Anda di halaman 1dari 4

ASMA BRONKIAL

No.Dokumen : SOP/162/UKP-NGT
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal terbit : 15 Februari 2018
Halaman : 1/4
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Asma bronkial adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas


yang melibatkan banyak sel inflamasi dan mediator. Inflamasi
kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas
terhadap bermacam-macam stimulus dan penyempitan jalan
napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa
mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
pada malam dan atau dini hari. Derajat penyempitan
bervariasi yang dapat membaik secara spontan dengan
pengobatan.
Kode ICD X : J45 Asthma
Tingkat kemampuan 4A
2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi
dan penatalaksanaan asma bronkial
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 32/KAPUS/I/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang
disesuaikan dengan gejala asma bronkial, yaitu:
a. Sesak napas yang episodik.
b. Batuk-batuk berdahak yang sering memburuk pada
malamdan pagi hari menjelang subuh. Batuk biasanya
terjadi kronik.
c. Mengi.
Faktor resiko:
a. Faktor Pejamu: Ada riwayat atopi pada penderita atau
keluarganya, hipersensitif saluran napas, jenis kelamin,
ras atau etnik.
b. Faktor Lingkungan
 Bahan-bahan di dalam ruangan: tungau, debu
rumah, binatang, kecoa.
 Bahan-bahan di luar ruangan: tepung sari bunga,
jamur.
 Makanan-makanan tertentu : bahan pengawet,
penyedap dan pewarna makanan.
 Obat-obatan tertentu.
 Iritan : parfum, bau-bauan merangsang.
 Ekspresi emosi yang berlebihan.
 Asap rokok.
 Polusi udara dari luar dan dalam ruangan.
 Infeksi saluran napas.
 Exercise-induced asthma (Asma kambuh ketika
melakukan aktivitas fisik)
 Perubahan cuaca
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
Tanda patognomonis
a. Sesak napas
b. Mengi ekspirasi yang terdengar pada auskultasi
c. Pada serangan berat digunakan otot bantu napas (retraksi
supraklavikula, interkostal dan epigastrium)
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang jika diperlukan
a. Arus Puncak Ekspirasi (APE) menggunakan Peak Flowmeter
b. Pemeriksaan darah (eosinofil dalam darah)
6. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Yaitu terdapat kenaikan ≥ 15 % rasio APE sebelum dan
sesudah pemberian inhalasi salbutamol.
7. Petugas menilai derajat asma dengan melakukan klasifikasi
sesuai dengan tabel sebagai berikut:
Derajat Gejala Gejala Faal Paru
asma Malam
Intermiten - < 1x/ minggu ≤ 2 kali - APE ≥ 80% nilai
- Tanpa gejala sebulan terbaik
diluar serangan - VEP1 ≥ 80% nilai
- Serangan singkat prediksi
- Variabiliti APE <
20%
Persisten - > 1x/ minggu > 2 kali - APE ≥ 80% nilai
Ringan tetapi <1x/ hari sebulan terbaik
- Serangan dapat - VEP1 ≥ 80% nilai
mengganggu prediksi
aktivitas dan - Variabiliti APE
tidur 20% - 30%
Persisten - Gejala setiap hari > 1 kali - APE 60-80% nilai
Sedang - Serangan seminggu terbaik
mengganggu - VEP1 60-80% nilai
aktivitas dan prediksi
tidur - Variabiliti APE >
- Membutuhkan 30%
bronkodilator
setiap hari
Persisten - Gejala terus Sering - APE ≤ 60% nilai
Berat menerus terbaik
- Sering kambuh - VEP1 ≤ 60% nilai
- Aktivitas fisik prediksi
terbatas - Variabiliti APE >
30%
8. Petugas melakukan penatalaksanaan komprehensif sebagai
berikut:
a. Menyarankan pasien untuk mengidentifikasi serta
mengendalikan faktor pencetusnya
b. Melakukan perencanaan dan pemberian pengobatan
jangka panjang serta menetapkan pengobatan pada
serangan akut sesuai tabel di bawah ini
9. Petugas memberikan konseling dan edukasi berupa:
a. Memberikan informasi kepada individu dan keluarga
mengenai seluk beluk penyakit, sifat penyakit, perubahan
penyakit (apakah membaik atau memburuk), jenis dan
mekanisme kerja obat-obatan dan mengetahui kapan harus
meminta pertolongan dokter.
b. Pola hidup sehat.
c. Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
- Menghindari setiap pencetus
- Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum
melakukan exercise untuk mencegah exercise induced
asthma
10. Petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi (Rumah Sakit) bila sering terjadi eksaserbasi, pada
serangan asma akut sedang dan berat, dan asma dengan
komplikasi.
11. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan
ke apotik.
12. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
13. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
6. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. Ruangan Pemeriksaan Umum
3. Ruangan Gawat Darurat
4. Ruang Farmasi
Rekaman historis perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai