Anda di halaman 1dari 4

HIPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR NON

KETOTIK
No.Dokumen /UKP /PKM-BK/ I /
2018
SOP Tanggal Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 1/ 2
Puskesmas
Balai
SILAS.L
Karangan
NIP.196205011983071001

1. Pengertian Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK) merupakan komplikasi akut


pada DM tipe 2 berupa peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi
(>600 mg/dl-1200 mg/dl) dan ditemukan tanda-tanda dehidrasi tanpa
disertai gejala asidosis. HHNK biasanya terjadi pada orang tua dengan DM,
yang mempunyai penyakit penyerta dengan asupan makanan yang kurang.
Faktor pencetus serangan antara lain: infeksi, ketidakpatuhan dalam
pengobatan, DM tidak terdiagnosis, dan penyakit penyerta lainnya.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK)
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Balai Karangan No. / PKM-BK / I / 2018 Tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 5 tahun 2014 tentang
panduan klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
5. Langkah- Hasil Anamnesis (Subjective)
langkah/
 Keluhan
Prosedur
1. Lemah
2. Gangguan penglihatan
3. Mual dan muntah
4. Keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang
atau koma.

Secara klinis HHNK sulit dibedakan dengan ketoasidosis diabetik terutama


bila hasil laboratorium seperti kadar gula darah, keton, dan keseimbangan
asam basa belum ada hasilnya.

Untuk menilai kondisi tersebut maka dapat digunakan acuan, sebagai


berikut:
1. Sering ditemukan pada usia lanjut, yaitu usia lebih dari 60 tahun,
semakin muda semakin berkurang, dan belum pernah ditemukan
pada anak.
2. Hampir separuh pasien tidak mempunyai riwayat DM atau
diabetes tanpa pengobatan insulin.
3. Mempunyai penyakit dasar lain. Ditemukan 85% pasien HHNK
mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah ditemukan
pada penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan penyakit Cushing.
4. Sering disebabkan obat-obatan antara lain Tiazid, Furosemid,
Manitol, Digitalis, Reserpin, Steroid, Klorpromazin, Hidralazin,
Dilantin, Simetidin, dan Haloperidol (neuroleptik).
5. Mempunyai faktor pencetus, misalnya penyakit kardiovaskular,
aritmia, perdarahan, gangguan keseimbangan cairan, pankreatitis,
koma hepatik, dan operasi.

 Dari anamnesis keluarga biasanya faktor penyebab pasien datang ke


rumah sakit adalah poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, dan
penurunan kesadaran.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Fisik
1. Pasien apatis sampai koma
2. Tanda-tanda dehidrasi berat seperti: turgor buruk, mukosa bibir
kering, mata cekung, perabaan ekstremitas yang dingin, denyut
nadi cepat dan lemah.
3. Kelainan neurologis berupa kejang umum, lokal, maupun
mioklonik, dapat juga terjadi hemiparesis yang bersifat reversible
dengan koreksi defisit cairan
4. Hipotensi postural
5. Tidak ada bau aseton yang tercium dari pernapasan
6. Tdak ada pernapasan Kussmaul.

 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaaan kadar gula darah

Penegakan Diagnostik (Assessment)


 Diagnosis Klinis
Secara klinis dapat didiagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu

 Diagnosis Banding
Ketoasidosis Diabetik (KAD), Ensefalopati uremikum, Ensefalopati
karena infeksi

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


 Penatalaksanaan
- Penanganan kegawatdaruratan yang diberikan untuk
mempertahankan pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lama.
Proses rujukan harus segera dilakukan untuk mencegah
komplikasi yang lebih lanjut.

- Pertolongan pertama dilayanan tingkat pertama adalah:


1. Memastikan jalan nafas lancar dan membantu pernafasan
dengan suplementasi oksigen
2. Memasang akses infus intravena dan melakukan hidrasi cairan
NaCl 0.9 % dengan target TD sistole > 90 atau produksi urin
>0.5 ml/kgbb/jam
3. Memasang kateter urin untuk pemantauan cairan
4. Dapat diberikan insulin rapid acting bolus intravena atau
subkutan sebesar 180 mikrounit/kgBB

 Komplikasi
Oklusi vakular, Infark miokard, Low-flow syndrome, DIC,
Rabdomiolisis

 Konseling dan Edukasi


Edukasi ke keluarga mengenai kegawatan hiperglikemia dan perlu
segera dirujuk
 Rencana Tindak Lanjut
Pemeriksaan tanda vital dan gula darah perjam
 Kriteria Rujukan
Pasien harus dirujuk ke layanan sekunder (spesialis penyakit dalam)
setelah mendapat terapi rehidrasi cairan.

Peralatan
 Laboratorium untuk pemeriksaan glukosa darah

Prognosis
Prognosis biasanya buruk, sebenarnya kematian pasien bukan disebabkan
oleh sindrom hiperosmolar sendiri tetapi oleh penyakit yang mendasari atau
menyertainya.
6. Bagan Alir -

7. Hal yang -
perlu di
perhatikan
8. Unit terkait UGD
9. Dokumen
-
terkait
10.Rekaman No Yang di ubah Isi perubahan Tanggal mulai
Historis di berlakukan
Perubahan Pedoman penyusunan 01 Januari 2019
1 Pedoman SOP
PERBUP Tahun 2008 (sesuaikan tahun
ke Pedoman pembuatan SOP)
Penyusunan Dokumen
Akreditasi Dirjen Bina
Upaya Dasar Tahun
2017

Anda mungkin juga menyukai