasuk keluarga yang aktif dalam organisasi di masyarakat. Khususnya Ny. S,


ia selalu ikut dalam kegiatan pengajian, arisan dll walaupun dengan badan yang sudah rentan dan
kaki yang terkadang terasa sakit.

2.      Keadaan Ekonomi

Keluarga Tn. M termasuk keluarga prasejahtera karena keluarga hanya bisa mendapatkan uang
dari kontrakan dan dari uang gakin serta mendapatkan beras miskin. Untuk memenuhi
kebutuhann sehari-hari keluarga Tn. M hanya mengandalkan penghasilan anak dan menantunya.

h.      Aktivitas Rekreasi Keluarga

Kegiatan rekreasi keluar rumah seperti ikut pengajian namun untuk tamasya Tn. M tidak
melakukan lagi karena tesangkut masalah biaya dan kondisi sakit yang dialaminya dan istri.
Sedangkan rekreasi di dalam rumah seperti mengobrol dengan tetangga sebelah di beranda
rumah.
2.      Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a.       Tahap perkembangan keluarga adalah keluarga usia lanjut

b.      Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah keluarga telah memenuhi
perkembangannya.

c.       Riwayat Keluarga Inti

  Ny. S menderita diabetes mellitus tipe 2 setelah kontrol gula darah di puskesmas November
2011 dan di berikan injeksi insulin.

d.      Riwayat Keluarga Sebelumnya

Tidak diketahui apakah orang tua Ny. S menderita diabetes mellitus atau tidak. Karena tidak
pernah diperiksa tim medis.

3.      Lingkungan

a.       Kharakteristik Rumah

Rumah Tn. M merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100 m2. Termasuk
rumah semi permanent, berdinding tembok dan juga kayu (gedek) lantainya dari sebagian semen
dan sebagian tanah. Mempunyai 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC.
Ventilasi rumah belum mencukupi 10% dari total bangunan dan lingkungannya tampak kotor.

1.      Pembuangan Air Kotor

Ada septik tank dan pembuangan air limbah dengan kondisi baik dengan kedalaman 10 meter
terletak di belakang rumah dan jarak dari sumber air kurang dari 10 meter.

2.      Pembuangan Sampah
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri yang di tempatkan di bak sampah atau
di bagor dan kemudian di ambil petugas sampah setiap 2 hari sekali.

3.      Sanitasi

Lingkungan rumah Tn. M tampak sedikit kotor, pekarangan tidak dimanfaatkan secara maksimal
hanya ada beberapa tanaman saja.

4.      Jamban Keluarga

Mempunyai jamban keluarga sendiri dengan bentuk leher angsa dan terletak di dalam rumah.

5.      Sumber Air Minum

Keluarga memanfaatkan air sumur yang dikelola satu perumahan.

b.      Kharakteristik Tetangga dan Komunitas RW

Tetangga Tn. M termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong royongan tinggi
dan selalu siap membantu keluarga Tn. M.

c.       Mobilitas Geografi Keluarga

Keluarga Tn. M sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah sejak oranng tuanya
masih ada Tn. M tinggal di sana.

d.      Sistem Pendukung Keluarga

Keluarga selalu mendapat dukungan dari tetangga dan juga dari keluarga besarnya. Bila ada
masalah kesehatan dengan salah satu anggota keluarga, Tn. M selalu membawa ke dokter yang
terdekat dengan rumah atau ke pak mantra.

Jarak Untuk Pelayanan Kesehatan Terdekat

Puskesmas                   : kurang lebih 2 km

Puskesmas pembantu : kurang lebih 10 km

Rumah sakit                : kurang lebih 15 km


Posyandu                    : kurang lebih 200 meter

Fasilitas Sosial

Masjid/mushola           : kurang lebih 200 km

Pasar                            : kurang lebih 200 km

4.      Struktur Keluarga

a.       Pola komunikasi keluarga

Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi suatu
permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum memutuskan suatu
permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka.

b.      Struktur kekuatan keluarga

Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan 2 orang anak dan saling
perhatian.

c.       Struktur peran keluarga

Tn. M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangganya.

Ny. Ssebagai istri bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Tn. O sebagai anak kedua yang telah menikah dengan Ny. J.

d.      Nilai dan norma keluarga

Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam agama Islam
yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.

5.      Fungsi Keluarga

a.       Fungsi afektif

Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga


b.      Fungsi sosial

Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Keluarga juga cukup
aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.

c.       Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DM, hal ini ditunjukkan
dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit DM. Keluarga
juga tidak tahu bahwa penyakitnya bisa di turunkan kepada anaknya sehingga harus mendapat
pengobatan yang segera dan jangka waktu yang cukup panjang. Kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan juga terbatas karena keluarga tidak mengetahui tentang masalah yang
terjadi pada penyakit DM. Keluarga tidak mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam menangani penyakitnya.

d.      Fungsi reproduksi

Tn. M berusia 65 tahun dan Ny. S 60 tahun merupakan usia lansia, keluarga tidak menggunakan


kontrasepsi pil dan suntik.

e.       Fungsi ekonomi

Tn. M bekerja sebagai buruh pabrik untuk kehidupan sehari-harinya ia dibantu oleh anak dan
menantunya yang juga bekerja sebagai buruh pabrik.

6.      Stress dan Koping Keluarga

a.       Strategi Koping

Tn. M merasa apa yang terjadi pada istrinya merupakan kehendak Tuhan, Tn. M hanya bisa
pasrah. Bila ada masalah tidak dibuat tegang agar tidak stress berusaha berpikir dengan pikiran
dingin dan lebih santai.

b.      Status Emosi

Tn. M termasuk orang yang tidak mudah untuk stress. Ia berusaha membesarkan hati istri dan
anaknya agar tidak gampang emosi sehingga pemikiran dan pengambilan keputusan memang
benar-benar di pikirkan matang-matang.
7.      Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang diidentifikasi sebagai
klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.

a.       Pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum Ny. S nampak lemah dan tidak bersemangat, badannya agak kurus, banyak
makan dan minum.

b.      Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 180/100 mmHg

Nadi                : 80 x/menit

Pernapasan      : 30 x/menit

Suhu                : 37oC

c.       Pemeriksaan fisik khusus

1.      Kepala

Pada pemeriksaan kepala, tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala normal

2.      Leher

Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak
teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).

3.      Mata

Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan masih baik.

4.      Telinga

Fungsi pendengaran baik

5.      Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan

6.      Mulut

Tidak ada kelainan

7.      Dada

Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat palpitasi, suara
mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-)

8.      Abdomen

Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung,
pergerakan peristaltik usus baik, tidak ada bekas luka operasi

9.      Ekstremitas

Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah ditemukan luka kecil pada kaki kiri dan sudah 3
minggu belum sembuh. Sehingga Ny. S sulit melakukan kegiatan sehari hari.

8.      Harapan Keluarga

Keluarga Tn. M berharap istrinya sembuh dari penyakitnya sehingga dapat melakukan aktifitas
sehari-hari dengan nyaman.

9.      Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Data Subjektif : Ketidakmampuan Ketidakefektifan


keluarga mengenal managemen
          Sering BAK terutama
masalah , regimen terapeutik
pada malam hari
keluarga
Ketidakmampuan
          Kesemutan atau kram
keluarga mengambil
          Sering lapar / nafsu makan keputusan
meningkat ketidakmampuan
keluarga merawat
          Nafsu makan menurun anggota keluarga
          Mual muntah yang sakit,
ketidakmampuan
          Berat badan menurun 
keluarga
          Lemah memanfaatkan
fasilitas kesehatan
          Sering minum

          Pengelihatan kabur

          Nafas cepat

          Kepala terasa ringan / pusing

    

Data Objektif :

Berat badan   : 56 kg,   Tinggi badan :


157 cm

          Luka gangren

          Nampak lesu, lemah

          Tampak kurus

          Kulit tidak elastis, otot lengan


dan kaki

          lemah

2 Data Subjektif : Ketidakmampuan Resiko terjadinya


keluarga untuk luka pada kakinya
          Kesemutan atau kram
memelihara
          Sulit melakukan ADL lingkungan

          Lemah

          Pengelihatan kabur

          Kepala terasa ringan / pusing

    

Data Objektif :

          Luka gangren

          Menggunakan alas kaki

          Tidak menggunakan alas kaki

          Lingkungan rumah kotor


10.  Skala Prioritas Masalah

1. Ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga berhubungan


denganKetidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran

1. Sifat Masalah : actual Ny S mengatakan tidak tahu kalau


3/3 X 1 1 menderita DM, tahunya di kasih
tahu pak Mantri

2. Kemungkinan masalah
½X2 1
dapat diubah: Sebagian

3. Potensial masalah untuk Masalah ini sudah lama, kakinya di


dicegah: cukup beri obat dengan ramuan cina dan di
2/3 X 1 2/3
rendam menggunakan air hangat
yang di kasih garam.

4. Menonjolnya Ny. S tidak mersakan sebagi


masalah: masalah tidak masalah, sudah bias any terjadi dan
2/2 X 0 0
dirasakan biasanya di beri ramuan dari cina
rasanyua berkurang.

Jumlah 2 2/3

2.      Resiko terjadinya peningkatan ketidaknyamana berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga


merawat anggota yang sakit, ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran

1. Sifat Masalah : actual Ny. S mengatakan bahwa dia


3/3 X 1 1 menderita gatal-gatal sudah 1
bulan dan tidak sembuh.

2. Kemungkinan masalah ½X2 1 Sumber daya keluarga(keuangan)


dapat diubah: sebagian pas-pasan, tegnologi sudah maju,
sokongan masyarakat sangat besar.

3. Potensial masalah untuk Masalah ini sudah lama terjadi,


dicegah: cukup biasannya menggunkan obat
2/3 X 1 2/3 cina.Biasanya berobat ke pak
Mantri namun jika obatnya habis
terasa gatal.  

4. Menonjolnya masalah: Ny. S menganggap ini hal yang


½X0 0 biasa
Masalah tidak di
rasakan

Jumlah 2        2/
3

B.     Diagnosa prioritas:

1.      Ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan

2.      Resiko terjadinya peningkatan ketidaknyamanan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga


merawat anggota yang sakit, ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

C.    Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana


Keperawatan Tindakan
Umum Khusus Kriteria Standar

Ketidakefektifan Setelah Setelah dilakukan  5 X Verbal Keluarga Jelaskan dan


managemen regimen dilakukan kunjungan keluarga memahami diskusikan
terapeutik keluarga perawata dapat: tentang : tentang DM :
berhubungan n selama
-    Mengenal masalah -    Pengertian -   Pengertian
dengan ketidakmamp 1 bulan
kesehatan yang
uan keluarga keluarga -    Tanda dan -   Tanda dan
terjadi
mengenal masalah, dapat gejala gejala
Ketidakmampuan melakuk -    Memahami
keluarga mengambil an -    Factor yang -   Factor yang
tentang penyakit DM
keputusan perawata mempengaruhi mempengaruhi
ketidakmampuan n -    Memodifikasi
-    Penatalaksana -   Penatalaksana
keluarga merawat terhadap lingkungan Psikomot
anggota keluarga anggota -    Melakukan diet or an an
yang sakit, keluarga DM
ketidakmampuan yang
keluarga sakit dan Lakukan
memanfaatkan tidak pemeriksaan
fasilitas kesehatan terjadi Verbal Keluarga
Gula darah
komplika membawa klien
si ke pelayanan
kesehatan
Diet DM

Keluarga
mengerti tentang
diet DM:

-    Pengertian

-    Tujuan dan
manfaat

-    Macam-
macam yang
boleh, segaian
atau tidak boleh
di komsumsi

Resiko terjadinya Setelah Setelah dilakukan  5 Verbal Keluarga Jelaskan dan


peningkatan dilakukan X kunjungan keluarga memahami diskusikan
ketidaknyamanan perawata dapat: tentang : tentang gatal
berhubungan dengan n selama yang diderita:
-    Mengenal masalah -    Pengertian
Ketidakmampuan 1 bulan
kesehatan yang -    Pengertian
keluarga merawat keluarga -    Tanda dan
terjadi
anggota yang sakit, dapat gejala -    Tanda dan
ketidakmampuan melakuk -    Memahami gejala
keluarga an -    Factor yang
tentang penyakit
memanfaatkan perawata mempengaruhi -    Factor yang
gatalnya
fasilitas kesehatan n mempengaruh
-    Cara
terhadap -    Menggunkan
pencegahan -    Cara
anggota fasilitas
Psikomot pencegahan
keluarga kesehatan merawat y -    Penataksanaa
ang sakit or n -    Penataksanaa
yang
sakit dan n
-    Melakukan diet
tidak untuk mengurangi
terjadi gatal yang diderita
komplika Membawa
Membawa
si keluarga yang
keluarga yang
sakit ke sakit ke
pelayanan pelayanan
kesehatan kesehatan.

Anjurakan untuk
mengompres
dengan air
hangat minimal
2 kali sehari.

Anjurkan untuk
membersihkan
luka dengan
cairan
disinfektan

Anjurkan untuk
mengkompres
dengan rivanol

Menganjurakan
untuk
menggunkan
sabun anti
septic.

D.    Implementasi

Diagnosa Pelaksanaan

Ketidakefektifan 1.      Mengkaji kondisi klien


managemen regimen
2.      Mengkaji respon klien dengan adanya luka pada kakinya.
terapeutik keluarga
berhubungan 3.      Mendiskusikan tentang apa yang membuat gambaran diri klien
dengan ketidakmampuan terganggu
keluarga mengenal
masalah, 4.      Memberi penjelasan tentang luka yang terjadi.
Ketidakmampuan 5.      Memberikan pengertian tentang DM
keluarga mengambil
keputusan 6.      Menjelasakan efek makanan dan patofisiologi DM
ketidakmampuan 7.      Menganjurkan  untuk membatas pemakaian gula
keluarga merawat
anggota keluarga yang 8.      Menganjurkan untuk di periksakan ke pelayanan kesehatan
sakit, ketidakmampuan
9.      Menganjurkan untuk jalan hati-hati agar tidak menimbulkan luka
keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan pada kaki.

10.  Mengingatkan kembali makanan yang boleh di komsumsi dan tidak


boleh di komsusmsi

Resiko terjadinya 1.      Mengkaji kondisi klien


peningkatan
2.      Memeriksa kakinya yang terasa gatal
ketidaknyamanan
berhubungan dengan 3.      Menganjurkan untuk mengkompres dengan air hangat
Ketidakmampuan
keluarga merawat 4.      Menganjurkan untuk memilih makanan yang tidak menimbulkan
anggota yang sakit, semakin parah lukanya
ketidakmampuan 5.      Mengingatkan untuk mengkompres dengan air hangat
keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan 6.      Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.

7.      Mengingatkan untuk mengkompres dengan air hangat

8.      Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.

9.      Memberikan obat-obatan untuk merawat gatal-gatalnya.

10.  Mengajarkan dan mendemonstrasikan perawatan gatalnya


(mengajarkan pemakaian obatnya)

11.  Memberitahu makanan yang boleh di komsumsi dan yang tidak boleh


di komsumsi dengan sakit gatalnya.

5.      Evaluasi

Diagnosa Evaluasi

Ketidakefektifan managemen S : Ny. S mengatakan kalau kakinya tidak sembuh-


regimen terapeutik keluarga sembuh dan tersa gatal
berhubungan
O : Ny. S mengatakan tidak tahu tentang kondisi
dengan ketidakmampuan keluarga
kakinya, tidak mau berobat ke pelayanan kesehatan,
mengenal masalah,
terdapat luka kering di kaki nya dengan warna
Ketidakmampuan keluarga
kehitam-hitaman.
mengambil keputusan
ketidakmampuan keluarga merawat A : Masalah belum teratasi
anggota keluarga yang sakit,
ketidakmampuan keluarga P : Beri penguatan positif, lanjutkan intervensi.
memanfaatkan fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya peningkatan S : Ny. S mengatakan sudah lama kurang lebih 1 bulan
ketidaknyamanan berhubungan menerita gatal-gatal. Ny. S akan mengkompres kakinya
dengan Ketidakmampuan keluarga dengan air hangat.
merawat anggota yang sakit,
O : Kedua kaki tampak kehitam-
ketidakmampuan keluarga
hitaman, Ny. S menggaruk dan mengelus-elus
memanfaatkan fasilitas kesehatan
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme
karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan
insulin. Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).

Faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia adalah Umur yang
berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin, Umur yang berkaitan
dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler, Obesitas, banyak
makan, Aktivitas fisik yang kurang, Penggunaan obat yang bermacam-macam, Keturunan,
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress.

Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan terjadinya komplikasi lanjut pada penderita
diabetes terutama lansia.

B.     Saran

1.      Dengan mengetahui asuahan keperawatan pada penderita diabetesmelitus pada lansia kita
dapat melakukan pencegahan agar penyakityang timbul tidak menuju keparahan

2.      Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya perubahanfungsi fisiologis
maupun psikologisnya untuk mengantisipasi.

3.      komplikasi maupun kegawat daruratan pada penderita DM sepertihipoglikemi maupun


respon stres yang timbul pada lansia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati.
Jakarta : EGC, 1999.

Ikram, Ainal,  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek


Maryunani. Jakarta:EGC, 1997.

Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri
Asuhan Keperawatan.  Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih,
Jakarta : EGC, 2002.

Anda mungkin juga menyukai