Anda di halaman 1dari 17

219

RSUD
SEKARWANGI

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUD Sekarwangi
Jl. Siliwangi
No. 49
Cibadak-
Sukabumi

HIPERTENSI
ICD 10 : 110-115

1. Pengertian Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah (TD) sama atau
(definisi) melebihi 140 mmHg sistolik dan/atau sama atau lebih dari 90
mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang minum obat
antihipertensi.
2. Anamnesa Anamnesis meliputi:
1. Durasi hipertensi
2. Riwayat terapi hipertensi sebelumnya dan efek sampingnya
bila ada
3. Riwayat hipertensi dan kardiovaskular pada keluarga
4. Kebiasaan makan dan psikososial
5. Faktor risiko lainnya: kebiasaan merokok, perubahan berat
badan, dislipidemia,diabetes, inaktivitas fisik
6. Bukti hipertensi sekunder: riwayat penyakit ginjal, perubahan
penampilan, kelemahan otot [palpitasi, keringat berlebih,
tremor), tidur tidak teratur, mengorok, somnolen di siang hari,
gejala hipo- atau hipertiroidisme,riwayat konsumsi obat yang
dapat menaikkan tekanan darah
7. Bukti kerusakan organ target: riwayat TIA, stroke, buta
sementara, penglihatan kabur tiba-tiba, angina, infark miokard,
gagal jantung, disfungsi seksual

3. Pemeriksaa 1. Pengukuran tinggi dan berat badan, tanda-tanda vital


n Fisik 2. Metode auskultasi pengukuran TD:
Semua instrumen yang dipakai harus dikalibrasi secara rutin
untuk memastikan keakuratan hasil.
Posisi pasien duduk di atas kursi dengan kaki menempel di
lantai dan telah beristirahat selama 5 menit dengan suhu
ruangan yang nyaman.
Dengan sfigmomanometeL oklusi arteri brakialis dengan
pemasangan cuff di lengan atas dan diinflasi sampai di atas
TD sistolik. Saat deflasi perlahan-lahan,suara pulsasi aliran
darah dapat dideteksi dengan auskultasi dengan stetoskop tipe
bell/genta di atas arteritepat dibawah cuff.
Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan
darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2
kali kunjungan atau lebih dengan menggunakan cuff
Tekanan sistolik = suara fase 1 dan tekanan diastolik = suara
fase 5.
Pengukuran pertama harus di kedua sisi lengan untuk
menghindarkan kelainan pembuluh darah perifer
Pengukuran tekanan darah pada waktu berdiri diindikasikan
pada pasien dengan risiko hipotensi postural (lanjut usia,
pasien DM, dll)
3. Palpasi leher apabila terdapat pembesaran kelenjar tiroid
4. Palpasi pulsasi arteri femoralis, pedis
220

Auskultasi bruit karotis, bruit abdomen


5. Funduskopi
6. Evaluasi gagal jantung dan pemeriksaan neurologis

4. Kriteria
Diagnosis

5. Diagnosis Tekanan darah > 140/90 mm Hg pada kali pengkuruan dalam


Interval waktu 1-2 minggu atau 2 hari berturut-turut apabila
penderita dirawat
6. Diagnosis Peningkatan tekanan darah akibat white coat hypertension,rasa
Banding nyeri, peningkatan tekanan intraserebral, ensefalitis, akibat obat,
dll
7. Pemeriksaa Urinalisis, tes fungsi ginjal, ekskresi albumin, serum BUN,
n kreatinin, gula darah, elektrolit, profil lipid, foto toraks, EKG;
Penunjang sesuai penyakit penyerta: asam urat, aktivitas renin plasma,
aldosteron, katekolamin urin, USG pembuluh darah besa6, USG
ginjal, ekokardiografi
8. Terapi Terapi non-farmakologis terdiri dari :
 Menghentikan merokok
 Menurunkan berat badan berlebih
 Menurunkan konsumsi alkohol berlebih
 Latihan fisik
 Menurunkan asupan garam
 Meningkatkan konsumsi buah dan sayur
 Menurunkan asupan lemak

Terapi farmakologis:
1. Pemberia B-blocker pada pasien unstable angina / non-ST
elevated myocardial infark [NSTEMI) atau STEMI harus
memperhatikan kondisi hemodinamik pasien. B-blocker
hanya diberikan pada kondisi hemodinamik stabil.
2. Pemberian angiotensin convertin enzyme inhibitor (ACE-l)
atau angiotensin receptor blocker (ARBI pada pasien
NSTEMI atau STEMI apabila hipertensi persisten, terdapat
infark miokard anteriol disfungsiventrikel kiri, gagal
jantung, atau pasien menderita diabetes danpenyakit ginjal
kronik
3. Pemberian antagonis aldosteron pada pasien disfungsi
ventrikel kiri bila terjadi gagal jantung berat (misal gagal
jantung New York Heart association/NYHA kelas III-lV
atau fraksi ejeksi ventrikel kiri <40% dan klinis terdapat
gagal jantung)
4. Kondisi khusus lain:
a. Obesitas dan sindrom metabolik Terdapat 3 atau lebih
keadaan berikut : lingkar pinggang laki-laki >102 cm atau
perempuan >89 cm, toleransi glukosa terganggu dengan
gula darah puasa 110 mg/dl, tekanan darah minimal 130/85
mmHg, trigliserida tinggi 150 mg/dl, kolesterol HDL
rendah <40 mg/dl pada laki-laki atau <50 mg/dl pada
perempuanJ ) modifikasi gaya hidup yang intensif dengan
pilihan terapi utama golongan ACE-1. Pilihan lain adalah
221

ARB, CCB.
b. Hipertrofi ventrikel kiri
Tatalaksana agresif termasuk penurunan berat badan dan
restriksi garam. Pilihan terapi: dengan semua kelas
antihipertensi. Kontraindikasi: vasodilator langsung,
hidralazin dan minoksidil
c. Penyakit arteri perifer: semua kelas anti hipertensi,
tatalaksana faktor risiko lain, dan pemberian aspirin.
d. Lanjut usia (> 65 tahun). Identifikasi etiologi lain yang
bersifat ireversibel . Evaluasi kerusakan organ target.
Evaluasi penyakit komorbid lain yang mempengaruhi
prognosis. Identifikasi hambatan dalam pengobatan. Terapi
farmakologis: diuretik thiazid finisial), CCB.
e. Kehamilan.Pilihan terapi: metildopa, B-blocker: dan
vasodilator. Kontraindikasi:ACE-I dan ARB.)

9. Komplikasi Hipertrofi ventrikel kiri, proteinuria dan gangguan fungsi ginjal,


aterosklerosis pembuluh darah, retinopati, stroke atau TIA, infark
miokard, angina pektoris, gagal jantung.
10. Prognosis Dubia ad bonam
11. Tingkat IV
Evidens
12. Tingkat A
Rekomend
asi
13. Penelaaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Lama Maksimal 7 hari
Perawatan
16. Kepustakaa 1. Kotchen T. Hypertensive vosculor diseose. In: Longo DL,
n Fouci AS, Kosper DL, Houser SL, Jomeson JL, Loscolzo J.
Honison's Principles of Internol Medicine. l8rh Edition. New
York: McGrow-Hill; 20l2.holomon
2. Victor R. Arteriol hypertension. ln: Goldmon, Ausiello. Cecil
Medicine. 23'd Edition. Philodelphio:Sounders, Elsevier;
2008.
3. Chobonion AV et ol: The Seventh Report of the Joint
Notionol Committee on Prevention, Detection, Evoluotion,
ond Treotment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report.
JAMA. 2003;289:2560.
4. O'Brien E, Asmor R, Beilin L, et ol. Proctice guidelines of the
Europeon Society of Hypertension forclinic, ombulotory ond
self blood pressure meosurement. J Hypertens 2005;23:697-
701 .
5. Pickering TG, Holl JE, Appel LJ, et ol. recommendotions for
blood pressure meosurement in humons ond experimentol
onimols porl 1 : blood pressure meosurement in humons o
stotement for professionols from the Subcommittee of
Professionol ond Public Educotion of the Americon Heort
Associotion Council on High Blood Pressure Reseorch. AHA
Scientific Stotement. Hypertension. 2005:45:1 42-61 .
6. Rosendorff C, Block H, Connon C, et ol. Treotment of
hypertension in the prevention ond monogement of ischemic
heort diseose. Circulotion. 2007 :1 1 5:27 61 -88.
7. Aronow W, Fleg JL, Pepine CJ, et ol. ACCF/AHA 201 1
Expert Consensus Document on Hypertension in the Elderly. J
Am Coll Cordiol.2011:57:2037-114.
8. Psoty BM, Smith NL, Siscovick DS, et ol. Heolth outcomes
222

ossocioted with ontihypertensives theropies used os first line-


ogent. A systemotic review ond meto-onolysis. JAMA.
1997:277:739-45

Mengetahui/Menyetujui ………., Juli 2017


Komite Medis Kepala SMF Dalam

(…………………….) (………………………….)

RSUD PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


SEKARWANGI DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
223

RSUD Sekarwangi

Jl. Siliwangi No. 49


Cibadak-Sukabumi
PENYAKIT GINJAL AKUT
Kode : ICD.10. N17

1. Pengertian Penurunan mendadak fungsi ginjal (dalam 48 jam) yg


(definisi) ditandai dg peningkatan kadar kreatinin serum sebesar ≥
0,3 mg/dl (≥ 26 mmol/l) atau kenaikan kreatinin > 1,5 kali
(>50%) bila dibandingkan kadar sebelumnya atau
penurunan urine output menjadi < 0,5 cc/jam selama lebih
dari 6 jam

2. Anamnesa  Keluhan BAK sedikit sampai dengan Oliguria/ Anuria


 Sindrom uremik : mual, rnuntah, penurunan kesadaran
sampai coma, kejang-kejang, pernafasan kussmaul

3. Pemeriksaan Sindrom uremik : penurunan kesadaran sampai coma,


Fisik kejang-kejang, pernafasan kussmaul

4. Kriteria 1. Berdasarkan adanya gejala-gejala klinik dan adanya


Diagnosis faktor penyebab dari terjadinya PGA pada anamnesa
2. Laboratorium :
Rutin, Kimia (Ureum,Kreatinin, Asam Urat, Natrium,
Kalium), Urin rutin, Ratio natrium urin
3. Pemeriksaan penunjang :
- Rontgen Thorax, BNO
- USG Ginjal/ Saluran Kemih (TUG)

5. Diagnosis Penyakit Ginjal Akut

6. Diagnosis 1. Episode akut pada penyakit ginjal kronik


Banding
1. Rontgen Thorax, BNO
7. Pemeriksaan
2. USG Ginjal/ Saluran Kemih
Penunjang
8. Terapi 1. Tentukan jenis PGA
2. Atasi faktor etilogi
3. PGA renal/NTA .
- Rehidrasi bila ditemukan tanda-tanda dehidrasi
- Fase oliguria manitol 20% sebanyak 100-200 cc
perdrip atau furosemid 80 mg IV untuk mencoba
diuresis
- Infus cairan. Jumlah cairan yang diberikan
berdasarkan jumlah urine 24 jam, sebelumnya ±
500 cc (IWL)
4. Diet rendah protein 0,6 - 0,75/kg BB/hari
5. Jumlah kalori secukupnya (30 gr/kgBB)
6. Garam dibatasi
7. Monitor intake -output cairan tiap hari
8. Bila disertai komplikasi
9. Hiperkalemia (K + meq/l : Bic Natrium IV, Ca gluconas
10% IV, RI 5-8 unit dalam dextrose 40% 1 flash bolus
pelan-pelan
10. Na/Ca polisterene sulfona
11. Hipertensi
- Anti hipertensi
224

- Obat antihipertensi: B blocker. Alfa blocker, Ca-


- antagonis, clonidine, Acel (hati-hati)/ dilantin
(difenil hidantoin)
- Kejang-kejang : Valium 10 mg IV
- Infeksi : antibiotik ampisilin/amoksilin/sefalosporin
- Gagal jantung : furosemid IV
- Hemodialisis bila konservatif gagal / kondisi
memburuk
- Fase poliuria : jaga keseimbangan cairan &
elektrolit

9. Edukasi 1. Keseimbangan cairan

10. Prognosis Tergantung penyebab


- PGA prerenal
- PGA renal / NTA bisa sembuh
- PGA post renal hilangkan penyebab
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Dr, Ian effendi, SpPD, KGH
2. Dr. Zulkhair Ali, SpPD, KGH
3. Dr. Novadian, SpPD KGH
4. Dr. Suprapti,SpPD
14. Indikator Medis Ureum, kreatinin dan uri output

15. Lama 10 hari


Perawatan
16. Kepustakaan 1. KDIGO 2012
2. Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Mengetahui/Menyetujui ………., Juli 2017


Komite Medis Kepala SMF Dalam

(…………………….) (………………………….)

RSUD PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


SEKARWANGI DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
225

RSUD Sekarwangi

Jl. Siliwangi No. 49


Cibadak-Sukabumi

PENYAKIT GINJAL KRONIK


Kode : ICD.10. N18

1. Pengertian 1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi > 3 bulan,


(definisi) berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau
tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan
manifestasi:
- Kelainan patologis
- Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan
dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan
dalam tes pencitraan (imaging test
2. Laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60 ml.menit/1,73m2
selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal
3. Umumnya irreversibel

2. Anamnesa  Pada insufisiensi ginjal/PGK ringan tidak dijumpai


adanya keluhan apa apa
 Pada PGK sedang/ berat dapat dijumpai
Keluhan : rasa lemah, cepat lelah, nafsu makan kurang,
mual-mual/muntah - muntah, sukar tidur, sesak napas,
gangguan konsentrasi, kejang- kejang

3. Pemeriksaan Kelainan jasmani : pucat, kulit kering, hipertensi


Fisik sampai kedecompensasio kordis, pernafasan kusmual,
sindroma uremikum, kesadaran menurun, sampai coma.

4. Kriteria 1. Berdasarkan adanya gejala-gejala klinik


Diagnosis 2. Laboratorium :
Rutin, Kimia (Ureum,Kreatinin, Asam Urat,
Calcium, Fosfat, Gangguan Elektrolit dan Asam
basa
3. Pemeriksaan penunjang :
- Rontgen Thorax, BNO
- USG Ginjal/ Saluran Kemih
- EKG
- Ekokardiografi
- Klirens kreatinin

5. Diagnosis Derajat Keparahan berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus


(LFG) ;
 Derajat 1 : LFG ≥ 90 ml/menit
 Derajat 2 : LFG 60 - 89 ml/menit
 Derajat 3a : LFG 45 - 59 ml/menit
 Derajat 3b : LFG 30 - 44 ml/menit
 Derajat 4 : LFG 15 - 30 ml/menit
 Derajat 5 : LFG ≤ 15 ml/menit
6. Diagnosis Penyakit Ginjal Akut
Banding
7. Pemeriksaan 1. Rontgen Thorax, BNO
Penunjang 2. USG Ginjal/ Saluran Kemih
3. EKG
4. Ekokardiografi
226

5. Klirens kreatinin
6. Anemia (Fe, SI-TIBC, Feritin)
7. Tulang (PTH, Ca, Fosfor)
8. HbSAg, anti HIV, Malaria, ASTO, ANA, dsDNA, C3,
C4
8. Terapi 1. Konservatif apabila klirens kreatinin iebih dari 10 ml/mnt
Umum :
 Diet rendah protein 0,6-0,75 gr/kgBB/hari,
rendah fosfat cukup kalori
 Intake cairan : jumlah urin sehari sebelumnya
ditambah 500 cc (24 jam)
 Vitamin-vitamin yang mengandung B
compleks, B 12, 131, B6
 Usahakan untuk menemukan serta
mermperbaiki faktor-faktor yang memperburuk
faal ginjal seperti infeksi obstruksi, gangguan
elektrolit, keseimbangan asam basa, dehidrasi,
kelainan kardiovaskuler.
Khusus:
Bila ada komplikasi :
 GIT : metoclopramide/procholoferazine bila
ada mual, gol proton pump/ PPI bila ada
gastritis/ulkus
 Anemia: - transfusi
- preparat Fe, B12, asam folat
- eritopoeitin
- transfusi darah
 Hipertensi : pembatasan cairan, obat
antihipertensi calcium antagonis, alfa
blocker, beta blocker clonidine
 Gagal jantung : - batasi cairan, diuretik,
dialisis
 Bila ada komplikasi:
 Gangguan tulang : - diet rendah fosfat,
calcium calsitrial (1,25 - dihydrasi vit D)
(PTH, Ca, Fosfat)
 Metabolik asidosis : - Bicarbonat Natrium
tablet atau infus
 Hiperkalemia : - batasi intake kalium dengan
pemberian catian exchange resin ba/K
polysterene sulfon, jika terjadi aritmia
Bicarbonat Natrium IV, Ca glukonas 10%
(10-20 cc) IV diberikan secara drip
 Gatal-gatal : diet rendah fosfat, antihistamin

2. Terapi substitusi ; Bila klirens kreatinin < 5 ml/mnt


atau < 10 ml/mnt dengan adanya komplikasi
 Terapi pengganti ginjal
Hemodalisis, peritoneal dialisis, transplantasi
227

ginjal
9. Edukasi - Batasi Intake Cairan
- Kurangi makan buah berair yang segar
- Jika sudah menjalani terapi pengganti ginjal, diet
boleh bebas protein, 1-1,2 gr/kgBB/hari

10. Prognosis Dubia


11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Dr, Ian effendi, SpPD, KGH
2. Dr. Zulkhair Ali, SpPD, KGH
3. Dr. Novadian, SpPD KGH
4. Dr. Suprapti,SpPD
14. Indikator Medis Evalusi Hemoglobin, SI, TIBC, Fe, Elektrolit, Ureum ,
Kreatinin

15. Lama
Perawatan
16. Kepustakaan 1. KDIGO 2012
2. Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Mengetahui/Menyetujui ………., Juli 2017


Komite Medis Kepala SMF Dalam

(…………………….) (………………………….)

RSUD PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


SEKARWANGI DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
228

RSUD Sekarwangi

Jl. Siliwangi No. 49


Cibadak-Sukabumi

SISTITIS
Kode : ICD. N30

1. Pengertian Infeksi kandung kemih oleh mikroorganisme


(definisi)
2. Anamnesa Nyeri BAK, sering BAK atau baik dorongan untuk BAK
(atau keduanya), demam, BAK sedikit-sedikit

3. Pemeriksaan Nyeri tekan suprapubik


Fisik
4. Kriteria 1. Kultur urin
Diagnosis 3. Leukosit esterase dipstick positif
4. Leukosit urin > 5/LPB
5. Protein urin (+)
6. Nitrit urin (+)
5. Diagnosis  Berdasarkan gejaia klinis
 Pemeriksaan laboratorium darah: leukositosis, LDE
meningkat; urine: proteinuria, sedimen, banyak lekosit,
bakteriuria
 Kultur urin: Melalui kateter/urin midstream: >10 5
bakteri/cc
6. Diagnosis 1.Uretritis
Banding 2. Pyelonefritis
3. Vaginitis
7. Pemeriksaan 1. Kultur Urin.
Penunjang 2. Urinalisa
3. Leukosit , Hitung jenis, LED

8. Terapi 1. Trimethoprim/sulfamethoxazole* 2 x 160 mg/800 mg


selama 7 hari
2. Ciprofloxacin 2 x 250 mg selama 3 hari
3. Levofloxacin 1 x 250 mg selama 3 hari
4. Amoxicillin-clavulanate 2 x 500 mg/125 mg selama 3 -
7 hari
9. Edukasi - Banyak minum
- Jangan menahan kencing

10. Prognosis - Baik


- Bisa terjadi relaps
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Dr, Ian effendi, SpPD, KGH
2. Dr. Zulkhair Ali, SpPD, KGH
3. Dr. Novadian, SpPD KGH
4. Dr. Suprapti,SpPD
229

14. Indikator Medis


15. Lama 7 hari
Perawatan
16. Kepustakaan 1. Hooton TM, Roberts PL, Cox ME, Stapleton AE.
Voided midstream urine culture and acute cystitis in
premenopausal women. N Engl J Med. Nov 14
2013;369(20):1883-91. [Medline].
2. L. Urinary Infections: Report Offers Long-Needed
Clarity. Medscape [serial online]. Available at
http://www.medscape.com/viewarticle/814305.
Accessed November 18, 2013.
3. [Guideline] Gupta K, Hooton TM, Naber KG, et al.
International clinical practice guidelines for the
treatment of acute uncomplicated cystitis and
pyelonephritis in women: A 2010 update by the
Infectious Diseases Society of America and the
European Society for Microbiology and Infectious
Diseases. Clin Infect Dis. Mar 2011;52(5):e103-20.
4. [Guideline] Wagenlehner FM, Schmiemann G, Hoyme
U, Fünfstück R, Hummers-Pradier E, Kaase M, et al.
[National S3 guideline on uncomplicated urinary tract
infection: recommendations for treatment and
management of uncomplicated community-acquired
bacterial urinary tract infections in adult patients].
Urologe A. Feb 2011;50(2):153-69

Mengetahui/Menyetujui ………., Juli 2017


Komite Medis Kepala SMF Dalam

(…………………….) (………………………….)

RSUD PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


230

SEKARWANGI DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM


RSUD Sekarwangi

Jl. Siliwangi No. 49


Cibadak-Sukabumi

SINDROMA NEFROTIK
Kode : ICD.10. N.04

1. Pengertian Suatu kumpulan gejala yang terdiri atas proteinuria masif >
(definisi) 3,5 g/ 24 jam, edema anasarka, hipo albuminemia,
hiperkolesterolemia, lipiduria

2. Anamnesa Bengkak seluruh tubuh secara perlahan, buang air kecil


berbusa
3. Pemeriksaan Edema anasarka, efusi pleura , ascites
Fisik
4. Kriteria 1. Proteinuria massif
Diagnosis 2. Edema anasarka
3. Hipoalbuminemia

5. Diagnosis  Anamnesis : bengkak seluruh tubuh, buang air kecil


keruh/ berbusa
 Pemeriksaan fisik : edema anasarka, asites
 Laboratorium : proteinuria massif >3,5 gram/24jam,
hipoalbumin /hiperkolesterolemia

6. Diagnosis 1. Malnutrisi
Banding 2. Edema dan asites akibat penyakit hati
3. Diagnosis etiologi SN
4. Sindroma nefr itik akut

7. Pemeriksaan 1. Biopsi ginjal


Penunjang 2. Laboratorium - Elektrolit , Profil Lipid (Kolesterol
Total,HDL,LDL, Trigliserida) , Protein Urin Esbach
(protein kuantitatif 24 jam)
3. Urin: ureum -kreatinin ratio
4. USG TUG
5. HbsAg, Malaria, ASTO, HIV, ANA, dsDNA,
C3,C4

8. Terapi  Bila oedema berat penderita dirawat di RS


 Diet:
- Protein dibatasi 0,8 g/kgBB/hari
- Kalori 35 kcal/kgBB/hari
- Garam dibatasi
 Obat
- Diuretik : furosemid, Spiranolactone
- Kortikosteorid : prodnisone/ methylprednisolon
- Sitostatik
- Endoxan bila steroid resisten atau sering relaps
- Mofetil Micofenolat (MMF)
- Hidrocloroquin

Berhenti merokok, diet rendah garam, minum tidak berlebih


9. Edukasi
(seimbang), kurangi aktifitas, istirahat yg cukup
231

10. Prognosis Dubia ad bonam pada SN ec Glomerulonefritis Lesi Minimal


11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Dr, Ian effendi, SpPD, KGH
2. Dr. Zulkhair Ali, SpPD, KGH
3. Dr. Novadian, SpPD KGH
4. Dr. Suprapti,SpPD
14. Indikator Medis

15. Lama perawatan 1 minggu

16. Kepustakaan 1. Neelakantappa K, Gallo GR, Baldwin DS. Proteinuria in


IgA nephropathy. Kidney Int. Mar 1988;33(3):716-21.
[Medline].
2. Haraldsson B, Nyström J, Deen WM. Properties of the
glomerular barrier and mechanisms of proteinuria.
Physiol Rev. Apr 2008;88(2):451-87.
3. Russo LM, Bakris GL, Comper WD. Renal handling of
albumin: a critical review of basic concepts and
perspective. Am J Kidney Dis. May 2002;39(5):899-
919.
4. Norden AG, Lapsley M, Lee PJ, Pusey CD, Scheinman
SJ, Tam FW. Glomerular protein sieving and
implications for renal failure in Fanconi syndrome.
Kidney Int. Nov 2001;60(5):1885-92. [Medline].

Mengetahui/Menyetujui ………., Juli 2017


Komite Medis Kepala SMF Dalam

(…………………….) (………………………….)

RSUD PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


232

SEKARWANGI DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM


RSUD Sekarwangi

Jl. Siliwangi No. 49


Cibadak-Sukabumi

PIELONEFRITIS AKUT
KODE : ICD10. .N03

1. Pengertian Infeksi akut dari jaringan ginjal


(definisi)

2. Anamnesa  Sakit di daerah pinggang


 Demam, sering disertai menggigil
 Mual, muntah, disuria, poliuria

3. Pemeriksaan Palpasi abdomen :


Fisik - Nyeri tekan di daerah lumbal
- Nyeri ketok costo-vertebral

4. Kriteria 1. Berdasarkan gejala-gejala klinik


Diagnosis 2. Laboratorium rutin : darah lekositosis, LED, urin
sedimen lekosit banyak
3. Khusus : biakan urin terdapat bakteriuri bermakna (>
100.000 kuman/cc)

5. Diagnosis - Berdasarkan gejala – gegala klinik


- Laboratorium rutin : darah lekositosis, urin sedimen
lekosit banyak
- Khusus : biakan urin terdapat bakteriuri bermakna
(>100.00 kuman/cc)

6. Diagnosis 1. Pankreatitis
Banding 2. Basal pneumonia
3. Appendicitis
4. Cholesistitis

7. Pemeriksaan 1. Rontgen BNO


Penunjang 2. USG ginjal / saluran kemih

8. Terapi 1. Istirahat
2. Minum banyak  2000 – 3000 cc / 24 jam
3. Bakteriologi urine / kultur dan resistensi tes urin
4. Antibiotik secara empiris

9. Edukasi 1. Minum banyak  2000 – 3000 cc/24 jam

10. Prognosis Bisa sembuh sempurna


11. Lama 10 hari
Perawatan
12. Tingkat Evidens I/II

13. Tingkat
Rekomendasi
14. Penelaah Kritis 1. Dr, Ian effendi, SpPD, KGH
2. Dr. Zulkhair Ali, SpPD, KGH
3. Dr. Novadian, SpPD KGH
233

4. Dr. Suprapti,SpPD
15. Indikator Medis Kultur dan resistensi MO urin

16. Kepustakaan Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam PAPDI

Mengetahui/Menyetujui ………., Juli 2017


Komite Medis Kepala SMF Dalam

(…………………….) (………………………….)

RSUD PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


234

SEKARWANGI DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM


RSUD Sekarwangi

Jl. Siliwangi No. 49


Cibadak-Sukabumi
SINDROMA NEFRITIS AKUT
ICD 10 : KODE ICD.N00
1. Pengertian Suatu keadaan yang bersifat akut dan difus dari glomerulus
(definisi) atas dasar terjadinya suatu reaksi imunologik

2. Anamnesa - Edema pada kelopak mata terutama pagi hari, biasa


disertai edema tungkai
- Buang air kecil sedikit, berwarna kemerah-merahan
seperti air cucian daging
- Kadang-kadang ada hipertensi

3. Pemeriksaan - Edema palpebra


Fisik - Edema tungkai
- Hipertensi
4. Kriteria 1. Berdasarkan gejala klinik dan laboratorium rutin
Diagnosis 2. Darah rutin : LED meningkat
3. Urin rutin : proteinuria (+) – (++), hematuria RBC >
3/lpb, silinder granular/eritrosit
4. Khusus : titer ASTO ≥ 160 IU, C3-C4 komplemen,
Anti dsDNA, Sel LE
5. Diagnosis Sindroma Nefritis Akut

6. Diagnosis Sindroma nefrotik


Banding
7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan serologi deteksi : Antibodi
Penunjang antistreptokokkus
2. Pemeriksaan histopatologi ginjal

8. Terapi 1. Istirahat (tidak total)


2. Diet rendah garam III, cukup kalori, protein dibatasi
0,8 g/kgBB/hari
3. Diuretik : HCT/ Furosemid bila ada edema
4. Antihipertensi bila ada hipertensi

9. Edukasi Kontrol rutin untuk memantau perkembangan terapi

10. Prognosis Baik untuk sebagian besar penderita (>90%)


11. Lama 7 hari
Perawatan
12. Tingkat Evidens
13. Tingkat
Rekomendasi
14. Penelaah Kritis 1. Dr, Ian effendi, SpPD, KGH
2. Dr. Zulkhair Ali, SpPD, KGH
3. Dr. Novadian, SpPD KGH
4. Dr. Suprapti,SpPD
15. Indikator Medis Titer ASTO ≥ 160 IU, C3-C4 menurun

RSUD PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


SEKARWANGI DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUD Sekarwangi
235

Jl. Siliwangi No. 49


Cibadak-Sukabumi
16. Kepustakaan Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam PAPDI

Mengetahui/Menyetujui ………., Juli 2017


Komite Medis Kepala SMF Dalam

(…………………….) (………………………….)

Anda mungkin juga menyukai