Anda di halaman 1dari 12

HIPERTENSI

Hipertensi, Klasifikasikan atas:


1. Hipertensi Esensial
2. Hipertensi Sekunder

A. KRITERIA DIAGNOSA
Tekanan darah lebih atau sama dengan 160 / 95 mmHg (WHO 1978)

B. DIAGNOSA BANDING
1. Hipertensi Esensial (Tak Jelas sebabnya), didapat lebih dari 90 % penderita
2. Hipertensi Sekunder:
a. Penyakit Ginjal : Stenosis arteri reanalis, GN, PNK, Ginjal Polikistik, Nefropati
b. Oleh Karena obat: Kontrasepsi, simpato-mimetis
c. Endokrin: Feokromositom, Hiperfugsi adrenokortikal
d. Neurogenis
e. Lain-lain

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Mencari komplikasi Kardiovaskuler
a. Kelainan Jantung: Foto Toraks, EKG
b. Kelainan ginjal; Fungsi ginjal (Ureum, kreatinin, urinalisis, proteinuri)
c. Kelainan vaskuler mata (retina)
2. Mencari faktor resiko
a. Kolesterol serum, Trigliserida
b. Gula Darah
c. Pada yang dicurigai: mencari faktor penyebab hipertensi sekunder (pada
sedikit sekali)

D. PERAWATAN RUMAH SAKIT


Rawat inap, pada :
1. Hipertensi berat
2. Kegawatan Hipertensi atau yang mendesak
3. Hipertensi dengan komplikasi

E. TERAPI
1. Nonfarmakologis
a. Untuk Hipertensi berat, ringan dan sedang; rendah garam ( < 3 gr / hari)
b. Penurunan berat badan
c. Olahraga
2. Farmakologis
a. Diuretik
HCT 1 x 12,5 25 mg
Spironolakton 1 x 2,5 mg
b. Penghambat Adrenergik
Bekerja sentral:
Klonidin 2 x 0,75 0,150 mg
Metildopa 3 x 250 750 mg
Reserpin 1 x 0,05 0,25
c. Penyekat alfa -1
Prasozin 2 x 1 -8 mg
Doxazosin 1 x 1,5 mg
d. Penyekat beta
Metoprolol 1 x 20 200 mg
Atenolol 1 x25 150 mg
Propanolol 2 x 40 160
Oxprenolol 2 x 80 160 mg
Nadolol 1 x 40 320 mg
e. Vasodilator
Hidralazin 2 x 50 150 mg
f. Penghambat ACE Inhibitor
Captopril 1- 3 x 12,5 50 mg
Lisinopril 1 x 10 20 mg
g. Penghambat Kalsium
Diltiazem 2 3 x 60 120 mg
Nifedipine 3 x 10 20 mg
Untuk krisis Hipertensi, gawat atau darurat:
1). Nifedipine sublingual, 10 mg (dapat diulang)
2). Diazoxide injeksi
3). Nitroprusid injeksi
4). Hidralazin injeksi

F. PENYULIT
1. Berat, darurat dapat terjadi: Perdarahan otak, ablasio / perdarahan retina,
dekompensasi cordis
2. Jangka Panjang: Stroke penyakit jantung koroner, gagal ginjal, buta.
3. Penyulti karena Obat: Hipotensi ortostatik, impotensia

G. INFORMED CONSENT
Tertulis, untuk setiap tindakan diagnosis invasive atau operatif
H. LAMA PERAWATAN
Pada yang gawat, 1 minggu`

I. MASA PEMULIHAN
1 Minggu

J. PROGNOSA
1. Hipertensi terkontrol
2. Sekunder yang operable
3. Sembuh
HIPERTENSI BERAT DAN KEGAWATAN HIPERTENSI
PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI

A. KRITERIA DIAGNOSA
1. Tekanan Diastolik diatas 120 mmHg
2. Tekanan Darah diastolik yang meningkat dengan cepat
3. Hipertensi dengan kegawatan
4. Ensefalopati
5. Iskemia Miokard Akut
6. Eklampsi Berat (Hipertensi pada Kehamilan)
7. Diseksi Aorta
B. DIAGNOSA BANDING
1. Hipertensi Essensial
2. Hipertensi Sekunder

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiogram
2. Laboratorium : Fungsi ginjal, Elektrolit dan lain-lain
3. Foto Rontgen Toraks

D. KONSULTASI
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam
2. Dokter Spesialis Mata
3. Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan

E. PERAWATAN RUMAH SAKIT


Rawat inap, sesegera mungkin

F. TERAPI
1. Nonfarmakologis
Tirah Baring, Diet Rendah Garam
2. Farmakologis
Berbagai pilihan untuk turunkan tekanan darah secepatnya sampai batas
aman, seperti:
a. Nifedipin Sublingual 5 mg, awal
b. Captopril Sublingual 12,5 mg awal

G. PENYULIT
1. CVD / Stroke
2. Gangguan Penglihatan / Ablasio Retina
3. Gagal Jantung
4. Infark Miokard
5. Gagal Ginjal

H. INFORMED CONSENT
Tertulis, bila akan dilakukan tindakan invasive

I. LAMA PERAWATAN
Beberapa hari setelah tekanan darah terkendali

J. MASA PEMULIHAN
Bervariasai sesuai Individual

K. PROGNOSA
Kurang baik, bila timbul Komplikasi
ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL
(UNSTABLE ANGINA)

Termasuk penyakit jantung iskemik.

A. KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri dada khas angina yang:
1. Terjadi pertama kali
2. Bertambah frekuensinya atau bertambah lama/ bertambah hebat
3. Timbul ketika istirahat
4. Timbul 24 jam pada pasca infark miokard

B. DIAGNOSIS BANDING
1. Infark Miokard akut
2. Diseksi aorta
3. Nyeri nonkardiak yang akut
4. Esofagogastrik, kolik bilier, nyeri pleura dan lain-lain

C. TERAPI
1. Nonfarmakologis
Tirah Baring
2. Farmakologis
a. Nitrat sublingual dan oral
b. Penyekat Beta (Beta Blocker)
c. Obat penenang, Diazepam 5 mg (oral)
d. Antiplatelet : Aspirin
e. Penderita dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas perawatan koroner

GAGAL JANTUNG
(HEART FAILURE / DECOMPENSATIO CORDIS)

A. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Sesak (DOE, PND, Ortopnea) tidak dapat tidur datar
2. Takikrdia dan irama gallop
3. Tanda-tanda bendungan: ronki basah di paru (gagal jantung kiri) dan
peningkatan JVP
4. Hepatomegali, edema (gagal jantug kanan)
5. Tanda perfusi perifer yang berkurang: rasa lelah, nadi kecil, urin berkurang

B. DIAGNOSIS BANDING
1. Asma Bronkiale
2. Payanh Ginjal
3. Sirosis Hepatis

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen toraks: Kardiomegali, tanda bendungan
2. Elektrokardiogram: takikardia, gangguan irama, LVH atau RVH
3. Laboratorium: Tes fungsi hati, ginjal, elektrolit, Hb, Ht

D. PERAWATAN RUMAH SAKIT


Diruang gawat darurat sampai stabil

E. KONSULTASI
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
F. TERAPI
1. Nonfarmakologis
Istirahat atau tirah baring setengah duduk, makan porsi kecil dan pembatasan
cairan masuk
2. Farmakologis
Oksigen nasal, IV Line, ACE inhibitor, Digitalis, diuretika, vasodilator jika
diperlukan.

G. PENYULIT
1. Kematian mendadak
2. Intoksikasi Digitalis
3. Gangguan elektrolit dan asam basa / gas darah
4. Gagal ginjal
H. INFORMED CONSENT
Tertulis, perlu untuk tindakan invasive

I. LAMA PERAWATAN
1. Satu minggu untuk gagal jantung ringan / sedang
2. Kira kira dua minggu untuk gagal jantung berat

J. MASA PEMULIHAN
1. Bergantung penyebab dasar
2. Kira kira dua minggu untuk gagal jantung ringan

K. PROGNOSA
Bergantung penyebab dasar
PENYAKIT JANTUNG PARU
(KOR PULMONAL)

A. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Riwayat penyakit paru menahun / kronis atau PPOM
2. Keluhan sesak dan bisa disertai tanda bendungan perifer
3. Tanda tanda pembesaran jantung kanan (pemeriksaan fisik, EKG, Rontgen)
4. Tanda tanda kelainan paru : Emfisema, tanda tanda obstruksi

B. DIAGNOSIS BANDING
1. Kardiomiopati / Gagal Jantung kiri
2. Perikarditis konstriktif
3. Hipertensi pulmonal

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium: Hb, Ht.
2. Elektrokardiogram
3. Foto toraks

D. PERAWATAN RUMAH SAKIT


Rawat inap, bila ada payah jantung atau aritmia yang maligna

E. TERAPI
1. Nonfarmakologis
a. Tirah Baring
2. Farmakologis
a. Terutama untuk kelaianan / penyakit dasar
b. Antibiotika untuk atasi infeksi
c. Mukolitika
d. Bronkodilator
e. Pengobatan Payah Jantung:
1) Diuretika
2) Digitalis
f. Vasodilator pada kasus kasus dengan hipertensi

F. PENYULIT
1. Gagal Jantung
2. Gagal Napas

G. INFORMED CONSENT
Tertulis, bila ada tindakan invasive

H. LAMA PERAWATAN
Pada gagal jantung, 1 2 minggu

I. MASA PEMULIHAN
Tidak bisa pulih
BRONKITIS AKUT

Bronkitis akut adalah proses radang akut yang pada umumnya disebabkan oleh
virus. Akhir-akhir ini ternyata banyak juga disebabkan oleh mikoplasenta dan klamidia.

A. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Batuk-batuk, biasanya dahak jernih
2. Demam tidak terlalu tinggi
3. Sakit tenggorok
4. Nyeri dada
5. Bisa disertai tanda bronkospasme

B. DIAGNOSIS BANDING
1. Pneumonia
2. Tuberkolosis Paru

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto toraks, pada bronchitis akut tidak terlihat kelainan. Foto untuk
menyingkirkan kemungkinan pneumonia atau tuberkulosis paru
2. Pemeriksaan laboratorium

D. PERAWATAN RUMAH SAKIT


Rawat Jalan

E. TERAPI
1. Simptomatis jika disebabkan oleh virus
2. Bila infeksi karena Mycoplasma atau Clamidia dapat diberi: Eritromisin 4 x 500
mg
Lama pengobatan, dua minggu

F. PENYULIT
Komplikasi Pneumonia

G. INFORMED CONSENT
Tidak perlu

H. PROGNOSA
Biasanya sembuh sempurna

TUBERKULOSIS PARU PARU


Kasus tuberculosis paru adalah penderita dengan gejala penyakit paru yang
disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium complex (M. Tuberkulosis, M.
Africanum, M. bovis).

A. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Batuk lebih dari 4 minggu
2. Batuk darah
3. Nyeri dada, malaise, gejala flu, demam tinggi (subfebris)

B. KLASIFIKASI BANDING
1. TB Paru tersangka
Gejala klinis sesuai dengan TB paru, gambaran Rontgen Toraks sesuai dengan
TB Paru, Sputum BTA negatif.
2. TB Paru
Gejala klinis sesuai TB Paru, gambaran Rontgen toraks sesuai dengan TB Paru,
Sputum BTA dua kali berturut-turut positif atau biakan positif. Termasuk ke dalam
kelompok ini penderita TB Paru tersangka yang membaik dengan pengobatan
OAT.
3. Bekas TB Paru
Sputum BTA / Biakan negative, klinis mungkin masih ada gejala akibat lesi. Ada
lesi sisa (Fibrosis, klasifikasi, penebalan pleura).

C. DIAGNOSIS BANDING
1. Pneumonia
2. Bronkopneumonia
3. Infeksi Jamur Paru
4. Keganasan paru

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum BTA 3x.
2. Laboratorium darah rutin, LED meningkat, limfosit meningkat.
3. Foto Toraks PA, bila mungkin disertai foto lateral

E. PERAWATAN RUMAH SAKIT


Umumnya pengobatan jalan, kecuali bila ada penyulit.

F. TERAPI
1. Umum
Perbaikan gizi, penyuluhan kesehatan
2. Medikamentosa
a. Obat Anti Tuberkolosis (OAT)
b. Jika persediaan OAT tidak ada, mengiikuti panduan obat yang dianjurkan
adalah Kategori I :
1). 2 RHZ / 4 R, 2 RHZE / 4 R2H2 atau
2). 2 RHZ / 4 RH selama 6 bulan
3). Panduan obat Kategori II:
Obat Kategori I ditambah Streptomicin Injeksi (IM)
Keterangan:
R = Rifampisin Z = Pirazinamid H = INH
E = Etambutol S = Streptomicin
Pada kasus dengan resistensi kuman, pilihan obat ditentukan sesuai hasil uji resistensi

Dosis Obat Berdasarkan Berat Badan


Jenis Obat BB < 30 Kg BB 30 50 Kg BB > 50 Kg
R 300 mg 450 mg 600 mg
H 300 mg 300 mg 400 mg
Z 750 mg 1000 mg 1500 mg
S 500 mg 750 mg 750 mg
E 500 mg 750 mg 1000 mg

G. PENYULIT
1. Batuk darah masif
2. Penyebaran milier
3. Efusi Pleura atau empiema
4. Pneumotoraks

H. INFORMED CONSENT
Tertulis, bila akan dilakukan tindakan invasive

I. LAMA PERAWATAN
Bergantung penyulitnya

J. MASA PEMULIHAN
1. Bila penderita tidak ada penyulit, dapat bekerja seperti biasa
2. Bila BTA positif sebaiknya diberi istirahat 2 minggu sambil terus minum obatnya

K. PROGNOSA
1. Sembuh total
2. Sembuh dengan banyak lesi sisa
3. Komplikasi
4. Meninggal

Anda mungkin juga menyukai