9 HEART FAILURE,
UNSPECIFIED)
PERIHAL DESKRIPSI
1. Definisi Gagal jantung (akut dan kronik) merupakan masalah kesehatan
yang menyebabkan penurunan kualitas hidup, tingginya
rehospitalisasi karena kekambuhan yang tinggi dan peningkatan
angka kematian.
Faktor resiko :
1. Hipertensi
2. Dislipidemia
3. Obesitas
4. Merokok
5. Diabetes melitus
6. Riwayat gangguan jantung sebelumnya
7. Riwayat infark miokard
3. Hasil Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik :
dan Penunjang 1. Peningkatan tekanan vena jugularis
2. Frekuensi pernapasan meningkat
3. Kardiomegali
4. Gangguan bunyi jantung (gallop)
5. Ronki pada pemeriksaan paru
6. Hepatomegali
7. Asites
8. Edema perifer
Pemeriksaan penunjang :
1. X Ray thoraks untuk menilai kardiomegali dan melihat
gambaran edema paru
2. EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan
gelombang T, dan gambaran abnormal lainnya)
3. Darah perifer lengkap
4. Penegakan Diagnosis Diagnosis klinis :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham yaitu
minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria mayor :
1. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal
dyspneu)
2. Distensi vena-vena leher
3. Peningkatan tekanan vena jugularis
4. Ronki basah basal
5. Kardiomegali
6. Edema paru akut
7. Gallop (S3)
8. Refluks hepatojugular positif
Kriteria minor :
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam
3. Dyspneu deffort (sesak ketika beraktivitas)
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
7. Takikardi > 120 kali per menit
5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan :
1. Modifikasi gaya hidup
a. Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan),
maksimal 1 liter (berat)
b. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
2. Aktivitas fisik
a. Pada kondisi akut berat : tirah baring
b. Pada kondisi sedang atau ringan : batasi beban kerja sampai
60% hingga 80% dari denyut nadi maksimal (220/umur)
3. Penatalaksanaan farmakologi
Kriteria rujukan :
1. Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis
jantung atau spesialis penyakit dalam untuk perawatan maupun
pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi
2. Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami
perburukan dalam waktu cepat harus segera dirujuk layanan
sekunder atau layanan tertier terdekat untuk dilakukan
penanganan lebih lanjut.
6. Prognosis Tergantung dari berat ringannya penyakit, komorbid, dan respon
pengobatan
7. Pustaka 1. Panduan Pelayanan Medik. PAPDI. 2009.
2. Usatine, R.P. The Color Atlas Of Family Medicine. 2009.
(Usatine, et al., 2008 )
3. Rakel, R.E. Rakel, D.P.Textbook Of Family Medicine. 2011.
(RE & Rakel, 2011)
PERIHAL DESKRIPSI
1. Definisi Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis
erosif simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan
persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya.
2. Hasil Anamnesis Keluhan :
Gejala pada awal onset
Faktor risiko :
1. Wanita
2. Faktor genetik
3. Hormon seks
4. Infeksi
5. Merokok
3. Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan fisik :
Fisik dan Penunjang
Manifestasi artikular :
Bengkak/efusi sendi, nyeri tekan sendi, sendi teraba hangat,
deformitas (swan neck, boutonniere, deviasi ulnar).
Manifestasi ekstraartikular :
1. Kulit : terdapat nodul rheumatoid pada daerah yang banyak
menerima penekanan, vaskulitis
2. Soft tissue rheumatism, seperti carpal tunnel syndrome atau
frozen shoulder
3. Mata dapat ditemukan kerato-konjungtivitis sicca yang
merupakan manifestasi sindrom Sjorgen,
episkleritis/skleritis. Konjungtiva tampak anemia akibat
penyakit kronik.
4. Sistem respiratorik dapat ditemukan adanya radang sendi
krikoaritenoid, pneumonitis interstitial, efusi pleura, atau
fibrosis paru luas.
5. Sistem kardiovaskuler dapat ditemukan perikarditis
konstriktif, disfungsi katup, fenomena embolisasi, gangguan
konduksi, aortritis, kardiomiopati.
Pemeriksaan penunjang :
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan ACR-EULAR 2010:
Dibuat skor dari beberapa poin di bawah ini :
1. Jumlah sendi yang terlibat
a. 1 sendi besar :0
b. 2-10 sendi :1
c. 1-3 sendi kecil :2
d. 4-10 sendi kecil (dengan atau tanpa sendi besar) : 3
e. >10 sendi dengan minimal 1 sendi kecil :4
Sendi DIP, MTP 1, carpometacarpal I tidak termasuk dalam
kriteria
Yang dimaksud sendi kecil adalah MCP, PIP, MTP II-V, ibu
jari, dan pergelangan tangan
Yang dimaksud sendi besar adalah bahu, siku, lutut,
pangkal paha, dan pergelangan kaki.
2. Acute phase reactans : LED dan CRP
LED atau CRP naik :1
3. RF atau anti CCP
a. RF dan anti CRP (-) :0
b. RF atau anti CRP naik <3 batas atas normal (BAN) : 2
c. RF atau CRP naik > 3 BAN :3
4. Durasi
a. Lebih dari 6 minggu :1
b. Kurang dari 6 minggu :0
Kriteria rujukan :
1. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan
steroid dosis rendah
2. RA dengan komplikasi
3. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas
6. Prognosis Dubia ad bonam, sangat tergantung dari perjalanan penyakit dan
penatalaksanaan selanjutnya.
7. Pustaka 1. Lipsky, P.E. Rheumatoid Arthritis. In: Braunwald. Fauci.
Hauser. Eds. Harrisons Principals of Internal Medicine. 17
Ed. USA:McGraw-Hill. 2008: p. 2083-92.
2. Daud, R. Artritis Reumatoid. Dalam: Sudoyo, A.W.
Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S.Eds. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006:
p. 1184-91.
3. Panduan Pelayanan Medis Departemen Penyakit Dalam.
Jakarta: RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. 2007
PERIHAL DESKRIPSI
1. Definisi Pneumonia adalah peradangan/inflamasi parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan
sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll).
Pneumonia yang dimaksud di sini tidak termasuk dengan
pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
2. Hasil Anamnesis Gambaran klinik biasanya ditandai dengan :
1. Demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi
400C
2. Batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang
disertai darah
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
3. Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan fisik :
Fisik dan Penunjang
Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru.
Inspeksi : dapat terlihat bagian yag sakit tertinggal waktu
bernapas
Palpasi : fremitus dapat mengeras pada bagian yag sakit
Perkusi : redup di baian yag sakit
Auskultasi : terdengar suara napas bronkovesikuler sampai
bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi
Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan gram
2. Pemeriksaan leukosit
3. Pemeriksaan foto thoraks jika fasilitas tersedia
4. Kultur sputum jika fasilitas tersedia
5. Kultur darah jika fasilitas tersedia
4. Penegakan Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Untuk diagnosis definitif dilakukan pemeriksaan
penunjang.
PERIHAL DESKRIPSI
1. Definisi Pneumonia adalah peradangan/inflamasi parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan
sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll).
Pneumonia yang dimaksud di sini tidak termasuk dengan
pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Pneumonia merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas anak
berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir
seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta
anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian
besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut survei
kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan
22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit
sistem respiratori, terutama pneumonia. Limaprovinsi yag
mempunyai insidensi dan prevalensi pneumonia tertinggi untuk
semua umur adalah Nusa Tenggara Timur (4,6% dan 10,3%),
Papua (2,6% dan 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan 5,7%),
Sulawesi Barat (3,1% dan 6,1%) dan Sulawesi Selatan (2,4%
dan 4,8%) berdasarkan RISKESDAS 2013.
2. Hasil Anamnesis Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar
antara ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja.
Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan
mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan
di rumah sakit.
Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan gram, pemeriksaan leukosit, pemeriksaan foto
toraks, kultur sputum serta kultur darah (bila fasilitas tersedia)
4. Penegakan Diagnosis Diagnosis etiologik berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis
dan/atau serologis sebagai dasar terapi yang optimal. Akan
tetapi, penemuan bakteri penyebab tidak selalu mudah karena
memerlukan laboratorium penunjang yang memadai. Oleh
karena itu, pneumonia pada anak umumnya didiagnosis
berdasarkan gambaran klinis yang menunjukkan keterlibatan
sistem respiratori, serta gambaran radiologis. Prediktor paling
kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari
satu gejala respiratori sebagai berikut: takipnea, batuk, napas
cuping hidung, retraksi, ronki, dan suara napas melemah.
WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan tatalaksana
yang sederhana. Pedoman ini terutama ditujukan untuk
Pelayanan Kesehatan tingkat pertama, dan sebagai pendidikan
kesehatan untuk masyarakat di negara berkembang. Gejala
klinis sederhana tersebut meliputi napas cepat, sesak napas, dan
berbagai tanda bahaya agar anak segera dirujuk ke pelayanan
kesehatan. Napas cepat dinilai dengan menghitung frekuensi
napas selama satu menit penuh ketika bayi dalam keadaan
tenang. Sesak napas dinilai dengan melihat adanya tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam ketika menarik napas
(retraksi epigastrium). Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan
5 tahun adalah tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun,
stridor, dan gizi buruk; tanda bahaya untuk bayi berusia di
bawah 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa dingin.