Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH ILMU GIZI

ANEMIA PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JATINANGOR


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu gizi

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Fitriana Utaminingsih 240210180007
Shafa Zahratunnisa 240210180010
Fathi Rahmawati 240210180016
Annisa Rizka Pratiwi 240210180022
Reni 240210180025
Kartika Wulandari Dewi 240210180028
Yosua Putra Laoli 240210180049
Ghina Almira Aulia 240210180055
Putri Azzhura Prameshti 240210180057
Nabilah Putri Salsabilah 240210180062

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penyakit Anemia Pada Ibu Hamil di Jatinangor” ini tepat pada waktunya. Secara
garis besar, makalah ini berisi tentang gangguan dan penyebab terjadinya anemia
pada ibu hamil di daerah Jatinangor.
Makalah ini disusun untuk menambah wawasan penulis dan pembaca.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, terkhusus Yth. dosen Ilmu Gizi yang telah
memberikan materi perkuliah, wawasan dan moral untuk kami. Saya
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak demi kemajuan bersama.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jatinangor, 03 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul Halaman

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2

1.3 Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................... 4

2.1 Pengertian Anemia........................................................................................ 4

2.2 Hasil Observasi Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Jatinangor................ 5

2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Anemia............................................................ 16

2.4 Gejala Anemia pada Ibu Hamil..................................................................... 17

2.5 Anemia Pada Ibu Hamil.............................................................................. 18

2.5.1 Jenis Jenis Anemia pada Ibu Hamil............................................................. 20

2.5.2 Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Anemia pada Ibu Hamil.......... 22

2. Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil............................................................. 23


2.6.1 Program Pencegahan Anemia...................................................................... 24
2.6.2 Pedoman Gizi pada Anemia Defisiensi Besi............................................... 24
BAB III. PENUTUP........................................................................................... 26

3.1 Kesimpulan................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu kependudukan merupakan isu yang strategis dan lintas sektor, yang dapat
terwujud dengan mengaitkan perkembangan kependudukan sebagai wujud
dinamika penduduk yang seimbang antara kuantitas penduduk, mobilitas
penduduk, pengetahuan, kulitas penduduk, dll. Kualitas penduduk adalah kondisi
penduduk dalam aspek fisik dan non fisik serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yang merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan dan
menikmati kehidupan sebagai manusia yang berbudaya, berkepribadian dan layak
(UU No.10 tahun 1992). Kualitas penduduk adalah tingkat/taraf kehidupan
penduduk yang berkaitan dengan kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan,
seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan.
Kualitas penduduk biasanya diukur dari tingkat kesehata, pendidikan,
ekonomi, dan sosial. Kelahiran meruopakan indikator kualitas penduduk karena
dapat menentukan kebijakan dan perencanaan program pembangunan sosial
terutama untuk kesejahteraan ibu dan anak. Hal ini linier dengan kesehatan ibu
hamil yang cikal bakal melahirkan anak. Kesehatan ibu hamil akan menentukan
kesehatan anak yang akan dilahirkan, dan hal itu dimulai pada saat ibu
mengandung.
Jatinangor merupakan salah satu wilayah yang memiliki jumlah ibu hamil
yang cukup besar sehingga perlu diberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan
ibu hamil agar tidak terjadi gangguan kesehatan baik bagi ibu maupun janin
bahkan sampai menyebabkan kematian. Salah satu gangguan kesehatan yang
sering dialami oleh ibu hamil adalah penyakit anemia.

Tabel 1.1 Jumlah ibu hamil yang menderita anemia di Jatinangor tahun 2019

Deskripsi Jumlah Pencapaian Capaian(%)


Ibu hamil anemia 1227 329 26.81
(Sumber: Puskesmas Jatinangor, 2019).

1
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat jumlah ibu hamil yang menderita anemia yaitu
sebanyak 1227 ibu hamil. Penyakit anemia merupakan kondisi yang terjadi
ketika tubuh kekurangan sel darah merah, jauh lebih rendah daripada batas
normalnya. Dilansir dari Mayo Clinic,  anemia pada ibu hamil juga bisa terjadi
jika sel darah merah tidak mengandung cukup hemoglobin yang bertugas
menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh.
Kekurangan darah merah atau anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan ibu
hamil cepat merasa lelah atau lemah karena organ dalam tubuh tidak menerima
cukup oksigen dan nutrisi. Anemia pada ibu hamil umumnya diakibatkan karena
kekurangan gizi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai anemia pada ibu hamil di wilayah Jatinangor.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka dapat dibuat suatu rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Berapa banyak ibu hamil di daerah Jatinangor yang menderita anemia ?
2. Mengapa masih banyak ibu hamil yang menderita anemia ?
3. Apa gejala yang terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia ?
4. Apa faktor yang menyebabkan ibu hamil rentan menderita anemia ?
5. Bagaimana solusi untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka dibuat tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui:
1. Jumlah ibu hamil di daerah Jatinangor yang menderita anemia.
2. Penyebab masih banyaknya ibu hamil yang menderita anemia.
3. Gejala yang terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia.
4. Faktor yang menyebabkan ibu hamil menderita anemia.
5. Solusi untuk mencegah terjadinya anemia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, sel darah merah itu mengandung hemoglobin
yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati,
2013). Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal. Anemia keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit,
dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal. Anemia terjadi sebagai akibat
dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat
mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2007).
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah
berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala
fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup
untuk membentuk selsel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar
hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut
anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya
saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum
tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik
hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Defisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur sering mengalami anemia,
karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi
sewaktu hamil.
Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan pada trimester 1 dan 3
dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum dan trimester 2. Darah akan

3
bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut
adalah sebagai berikut plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu
dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Khumaira,
2012).
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia
terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada wanita usia
subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan
kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Anemia pada kehamilan tidak
dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis yang terjadi selama proses
kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh
akan mengalami perubahan yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat
sekitar 20 - 30 %, sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan
vitamin untuk membuat hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat
lebih banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah
hingga 30 % lebih banyak dari pada sebelum hamil (Noverstiti, 2012).

2.2 Hasil Observasi Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Jatinangor


Observasi mengenai anemia pada ibu hamil di lakukan di UPTD
Puskesmas Jatinangor dengan metode wawancara dan pengumpulan data.
Berdasarkan hasil obesrvasil tersebut dapat diketahui melalui tabel yang berikut :
Tabel 1. Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Program Gizi Tahun 2019
Sasara %
No INDIKATOR n Capaian Target Capaian
Persentase Ibu Hamil mendapat
1 Tablet Tambah Darah (TTD) 1228 1175 98% 95.68
Minimal 90 Tablet
Persentase Bayi Baru Lahir
Mendapat Inisiasi Menyusu Dini
2 (IMD) 1172 1054 46% 89.93
Persentase Bayi 0-6 bulan
3 mendapat ASI Eksklusif 641 496 42% 77.38
4 Persentase Balita Ditimbang (D/S) 4494 3250 85% 72.32
5 Persentase Balita Naik Timbangan 2646 1938 83% 73.24

4
Sasara %
No INDIKATOR n Capaian Target Capaian
(N/D")
Persentase Balita mempunyai
6 KMS atau Buku KIA (K/S) 4494 4494 98% 100.00
Persentase Balita 6-59 bulan
mendapat kapsul vitamin A Dosis
7 Tinggi 4666 4666 98% 100.00
Persentase Remaja Putri di sekolah
8 usia 12-18 tahun mendapat TTD 3433 2540 75% 73.99
Persentase Ibu Hamil KEK
9 mendapat Makanan Tambahan 88 88 95% 100.00
Persentase Balita Kurus mendapat
10 Makanan Tambahan 92 67 90% 72.83
(Sumber : Puskesmas Jatinangor, 2019)
Berdasarkan data dari Puskesmas Jatinangor pada Penilaian Kinerja
Puskesmas (PKP) Program Gizi Tahun 2019” mencatatat bahwa pada indikator
persentase ibu hamil mendapat tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet
memiliki sasaran sebanyak 1228 ibu hamil pada tahun 2019. Namun capaian ibu
hamil yang mendapat tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet hanya
mencapai 1175 ibu hamil. Persentase capaian tersebut adalah sebesar 95.68%. Hal
tersebut sudah mendekati persentase target dari Puskesmas Jatinangor sebesar
98%.
Penyebab capaian ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
minimal 90 tablet belum mencapai target bisa dikarenakan kurangnya kesadaran
dari ibu hamil bahwa meminum Tablet Tambah Darah (TTD) sangat penting
untuk ibu hamil. Tablet tambah darah atau TTD merupakan suplemen zat gizi
yang mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 asam folat. TTD bila diminum
secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi.
Suplemen tablet tambah darah diberikan untuk menghindari remaja putri dari
anamia besi (Raptauli, 2012).

Tabel 2. Capaian 20 Indikator Program Gizi Tahun 2019


N Target Pencapaia Capaia Cakupan Terhadap
Nama Kegiatan Sasaran Keterangan
O (%) n n Diatas Dibawah
1 Persentase Balita <10 3574 239 6.69 ✓   Mencapai
Underweight Target
(Balita Gizi
Kurang dan Gizi

5
N Target Pencapaia Capaia Cakupan Terhadap
Nama Kegiatan Sasaran Keterangan
O (%) n n Diatas Dibawah
Buruk)
Persentase Balita
Stunting (Pendek
✓  
dan Sangat Mencapai
2 Pendek) 29 3574 381 10.66 Target
Persentase Balita
Wasting (Kurus Belum
  ✓
dan Sangat Mencapai
3 Kurus) 1,01 3574 83 2.32 Target
Belum
Persentase Ibu   ✓ Mencapai
4 Hamil Anemia 7,67 1227 329 26.81 Target
Persentase Bayi
dengan BBLR ✓   Mencapai
5 (BB <2500 gram) 2,49 1172 11 0.94 Target
Persentase bayi
usia kurang dari 6
✓  
bulan mendapat Mencapai
6 ASI Eksklusif 42 641 496 77.38 Target
Persentase Bumil
mendapat TTD Belum
  ✓
90 Tablet selama Mencapai
7 kehamilan 98 1228 1175 95.68 Target
Persentase Bumil
KEK Mendapat ✓   Mencapai
8 PMT 95 88 88 100.00 Target
Persentase Balita Belum
Kurus Mendapat   ✓ Mencapai
9 PMT 90 92 67 72.83 Target
Persentase Belum
1 Remaja Putri   ✓ Mencapai
0 Mendapat TTD 75 3433 2540 73.99 Target
Persentase Bayi
1 Baru Lahir ✓   Mencapai
1 Mendapat IMD 46 1172 1054 89.93 Target
Persentase Balita
yang ditimbang Belum
  ✓
1 berat badannya Mencapai
2 (D/S) 85 4494 3250 72.32 Target
Persentase Balita
1 Mempunyai ✓   Mencapai
3 Buku KIA / KMS 98 4494 4494 100.00 Target
Persentase Balita Belum
1 yang naik berat   ✓ Mencapai
4 badannya (N/D") 83 2646 1938 73.24 Target
Persentase balita
yang tidak naik
1
berat badannya   ✓ Belum
5
dua kali berturut - Mencapai
turut (2T/D') 4 2646 133 5.03 Target
1 Persentase balita 12 2646 575 21.73   ✓ Belum
6 yang tidak naik Mencapai

6
N Target Pencapaia Capaia Cakupan Terhadap
Nama Kegiatan Sasaran Keterangan
O (%) n n Diatas Dibawah
berat badannya
(T/D') Target
Persentase balita
1 6-59 mendapat ✓   Mencapai
7 kapsul vitamin A 98 4666 4666 100.00 Target
Persentase Ibu
1 Nifas mendapat ✓   Mencapai
8 kapsul vitamin A 95 1173 871 99.83 Target
Persentase rumah
tangga
✓  
1 mengonsumsi Mencapai
9 garam beriodium 90 140 139 99.29 Target
Persentase Kasus
balita gizi buruk
✓  
2 yang mendapat Mencapai
0 perawatan 100 1 1 100.00 Target
(Sumber : Puskesmas Jatinangor, 2019)
Berdasarkan data dari Puskesmas Jatinangor pada Capaian 20 Indikator
Program Gizi Tahun 2019 mencatatat bahwa pada indikator persentase ibu hamil
mendapat tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet memiliki sasaran
sebanyak 1228 ibu hamil pada tahun 2019. Namun capaian ibu hamil yang
mendapat tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet hanya mencapai 1175 ibu
hamil. Persentase capaian tersebut adalah sebesar 95.68%. Hal tersebut sudah
mendekati persentase target dari Puskesmas Jatinangor sebesar 98% namun
cakupannya masih dibawah yang berarti hal tersebut belum mencapai target.
Selain itu dicatat juga data persentase ibu hamil anemia yang memiliki
sasaran sebanyak 1227 ibu hamil pada tahun 2019 dan pencapaian yang terkena
anemia sebanyak 329 ibu hamil dengan persentase 26.81%. Persentase tersebut
jauh dari persentase target yang ditetapkan oleh Puskesmas Jatinangor sebanyak
7.67%. Cakupan tersebut masih tinggi dibandingkan dengan target, hal ini berarti
indikator ibu hamil anemia masih belum mencapai target.
Ibu hamil rentan atau beresiko mengalami anemia atau kurang darah.
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi,
asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya
(Noverstiti, 2012). Semakin bertambah usia kehamilan pun semakin bertambah
kebutuhan ibu hamil akan nutrisi zat besi. Hal ini yang membuat pemerintah

7
melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan
memberikan 90 tablet Fe / TTD (Tablet Tambah Darah) kepada ibu hamil selama
periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi
kejadian anemia masih tinggi.
Puskesmas Jatinanor turut ikut dalam program penanggulangan anemia
pada ibu hamil ini dengan memberikan 90 tablet TTD (Tablet Tambah Darah)
kepada ibu hamil. Namun persentase ibu hamil anemia di lingkungan sekitar
Puskesmas Jatinangor masih lumayan tinggi dan masih jauh dari target yang
ditetapkan Puskesmas Jatinangor. Sedangkan persentase ibu hamil yang mendapat
TTD sudah tinggi dan hampir mencapai target. Hal ini diduga ibu hamil yang
sudah mendapat TTD tidak meminumnya. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya
sosialisasi pentingnya TTD.

Tabel 3. Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Program Gizi Tahun 2019

N Program/ Target Capaian Kesenjangan Masalah Kriteria Skor Prioritas k


O indikator/ masalah e
unit kerja t
U S G
1 Presentasi <10 6,68 -
balita
underweight
(Gizi sangat
kurang dan
Gizi kurang
2 Presentasi 29 10,66
balita
stunting
(pendek dan
sangat
pendek)
3 Presentasi 1,01 2,32 1,31 Masih 4 4 5 13 2
Balita tingginya
wasting presentasi
(kurus) balita kurus
(2,32%)
pada 2019
dari batas
toleransi
1,01%
4 Presentasi 7,67 26,81 19,14 Masih 5 5 5 15 1
ibu hamil tingginya
anemia presentasi
ibu hamil
anemia

8
N Program/ Target Capaian Kesenjangan Masalah Kriteria Skor Prioritas k
O indikator/ masalah e
unit kerja t
U S G
(26,81%)
pada tahun
2019 dari
target 7,67%
5 Presentasi 2,49 0,94
BBLR <
2500 gr
6 Presentasi 42 77,38
bayi usia 0-6
bulan yang
mendapat
ASI esklusif
7 Presentasi 98 95,86 2,32 Masih 4 4 4 12 3
ibu hamil kurangnya
yang presentasi
mendapat ibu hamil
TTD 90 bh yang
selama mendapat
kehamilan TTD 90 bh
selama
kehamilan
(95,68%)
pada tahun
2019 dari
target 98%
8 Presentasi 95 100,00
ibu hamil
KEK yang
mendapat
PMT
9 Presentasi 90 73,72 16,28 Masih belum 4 3 3 10 5
balita kurus mencapai
(BB/TB) targetnya
yang balita kurus
mendapat yang
PMT mendapat
PMT
(73,72%)
pada tahun
2019 dari
target 90%
1 Presentasi 75 73,99 1,01 Masih 4 4 4 12 3
0 remaja putri kurangnya
yang presentase
mendapat remaja putri
dan yang
mengkonsum mendapat
si TTD dan
mengkonsu
msi TTD
(73,99%)

9
N Program/ Target Capaian Kesenjangan Masalah Kriteria Skor Prioritas k
O indikator/ masalah e
unit kerja t
U S G
pada tahun
2019 dari
target 75%
1 Presentasi 46 89,83
1 bayi lahir
mendapat
IMO
1 Presentasi 85 72,33 12,67 Masih 4 4 4 12 3
2 balita yang rendahnya
ditimbang presentasi
berat badan balita
(D/S) ditimbang
berat badan
(D/S)
(72,33%)
pada tahun
2019 dari
target 85%
1 Presentasi 98 100
3 balta punya
buku
KIA/KMS
1 Presentasi 83 73,25 9,75 Masih 4 4 3 11 4
4 balita naik kurangnya
BB (N/D) balita yang
naikk BB
(73,25%)
pada tahun
2019 dari
target 83%
1 Presentasi 4 5,01 1,01 Masih 5 5 5 15 1
5 balita yang tingginya
tidak naik BB prevalensi
selama 2 bln balita yng
berturut-turut tidak naik
(2T/D) BB nya
selama 2
bulan
berturut-
turut
(5,01%)
pada tahun
2019 dari
target 4%
(Sumber : Puskesmas Jatinangor, 2019)

Berdasarkan data dari Puskesmas Jatinangor pada Penilaian Kinerja Puskesmas


(PKP) Program Gizi Tahun 2019 dan topik pembahasan gejala anemia, presentasi

10
ibu hamil anemia memiliki hasil 26,81% dari target 7,67%. Anemia ibu hamil
merupakan kondisi ibu dimana kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dl
(Sulistyoningsih, 2012). Menurut beberapa literature yang kami cari, Anemia
terjadi pada ibu hamil karena kekurangan zat besi (Fe) dalam tubuh ibu hamil.
Kenaikan sel-sel darah merah pada kehamilan menyebabkan kenaikan kebutuhan
zat besi. Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi, di antaranya 300 mg
untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan
demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi (Waliyo, 2016). Sekitar
95% kasus anemia terjadi karena kekurangan zat besi. Kadar Fe dalam ibu
berkurang akibat pola makan yang kurang baik pada ibu hamil. Menurut
Krisdayanti, (2010), Asupan zat besi dan protein yang kurang akibat tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi. Mengonsumsi teh juga dapat menjadi penyebab
terhambatnya kadar Fe dalam tubuh. Penelitian Thankachan (2008),
menyimpulkan bahwa konsumsi teh 1-2 cangkir sehari menurunkan absorbsi
besi, baik pada wanita dengan anemia ataupun tidak anemia. Konsumsi 1
cangkir teh sehari dapat menurunkan absorbsi besi sebanyak 49% pada
penderita anemia defisiensi besi, sedangkan konsumsi 2 cangkir teh
sehari menurunkan absorbsi besi sebesar 67% pada penderita anemia
defisiensi besi dan 66% pada kelompok kontrol. Apabila mengonsumsi teh
>2 kali sehari maka akan lebih menurunkan absorbsi besi dalam tubuh. Teh
yang dikonsumsi setelah makan hingga 1 jam akan mengurangi daya serap
sel darah merah terhadap zat besi sebesar 64% maka dari itu dianjurkan untuk
mengkonsumsi teh 2 jam setelah makan. Dikarenakan tingkat konsumsi teh di
Indonesia sangat tinggi, maka hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab
banyaknya ibu hamil anemia. Untuk mengurangi ibu hamil anemia, pola makan
perlu diperhatian agar gizi tubuh dapat seimbang. Selain itu, perlu adanya
partisipasi dari puskesmas jatinangor karena masih adanya kesenjangan sosial
yang tinggi di jatinangor menyebabkan ibu hamil kesulitan untuk mendapat
makanan yang cukup untuk kehamilan.

11
Presentasi ibu hamil yang mendapat TTD 90 buah selama kehamilan
mendapatkan hasil 95,86% dari target 98%. Penyebaran TTD kepada ibu hamil
sudah mencapai hasil yang tinggi teteapi tidak memenuhi target 98%. Faktor yang
menyebabkan target tidak memenuhi salah satunya disebabkan oleh tidak jelasnya
data ibu hamil yang diperoleh oleh puskesmas jatinangor. Data ibu hamil yang
tidak jelas dapat disebabkan oleh ibu hamil yang kurang memberikan informasi
secara akurat terhadap puskesmas jatinangor, kurangnya sosialisasi TTD kepada
ibu hamil dari puskesmas, kurangnya persediaan TTD dari puskesmas atau
perubahan data ibu hamil yang terjadi sehingga data ibu hamil dari 100%, 4,14%
tidak mendapat TTD dari puskesmas jatinangor dan tersisa 2,32% untuk mencapai
target 98%. Faktor tersebut merupakan faktor dari puskesmas sendiri untuk
penyebaran obat TTD kepada ibu hamil. Solusi untuk masalah tersebut adalah
tetap menguhubungi ibu hamil yang sudah mendapat TTD agar perlu diminum
secara rutin, data ibu hamil perlu diperbaharui setiap hari dan tetap dilaksanakan
sosialisasi TTD agar ibu hamil dapat memahami pentingnya TTD bagi ibu hamil.
Tabel 4. Pemecahan Masalah Program Gizi Tahun 2019

N Prioritas Penyebab Alternatif Pemecahan Pemecahan Masalah


O Masalah Masalah Masalah Terpilih

1 Masih - Kurangnya - Penyuluhan/konselin -  Penyuluhan/konselin


tingginya pengetahuan ibu g gizi ibu hamil g gizi ibu hamil
presentase ibu terkait pola - Sosialisasi Anemia - Sosialisasi Anemia
hamil anemia makan yang baik gizi besi pada ibu gizi besi pada ibu
(26.1%) pada sebelum dan pada hamil hamil
tahun 2019 saat hamil - Sosialisasi Anemia - Sosialisasi Anemia
dari target - Kurangnya gizi besi pada remaja gizi besi pada remaja
7,67% pengetahuan ibu putri putrid
terkait bahaya - Pendampingan - Pendampingan
anemia pada ibu konsumsi TTD ibu konsumsi TTD ibu
hamil hamil hamil
(Sumber : Puskesmas Jatinangor, 2019)
Berdasarkan tabel diatas pada tahun 2019 salah satu penyakit yang masih
menjadi prioritas puskesmas jatinangor adalah anemia pada ibu hamil hal ini
dikarenakan presentase nya masih tinggi yatu 26,1% dan belum memenuhi target
yang seharusnya 7,67%. Menurut Purbadewi dan Yuliana, 2013 persentase ibu
hamil yang termasuk umur reproduksi tidak sehat (<20 tahun atau >35 tahun)

12
lebih banyak yang menderita anemia dibanding ibu hamil yang termasuk umur
reproduksi sehat (20 tahun-35 tahun). Ibu hamil dalam kelompok umur
reproduksi tidak sehat yaitu ibu hamil yang berumur >35 tahun mempunyai
organ reproduksi yang kurang dapat berfungsi dengan baik. Kemampuan usus
halus pada ibu hamil yang termasuk umur reproduksi tidak sehat kurang dapat
mengabsorpsi zat besi yang terkandung dalam makanan sehingga kurang mampu
men-supply darah secara cukup ke plasenta sehingga mengakibatkan terjadinya
anemia saat kehamilan [ CITATION Lin13 \l 1033 ]
Tingginya presentase anemia pada ibu hamil disebabkan karena kurangnya
pengetahuan ibu hamil terkait pola makan yang baik sebelum dan pada saat
hamil dan kurangnya pengetahuan ibu terkait bahaya anemia pada ibu hamil.
Pengetahuan yang kurang tentang anemia mempunyai pengaruh terhadap
perilaku kesehatan khususnya ketika seorang wanita pada saat hamil, akan
berakibat pada kurang optimalnya perilaku kesehatan ibu hamil untuk mencegah
terjadinya anemia kehamilan. Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang
tentang anemia dapat berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi selama kehamilan yang dikarenakan oleh ketidaktahuannya
[ CITATION Lin13 \l 1033 ].
Alternatif pemecahan masalah yang dipilih oleh Puskesmas Jatinangor
yaitu penyuluhan/konseling gizi pada ibu hamil, sosialisasi anemia gizi besi pada
ibu hamil, sosialisasi anemia gizi besi pada remaja putri dan pendampingan
konsumsi TTD pada ibu hamil. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1970 telah
melaksanakan program suplementasi tablet tambah darah (TTD) berupa zat besi
(200 mg FeSO4) dan asam folat (0,25 mg) setiap hari 1 tablet selama minimal 90
hari berturut-turut. Suplemen besi diberikan tenaga kesehatan kepada ibu hamil
yang datang memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas, Posyandu, atau petugas kesehatan desa melalui kegiatan ANC
(antenatal care) (Kemenkes, WHO, POGI, IBI, 2013). Pendampingan konsumsi
TTD pada ibu hamil dlakukan karena terdapat beberapa ibu hamil yang
melakukan pemberhentian konsumsi TTD yang terjadi karena efek samping

13
mengonsumsi TTD pada ibu hamil seperti mual, muntah dan feses berwarna
hitam.

Tabel 5. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas Rawat Inap Jatinangor


Tahun 2021
No Kegiatan Tujuan Sasaran Target Sasaran Waktu

1 Penyuluhan Meningkatkan Ibu hamil 30 x 7 desa Februari


gizi ibu pengetahuan ibu hamil dan Maret
hamil terkait makanan sehat ibu
hamil
2 Konseling Memotivasi dan Ibu hamil Setiap ibu Setiap
gizi ibu meningkatkan kesadaran hamil yang senin dan
hamil ibu hamil tentang berkunjung ke kamis
pemilihan makanan yang puskesmas
baik bagi ibu hamil
(Sumber : Puskesmas Jatinangor, 2020)
Berdasarkan tabel diatas puskesmas jatinangor merencanakan beberapa
kegiatan untuk mengurangi anemia pada ibu hamil yaitu dengan penyuluhan gizi
dan konseling gizi pada ibu hamil. Pendidikan kesehatan dengan metode
konseling merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan untuk membantu
ibu hamil dalam mengatasi permasalahan kesehatan selama kehamilan. Nutrisi
yang seimbang merupakan hal yang penting diperhatikan ibu hamil. Melalui pola
makan yang tepat, ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tumbuh
kembang janin maupun bagi kesehatan ibu. Konseling yang diberikan pada ibu
hamil anemia harus mengarah pada peningkatan pengetahuan yang dapat merubah
pola konsumsi yang meningkatkan status gizi dan meningkatkan asupan zat besi
serta keteraturan meminum tablet tambah darah (TTD) (Bara dkk, 2015).
Tujuan diadakannya kegiatan penyuluhan gizi ini yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil terkait makanan sehat, kegiatan penyuluhan
diadakan dibeberapa desa pada bulan februari dan maret, sedangkan kegiatan
konseling dilakukan lebih terfokus pada ibu hamil yang datang ke puskesmas agar
memotivasi dan meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang pemilihan makanan
yang baik selama masa kehamilan.
Tabel 7. Rekap Pencapaian Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat
Bulan Jauari 2020

14
No Bumil Mendapat
Puskesmas Jumlah Ibu Hamil %
TTD
1 Hegarmanah 208 23 11,06
(Sumber : Puskesmas Jatinangor, 2020)
Berdasarkan tabel diatas jumlah ibu hamil pada daerah hegarmanah
berjumlah 208 orang sedangkan ibu hamil yang mendapat TTD hanya 23 orang
dan hanya mencapai persentase 11% hal ini terjadi karena tidak semua ibu hamil
datang ke puskesmas dan hanya ibu hamil yang mempunyai keluhan yang datang
ke puskesmas. Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemeriksaan
kehamilan antara lain : pengetahuan, sikap, kepercayaan, tingkat pendidikan dan
tingakat sosial ekonomi. Tingkat ekonomi seseorang juga selalu menjadi faktor
penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang
cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan
di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik (Gotion dkk,
2018).

2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Anemia


Anemia yang sering diderita oleh ibu hamil adalah anemia defisiensi besi.
Ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi besi pada umumnya hanya memberi
sedikit besi pada janin yang dibutuhkan untuk kebutuhan metabolisme besi yang
normal. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu
hamil. Selain secara fisiologis, seorang ibu hamil akan mengalami anemia jika
selama masa kehamilan tidak menjaga kesehatan dan akan menjadi lebih berat
serta dapat memberikan dampak yang sangat buruk, baik bagi janin maupun bagi
ibu hamil sendiri. Selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi kejadian anemia
pada ibu hamil, yaitu nutrisi yang tidak cukup, masukan zat besi yang tidak
adekuat, serta ketidakpatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe.
Faktor-faktor yang mengakibatkan semakin meningkatnya angka kejadian
anemia pada ibu hamil, antara lain: usia ibu hamil, umur kehamilan, status sosial
ekonomi, budaya, tingkat pendidikan yang juga mempengaruhi tingkat
pengetahuan ibu hamil serta tingkat kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi obat
penambah darah (Fe). Usia ibu yang terlalu muda dan terlalu tua sangat

15
mempengaruhi kejadian anemia, karena pada usia muda tersebut membutuhkan
zat besi lebih banyak, baik untuk pertumbuhan ibu hamil sendiri maupun janin
yang dikandungnya, sedangkan kehamilan yang terjadi pada ibu berusia lebih dari
35 tahun lebih banyak mengalami hipertensi, diabetes melitus, anemia dan
penyakit-penyakit kronis lainnya yang akhirnya dapat mempengaruhi
kehamilannya.
Usia kehamilan memasuki 10 minggu, darah ibu bertambah tetapi tidak
dibarengi dengan pertambahan plasma darah dan akan memuncak dalam usia
kehamilan antara 32-36 minggu. Makin tua umur kehamilan, kadar Hb semakin
rendah karena pengenceran darah menjadi semakin nyata dengan kemajuan umur
kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan semakin meningkat.
Tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi secara tidak langsung dapat
mempengaruhi keadaan anemia pada ibu hamil. Tingkat pendidikan yang rendah
mengakibatkan rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan dan
nutrisinutrisi yang harus dipenuhi selama masa kehamilan, sedangkan tingkat
ekonomi yang rendah juga mempengaruhi kemampuan ibu dalam memenuhi
nutrisi yang diperlukan selama masa kehamilan. Kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet Fe yang diterima selama masa kehamilan merupakan faktor
penting dalam meningkatkan kualitas kehamilannya, yaitu meningkatnya kadar
Hb pada ibu hamil (Dafroyanti, 2013).

2.4 Gejala Anemia pada Ibu Hamil

Gejala awal anemia defisiensi besi berupa badan lemah, lelah, kurang
energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah
terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang
terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu wajah, selaput lendir, kelopak mata,
bibir dan kuku penderita tampak pucat. Jikalau anemia berat, ibu bisa sesak napas
bahkan lemah jantung (Dafroyanti, 2013).
Gejala itu disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan
distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut jantung penderita anemia biasanya
lebih cepat karena berusaha mengkompensasi kekurangan oksigen dengan

16
memompa darah lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan kebugaran tubuh
menurun. Jika kondisi ini berlangsung lama, kerja jantung menjadi berat dan bisa
menyebabkan gagal jantung kongestif. Anemia zat besi juga bisa menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh mudah terinfeksi (Tambunan,
2011).

2. 5 Anemia pada Ibu Hamil


Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan
fisiologis yang terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamil
sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan mengalami perubahan yang signifikan,
jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 – 30%, sehingga memerlukan
peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk membuat hemoglobin
(Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah untuk berbagi
dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah hingga 30% lebih banyak dari pada
sebelum hamil (Noverstiti, 2012), apabila kebutuhan darah ini tidak tercukupi, ibu
hamil akan rentan mengalami anemia. Anemia pada ibu hamil adalah suatu
keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit) yang terlalu
sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi
untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013).
Anemia pada ibu hamil umumnya diakibatkan oleh masalah kekurangan
gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan
konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah
protein, besi, piridoksin (vitamin B6), vitamin B12, vitamin C, asam folat, dan
vitamin E. Anemia juga dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan
yang dapat meningkatkan absorbsi Fe seperti vitamin C. Vitamin C dapat
meningkatkan absorbs besi di usus terutama besi non heme yang mempunyai
tingkat absorbsi yang rendah. Terdapat beberapa mekanisme vitamin C dalam
meningkatkan absorbs besi, yaitu dengan meningkatkan reduksi ferri menjadi
ferro sehingga penyerapan lebih mudah dan menghambat efek dari zat tannin dan
kalsium yang dapat menurunkan absorbsi besi di usus.

17
Asupan Fe yang kurang pada ibu hamil juga disebabkan oleh kurangnya
konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). TTD merupakan suplementasi gizi mikro
khususnya zat besi dan folat yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah
kejadian anemia gizi besi selama kehamilan (Depkes RI, 2003). Tablet besi folat
yang diberikan pada ibu hamil sebanyak 90 tablet selama kehamilan, dimana
setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25
mg asam folat.Akan tetapi kepatuhan dan perilaku ibu hamil untuk mengkonsumsi
TTD tidak dianalisiskarena dalam pengambilan data sulit untuk mendapatkan
jawaban subyek yang valid. Anemia yang dialami ibu hamil juga cenderung
dipengaruhi oleh perubahan hormon tubuh yang mengubah proses produksi sel-sel
darah. Anemia pada saar kehamilan juga dapat dipengaruhi oleh gravida. Hasil
penelitian Ridayanti (2012), menyebutkan bahwa ibu hamil primigravida yang
mengalami anemia kehamilan sebesar 44,6% sedangkan ibu multigravida yang
mengalami anemia kehamilan sebesar 12,8%. Hal tersebut disebabkan ibu
primigravida belum mempunyai pengalaman untuk menjaga kesehatan kehamilan
dari kehamilan sebelumnya karena baru pertama kali hamil (Farsi et al., 2011).
Menurut WHO (2008) bahwa sekitar 41,8% ibu hamil di seluruh dunia
mengalami kondisi anemia dan sebanyak 60% kasus anemia pada ibu hamil
disebabkan oleh kekurangan zat besi. Di Indonesia prevalensi anemia pada ibu
hamil juga masih tinggi yaitu 37,1% atau satu diantara tiga ibu hamil di Indonesia
menderita anemia (Balitbangkes, 2013). Anemia pada ibu hamil tidak dapat
diabaikan karena bisa membahayakan ibu dan juga janin dalam kandungan.
Pengaruh anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal jika tidak segera di atasi
di antaranya dapat menyebabkan keguguran, partus prematus, inersia uteri, partus
lama, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok. Pengaruh anemia
terhadap kosepsi diantaranya dapat menyebabkan keguguran, kematian janin
dalam kandungan, kematian janin waktu lahir, kematian perinatal tinggi,
prematuritas dan cacat bawaan. Bahkan setiap tahunnya, terjadi 500 ribu kematian
ibu pasca melahirkan di seluruh dunia dan sebanyak 20 – 40% penyebab utama
kematian tersebut adalah anemia
2.5.1 Jenis-jenis Anemia pada Ibu Hamil

18
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Penyebab utama dari anemia pada ibu hamil jenis ini adalah kurang
makan makanan kaya zat besi, sejak dari sebelum dan semasa hamil. Anemia ini
disebutdengan anemia defisiensi zat besi. Zat besi diperlukan untuk membantu
tubuh memproduksi sel darah merah segar yang kaya oksigen dan nutrisi. Aliran
darah, oksigen, serta nutrisi sangat penting untuk mendukung proses tumbuh
kembang janin dan memelihara kondisi plasenta tetap optimal. Defisiensi zat gizi
yang paling banyak terjadi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia
adalah zat besi (Fe). Kebutuhan zat besi meningkat pada ibu hamil terutama pada
trimester III. Hal ini menyebabkan ibu hamil pada trimester III lebih rentan
mengalami defisiensi zat besi. Asupan zat besi (Fe) yang kurang dapat disebabkan
oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung Fe sehingga tubuh ibu
hamil tidak dapat mengimbangi kebutuhan Fe yang meningkat.
Konsumsi zat besi <30 butir/bulan menyebabkan anemia pada ibu hamil
3 kali dibandingkan ibu hamil dengan konsumsi zat besi ≥ 30 butir/bulan.
Menurut teori Wiknjosastro et al. (2005) keperluan akan zat besi pada kehamilan
akan bertambah terutama pada trimester akhir, pada proses pematangan sel darah
merah zat besi diambil dari transferin plasma yaitu cadangan besi dalam serum.
Apabila cadangan plasma tidak cukup maka akan mudah terjadi anemia. Namun,
mendapatkan asupan zat besi bagi anemia pada ibu hamil dari makanan saja tidak
akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sepanjang kehamilan. Kenyataannya,
ketika hamil volume darah akan bertambah hingga 50% untuk bisa mencukupi
keperluan diri sendiri dan janin yang sedang tumbuh, sehingga kebutuhan zat besi
harian tubuh juga harus dipenuhi lewat suplemen zat besi agar terhindar dari
anemia. Hal yang sama ditemukan oleh Buana (2004), ibu hamil yang
mendapatkan atau mengkonsumsi tablet besi <30 tablet/bulan mempunyai peluang
2,286 kali untuk menderita anemia dibanding ibu hamil yang mengkonsumsi
tablet besi >30 tablet/bulan.
Dalam mengkonsumsi makanan sumber zat besi, selain memperhatikan
kuantitas (jumlah zat besi yang terkandung dalam makanan) juga harus
memperhatikan kualitasnya yaitu daya serap dan nilai biologisnya tinggi agar

19
dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh. Ada dua jenis zat
besi yang terdapat di dalam makanan yaitu: zat besi yang berasal dari heme dan
nonheme. Zat besi yang berasal hem merupakan penyusun hemoglobin dan
myoglobin. Besi heme terdapat pada makanan hewani, sedangkan besi nonheme
umumnya terdapat dalam makanan (kacang-kacangan, buah-buahan, sayur-
sayuran, biji-bijian, dan tofu) dan dairy product (susu, keju dan telur) meskipun
dairy product sangat sedikit mengandung besi. Ketidakcukupan jumlah Fe dalam
makanan terjadi karena pola konsumsi makan masyarakat Indonesia masih
didominasi sayuran sebagaisumber zat besi yang sulit diserap, sedangkan daging
dan bahan pangan hewani sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron) jarang
dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan.
2. Anemia Defisiensi Folat
Anemia defisiensi folat terjadi ketika tubuh kekurangan asupan asam
folat (vitamin B9) dari makanan. Asam folat berperan dalam metabolisme asam
amino yang diperlukan dalam pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
dan pematangannya. Sumber asam folat yang baik untuk tubuh adalah daging
sayuran hijau, buah-buahan, serealia, dan kacang-kacangan. Anemia pada ibu
hamil jenis ini juga bisa terjadi akibat malabsorpsi, yaitu kondisi dimana tubuh
tidak dapat menyerap asam folat secara efektif sebagaimana mestinya. Hal ini
biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan, seperti penyakit celiac. Asam
folat adalah vitamin yang penting untuk menjaga kesehatan agar menghindari
anemia apda ibu hamil. Fungsi asam folat adalah untuk membentuk protein baru
di dalam tubuh yang menghasilkan sel darah merah dan membentuk DNA pada
janin. Mencukupi kebutuhan asam folat dapat mencegah risiko bayi terlahir
mengalami cacat tabung saraf seperti spina bifida dan anencephaly hingga 72%.
3. Anemia Defisiensi Vitamin B12
Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah merah.
Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk mengaktifkan asam folat, dan dalam fungsi
normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan
jaringan syaraf. Jika ibu hamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B12,
gejala anemia pada ibu hamil bisa muncul sebagai akibatnya. Gangguan

20
pencernaan seperti penyakit celiac dan Crohn juga dapat mengganggu kerja tubuh
menyerap vitamin B12 dengan baik. Selain itu, kebiasaan minum alkohol saat
hamil juga dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil jenis defisiensi vitamin
B12.

2.5.2 Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Anemia pada Ibu Hamil
1. Usia Ibu
Kesiapan alat reproduksi wanita untuk hamil berhubungan dengan usia
ibu hamil. Usia yang terbaik untuk hamil adalah pada usia 20 – 35 tahun. Bila
wanita hamil dengan umur < 20 tahun, maka asupan zat besi akan menjadi terbagi
antara pertumbuhan biologisnya dan janin yang dikandungnya. Wanita yang hamil
> 35 tahun, akan mengalami fungsi faal tubuh tidak optimal, karena sudah masuk
masa awal degeneratif. Oleh karenanya, hamil pada usia < 20 tahun dan > 35
tahun merupakan kehamilan yang berisiko yang dapat menyebabkan anemia juga
dapat berdampak pada keguguran (abortus), bayi lahir dengan berat badan yang
rendah (BBLR), dan persalinan yang tidak lancar (komplikasi persalinan). Faktor
usia merupakan faktor yang perlu diperhatikan bagi seorang wanita untuk hamil
(Depkes RI, 2005). Dairo dan Lawoyin (2004) menyatakan bahwa usia ibu antara
2029 tahun (p=0,011) memiliki risiko yang rendah mengalami anemia saat hamil.
2. Frekuensi Hamil
Cadangan zat besi akan berkurang selama kehamilan, semakin tinggi
frekuensi kehamilan maka semakin banyak seorang ibu mengalami kehilangan zat
besi, sehingga perlu diperhatikan frekuensi kehamilan serta jarak kehamilannya.
Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan cadangan zat besi ke tingkat normal,
dengan syarat bahwa selama masa tenggang waktu tersebut ibu dalam kondisi
kesehatan dan mutu makanan baik (Allen, 2000). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Tanziha et al. (2016) di perdesaan maupun di
perdesaan+perkotaan terdapat kecenderungan proporsi anemia pada ibu hamil
yang frekuensi kehamilannya >3 kali lebih tinggi dibandingkan proporsi anemia
pada ibu hamil yang frekuensi kehamilannya ≤3 kali.
3. Jarak Kehamilan

21
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
wanita adalah jarak kehamilan pendek. Jarak kehamilan yang baik minimal 2
tahun menjadi sangat penting untuk diperhatikan sehingga tubuh ibu siap untuk
menerima janin kembali. Jarak kehamilan yang kurang dari 24 bulan atau 2 tahun
memungkinkan kondisi ibu belum pulih, sehingga zat besi yang ada didalam
tubuhnya terbagi untuk pemulihan tubuhnya dan kebutuhan selama kehamilan
berikutnya (Fatimah et al., 2011).

2.6 Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil


Upaya penanggulangan anemia gizi terutama pada wanita hamil telah
dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu caranya adalah melalui suplementasi
tablet besi. Suplementasi tablet besi dianggap merupakan cara yang efektif karena
kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan tambahan asam folat yang dapat
mencegah anemia akibat kekurangan asam folat. Suplementasi tablet besi
dianggap efisien karena harganya relatif murah dapat dijangkau oleh masyarakat
kelas bawah serta mudah didapat. Departemen Kesehatan telah melaksanakan
program penanggulangan anemia gizi besi (AGB) dengan membagikan tablet besi
atau tablet tambah darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak 1 tablet setiap hari
berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. Tablet besi yang diberikan
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg
(Susiloningtyas,2012). Supaya penyerapan besi dapat maksimal, dianjurkan
meminum tablet zat besi dengan air minum yang sudah dimasak. Konsumsi tablet
Fe akan mengakibatkan tanda-tanda kurang darah menghilang. Namun, jika tidak
menghilang artinya yang bersangkutan bukan menderita anemia gizi besi, tetapi
menderita anemia jenis lain. Meskipun dibutuhkan sebagai gizi yang baik,
suplemen besi dapat menganggu saluran pencernaan pada sebagian orang dan
memberikan efek samping seperti mual, rasa panas pada perut, diare atau
sembelit. Cara pemulihan dari efek samping tersebut dianjurkan untuk
mengurangi setiap dosis besi atau menambahkan tablet besi pada makanan yang
biasa dikonsumsi. Makanan yang kaya akan vitamin C memperbanyak serapan
besi (Brock,2007 dalam Roosleyn, 2016)

22
2.6.1 Program Pencegahan Anemia
Adapun program pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dalam
mencegah anemia meliputi:
a. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin sebanyak 90 tablet
untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu
hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi dan
pemberiannya dapat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu
dan Bidan di Desa. Secara teknis telah diberikan setiap bulan sebanyak 30
tablet.
b. Diterbitkannya buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun
1995, dan poster-poster mengenai tablet besi.
c. Diterbitkan buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi
bagi petugas tahun 1996 (Susiloningtyas,2012).
2.6.2 Pedoman Gizi Pada Anemia Defisiensi Besi
Kebutuhan besi pada ibu hamil dapat diketahui dengan mengukur kadar
hemoglobin. Kadar Hb < 11 mg/dL sudah termasuk kategori anemia defisiensi
besi. Namun pengukuran yang lebih spesifik dapat dilakukan dengan mengukur
kadar feritin, karena walaupun kadar Hb normal belum tentu kadar feritin tubuh
dalam keadaan normal. Kadar feritin memberikan gambaran cadangan besi dalam
tubuh (Susiloningtyas, 2012).
Beberapa hal yang bisa dipakai sebagai pedoman untuk mencukupi
kebutuhan besi antara lain:
1. Pemberian suplemen Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6mg/Kg
BB/hari dalam 3 dosis terbagi. Penderita anemia ringan-sedang : 3 mg/kg
BB/hari dalam 3 dosis terbagi
2. Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga
kebutuhan makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.
3. Meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber besi terutama dari
protein hewani seperti daging, sehingga walaupun tetap mengkonsumsi
protein nabati diharapkan persentase konsumsi protein hewani lebih
besar dibandingkan protein nabati.

23
4. Meningkatkan konsumsi bahan makanan yang dapat meningkatkan
kelarutan dan bioavailabilitas besi seperti vitamin C yang berasal dari
buah-buahan bersama-sama dengan protein hewani.
5. Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi
besi seperti bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat.
6. Mengkonsumsi suplemen besi ferro sebelum kehamilan direncanakan
minimal tiga bulan sebelumnya apabila diketahui kadar feritin rendah.
Semua pedoman di atas dilakukan secara berkesinambungan karena
proses terjadinya defisiensi besi terjadi dalam jangka waktu lama,
sehingga untuk dapat mencukupi cadangan besi tubuh harus dilakukan
dalam jangka waktu lama pula (Susiloningtyas,2012)

24
BAB III

PENUTUP

I.13.1 Kesimpulan

Anemia pada ibu hamil umumnya diakibatkan oleh masalah kekurangan gizi
yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan
konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah protein, besi,
piridoksin (vitamin B6), vitamin B12, vitamin C, asam folat, dan vitamin E.
Asupan zat besi yang kurang pada ibu hamil juga disebabkan oleh kurangnya
konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Anemia yang dialami ibu hamil juga
cenderung dipengaruhi oleh perubahan hormon tubuh yang mengubah proses
produksi sel-sel darah. Berdasarkan defisiensinya anemia terbagi menjadi 3 yaitu
anemia akibat defisiensi zat besi, anemia defisiensi folat, dan anemia defisiensi
vitamin B12. Beberapa karakteristik yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil
yaitu usia ibu dimana apabila usia ibu <20 tahun dan >35 tahun lebih rentan
terkena anemia, frekuensi kehamilan dimana apabila frekuensi kehamilan pada
ibu lebih dari 3 kali mengalami rentan terkena anemia, dan jarak kehamilan ibu
dimana apabila jarak kehamilan kurang dari 2 tahun ibu hami akan rentan
mengalami anemia.
Gejala awal anemia defisiensi besi berupa badan lemah, lelah, kurang
energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah
terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang.
Apabila gejala dalam anemia berat, ibu bisa sesak napas bahkan lemah jantung.
Berdasarkan data Puskesmas Jatinangor pada tahun 2019, ibu hamil yang
mengalami anemia sebanyak 26,1%. Tingginya presentase anemia pada ibu hamil
disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu hamil terkait pola makan yang
baik sebelum dan pada saat hamil, kurangnya pengetahuan ibu terkait bahaya
anemia pada ibu hamil, dan kurangnya kesadaran dari ibu hamil bahwa meminum
Tablet Tambah Darah (TTD) sangat penting untuk ibu hamil.

25
Upaya pencegahan anemia pada ibu hamil salah satunya adalah melalui
suplementasi tablet besi. Suplementasi tablet besi dianggap merupakan cara yang
efektif karena kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan tambahan asam
folat yang dapat mencegah anemia akibat kekurangan asam folat, mudah didapat,
dan memliki harga yang relatif murah. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih
oleh Puskesmas Jatinangor yaitu penyuluhan/konseling gizi pada ibu hamil,
sosialisasi anemia gizi besi pada ibu hamil, sosialisasi anemia gizi besi pada
remaja putri dan pendampingan konsumsi TTD pada ibu hamil.

Adapun program pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dalam


mencegah anemia meliputi:
1. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin sebanyak 90 tablet
untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi untuk
ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi
dan pemberiannya dapat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Posyandu dan Bidan di Desa. Secara teknis telah diberikan setiap bulan
sebanyak 30 tablet.
2. Diterbitkannya buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun
1995, dan poster-poster mengenai tablet besi.
3. Diterbitkan buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi

bagi petugas tahun 1996

26
DAFTAR PUSTAKA

Allen LH. 2000. Anemia and Iron Deficiency: Effects on Pregnancy Outcome.

Am J Clin Nutr 71:1280S-4S.

Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Anemia


Defisiensi Besi . Kesehatan, 166-169.
Arisman, 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Astriana, W. (2017). Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan
Usia. Jurnal Ilmu Kesehatan, 123-130.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Kemenkes Republik Indonesia. Jakarta.

Bara, F. T., Fanny, L., & Wijayanagara, H. 2015. Pengaruh Konseling Gizi Pada
Ibu Hamil Dengan Anemia Terhadap Status Gizi Di Kecamatan Minasatene
Dan Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkajene. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis , 6(2):253-262.

Buana, A. 2004. Status Anemia Gizi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan
Beberapa Faktor di Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara
Tahun 2004. Universitas Indonesia. Jakarta.

Dafroyati, Yuliana. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia


pada Ibu Hamil di Puskesmas Sikumana Kota Kupang Tahun 2012. Jurnal
Info Kesehatan, Vol. 11 No.2: 468-480.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Program penanggulangan anemia gizi pada


wanita usia subur. Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Depkes Republik Indonesia. Jakarta.

Farsi,Y., Brooks,D., Werler,M., Cabral,H., Al-Syafei,M., & Wallenburg, H. C.


2011. Effect of High Parity on Occurence of Anemia in Pregnancy: a Cohort
Study. BMC Pregnancy and Childbirth. 11(7) : 7.
Fatimah S, Hadju V, Bahar B, Abdullah Z. 2011. Pola Konsumsi dan Kadar
Hemoglobin pada Ibu Hamil di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Makara Kesehatan 15(1) : 31 – 36.

Gotion, S. H., Sakung, J., & Moonti, S. W. 2018. Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Keaktifan Kunjungan Ibu Hamil Di Puskesmas
Lambunu 1 Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Kolaboratif Sains, 1(1).

Kemenkes, WHO, POGI, IBI, Kementerian Kesehatan RI, World Health


Organization, Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Ikatan Bidan
Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Khumaira. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu Hamil


Mengkonsumsi Tablet Fe. Bandung: FKM-UNSIL.

Kristiyanasari,Weni.2010.Gizi Ibu Hamil.Yogyakarta:Nuha Medika

Noverstiti, E. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Anemiapada Ibu HamilTrimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Air
Dingin Kota Padang tahun 2012. STIKES Peringsewu Lampung.

Proverawati, A. (2013). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Purbadewi, L., & Ulvie, Y. N. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang


Anemia Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang , 2(1): 31-39.

Raptauli, Nahsty. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Anemia Pada
Remaja Putri Di Kota Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia

Ridayanti. 2012. Hubungan tingat pendidikan Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia
pada Kehamilan di Puskesmas Banguntapan I Bantul. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Roosleyn I. P. 2016. STRATEGI DALAM PENANGGULANGAN


PENCEGAHAN ANEMIA PADA KEHAMILAN. Jurnal Ilmiah Widya,
3(3):1-9
Susiloningtyas, Is. 2012. Pemberian Zat Besi (Fe) dalam Kehamilan. Majalah
Ilmiah Sultan Agung, 50 (128)
Tanziha, I., Damanik, M. R., Utama, L. J., & Rosmiati, R. (2016). Faktor Resiko
Anemia Ibu Hamil di Indonesia. Gizi Pangan, 143-152

Tambunan, Dameria M. 2011. Gambaran Kejadian Anemia Ibu Hamil dan Faktor-
Faktor yang Berhubungan di Wilayah Kerja Puskesmas Selapung
Kabupaten Asahan Tahun 2011. Skripsi. Universitas Indonesia, Depok.

Thankachan. 2008. Iron Absorbtion in Young India Women : the Interaction


of Iron Status With the Influence of Tea and Ascorbic Acid. The
American Journal of Clinical Nutrition, 87(4):881-886

Waliyo, Edy dan Shelly Festilia Agusanty. 2016. Uji Coba Pemantauan Minum
Tablet Tambah Darah (Fe) terhadap Kepatuhan Konsumsi Ibu Hamil. jurnal
vokasi Kesehatan, Volume II Nomor 1 Januari 2016, hlm. 84 - 88

Winkjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. YBP SP. Jakarta.

World Health Organization. 2008. Iron Deficiency Anemia: Assessment,


Prevention, and Control. A Guide for Programme Managers. WHO.
Geneva.

Anda mungkin juga menyukai