Anda di halaman 1dari 69

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA USIA

LANJUT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut
Harapan
Hipertensi
Pada usia lanjut
prevalensi gagal
jantung dan stroke
tinggi.

pengobatan
hipertensi yang
optimal
A. Definisi
The Joint National Community on Preventation
Detection evaluation and treatment of High Blood
Preassure
WHO dengan International Society of Hipertention

Tekanan darah seseorang dengan tekanan sistoliknya 140


mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau
lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.
B. Etiologi

Hipertensi primer atau esensial


Adalah hipertensi yang tidak diketahui etiologinya.
Merupakan 90 % dari semua penyakit hipertensi.

Hipertensi sekunder
Terjadinya tekanan darah tinggi akibat penyakit tertentu.
Merupakan 10-20% dari semua hipertensi.
Penyebab hipertensi sekunder :
1. Penyakit ginjal
2. Penyakit endokrin
3. Koarktasio aorta
4. Hipertensi pada kehamilan
5. Stress akut
6. Volume intravaskuler meningkat
7. Penyakit neurologi
C. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 :
Klasifikasi hipertensi menurut WHO :
Krisis hipertensi :

Suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang


sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah
terjadinya kelainan organ target.

ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg, dikategotikan


sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi.
Hipertensi
Hipertensi
Hipertensi diastolic saja ((Diastolic hypertension):
terdapat antara 12-14% penderita penderita di atas usia 60
tahun
Pria>>wanita
Insidensi menurun seiring bertambahnya umur
Hipertensi sistolik-diastolik :
terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60 tahun
Wanita >> Pria
Meningkat dengan bertambahnya umur.
D. Faktor resiko
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :

Jenis kelamin Umur

Genetik/Keturu
nan
Faktor resiko yang dapat di kontrol :

Kurang olah
Obesitas Merokok
raga

Konsumsi kopi
berlebih

Konsumsi garam
Kosumsi alkohol Stres
berlebih
E. Patofisiologi
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah
berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya
hipertensi :
F. Tanda dan gejala

Hipertensi pada usia lanjut sering tidak


memberikan gejala apapun atau gejala yang
timbul tersamar (insidious) atau tersembunyi
(occult)
Sebagian besar timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun dan berupa :

Nyeri kepala mual muntah peningkatan tekanan


darah intrakranial
Penglihatan kabur
Terjadi kerusakan sistem saraf pusat
Nokturia peningkatan aliran darah ginjal & filtrasi
glomerulus
Edema dependen & pembengkakan karena peningkatan
tekanan kapiler
Beberapa pasien mengeluhkan:

Mengeluh sakit kepala


Pusing
Lemas
Kelelahan
Sesak nafas
Gelisah
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
G. Pemeriksaan
Canadian Hypertensi Education Program (CHEP,2009)

Lakukan
Ukur
Ambil
pengukuran
Pada usia lanjut terdapat beberapa keadaan yang
menjadi masalah saat pengukuran tekanan darah :
aterosklerosis
Pseudohipertensi
Saat
Pembuluh
Tekanan
Pemeriksaan penunjang lain sbg tanda, faktor resiko,
komplikasi/prognosis dari hipertensi :

a. Hemoglobin/Hematokrit
b. Blood ureum nitrogen
c. Glukosa
d. Kalium dan kalsium serum
e. Kolesterol
f. Pemeriksaan tiroid
g. Kadar aldosteron urin/serum
h. Urinalisa
i. Asam urat
j. Steroid urin
k. IVP
l. Foto dada
m. CT scan
n. EKG
H. Komplikasi
Hipertensi Kematian Penyakit jantung
a. Komplikasi pada sistem kardiovaskular
b. Efek neurologik

Retina Sistem saraf Aperdarahan,


pusat ensefalopati

Sakit kepala
daerah
oksipital Vertigo,
Infark serebri
tinitus

Oklusi
vaskular
I. Penatalaksanaan Hipertensi pada usia lanjut
Prinsip penatalaksanaan hipertensi

1. Pengobatan hipertensi sekunder pengobatan kausal


2. Pengobatan hipertensi esensial menurunkan tekanan
darah
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan
menggunakan obat antihipertensi

4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka


panjang
Pemakain obat pada lanjut usia perlu dipikirkan
kemungkinan adanya :

1. Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan

2. Interaksi obat

3. Efek samping obat.

4. Gangguan akumulasi obat terutama obat yang


ekskresinya melalui ginjal.
Pada pengobatan hipertensi ada tiga hal evaluasi
menyeluruh terhadap kondisi penderita adalah :

1. Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko


kardiovaskuler.

2. Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer.

3. Organ yang rusak karena hipertensi.


hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat
antihipertensi, yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi

2. Mempunyai toksisitas dan efek samping yang ringan


atau minimal
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4. Tidak menimbulkan intoleransi


Cont

5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh


penderita.

6. Memungkinkan penggunaan obat dalam jangka


panjang
Kegagalan pemberian obat anti hipertensi :

1. Ketidakpatuhan penderita

2. Peningkatan volume peningkatan asupan natrium,


kerusakan ginjal, dan kurangnya pemberian diuretik

3. Obesitas

4. Dosis yang tidak adekuat


Cont..

5. Interaksi obat

6. Kontrasepsi oral

7. Penggunaan obat-obat steroid

8. Hipertensi sekunder
BP SBP DBP (mmHg) Lifestyle Initial Drug Therapy
Classification (mmHg) * * Modification Without Compelling With
Indication Compelling
Indication
Normal < 120 and < 80 Encourage
Prehypertensio 120-139 or 80-89 Yes No antihypertensive Drug(s) for
n indicated compelling
indications.
Stage I 140-159 or 90-99 Yes Thiazide-type Drug(s) for the
Hypertension diuretics for most. compelling
May consider ACEI , indications.
ARB, BB , CCB or Other
combination. antihypertensiv
Stage II 160 100 Yes Two-drug combination e drugs
Hypertension for most
(usually (diuretics, ACEI,
thiazide-type diuretic ARB, BB, CCB)
and ACEI or ARB or as needed.
BB or CCB)
* Treatment determined by highest BP category.
Initial combined therapy should be used cautiously
in those at risk for orthostatic hypotension.
Treat patients with chronic kidney disease or
diabetes or BP goal < 130/80 mmHg
Konsep Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan untuk hipertensi dibagi menjadi :
1. Non Farmakologis atau modifikasi gaya hidup.
2. Farmakologis
1. Non farmakologis atau modifikasi gaya hidup meliputi:

Jaga berat badan ideal. Turunkan berat badan bila

IMT 27
Membatasi alkohol.

Olahraga teratur sesuai dengan kondisi tubuh.

Mengurangi asupan natrium (<100 mmol Na, atau 2.4 g

Na , atau 6 g NaCl/hari)
Mempertahankan asupan kalium (90 mmol/hari),

kalsium dan magnesium yang adekuat.


Berhenti merokok.

Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam

makanan
Modification Recommendation Approximate SBP Reduction (Range)
Weight reduction Maintain normal body weight (BMI 5-20 mmHg / 10 kg weight loss
18,5 24,9 kg/m2)
Adopt DASH eating plan Consume a diet rich in fruits, 8-14 mmHg
vegetables and low fat dairy products
with a reduced content of saturated
and total fat
Dietary sodium reduction Reduced dietary sodium intake to no 2-8 mmHg
more than 100 mmol per day (2,4 g
sodium or 6 g sodium chloride)
Physical activity Engage in regular aerobic physical 4-9 mmHg
activity such as brisk walking (at least
30 min per day, most days of the
week)
Moderation of alcohol consumption Limit consumption to no more than 2 2-4 mmHg
drinks (1 oz or 30 ml ethanol; e.g. 24
oz beer, 10 oz wine, or 3 oz 80-proof
whiskey) per day in most men and to
no more thsn 1 drink per day in
women and lighter weight persons
DASH, Dietary Approaches to Stop Hypertension
* For overall cardiovascular risk reduction, stop smoking.
The effects of implementing these modifications are
dose and time dependent, and could be greater for some
individuals.
2. Farmakologis
Obat-obat antihipertensi :
a) Diuretik
Cara kerja : meningkatkan ekskres natrium, klorida dan air
menurunkan cairan plasma dan ekstrasel

Terdapat beberapa golongan, yaitu :


Diuretik Tiazid dan sejenisnya (paling luas digunakan) ,
contoh :
Hidroklorotiazid (HCT) tab 25 dan 50 mg
Klortalidonn tab 50 mg
Diuretik kuat :
Furosemid tab 40 mg
Diuretik hemat kalium :
Amilorid tab 5 mg
Spironolakton tab 25 dan 100 mg
Efek samping : hipotensi dan hipokalemia.
b). Penghambat Adrenergik
Efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah
jantung, serta menurunkan sekresi renin
Kontraindikasi : gagal jantung kongestif
Terdiri dari golongan :
penghambat adrenoreseptor / bloker : terazosin,
doxazosin, prazosin
penghambat adrenoreseptor / -bloker : propanolol,

asebutolol, atenolol, bisoprolol


penghambat adrenoreseptor dan : labetalol

adrenolitik sentral : klonidin, metildopa, reserpin,

guanfasin
c). Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah relaksasi
otot polos penurunan resistensi pembuluh darah
natrium nitroprusid, hidralazin, doksazosin, prazosin,
minoksidil, diaksozid.
efek samping : hipotensi ortostatik.
d). Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Menghambat sistem renin-angiotensin, menstimulasi
sintesis prostaglandin dan juga mengurangi aktivitas
saraf simpatis
Captopril, diberikan 1 jam sebelum makan. Pada
gagal ginjal dosis dikurangi.
Efek samping : batuk kering , eritema, gangguan
pengecap, proteinuria, gagal ginjal dan
agranulositosis.
e). Antagonis Kalsium
mengurangi tekanan darah vasodilatasi perifer yang
berkaitan dengan refleks takikardi dan retensi cairan.
nifedipin, nikardipin, felodipin, amilodipin, verapamil
dan diltiazem.
F). Antagonis Reseptor Angiotensin II (AIIRA / ARB)
tidak mempengaruhi produksi Angiotensin II tetapi
memblok di tempat kerja pada organ target.
Kelebihannya tidak menimbulkan batuk karena tidak
mempengaruhi metabolisme bradikinin.
Prinsip pemberian obat anti hipertensi pada lansia :
Dimulai dengan 1 macam obat dengan dosis kecil
(START LOW GO SLOW)
Penurunan tekanan darah perlahan
Regimen obat harus sederhana dan dosis sebaiknya
sekali sehari
Antisipasi efek samping obat-obat antihipertensi
Pemantauan tekanan darah untuk evaluasi efektivitas
pengobatan
Setelah tercapai target maka pemberian obat harus
disesuaikan kembali untuk maintenance
pasien
Pemberian antihipertensi pada lansia harus hati-hati karena
pada lansia terdapat :

Penurunan refleks baroreseptor risiko hipotensi


ortostatik.
Gangguan autoregulasi otak iskemia serebral mudah
terjadi.
Penurunan fungsi ginjal dan hati sehingga terjadi
akumulasi obat.
Pengurangan volume intravaskular sehingga sensitif
terhadap deplesi cairan.
Sensitivitas terhadap hipokalemi sehingga mudah terjadi
aritmia dan kelemahan otot.
penyakit komorbid pada lansia
efek samping yang dapat
memperberat gejala penyakit
komorbid.
Terapi kombinasi
Terapi 1 obat gagal mencapai sasaran tambahkan terapi ke 2

dengan dosis rendah tanpa mengurangi dosis obat pertama.


Dalam JNC-VII, menganjurkan terapi antihipertensi

kombinasi langsung pada penderita yang ada pada stadium 1


Menurut European Society of Hypertension 2003
KESIMPULAN
Penatalaksanaan hipertensi pada lansia tidak berbeda

dengan penatalaksanaan hipertensi pada umumnya, yaitu


merubah pola hidup dan pengobatan anti hipertensi

Pemakaian berbagai obat tersebut bisa disesuaikan dengan

penyakit komorbid yang menyertai keadaan hipertensi


tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Heller, Jacob L. 2011. Malignant Hypertension.Medline Plus: A service of the US National Library
of Medicine. Diakses pada: 2 februari 2013.
Martono, H. (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut, Buku Ajar Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Chobanian A . 2003. JNC VII Report 18th Annual Scientific Meeting and Exposotion of American
Society of Hypertension. New York, USA.
Geratosima, Salma 2004. Buku Ajar GERIATRI (ilmu kesehatan usia lanjut) edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung : Mizan Pustaka.
Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults.J.Fam Pract
2001;50:707-712
World Health Organization (WHO) / International Society of Hypertension Statement on
Management of Hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992
Oparil S et al. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med 2003;139:761-776
Canadian Hypertension Education Program. 2009 CHEP Recommendation for the management
of hypertension. Available from : http:// www.hypertension.ca
ACC/AHA 2002 Guideline Update For The Management Of Patients With Unstable Angina And
Non-St- Segment-Elevation Myocardial Infarction. A report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (Committee on the
Management of Patients with Unstable Angina)

Anda mungkin juga menyukai