Anda di halaman 1dari 13

ACUTE CORONARY

SYNDROME
( ACS )
OLEH :
KELOMPOK 16

1. RIRIN ARISKA
2. NOVRI DELLA MARDIYAH
3. DONI ALI GUNAWAN
4. SERI ROMAYANTI
A. DEFENISI

Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan yang diakibatkan oleh
gangguan pada pembuluh darah Koroner yang bersifat progresif, terjadi perubahan
secara tiba-tiba dari stabil menjadi tidak stabil. (Susilo, 2013; Oktavianus & Sari,
2014)

Sindrom Koroner Akut adalah suatu kadaan gawat darurat jantung dengan
manifestasi klinik brupa perasaan tidak enak didada atau gejala- gejala lain sehingga
akibat dari iskemia miokard. Sindrom Koroner Akut adalah istilah untuk tanda-tanda
klinis dan gejala iskemia miokard: angina tidak stabil, non ST segmen elevasi infark
miokard, dan elevasi ST segmen infark myocard. Sindrom Koroner Akut merupakan
satu dari tiga penyakit pembuluh darah arteri koroner, yaitu: STEMI, non STEMI dan
unstable angina pectoris. (mulyadi, 2015)
B. PREVALENSI
 Global
Data WHO menunjukkan akibat penyakit kardiovaskular, terjadi 4 juta
kematian setiap tahunnya pada 49 negara di benua Eropa dan Asia Utara. Data yang
dikeluarkan oleh American Heart Association (AHA) pada tahun 2016 menyebutkan
15,5 juta warga Amerika memiliki penyakit kardiovaskular.

 Indonesia
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan bahwa secara
nasional terdapat 0,5% prevalensi penyakit jantung koroner yang didiagnosis dokter.
Prevalensi tersebut paling tinggi di provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, DKI
Jakarta dan Aceh.
Di provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008-2009 berdasarkan Jakarta Acute
Coronary Syndrome Registry, terdapat 2103 pasien sindroma koroner akut dan 654
di antaranya adalah ST elevation myocardial infarction (STEMI).
C. ETIOLOGI
a) Faktor Penyebab b. Hipoksemia
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang c. Polisitemia
disebabkan oleh 3 faktor :
• Faktor pembuluh darah : 2. Curah jantung yang meningkat :
a. Aterosklerosis. a. Aktifitas berlebihan
b. Spasme b. Emosi
c. Arteritis c. Makan terlalu banyak
• Faktor sirkulasi : d. Hypertiroidisme
a. Hipotensi
b. Stenosis aorta 3. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
c. Insufisiensi a. Kerusakan miocard
• Faktor darah : b. Hypertropi miocard
a. Anemia c. Hypertensi diastolic
Next…
b). Faktor Predisposisi c) Faktor resiko yang dapat diubah

Faktor resiko biologis yang tidak dapat 1. Mayor :


diubah : • Hiperlipidemia
1. Usia > 40 tahun • Hipertensi
2. Jenis kelamin : insiden pada pria, sedangkan • Merokok
pada wanita meningkat setelah menopause • Diabetes
3. Hereditas • Obesitas
4. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam. • Diet tinggi lemak jenuh, kalori
2. Minor:
• Inaktifitas fisik
• Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif,
ambisius, kompetitif).
• Stress psikologis berlebihan.
D. PATOFISIOLOGI
E. PENATALAKSANAAN
1. Umum • Trombolitik Terapi Pemberian Trombolitik terapi
• Pasien dianjurkan istirahat total hanya pada Infrak dengan Gelombang Q (ST
• Pasien puasa 4-6 jam, setelah pasien tidak ada elevasi),sedang pada infark non Q dan APTS
keluhan nyeri dada dapat diit cair tidak ada manfaat pemberian trombolitk.
• Segera pasang IV line • Heparin UFH (unfraksional heparin), risiko
perdarahan memerlukan monitor APTTT,dosis
• Oksigen
bolus 5000 IU,diikuti dengan infus 1000 IU/jam
• Nitral (cedocard) sublingual (2-2,5 x nilai APTT baseline). Low Molucle
• Nitrogliserin oral atau infus (drip) Weight Heparin (LMWH) lebih aman, risiko
• Aspirin 160 mg dikunyah perdarahan kecil dan tidak memerlukan
• Pain killer (Morphine/Petidine) pemantauan APTT. Dosis sesuai dengan berat
• Penderita dirawat di CVCU/ICCU, memerlukan badan, 1 mg/kgBB.
monitor ketat • Platelet Gliko Protein (GP) Iib/IIIa reseptor
Bloker. Digunakan untuk pencegahan pembekuan
darah lebih lanjut, fibrinolysis endogen dan
2. Khusus
mengurangi derajat stenosis.
• B Bloker Mengurangi konsumsi oksigen. Pilihan
• Primary dan Rescue PTCA Di senter-senter yang
pada B Bloker non ISA. KI pada AV blok ,Asma
fasilitas cath-lab dan tenaga ahli yang
Bronkial, Severe LHF. Pemberian B bloker dapat
lengkap ,jarang memberikan trombolitik biasanya
menurunkan progresif AKS sekitar 13 %.
penderita langsung didorong ke kamar
• ACE Inhibitor Hari pertama serangan, mampu cateterisasi untuk dilakukan PTCA, dan pada
menurunkan mortalitas fasca infark. mereka yang gagal dalam pemberian trombolitk
• Lipid Lowering Terapi (atorvastatin ) dilakukan rescue PTCA.
F.TINJAUAN JURNAL (INTERVENSI)
• Judul : Pengaruh Mendengarkan Murattal Surat Ar-Rahman Terhadap Kualitas Tidur Pasien
Sindrom Koroner Akut
• Penulis : Ahmad Pujianto, Titis Kurniawan, Helwiyah Ropi
• Terbitan : Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
• Volume : Volume 11 Nomor 1, Januari 2020
• Rangkuman :

Kualitas tidur yang buruk pada pasien kritis, termasuk pasien dengan SKA dapat
menimbulkan beberapa dampak negatif, di antaranya adalah gangguan fisiologis di dalam
tubuh, baik berupa stimulasi kardiovaskular, peningkatan sekresi asam lambung, stimulasi
kelenjar pituitary dan adrenal, supresi sistem imunitas, memperlambat proses penyembuhan
luka, dan kemungkinan bisa menyebabkan delirium, agitasi, kebingungan, dan psikosis.
Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien dengan SKA sangat penting.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kualitas tidur pada pasien SKA
di ruang rawat intensif jantung setelah mendengarkan murattal Al-Quran Surat Ar-rahman.
Terdapat sebanyak 36 responden diambil dengan purposive sampling yang kemudian dibagi
menjadi kelompok intervensi dan kontrol masing-masing 18 responden. Kelompok intervensi
diberikan intervensi mendengarkan murattal Al-Quran Surat Ar-Rahman selama 15 menit
menjelang tidur malam. Hasil menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna rerata skor
kualitas tidur pada kelompok intervensi antara sebelum (61,38) dan setelah pemberian
intervensi (66,06) (p=0,001), maupun pada rerata peningkatan kualitas tidur antara kelompok
intervensi (5,76) dan kontrol (0,68) (p=0,001).

Intervensi mendengarkan murattal Al Quran Surat Ar-Rahman dapat menimbulkan efek


relaksasi sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur. Intervensi mendengarkan murattal Al
Quran Surat Ar-Rahman berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kualitas tidur
pasien dengan SKA, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai salah salah satu intervensi
keperawatan dalam usaha meningkatkan kualitas tidur pada pasien SKA, di samping terapi
farmakologi sebagai terapi standar.
Mengapa Acute Coronary Syndrome (ACS)
termasuk kondisi kritis ?

ACS termasuk dalam kondisi kritis karena ACS adalah kondisi


darurat yang dapat mengancam nyawa. ACS terjadi ketika aliran darah
menuju jantung berkurang secara drastis atau tiba-tiba. Saat terjadi
peristiwa ini dapat menyebabkan sejumlah kondisi pada jantung dan
memerlukan penanganan medis segera agar tidak menimbulkan
kematian.
DAFTAR PUSTAKA

• Hudak & Gallo, (1997), Keperawatan Kritis : suatu pendekatan holistic, EGC, Jakarta
• American Heart Association, 2013. Heart Disease an Stroke Statistic. Circulation.
Diperoleh 30 Juni 2018
• Sanchis-gomar F, Perez-quilis C, Leischik R, Lucia A, Epidemiology of coronary heart
disease and acute coronary syndrome. Ann Transl Med [Internet]. 2016;4(13):1-12.
available from : http://dx.doi.org/10.21037/atm.2016.06.33
• Pujianto, A., Titis, K., & Helwiyah R. (2020). Pengaruh Mendengarkan Murattal Surat
Ar-Rahman Terhadap Kualitas Tidur Pasien Sindrom Koroner Akut. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes, 11, 55-60.
• https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/1321/KIAN%20JODI%20SETIAW
AN%20S.Kep.pdf?sequence=1&isAllowed=y
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai