Anda di halaman 1dari 6

HIPERTENSI HEART DISEASE

(HHD)
No.Dokumen :
SOP SOP/22/Pusk.Selbar/I/2020

No Revisi : 00
Tanggal Terbit :
12 Januari 2020
Halaman : 1/6
UPTD dr.Wayan Arya Putra Manuaba
PUSKESMAS NIP. 19721107 200501 1 008
SELEMADEG
BARAT

1. Pengertian Penyakit jantung hipertensi atau Hipertensi heart disease (HHD)


adalah istilah yang ditetapkan untuk menyebutkan penyakit jantung
secara keseluruhan, mulai dari left ventriale hyperthropy (LVH),
aritmia jantung, penyakit jantung coroner, dan penyakit jantung kronis
(CHF), yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik
secara langsung araupun tidak langsung. Penyakit jantung hipertensi
adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak sekunder pada
jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan berkepanjangan.
Penyakit jantung hipertensi merujuk kepada suatu keadaan yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi
yang berkepanjangan dan tidak terkendali dapat mengubah struktur
miokard. Pembuluh darah dan system korduksi jantung. Perubahan-
perubahan ini dapat mengakibatkan hipertroll ventrikel kiri, penyakit
arteri coroner , gangguan system konduksi, disfungsi sistolik dan
diastolic miokard yang nantinya bermanifestasi klinis sebagai angina
(nyeri dada, inferk miokard, aritmia jantung ( terutama fibriasi atrium)
dan gagal jantung kongestif

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk penanganan


penyakit Hipertensi heart disease )HHD

3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Selemadeg Barat Tentang layanan klinis


4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama
5. Alat dan Bahan 1. Buku rekam medis pasien 4. Timbangan
2. Stetoscope 5. Alat tulis
3. Senter
Hasil Anamnesis (Subjektive)
6. Langkah-
Keluhan
langkah
1. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu d’effort)
2. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu)
3. Sesak napas malam hari (paroxysmal roctumal dyspneu)
Keluhan tambahan lemas, mual, muntah dan gangguan mental pada
orangtua
Faktor Resiko
1. Hipertensi
2. Dislipicemia
3. Obesitas
4. Merokok
5. Diabetes militus
6. Riwayat gangguan jantung sebelumnya
7. Riwayat infark miokard

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objektive)


Pemeriksaan Fisik
1. Peningkatan tekanan vena jugular
2. Frekuensi pemanasan meningkat
3. Kardiomegali
4. Gangguan bunyi jantung (gallop)
5. Roki pada pemeriksaan paru
6. Hepatomegali
7. Asites
8. Edema prifer
Pemeriksaan Penunjang
1. X Ray thoraks untuk menilai kardiomegali dan melihat
gambaran edema paru
2. EKG (hipertrofi ventrikel kiri. Atrial fibrilasi, perubahan
gelombang T, dari gambaran abnormal lain)
3. Darah perifer lengkap

Penegakan Diagnostik (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan kriteria Framingham yaitu minimal 1 kriteria
mayor dari 2 kriteria minor

Kriteria Mayor :
1. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturral
dyspneu)
2. Distens vena-vena leher
3. Peningkatan tekanan vena jugulans
4. Ranox basah basal
5. Kardiomegali
6. Ederma paru akut
7. Gallop (S3)
8. Refluks hepazojugular positif

Kriteria Minor :
1. Edema ekstremintas
2. Batuk malam
3. Dyspreu d’effori (sesak ketika beraktifitas)
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
7. Takikardi > 120 kali per menit

Diagnosa banding
1. Penyakit paru : obstruktif kronik (PPOK, asma, pneuromia,
infeksi paru berat (ARDS), emboli paru
2. Penyakit Ginjal, Gagal ginjal Kronik, sindrom nefrolik
3. Sirosis hepatik
4. Diabetes ketoasidosis

Komplikasi
1. Syok kardiogenik
2. Gangguan keseimbangan elektrolit
Penatalaksaan Komprehensif (plan)
Penatalaksanaan
1. Modifikasi gaya hidup
a. Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan),
maksimal 1 liter (berat)
b. Berhenti merokok dan konsumsi alcohol
2. Aktifitas fisik
a. Pada kondisi akut berat tirah baring
b. Pada kondisi sedang atau ringan batasi beban kerja sampai
60% hingga 80% dari denyut nadi maksimal (220/umur)
3. Penatalaksanaan farmakologi

Pada gagal jantung akut:


a. Terapi oksigen 2-4 liter per menit
b. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian
furosemide injeksi 20 s/d 40 mg bolus dapat diulang tiap jam
sampai dosis maksimal 600 mg/hari
c. Segera rujuk

Pada gagal jantung kronik


a. Diuretic : diutamakan loop cluretic (furosemide ) bila perlu
dapat dikombinasikan Thiazid, bila dalam 24 jam tidak ada
respon rujuk ke layanan sekunder
b. ACE Inhibritor (ACE-I) atau Angiotensire II receptor blacker
(ARB) mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai
tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu. Bila
pengobatan sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak
tercapai segera rujuk
c. Digoksin diberikan bila ditemukan takikard untuk menjaga
denyut nadi tidak terlalu cepat

Konseling dan Edukasi


1. Edukasi tentang penyebab factor resiko penyakit gagal jantung
kronik misalnya tidak terkontrolnya tekanan darah, kadar lemak
atau kadar gula darah
2. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda kegawatan
kardiovaskilar dan pentingnya untuk control kembali setelah
pengobatan di rumah sakit
3. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan
4. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien beraktifitas
dan berinteraksi.
5. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi factor-
faktor pendukung dan penghambat penatalaksanaan pasien,
serta menyepakati bersama peran keluarga pada masalah
kesehatan pasien.
Kriteria Rujukan
1. pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis
jantung atau spesialis penyakit dalam untuk perawatan maupun
pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
2. Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami
perburukan dalam waktu cepat harus segera dirujuk layanan
sekunder atau layanan tertier derdekat untuk dilakukan
penanganan lebih lanjut.

Peralatan
1. EKG
2. Radiologi (X ray thoraks)
3. Laboratorium untuk pemeriksaa darah perifer lengkap

Prognosis
Tergantung dari berat ringannya penyakit, komorbid dan respon
pengobatan

1.Anamnesa 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan


7.Diagram Alir
peunjang

5. Pengobatan dan 4. Penegakan


6. HE (Health perawatan (sesuai diagnosa
Educator) PROTAP)

8. Hal-hal yang Kriteria Rujukan


perlu 1. Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas
diperhatikan
pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis
jantung atau spesialis penyakit dalam untuk perawatan maupun
pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
2. Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami
perburukan dalam waktu cepat harus dirujuk layanan sekunder
atau layanan tertier untuk dilakukan penanganan lebih lanjut
9. Unit Terkait 1. Ruang pemeriksaan umum
2. Ruang Unit Gawat Darurat

10. Dokumen 1. SK Kepala Puskesmas


terkait 2. SOP

11. Rekaman Historis

No Halaman Yang diubah Perubahan Diberlakukan


tanggal

Anda mungkin juga menyukai