Anda di halaman 1dari 3

ARTRITIS REUMATOID

No.Dokumen : SOP/160/UKP-NGT
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal terbit : 15 Februari 2018
Halaman : 1/3
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis


erosif simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan
persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya.
Kode ICD X : M53.3 Polymyalgia rheumatica
Tingkat kemampuan 3A
2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi
dan penatalaksanaan artritis reumatoid
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 32/KAPUS/I/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang
disesuaikan dengan gejala artritis reumatoid, yaitu:
a. Gejala prodromal: lelah (malaise), anoreksia, seluruh tubuh
terasa lemah yang berlangsung berminggu-minggu atau
berbulan-bulan.
b. Gejala spesifik pada beberapa sendi (poliartrikular) secara
simetris, terutama sendi PIP (proximal interphalangeal), sendi
MCP (metacarpophalangeal), pergelangan tangan, lutut, dan
kaki.
c. Gejala sinovitis pada sendi yang terkena: bengkak, nyeri
yang diperburuk dengan gerakan sehingga gerakan menjadi
terbatas, kekakuan pada pagi hari > 1 jam.
d. Gejala ekstraartikular: mata (episkleritis), saluran nafas atas
(nyeri tenggorok, nyeri menelan atau disfonia yang terasa
lebih berat pada pagi hari), kardiovaskular (nyeri dada pada
perikarditis), hematologi (anemia).
Faktor resiko:
a. Usia > 60 tahun
b. Wanita, usia >50 tahun atau menopause.
c. Kegemukan.
d. Pekerja berat dengan penggunaan satu sendi terus menerus.
e. Faktor genetik.
f. Hormon seks.
g. Infeksi tubuh.
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
a. Manifestasi artikular: Pada lebih dari 3 sendi (poliartritis)
terutama di sendi tangan, simetris, immobilisasi sendi,
pemendekan otot seperti pada vertebra servikalis, gambaran
deformitas sendi tangan (swan neck, boutonniere).
b. Manifestasi ekstraartikular:
 Kulit: terdapat nodul rheumatoid pada daerah yg
banyak menerima penekanan, vaskulitis.
 Soft tissue rheumatism, seperti carpal tunnel
syndrome atau frozen shoulder.
 Mata dapat ditemukan kerato-konjungtivitis sicca yang
merupakan manifestasi sindrom Sjorgen, episkleritis/
skleritis. Konjungtiva tampak anemia akibat penyakit
kronik.
 Sistem respiratorik dapat ditemukan adanya radang
sendi krikoaritenoid, pneumonitis interstitial, efusi
pleura, atau fibrosis paru luas.
 Sistem kardiovaskuler dapat ditemukan perikarditis
konstriktif, disfungsi katup, fenomena embolisasi,
gangguan konduksi, aortritis, kardiomiopati.
Petugas melakukan rujukan internal ke petugas laboratorium
bila diperlukan, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
LED.
6. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Kriteria Diagnosis (Berdasarkan ACR tahun 1987):
a. Kaku pagi, sekurangnya 1 jam.
b. Artritis pada sekurangnya 3 sendi.
c. Artritis pada sendi pergelangan tangan,
metacarpophalanx (MCP) dan Proximal Interphalanx (PIP).
d. Artritis yang simetris.
e. Nodul rheumatoid.
f. Faktor reumatoid serum positif. Hasil positif dijumpai
pada sebagian besar kasus (85%), sedangkan hasil negatif
tidak menyingkirkan adanya RA.
g. Gambaran radiologik yang spesifik.
h. LED (Laju Endap Darah) dan CRP (C reaktive Protein)
meningkat.
i. Analisis cairan sendi: terdapat gambaran inflamasi ringan-
sedang.
Untuk diagnosis RA, diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut di
atas. Kriteria 1-4 harus minimal diderita selama 6 minggu.
Diagnosis banding yaitu Penyebab arthritis lainnya,
Spondiloartropati seronegatif, Lupus eritematosus sistemik,
dan Sindrom Sjogren.
7. Petugas melakukan penatalaksanaan yaitu:
a. Pasien diberikan informasi untuk memproteksi sendi,
terutama pada stadium akut dengan menggunakan decker.
b. Pemberian obat anti inflamasi non-steroid, seperti:
diklofenak 50-100 mg 2x/hari, meloksikam 7,5–15 mg/hari,
celecoxib 200-400 mg/sehari.
c. Pemberian golongan steroid, seperti: prednison atau metil
prednisolon dosis rendah (sebagai bridging therapy).
d. Fisioterapi, tatalaksana okupasi, bila perlu dapat diberikan
ortosis.
8.Petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi (Rumah Sakit) pada kasus:
a. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan
steroid dosis rendah.
b. RA dengan komplikasi.
c. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas.
9.Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan
ke apotik.
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. Ruangan Pemeriksaan Umum
3. Laboratorium
4. Ruang Farmasi
Rekaman historis perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai