Anda di halaman 1dari 4

S

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

HEMODIALISA DENGAN TRANSFUSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


PPK/ PD/11 00 1/ 4
RSUD PRAMBANAN
Disahkanoleh :
Direktur RSUD

Tanggal Terbit
02 – 01 – 2021

(dr.Wisnu Murti Yani, M.Sc.)


NIP 19760326 200501 2 008
Definisi Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan penurunan progresif fungsi
ginjal yang bersifat ireversibel. Menurut Guideline The National Kidney
Foundation’s Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (NKF
KDOQI), PGK didefinisikan sebagai kerusakan ginjal persisten dengan
karakteristik adanya kerusakan struktural atau fungsional (seperti
mikroalbuminuria/proteinuria, hematuria, kelainan histologis ataupun
radiologis), dan/atau menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG)
menjadi <60 ml/menit/1,73 m² selama sedikitnya 3 bulan.

Hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal


untuk membantu membuang zat metabolik dan kelebihan cairan tubuh
menggunakan mesin

Anemia pada penyakit ginjal atau yang dikenal dengan anemia renal
merupakan komplikasi dari PGK (Penyakit Ginjal Kronis) yang penting
karena memberikan kontribusi yang bermakna terhadap gejala,
progresivitas serta komplikasi kardiovaskuler pasien.

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk


berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran darah orang
lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti
kehilangan darah dalam jumlah besar yang disebabkan trauma,
operasi, syok, dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah
merah.

Tujuan Meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan exercise capacity,


menurunkan cardiac output, menurunkan angina, menurunkan
hipertrofi ventrikel kiri, menurunkan bleeding tendency, meningkatkan
brain/cognitive function nutrition, menurunkan depresi, meningkatkan
sleep patterns, meningkatkan fungsi seksual, meningkatkan fungsi
endokrin, meningkatkan fungsi imun, meningkatkan metabolisme otot.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

HEMODIALISA DENGAN TRANFUSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


PPK/ PD/11 00 2/ 4
RSUD PRAMBANAN
Disahkanoleh :
Direktur RSUD

Tanggal Terbit
02 – 01 – 2021

(dr.Wisnu Murti Yani, M.Sc.)


NIP 19760326 200501 2 008
Indikasi 1. Hb < 7 g/dl dengan atau tanpa gejala anemia

2. Hb < 8 g/dl dengan gangguan kardiovaskuler yang nyata

3. Perdarahan akut dengan gejala gangguan hemodinamik

4. Pasien yang akan menjalani operasi

Pemeriksaan Laboratorium : darah lengkap, serologis hepatitis, HIV, golongan


penunjang darah, crossmatch

kontraindikasi Alergi dan anafilaktik terhadap transfusi darah


Prosedur tindakan Prosedur Tindakan HD
1. Mesin hemodialisis sedang dijalankan/ on HD
2. Melihat program peresepan yang diberikan oleh DPJP
3. Darah diambil ke laboratorium dengan mengisi buku
ekspedisi
4. Darah diberikan ke pasien sesuai dengan nama, no RM,
tanggal lahir dan golongan darah
5. Evaluasi adanya tanda-tanda reaksi transfusi
6. Catat di lembar CPPT yang ada di status pasien
7. Ulangi tindakan bila memerlukan transfusi lebih dari 1 kolf
8. Setiap jam dilakukan pengukuran tekanan darah untuk
mengetahui adanya hipotensi akibat pengeluaran cairan
pada saat dilakukan HD
9. Perhatikan tanda-tanda hipotensi seperti mual, bergetar, sakit
kepala, kram, berkeringat dingin, penurunan kesadaran. Jika
ditemukan hipotensi, posisikan pasien pada trendelenburg
position untuk sementara waktu
Komplikasi 1. Demam
2. Reaksi alergi
3. Reaksi hemolitik imun akut dapat menimbulkan beberapa
gejala, seperti demam, menggigil, mual, serta nyeri di dada
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

HEMODIALISA DENGAN TRANFUSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


PPK/ PD/11 00 3/ 4
RSUD PRAMBANAN
Disahkanoleh :
Direktur RSUD

Tanggal Terbit
02 – 01 – 2021

(dr.Wisnu Murti Yani, M.Sc.)


NIP 19760326 200501 2 008
atau punggung bagian bawah. Urine yang dikeluarkan
pasien juga akan berubah menjadi gelap.
4. Reaksi hemolitik tertunda.
5. Reaksi anafilaktik seperti pembengkakan di wajah dan
tenggorokan, napas pendek, serta tekanan darah rendah.
6. Hemokromatosis merupakan kondisi saat kadar zat besi
terlalu tinggi di dalam darah – yang berisiko terjadi jika
pasien menerima beberapa transfusi. Kondisi ini berbahaya
karena dapat merusak jantung dan hati.
7. Graft versus host disease. Komplikasi ini terjadi ketika sel
darah putih dari darah donor menyerang sumsum tulang
penerima
8. Infeksi
Nutrisi 1. Zat besi.
Tubuh membutuhkan zat besi untuk membentuk hemoglobin.
Substansi ini bisa berasal dari produk hewani dan nabati.
Beberapa sumber makanan yang kaya akan zat besi, antara lain
daging merah, ayam, kerang, ikan, hati, bayam, kacang kedelai,
kurma.

2.Asam folat

Asam folat merupakan salah satu jenis vitamin B yang larut dalam
air. Zat ini berfungsi membantu tubuh membentuk sel, termasuk
sel darah merah. Kurangnya asam folat berhubungan erat dengan
kejadian anemia megaloblastik, yang umumnya menimpa ibu
hamil.
Refrensi Referensi :

1. Lascano M, Schreiber M. Nurko S. Chronic Kidney Disease. In


: Carey W. Abelison A,
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

HEMODIALISA DENGAN TRANFUSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


PPK/ PD/11 00 4/ 4
RSUD PRAMBANAN
Disahkanoleh :
Direktur RSUD

Tanggal Terbit
02 – 01 – 2021

(dr.Wisnu Murti Yani, M.Sc.)


NIP 19760326 200501 2 008
2. Dweik ea al, Current Clinical Medicine, 2nd Edition, The
Cleveland Clinic Foundation, Philadelphia Elsevier. 2010. Hal
853-6
3. The National Kodney Foundation : NKF KDOQI Clinical Practice
guidelines for Chronik Kidney Disease : Evaluation,
classification, and stratification. Am J Kidney Dis 2002:39:51-
266
4. Bargman J. Scorecki K. Chronic Kidney Disease. In : Longo DL.
Fauci AS, Ksper DL,, Hauser SL. Jameson JL. Loscalzo J.
Harrison Principles of Internal Medice. 18th Edition. New York.
McGraw-Hill. 2012
5. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo A, Setiyohadi
B. Alwi I, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V. Jilid II,.
2009.
6. Pernefri. Konsensus manajemen anemia pada penyakit ginjal
kronik. 2011.
7. Pernefri. Konsensus dialisis . 2003

Anda mungkin juga menyukai