Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksanaan Hiperglikemik

Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK)


No. Dokumen : 067/SOP-UKP. /221
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Puskesmas
Magelang
SOP Halaman : 1/1
Ditetapkan Oleh
Plt. KepalaPuskesmas
Utara Magelang Utara

dr. ISTIKOMAH
NIP. 198003152006042012

1. Pengertian Penatalaksanaan Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK) adalah


penatalaksanaan komplikasi akut pada DM tipe 2 berupa peningkatan
kadar gula darah yang sangat tinggi (>600 mg/dl-1200 mg/dl) dan
ditemukan tanda- tanda dehidrasi tanpa disertai gejala asidosis.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK)
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Magelang Utara Nomor : 440.1/SK-
032/221 Tanggal 7 Januari 2019 tentang Kebijakan Layanan Klinis
4. Referensi Peraturaan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
5. Alat dan 1. Alat tulis
Bahan
6. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesis terarah, yaitu :
Langkah-  Lemah
Langkah  Gangguan penglihatan
 Mual dan muntah
 Keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang
atau koma.
 Secara klinis HHNK sulit dibedakan dengan ketoasidosis diabetik
terutama bila hasil laboratorium seperti kadar gula darah, keton,
dan keseimbangan asam basa belum ada hasilnya. Untuk
menilai kondisi tersebut maka dapat digunakan acuan, sebagai
berikut:
a. Sering ditemukan pada usia lanjut, yaitu usia lebih dari 60
tahun, semakin muda semakin berkurang, dan belum pernah
ditemukan pada anak.
b. Hampir separuh pasien tidak mempunyai riwayat DM atau
diabetes tanpa pengobatan insulin.
c. Mempunyai penyakit dasar lain. Ditemukan 85% pasien
HHNK mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah
ditemukan pada penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan
penyakit Cushing.
d. Sering disebabkan obat-obatan antara lain Tiazid,
Furosemid, Manitol, Digitalis, Reserpin, Steroid,
Klorpromazin, Hidralazin, Dilantin, Simetidin, dan Haloperidol
(neuroleptik).
e. Mempunyai faktor pencetus, misalnya penyakit
kardiovaskular, aritmia, perdarahan, gangguan
keseimbangan cairan, pankreatitis, koma hepatik, dan
operasi.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik :
 Pasien apatis sampai koma
 Tanda-tanda dehidrasi berat seperti: turgor buruk, mukosa bibir
kering, mata cekung, perabaan ekstremitas yang dingin, denyut
nadi cepat dan lemah.
 Kelainan neurologis berupa kejang umum, lokal, maupun
mioklonik, dapat juga terjadi hemiparesis yang bersifat reversible
dengan koreksi defisit cairan
 Hipotensi postural
 Tidak ada bau aseton yang tercium dari pernapasan
 Tdak ada pernapasan Kussmaul.
3. Petugas menentukan pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
4. Petugas menentukan diagnosis, diagnosis umumnya dapat
ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
5. Petugas menentukan terapi :
 Memastikan jalan nafas lancar dan membantu pernafasan
dengan suplementasi oksigen
 Memasang akses infus intravena dan melakukan hidrasi cairan
NaCl 0.9 % dengan target TD sistole > 90 atau produksi urin >0.5
ml/kgbb/jam
 Memasang kateter urin untuk pemantauan cairan
 Dapat diberikan insulin rapid acting bolus intravena atau
subkutan sebesar 180 mikrounit/kgBB
 Merujuk pasien
6. Petugas memberikan edukasi:
Edukasi ke keluarga mengenai kegawatan hiperglikemia dan perlu
segera dirujuk
7. Petugas merujuk pasien bila diperlukan, kriteria rujukan :
Pasien harus dirujuk ke layanan sekunder (spesialis penyakit dalam)
setelah mendapat terapi rehidrasi cairan.
8. Petugas mendokumentasikan seluruh pemeriksaan dalam rekam
medis
7. Bagan Alir -
8. Unit - BP umum
Terkait - Laboratorium (bila perlu)

9. Rekaman historis perubahan


No Yang diubah Isi Perubahan Tgl.mulai
diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai