Anda di halaman 1dari 3

PEMASANGAN KATETER TENCKOFF UNTUK DIALISIS PERITONIAL

A. Penempatan kateter tenckof


1. Kateter tenckoff double cuffed swan neck tunneled coiled dipasang ke
arah bawah atau lateral subkutan sebaiknya menggunakan:
a. Anak 3 10 Kg : kateter ukuran anak
b. Anak > 10 Kg : kateter ukuran dewasa
Catatan : kateter single cuffed dapat digunakan untuk bayi < 3 kg
2. Penempatan exit site:
a. Pemasangan pada daerah Belt line harus dihindari
b. Di atas garis tepi popok pada bayi
c. Penempatan sejauh mungkn dari stoma yang lain misalnya gastrostomy,
colostomy, dan urostomi. Kateter pre-sternal swan-neck dapat
dipertimbangkan terutama pada bayi.
d. Penjahitan pada daerah exit site harus dihindari.
e. Cuff superfisial kateter harus ditempatkan 1 2 cm dari exit site
3. Omentektomi parsial dapat dipertimbangkan untuk mengurangi obstruksi
kateter.
4. Hertiotomi elektif dapat dipertimbangkan pada bayi dan pasien dengan
kejadian hernia inguinal atau lainnya sebelum atau saat penempatan kateter.
5. Insersi gastrostomy:
a. Insersi gastrostomy sebelum insersi kateter tenckoff lebih dianjurkan
untuk meminimalkan risiko peritonitis setelah insersi ini diisi dengan
dializat peritoneal.
b. Prosedur operasi untuk insersi gastrostomy diperuntukkan bagi pasien
yang telah menjalani dialisis peritoneal
c. Antibiotik profilaksis dan terapi antifungal diberikan selama pemasangan
gastrostomy
d. Dialisis peritonel dihentikan setidaknya 24 jam setelah pemasangan
gastrostomy
B. Tatalaksana Perioperatif
1. Lakukan screening carier Staphylococcus aureus pada pasien dan yang
merawat. Jika positif, terapi dengan mupirocin nasal ointment selama 5
hari
2. Laxatife preoperatif sebaiknya diberikan terutama pada anak dengan
konstipasi
3. Mandi dengan sabun antiseptik (sabun Octenisan) pada sore hari sebelum
dan pagi hari saat operasi
4. Desmopressin (DDAVP) sebaiknya diberikan on-call di ruang operasi
dengan dosis 0,3 mcg/kgBB (maximum 10 mcg) dalam infus selama 60
menit
5. Antibiotik profilaksis berupa cephalozin intravena 10 mg/kg (maksimum 1
gr) sebagai proteksi terhadap staphylococcus dan streptococcus diberikan
60 menit sebelum insisi untuk pemasangan kateter Tenckhoff. Pemberian
cephalozine diteruskan hingga mencapai 3 dosis. Intraperitoneal
cephalozine dengan dosis 250 mg/L bisa diberikan selama 3 hari bila
dialisis dipercepat
C. Post insersi kateter Tenckhof

1. Cek patensi dan kebocoran cairan pertoneal pada kateter Tenckhoff di


ruang operasi dengan melakukan in-out exchange dengan 10 ml/kg
dialisat (Dianeal 1,5% dengan 500 U/L heparin) sampai cairannya jernih.
Lekatkan set transfer pada kateter Tenckhoff selagi masih di OK
2. Abdominal X ray untuk mengecek posisi kateter Tenckhoff sebelum pasien
dipulangkan
3. Jika memungkinkan, hindari penggunaan kateter setidaknya 2 minggu
setelah pemasangan.
4. Kateter harus diimmobilisasi dengan isolasi atau dressing untuk
mengurangi trauma lokal dan mempercepat penyembuhan exit site.
Penggantian dressing pertama kali sebaiknya dilakukan 1 minggu post
insersi kateter Tenckhoff, kemudian dilakukan tiap minggu setelahnya
sampai luka menyembuh (sampai 6 minggu)
5. Bilas kateter tiap minggu dengan 10 ml/kg dialisat (Dianeal 1,5% dengan
500 U/L heparin) sampai dialisis dimulai
6. Kirim cairan peritoneal untuk hitung jenis dan kultur :
a. Tiap minggu saat flush
b. Pada dialisis peritoneal awal setelah penyembuhan luka pada 2-3
minggu
c. Hari 1, 3 dan 5 jika dialisis peritoneal awal dibutuhkan
D. Tata Cara Dialisis
1. Volume pengisian pada dialisis awal
Fill Volume
Hari Post Insersi

Anak dan Dewasa


(ml/m3 exchange)

1
4
8
10
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4

300
500
800
900
1.000
1.100
1.200

Infant
(ml/m3
exchange)
200 (10 ml/kg)
300 (15ml/kg)
400 (20 ml/kg)
500 (25 ml/kg)
600 (30 ml/kg)
700 (35 ml/kg)
800 (40 ml/kg)

Maximum 1200 ml/m3 tiap kali (50 ml/kg pada infant)


Pertahankan tekanan intraperitonel < 18 cm H2O
Fill Volume
Hari Post
Laparoskopi
1
4
8
10
14

Anak dan Dewasa


(ml/m3 exchange)
300
500
800
1.100
1.200

Maksimal 1200 ml/m2 tiap kali.

Infant
(ml/m3
exchange)
200 (10 ml/kg)
300 (15ml/kg)
400 (20 ml/kg)
700 (35 ml/kg)
800 (40 ml/kg)

Pertimbangkan menaikkan volume lebih dari 1200 ml/m2 hanya setelah


hari ke-14 jika volume pengisian pasien lebih tinggi, misalnya 1400ml/m 2
(50 ml/Kg pada bayi)
2 Waktu dan jumlah siklus
a Untuk 5 kali pembilasan pertama setelah pemasangan kateter
pengeluaran cairan segera dilakukan.
b Untuk 24 48 jam pertama, pergantian cairan dilakukan tiap jam sampai
kesan bersih dari bekuan darah.
c Kemudian sesuaikan dosis dialisis dengan cara berikut :
Hitung volume cairan total (T) berdasarkan rekomendasi volume dialisis
maksimum (ml/m2).
Hitung rekomendasi volume cairan saat ini (C) (mengacu pada hari
setelah pemasangan).
Bagi T/C untuk menentukan jumlah siklus yang dibutuhkan.
3 Konsentrasi glukosa dialisat:
Target konsentrasi glukosa terendah yang cukup untuk ultrafiltrasi.

E. Komplikasi
1

3
4

Selang kateter berisi darah atau fibrin:


a Heparin intraperitoneal 250 U/L sebaiknya ditambahkan minimal 3 hari
pertama.
b Tingkatkan dosis 500-1000 U/L bila selang tersumbat oleh darah
c Hentikan pemberian heparin apabila selang sudah bersih dari darah atau
fibrin/bekuan darah
Kebocoran cairan peritoneum:
a Pastikan sambungan kateter kokoh dan tidak ada celah.
b Jika kebocoran berasal dari exit site atau into jaringan subkutan, jangan
gunakan kateter selama 2 minggu. Turunkan volume dialisis (300ml/m2)
selama 2 minggu bila dialysis mendesak untuk dilakukan. Tutup dengan
cephazolin intraperitoneal atau intravena selama minimal 5 hari setelah
kebocoran.
Hematom di area pemasangan kateter:
a Obati dengan cephalexin selama 2 minggu.
Pergeseran kateter:
a Pergeseran kateter kemungkinan terjadi jika drainasenya kurang atau
pasien merasakan nyeri panggul selama drainase.
b Cek posisi ujung kateter dengan foto abdomen.
c Berikan laksatif oral, dan bila ujung kateter masih tidak tampak pada
pelvis, pertimbangkan pemberian fleet enema.
d Jika kateter masih malposisi, konsul ke bagian bedah untuk reposisi
kateter.

Anda mungkin juga menyukai