Anda di halaman 1dari 5

GAGAL JANTUNG

NO. REVISI :
TANGGAL TERBIT :
SOP
HALAMAN :

UPT PUSKESMAS NO.DOKUMEN :70/PKMCB/SOP/1/2020 dr. Indah Novianty


CIJAGRA BARU NIP. 19901127 201903 2 009

1. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam penatalaksanaan gagal jantung dan
mencegah terjadinya komplikasi, untuk semua pasien yang datang di unit
pelayanan umum Puskesmas Cijagra Baru
2. Ruang Lingkup Unit Pelayanan Umum
3. Definisi Heart failure atau gagal jantung adalah kondisi saat pompa jantung
melemah, sehingga tidak mampu mengalirkan darah yang cukup ke seluruh
tubuh. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah gagal jantung kongestif. Gagal
jantung dapat disebabkan oleh hipertensi, anemia, dan penyakit jantung.
4. Prosedur Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu d’effort)
2. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu)
3. Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
Keluhan tambahan: lemas, mual, muntah dan gangguan mental pada
orangtua
Faktor Risiko
1. Hipertensi
2. Dislipidemia
3. Obesitas
4. Merokok
5. Diabetes melitus
6. Riwayat gangguan jantung sebelumnya
7. Riwayat infark miokard

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik:
1. Peningkatan tekanan vena jugular
2. Frekuensi pernapasan meningkat
3. Kardiomegali
4. Gangguan bunyi jantung (gallop)
5. Ronki pada pemeriksaan paru
6. Hepatomegali
7. Asites
8. Edema perifer
Pemeriksaan Penunjang
1. X Ray thoraks untuk menilai kardiomegali dan melihat gambaran edema
paru
2. EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang T,
dan gambaran abnormal lain).
3. Darah perifer lengkap

Penegakan Diagnostik(Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham yaitu minimal 1
kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor:
1. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
2. Distensi vena-vena leher
3. Peningkatan tekanan vena jugularis
4. Ronki basah basal
5. Kardiomegali
6. Edema paru akut
7. Gallop (S3)
8. Refluks hepatojugular positif

Kriteria Minor:
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam
3. Dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
7. Takikardi >120 kali per menit

Diagnosis Banding
1. Penyakit paru: obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi paru
berat (ARDS), emboli paru.
2. Penyakit Ginjal: Gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
3. Sirosis hepatik
4. Diabetes ketoasidosis
Komplikasi
1. Syok kardiogenik
2. Gangguan keseimbangan elektrolit

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
1. Modifikasi gaya hidup
a. Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1 liter
(berat)
b. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
2. Aktivitas fisik
a. Pada kondisi akut berat: tirah baring
b. Pada kondisi sedang atau ringan:batasi beban kerja sampai 60% hingga
80% dari denyut nadi maksimal (220/umur)
3. Penatalaksanaan farmakologi

Pada gagal jantung akut:


a. Terapi oksigen 2-4 liter per menit
b. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian furosemid
injeksi 20 s/d 40 mg bolus dapat diulang tiap jam sampai dosis maksimal
600 mg/hari.
c. Segera rujuk.

Pada gagal jantung kronik:


a. Diuretik: diutamakan loop diuretic (furosemid) bila perlu dapat
dikombinasikan Thiazid, bila dalam 24 jam tidak ada respon rujuk ke
layanan sekunder.
b. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB)
mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang efektif
dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai dosis maksimal
dan target tidak tercapai segera dirujuk.
c. Digoksin diberikan bila ditemukan takikardi untuk menjaga denyut nadi
tidak terlalu cepat.
Konseling dan Edukasi
1. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung kronik
misalnya tidak terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak atau kadar gula
darah.
2. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan
kardiovaskular dan pentingnya untuk kontrol kembali setelah pengobatan di
rumah sakit.
3. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
4. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien beraktivitas dan
berinteraksi.
5. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor
pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien, serta menyepakati
bersama peran keluarga pada masalah kesehatan pasien.

Kriteria Rujukan
1. Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas peayanan kesehatan
sekunder yang memiliki dokter spesialis jantung atau spesialis penyakit
dalam untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan seperti
ekokardiografi.
2. Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami perburukan dalam
waktu cepat harus segera dirujuk layanan sekunder atau layanan tertier
terdekat untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

Peralatan
1. EKG
2. Radiologi (X ray thoraks)
3. Laboratorium untuk pemeriksaan darah perifer lengkap

Prognosis
Tergantung dari berat ringannya penyakit, komorbid dan respon pengobatan.
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
 Panduan Pelayanan Medik. PAPDI. 2009.
5. Referensi
 Usatine, R.P. The Color Atlas Of Family Medicine. 2009. (Usatine,
et al., 2008)
 Rakel, R.E. Rakel, D.P.Textbook Of Family Medicine.2011. (RE &
Rakel, 2011)
6. Dokumen Terkait 1. Status pasien Unit Pelayanan Umum
2. Data kunjungan pasien
3. Lembaran resep
4. Form resep umum luar
5. Form rujukan pasien umum
7. Distribusi BP UMUM

8. Rekaman Historis No. Yang di ubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Berlaku
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai